| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Rabu, 28 September 2011 Hari Biasa Pekan XXVI

Rabu, 28 September 2011
Hari Biasa Pekan XXVI

Semakin kita mengenal-Nya, semakin kita terpikat dan terpesona dalam pengenalan akan Dia. (St. Yohanes M. Vianney)

Antifon Pembuka Mzm 137:6

Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak menjadikan Yerusalem puncak sukacitaku.

Doa Pagi

Tuhan, kami ingin melakukan segala sesuatu hari ini demi kemuliaan-Mu. Sebab itu, tatkala kami menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan, mampukan kami agar tidak mudah putus asa dan berbalik hanya mencari apa yang menyenangkan hati kami dan demi kemuliaan diri. Amin.

Bersamaan dengan permintaan bantuan kepada Raja Artahsasta, Nehemia juga berdoa memohon bantuan kepada Allah dan kebaikan hati raja ditafsirkannya sebagai ungkapan kebaikan Allah.

Pembacaan dari Kitab Nehemia (2:1-8)

"Jika raja menganggap baik, utuslah hamba ke kota makam leluhur hamba, untuk membangunnya kembali."


Pada bulan Nisan, pada tahun kedua puluh pemerintahan Raja Artahsasta, ketika menjadi tugasku menyediakan anggur, aku mengangkat anggur dan menghidangkannya kepada raja. Karena aku kelihatan sedih, yang memang belum pernah terjadi di hadapan raja, bertanyalah raja kepadaku, “Mengapa mukamu muram, walaupun engkau tidak sakit? Engkau tentu sedih hati.” Aku lalu menjadi sangat takut. Jawabku kepada raja, “Hiduplah Raja untuk selamanya!. Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota tempat makam leluhurku telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?” Kata raja kepadaku, “Jadi, apa yang kauinginkan?” Aku berdoa kepada Allah semesta langit, kemudian menjawab kepada raja, “Jika Raja menganggap baik dan berkenan kepada hambamu ini, utuslah hamba-Mu ini ke Yehuda, ke kota makam leluhur hamba, supaya hamba ini membangunnya kembali.” Maka bertanyalah raja kepadaku, sedang permaisuri duduk di sampingnya, “Berapa lama engkau akan pergi, dan bilamana engkau akan kembali?” Dan raja berkenan mengutus aku sesudah aku menyebut suatu jangka waktu kepadanya. Maka berkatalah aku kepada raja, “Jika Raja menganggap baik, berilah aku surat bagi bupati-bupati di daerah seberang Sungai Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lewat sampai aku tiba di Yehuda. Juga sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman Raja, supaya dia memberi aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami.” Dan raja mengabulkan permohonanku, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 842
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 137:1-2.3.4-5.6; Ul:6a)
1. Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita menangis apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.
2. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita, “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!”
3. Bagaimana mungkin kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
4. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak menjadikan Yerusalem puncak sukacitaku!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Segala sesuatu kuanggap sebagai sampah, agar aku memperoleh Kristus dan bersatu dengan-Nya.

Bagi Yesus, pewartaan Injil adalah sesuatu yang mendesak dan sangat penting, yang mengatasi kewajiban suci dari hukum, yakni mengubur orang tua.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (9:57-62)

"Aku akan mengikuti Engkau ke mana pun Engkau pergi!"

Sekali peristiwa, ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan, datanglah seorang di tengah jalan, berkata kepada Yesus, “Aku akan mengikuti Engkau, ke mana pun Engkau pergi.” Yesus menjawab, “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu kepada orang lain Yesus berkata, “Ikutlah Aku!” Berkatalah orang itu, “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus menjawab, “Biarlah orang mati mengubur orang mati; tetapi engkau, pergilah, dan wartakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Seorang lain lagi berkata, “Tuhan, aku akan mengikuti Engkau, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata, “Setiap orang yang siap untuk membajak, tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

“Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya”. Yesus membiarkan diri-Nya bebas mengalami hidup. Ia merelakan diri-Nya miskin, bahkan menjadi yang termiskin. Namun, dalam kemiskinan-Nya kita diperkaya akan harta keselamatan. Mari belajar dari Dia!

Doa Malam


Yesus, dalam mengikuti Engkau adakalanya kami mengalami ketidakpastian. Kami terikat oleh masa lampau yang menghambat kemajuan hidup rohani kami. Maka, tolonglah kami untuk berani berserah diri kepada-Mu, sebab Engkaulah jawaban atas setiap ketidakpastian dan segala perkara dalam hidup ini, Engkau yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.


RUAH

Selasa, 27 September 2011 Peringatan Wajib St. Vinsensius de Paul, Imam

Selasa, 27 September 2011
Peringatan Wajib St. Vinsensius de Paul, Imam

"Orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem" (Luk 9:53)

Doa Renungan

Allah Bapa kami, yang mahakuasa, Yesus Putra-Mu terkasih mengajak kami untuk mengikuti-Nya tanpa menengok apa yang telah lalu. Buatlah kami pantas bagi kerajaan-Mu, sehingga kami bersedia dan dengan setia mengikuti panggilan-Mu serta melaksanakan sabda-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan dari Nubuat Zakharia (8:20-23)

"Banyak bangsa akan datang mencari Tuhan di Yerusalem."

Beginilah sabda Tuhan semesta alam, "Bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota masih akan datang. Penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain dan mengatakan, 'Marilah kita pergi untuk melunakkan hati Tuhan dan mencari Tuhan semesta alam!' Kami pun akan pergi! Jadi bangsa dan suku bangsa yang kuat akan datang mencari Tuhan semesta alam di Yerusalem dan melunakkan hati Tuhan." Beginilah sabda Tuhan semesta alam, "pada waktu itu sepuluh orang dari berbagai bangsa dan bahasa akan memegang kuat-kuat punca jubah seorang Yahudi dengan berkata, "Kami mau pergi menyertai kamu, sebab kami telah mendengar bahwa Allah menyertai kamu'!"
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Allah beserta kita.
Ayat. (Mzm 87:1-3.4-5.6-7)
1. Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya: Tuhan lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah
2. Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: "Ini dilahirkan di sana." Tetapi tentang Sion dikatakan: "Seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya," dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya.
3. Tuhan menghitung pada waktu mencatat bangsa-bangsa: "Ini dilahirkan di sana." Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai: "Segala mata airku ada di dalammu."

Bait Pengantar Injil do = f, 4/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (1Sam 3:9; Yoh 6:68c)
Bersabdalah, ya Tuhan, sebab hamba-Mu mendengarkan. Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (9:51-56)

"Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem."

Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke surga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" Akan tetapi Ia berpaling dan menegur mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain. Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Kekerasan tidak seharusnya dibalas dengan kekerasan. Untuk memadamkan api bukan dengan api, melainkan dengan air. Prinsip kehidupan seperti itulah yang hendak dipraktikkan Yakobus dan Yohanes terhadap orang-orang Samaria yang dianggap menghambat dan menghalangi perjalanan Yesus menuju Yerusalem. Orang-orang Samaria menolak kehadiran Yesus yang mau melewati desa mereka. Yakobus dan Yohanes bermaksud membalas perbuatan orang-orang Samaria tersebut. Namun, Yesus tidak menyetujui tindakan mereka, bahkan Yesus menegur mereka. Yesus tidak pernah memperbolehkan para murid-Nya menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan persoalan. Dalam situasi yang sesulit apa pun, para murid harus tetap mengedepankan kasih dan kelembutan.

Penolakan merupakan salah satu pengalaman yang menyakitkan kehidupan kita. Pengalaman ditolak dapat membuat kita kecewa, marah, dan benci. Meski demikian, pengalaman pahit seperti itu tidak boleh melunturkan kebaikan hati kita. Penolakan hendaknya kita terima sebagai ujian atas iman kita. Mengikuti Yesus berarti mengikuti penderitaan dan kematian-Nya. Kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kekerasan.

Ya Tuhan Yesus, Engkau tidak mengizinkanku membalas kejahatan dengan kekerasan, melainkan dengan kasih. Untuk itu, aku mohon lembutkanlah hatiku. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian
 

Bacaan Harian 26 September - 02 Oktober 2011


Senin, 26 September : Hari Biasa Pekan XXVI (H).
Za 8:1-8; Mzm 102:16-21.29.22-23; Luk 9:46-50.

“Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, Ia menyambut Aku.” Jadi, untuk melihat bagaimana sikap kita sesungguhnya dalam menyambut Yesus, kita lihat saja bagaimana perlakuan kita terhadap 'anak-anak kecil', yaitu orang-orang yang lemah, lugu, polos dan tak berdaya. Kalau kita mampu memperlakukan mereka ‘dalam nama Tuhan’ yang mengajarkan kasih, kita sungguh-sungguh telah menyambut Yesus. Sebaliknya, kalau terhadp mereka, kita malah berlaku sok kuasa dan angkuh, kita sesungguhnya belum menyambut Yesus.

Selasa, 27 September : Peringatan Wajib St. Vinsensius de Paul, Imam (P).
Za 8:20-23; Mzm 87:1-7; Luk 9:51-56.

Seringkali kita terdorong untuk menggunakan kuasa dan kekuatan yang kita miliki untuk menekan orang yang tak berdaya. Yesus menegor murid-Nya yang juga mau melakukan hal seperti itu terhadap orang Samaria. Kita ditantang, bagaimana menggunakan kuasa dan kekuatan justru sebagai kesempatan menjalankan kasih lebih banyak lagi; bukan untuk menekan dan menindas orang.

Rabu, 28 September : Hari Biasa Pekan XXVI (H).
Neh 2:1-8; Mzm 137:1-6; Luk 9:57-62.

Menjadi murid Yesus adalah menjalankan ajaran-ajaran-Nya; menjadikan-Nya sungguh Guru bagi kehidupan kita. Tetapi, kita seringkali hanya mengikuti Dia untuk hal-hal yang mendatangkan keuntungan, ketenangan, kekuatan. Kita masih cenderung konsumtif. Kita sulit untuk juga berani melakukan perbuatan-perbuatan yang menyangkal diri, memanggul salib dan sungguh mengikut Dia.

Kamis, 29 September : Pesta St. Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung (P).
Dan 7:9-10.13-14 atau Why 12:7-12a; Mzm 138:1-5; Yoh 1:47-51.
Hari ini Gereja merayakan pesta tiga malaikat agung: Mikael, Gabri
el, dan Rafael. Mikael dikenal sebagai pembela kaum beriman mengahdapi serangan kuasa jahat. Gabriel dikenal sebagai pembawa warta gembira dari Allah kepada manusia. Rafael dikenal sebagai tabib Allah yang diutus untuk menyembuhkan manusia dari penyakit dan menguatkan jiwa. Kita merayakan tiga Malaikat Agung ini karena perannya yang besar dalam perjalanan pewahyuan Allah dan mengambil bagian dalam hidup iman kita.

Jumat, 30 September : Peringatan Wajib St. Hieronimus, Imam-Pujangga Gereja (P).
Bar 1:15-22; Mzm 79:1-5.8-9; Luk 10:13-16.

Yesus menegor dengan keras kota-kota yang tak juga mau bertobat. Kita berharap, jangan sampai Yesus menegor kita dengan keras karena kedegilan hati kita. Mari kita gunakan kesempatan yang ada untuk sungguh-sungguh mengikuti Dia, tanpa harus menunggu tegoran keras dalam hidup kita.

Sabtu, 01 Okober : Pesta St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan-Pujangga Gereja (P).
Yes 66:10-14b; Mzm 131:1-3; Mat 18:1-5.

Sudah menjadi kebiasaan umum, ‘orang dewasa’ sering meremehkan anak-anak. Tetapi Yesus justru membela hak, nilai, harga anak-anak; merekalah yang empunya kerajaan surga, merekalah yang terbesar dalam kerajaan surga! Apakah kita juga sudah menghargai anak-anak kita ataukah justru seringkali hanya memakai pendekatan ‘kuasa’ dan menganggap mereka harus ‘nurut’ apa kata ‘orang dewasa’?

Minggu, 02 Oktober : Hari Minggu Biasa Pekan XXVII (H).
Yes 5:1-7; Mzm 80:9.12-16.19-20; Flp 4:6-9; Mat 21:33-43.

Apa yang kita miliki merupakan hasil yang kita petik dari kebun anggur yang dipercayakan kepada kita. Selalu ada saatnya, Sang Pemilik mengirim utusan-Nya untuk mendapatkan sebagian dari hasil kebun anggur itu. Lalu, bagaimanakah sikap kita terhadap orang-orang yang Ia kirim untuk mendapatkan sebagian hasil yang kita petik itu? Mari berbagi!

Senin, 26 September 2011 Hari Biasa Pekan XXVI

Senin, 26 September 2011
Hari Biasa Pekan XXVI

Terima kasih Tuhan atas anugerah luar biasa ini, Tubuh dan Darah-Mu yang kudus, yang rindu aku sambut (St. Anselmus)

Antifon Pembuka (Za 8:8)

Aku akan menyelamatkan umat-Ku dan membawa mereka pulang. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku menjadi Allah mereka.

Doa Pagi

Ya Tuhan, betapa besar kasih sayang-Mu kepada kami, umat-Mu. Puji syukur bagi-Mu, sebab Engkau tidak menginginkan kami binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Semoga kami terus berusaha untuk semakin setia dalam mengikuti Engkau sampai akhir hidup kami. Amin.

Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku menjadi Allah mereka menunjukkan bahwa perjanjian yang diucapkan kepada nenek moyang mereka tetap berlaku bagi mereka yang kembali (lih. Im 26:12; Yer 31:33). Allah ingin agar umat-Nya tetap menjadi umat-Nya dan Ia menjadi Allah mereka.

Pembacaan dari Nubuat Zakharia (8:1-8)

"Aku akan menyelamatkan umat-Ku dari timur sampai barat."

Datanglah sabda Tuhan semesta alam, bunyinya: Beginilah sabda Tuhan semesta alam, “Aku berusaha untuk Sion dengan kegiatan besar dan dengan kehangatan amarah yang besar.” Beginilah sabda Tuhan semesta alam, “Aku akan kembali ke Sion dan akan tinggal di tengah-tengah Yerusalem. Yerusalem akan disebut Kota Setia, dan gunung Tuhan semesta alam akan disebut Gunung Kudus.” Beginilah sabda Tuhan semesta alam, “Akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek yang duduk di jalan-jalan Yerusalem, masing-masing memegang tongkat karena lanjut usianya. Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak-anak laki-laki dan perempuan yang bermain-main di situ.” Beginilah sabda Tuhan semesta alam, “Kalau pada waktu itu sisa-sisa bangsa ini menganggap hal itu ajaib, apakah Aku akan menganggapnya ajaib?” demikianlah sabda Tuhan semesta alam. Beginilah sabda Tuhan semesta alam, “Sesungguhnya Aku akan menyelamatkan umat-Ku dari timur sampai ke barat, dan Aku akan membawa mereka pulang, supaya mereka tinggal di tengah-tengah Yerusalem. Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan sudah membangun Sion dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya.
Ayat. (Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23)
1. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
2. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi, untuk mendengarkan keluhan orang tahanan, dan membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.
3. Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu, supaya nama Tuhan diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem apabila para bangsa berkumpul bersama-sama dan kerajaan-kerajaan berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Anak Manusia datang untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi semua orang.

Seorang murid yang sejati mengenal Yesus dalam diri anak-anak kecil dan yang terkecil di mata dunia. Barangsiapa yang melayani mereka ini akan mengambil bagian dalam ketidakberartian mereka secara duniawi, tetapi besar dalam Kerajaan Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (9:46-50)

"Yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar."

Sekali peristiwa timbullah pertengkaran di antara para murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu, Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Barangsiapa menerima anak ini demi nama-Ku, dia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, menerima Dia yang mengutus Aku. Sebab yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar.” Pada kesempatan lain Yohanes berkata, “Guru, kami melihat seseorang mengusir setan demi nama-Mu, dan kami telah mencegahnya, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi Yesus menjawab, “Jangan kalian cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kalian, dia memihak kalian.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Bagi kita yang terbesar dalam hidup tak lain hanya Yesus. Ia mau sehati dan sepikir dengan Bapa-Nya. Seluruh hidup Yesus memperkenalkan relasi sempurna antara Anak dan Bapa-Nya. Bagaimana relasi kita dengan Bapa dan dengan Putra-Nya?

Doa Malam
Tuhan Yesus, patahkanlah segala pamrih kami dalam berbuat kebaikan. Murnikan hati kami agar dalam hidup sehari-hari kami tidak mencari kepentingan kami sendiri, melainkan mencari dan melakukan apa yang berkenan kepada-Mu, sebab itulah yang Engkau kehendaki. Menjelang tidur malam ini, ampunilah kami dari segala kesalahan dan dosa kami. Amin.


RUAH

Info KAJ

Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta 2011-2015


Menuju Implementasi



Sejak dipromulgasikan pada Paskah 2011, Ardas KAJ terus bergulir menampakkan perwujudannya. Selain sosialisasi, tindaklanjut yang akan, sedang, dan telah dilakukan di dekenat-dekenat maupun paroki-paroki di KAJ adalah:
  • Menyelenggarakan Pendalaman Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun 2011-2015 bagi para anggota Dewan Paroki Harian juga bagi kader-kader awam calon pengurus. Tim Karya Pastoral yang dibentuk keuskupan senantiasa terbuka untuk dimintai bantuan agar pendalaman dapat mengarahkan gerak implementasi yang lebih praktis. Dewan Paroki yang sekarang masih bekerja memiliki tanggung jawab untuk mengawal implementasi Arah Dasar Pastoral dalam konteks Paroki masing-masing.
  • Keuskupan merencanakan untuk membuat Pedoman Pengelolaan Pastoral Paroki, (sejak perencanaan sampai evaluasi pelayanan pastoral
  • Materi yang diolah dan dipelajari bersama para Pastor selama ). Pedoman tersebut melengkapi Pedoman Dasar Dewan Paroki yang juga akan diperbarui seturut pembaruan tata pelayanan pastoral di KAJ. Model perencanaan strategis (renstra) tentunya mendorong Dewan Paroki untuk menerapkan cara kerja baru yang lebih strategis pula, dengan sasaran-sasaran yang lebih jelas, indikator dan target yang lebih terukur.
  • Sejalan dengan Ardas, akan disusun juga deskripsi tanggungjawab (job-description) Pastor Paroki dan Pengurus Dewan Paroki untuk memperjelas dan memudahkan praktik pelayanan. Untuk mendukung implementasinya, Keuskupan akan merancang sejumlah desain pelatihan-pelatihan bagi para pelayan pastoral, baik para Pastor maupun awam.
  • Temu Pastoral (TEPAS) di bulan Agustus 2011 lalu, bisa dijadikan materi pula untuk memberdayakan Pengurus Dewan Paroki, agar cara kerja mereka pun berubah menjadi lebih baik. Artinya, tidak cenderung membuat banyak kegiatan dengan tujuan masing-masing, melainkan mengarah ke sasaran-sasaran strategis yang jelas dan terukur target pencapaiannya.
Bukan Uskup Lagi:
Kunjungan Pastoral Paroki

Merintis Standar Sistem Pelayanan Paroki


Setiap tahun, paroki-paroki selalu mendapat kunjungan pastoral dari keuskupan. Sampai tahun 2009 dilaksanakan oleh Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ dengan merayakan Ekaristi bersama umat dan mengadakan pertemuan dengan Pengurus Dewan Paroki Pleno sebagai wakil umat. Dalam perjumpaan itu, Bapak Uskup berdialog dengan Pengurus DP tentang situasi dan tantangan pastoral yang dihadapi paroki dan menemukan bersama strategi pastoral paroki untuk mendorong perubahan kondisi umat yang lebih baik dalam hidup menggereja dan bermasyarakat sesuai dengan Ardas KAJ.

Kini KAJ dalam penggembalaan Mgr. Ignatius Suharyo, program kunjungan pastoral ke paroki-paroki tetap dilaksanakan. Namun berbeda dengan yang ditempuh Bapak Kardinal, Mgr. Ignatius Suharyo membentuk dan memberi mandat Tim Kunjungan Pastoral KAJ untuk mengorganisir program ini mulai tahun 2011. Tim inilah yang mengunjungi paroki-paroki mewakili Bapak Uskup. Paroki-paroki tetap mendapat kunjungan Uskup dalam acara lain, seperti pelayanan Sakramen Krisma, Peresmian, Seminar atau Diskusi untuk mengembangkan wacana pastoral.

Salah satu tujuan tim ini adalah merintis terbangunnya sistem pelayanan pastoral yang standar di paroki-paroki se-KAJ. Dengan adanya sistem yang standar, pelayanan pastoral paroki kelak tidak tergantung pada kharisma Pastor. Tidak ada lagi sistem pelayanan pastoral di satu paroki yang berubah-ubah akibat pergantian Pastor. Mekanisme baru program kunjungan pastoral ini juga membuka peluang terjadinya kerjasama antar-paroki.

Sangat diharapkan seluruh paroki mengirimkan laporannya kepada keuskupan sebelum akhir tahun 2011, sebagai dokumen penyiapan Kunjungan Pastoral Paroki tahun 2012.

Pada tahun 2011, paroki-paroki yang akan dan telah dikunjungi adalah: Paroki Jagakarsa (22 Juli), Paroki Kranji (19 Agustus), Paroki Meruya (26 Agustus), Paroki Pulogebang (9 September), Paroki Cideng (30 September), Paroki Theresia (14 Oktober), Paroki Serpong (28 Oktober), Paroki Cilincing (11 November).

Rapat Kerja Komisi-Komisi KAJ

Mempertajam Peran


Semakin mempertajam peran Komisi-Komisi bagi terwujudnya Ardas KAJ di paroki-paroki maupun kelompok kategorial, menjadi pokok bahasan dalam Rapat Kerja Komisi/Pemikat KAJ pada 16-17 September 2011 lalu. Diharapkan Komisi-Komisi tidak sibuk sendiri dengan program-programnya atau menjadi paroki ke-62 di KAJ ini tetapi lebih dapat menjadi fasilitator, animator, dan inisiator sesuai bidangnya untuk mendukung pelayanan pastoral di paroki-paroki melalui seksi terkait maupun kelompok kategorial. Peran ini dapat menjadi sumber kekuatan bagi paroki-paroki dan kelompok kategorial untuk mewujudkan Ardas 2011-2015. Dalam pertemuan ini, hasil pertemuan para imam se-KAJ dalam acara Temu Pastoral Agustus 2011 lalu dan data-data yang dimiliki oleh Komisi masing-masing menjadi acuan kerja Komisi.

Minggu, 25 September 2011 Hari Minggu Biasa XXVI

Minggu, 25 September 2011
Hari Minggu Biasa XXVI

PERTOBATAN

"Kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan serta kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya." (Yeh 18:27)

Antifon Pembuka (Dan 3:31.29.30.42.43)

Segala sesuatu yang Kautimpakan atas diri kami, ya Tuhan, telah Kauperbuat seturut keputusan-Mu yang adil. Sebab kami telah berdosa terhadap-Mu dan tidak mematuhi perintah-perintah-Mu. Tetapi muliakanlah kini nama-Mu, dan perlakukanlah kami sekadar besarnya belas kasih-Mu.

Doa Pembuka

Allah Bapa kami yang Mahabaik, kekuasaan-Mu menyentuh hati kami terutama apabila Engkau menaruh belas kasih terhadap kami dan setiap kali Engkau mengampuni kami. Kami mohon, limpahilah kami dengan rahmat-Mu, agar kami dengan lancar dapat menempuh jalan menuju tanah perjanjian serta memperoleh kebahagiaan surgawi. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel (18:25-28)


"Kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya, ia akan menyelamatkan nyawanya."

Beginilah firman Tuhan Allah, "Kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu, hai kaum Israel! Apakah tindakan-Ku yang tidak tepat, ataukah tindakanmu yang tidak tepat? Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya. Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan serta kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, maka ia pasti hidup, ia tidak akan mati.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 815
Ref. Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan.

Ayat. (Mzm 25:4-5.6-7.8-9; Ul: lh.6a)
1. Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku; Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.
2. Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Dosa-dosaku pada waktu muda, dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu oleh karena kebaikan-Mu, ya Tuhan.
3. Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (2:1-11)

"Dalam hidupmu bersama hendaknya kamu bersikap seperti Kristus Yesus."

Saudara-saudara, dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan. Maka sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: Hendaknya kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, dan satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia. Sebaliknya dengan rendah hati anggaplah orang lain lebih utama dari pada dirimu sendiri. Janganlah masing-masing hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, melainkan kepentingan orang lain juga. Dalam hidupmu bersama hendaklah kamu bersikap seperti Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai wafat, bahkan sampai wafat di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia, dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lututlah segala yang ada di langit, dan yang ada di atas serta di bawah bumi, dan bagi kemuliaan Allah Bapa segala lidah mengakui, “Yesus Kristus adalah Tuhan.”
Demikianlah sabda Tuhan

U. Syukur kepada Allah.


Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 10:17)
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, sabda Tuhan, Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (21:28-32)


"Yohanes Pembaptis datang dan orang-orang berdosa percaya kepadanya."

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan pemuka-pemuka bangsa Yahudi, "Bagaimana pendapatmu? Ada orang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada yang sulung dan berkata, 'Anakku, pergilah bekerja di kebun anggur hari ini.' Jawab anak itu, 'Baik, Bapa'. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab, 'Tidak mau.' Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang anak itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka, "Yang terakhir!" Maka berkatalah Yesus kepada mereka, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan pelacur akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Dan meskipun melihatnya, kamu tetap tidak menyesal, dan kamu tidak juga percaya kepadanya."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.

U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Saudara-saudari yang dicintai Tuhan,
Langkah awal dari sebuah pertobatan adalah kesadaran diri. Sadar akan kesalahan yang telah terjadi dan mengakuinya akan membawa kita kepada perbaikan dan pembaharuan hidup. Langkah ini sangat penting dalam hidup kita karena akan menjadikan diri kita peka akan semua perbuatan dosa dan akan membawa kepada hidup yang lebih baik dan mendalam. Kesadaran bahwa hidup kita belum baik, maka kita akan berusaha untuk selalu maju. Kita akan selalu bermetanoia. Berubah terus menerus ke arah yang lebih baik dan lebih baru. Sebaliknya, kalau kita merasa dan yakin bahwa diri kita tidak berdosa-orang baik, maka sebenarnya kita mulai berhenti di dalam langkah hidup. Kita tidak bisa akan maju lagi.

Penginjil Matius dalam perikopa 21:28-32 mengajak kita untuk selalu sadar akan kelemahan diri kita, menyesalinya, dan berusaha untuk maju dan hidup dengan lebih baik. Tuhan Yesus membentangkan sebuah perumpamaan yang berisi tentang sikap dan tingkah laku dua orang anak terhadap ayahnya. Narasi Tuhan Yesus melalui perumpamaan menempatkan pewartaan tentang Kerajaan Allah dalam saat yang maha penting dalam sejarah Israel.

Muncul jawaban dan respon yang berbeda dari permintaan seorang bapak kepada dua anaknya untuk bekerja di ladang anggur. Anak yang sulung menjawab: “Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi” (ayat 29). Anak yang kedua menjawab: “Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga” (ayat 30). Seperti anak kedua yang pada awalnya menolak perintah ayahnya tetapi kemudian menyesal dan melakukannya, begitu pula para pemungut pajak dan para pelacur. Sekarang mereka memperbaharui hidup untuk menjawab tuntutan Tuhan Yesus dan masuk ke dalam Kerajaan. Para imam kepala dan pemuka rakyat sama dengan anak sulung. Mereka secara terbuka memusuhi Tuhan Yesus dan gagal melaksanakan pewartaan tentang Kerajaan. Kesalahan terjadi karena mereka menolak pewartaan Tuhan Yesus dan bertahan dalam perlawanan yang tajam terhadap keterbukaan dan memisahkan diri mereka dari hal-hal apa saja yang mereka benci. Dalam ayat 32 ada kesetaraan antara perumpamaan Tuhan Yesus dengan pelayanan Yohanes. Pertobatan para pemungut cukai dan pendosa ke jalan kebenaran akan menjadi “ilham” para imam kepala dan pemuka rakyat untuk menerima pewartaan Tuhan Yesus dan tidak menghadapiNya dengan rasa curiga dan kebencian.

Pertobatan yang benar itu memerdekakan. Pertobatan adalah penghayatan janji baptis. Pada waktu dibaptis, kita “diterjunkan” ke dalam kehidupan Allah Tritunggal. Dalam kehidupan nyata, ada saja yang mendorong kita “keluar” dari “air kehidupan Allah Tritunggal ini”, tetapi juga ada kekuatan yang menarik kembali. Hidup berada dalam sebuah “ketegangan” dan menjadi perjuangan.

Mari kita introspeksi :
1. apakah aku dalam proses atau perjalanan hidup ini, makin mengalami kemerdekaan batin, untuk membalas cinta Tuhan Yesus yang mengampuni dosaku, dengan kekuatan cinta?
2. Apakah suatu bentuk matiraga dan penerimaan sakramen tobat, kualami sebagai praksis yang makin memerdekakan dan menggembirakan? Atau masih diwarnai rasa dan sikap batin yang lain?

Salam dan berkat,
Pastor L. Setyo Antoro, SCJ.

Minggu, 25 September 2011 Hari Minggu Biasa XXVI (Rm. A. Gianto, SJ)

Minggu, 25 September 2011
Hari Minggu Biasa XXVI

Rekan-rekan!

Injil kali ini (Mat 21:28-32) menampilkan perumpamaan mengenai seorang ayah yang bergilir meminta dua orang anaknya berangkat bekerja di kebun anggur. Yang pertama pada mulanya tidak bersedia, tapi kemudian menyesal dan akhirnya menjalankannya. Yang kedua sebaliknya berkata "ya" tapi tidak melakukannya. Siapa dari kedua anak itu yang sungguh mengikuti kehendak sang ayah? Tentunya orang berpikir tentang anak yang pertama. Apakah perumpamaan ini sekadar dimaksud mengajarkan bahwa tindakan nyata jauh lebih bernilai dari pada sekedar janji? Adakah hal-hal khusus yang dapat dipetik dari bacaan Injil pada hari Minggu Biasa XXVI tahun A ini?

SEKEDAR LATAR BELAKANG


Yesus biasa mengajar di Bait Allah . Di situ banyak orang mendengarkannya. Dalam kesempatan itu datang juga imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi. Suatu ketika mereka mempertanyakan, dengan kuasa mana Yesus melakukan "hal-hal itu" (Mat 21:23). Mereka mau tahu apa dan siapa di belakang tindakan Yesus menyembuhkan, menerima murid, mengajar tentang Kerajaan Surga, mengusir roh jahat dari diri orang, menghibur. Maklum, orang banyak makin melihat karya ilahi di dalam diri Yesus. Para pemimpin masyarakat Yahudi tadi menjadi waswas karena Yesus semakin populer. Bukan terutama karena mereka merasa tersaingi. Mereka khawatir jangan-jangan Yesus mengadakan gerakan politik dengan warna gerakan agama. Mereka curiga bahwa yang dilakukannya itu gerakan politik mengumpulkan massa dengan dalih keagamaan.

Dalam pembicaraan itu Yesus berkata, ia bersedia menjelaskan dari mana kuasanya asalkan mereka juga dapat menjawab satu pertanyaan darinya. Ia balik bertanya apakah pada hemat mereka Yohanes tokoh yang membaptis banyak orang itu mendapat perkenan dari Allah ("datang dari surga", 21:25) atau tindakan mencari pengikut belaka ("dari manusia"). Para pemimpin tadi merasa terpojok. Bila mengakui adanya perkenan ilahi, berarti mereka mendukung Yohanes dan konsekuensinya akan ikut dicurigai penguasa Romawi. Tetapi bila menyatakan tindakan Yohanes hanya manusiawi belaka, maka mereka akan berhadapan dengan orang banyak yang percaya tokoh ini datang dari Allah.

Begitulah Yesus membuat para pemimpin itu menyadari sikap mendua dalam diri mereka sendiri mengenai Yohanes Pembaptis. Mereka tidak mau memberi jawaban jelas dan hanya berkata, "Kami tidak tahu!" Yesus pun menutup pembicaraan tadi dengan mengatakan karena mereka tak dapat memberi jawaban, maka ia pun tidak akan menjawab pertanyaan mereka pada awal, yaitu mengenai asal kekuasaan Yesus (Mat 21:27). Tapi jelas yang hendak dikemukakannya. Kalian tahu Yohanes menyuarakan seruan dari atas sana, tapi kalian tidak berani mengakuinya terang-terangan. Begitulah sikap kalian kepadaku!

Memang para pemimpin Yahudi itu diserahi tanggungjawab moral oleh pemerintah Romawi untuk menjaga ketenangan di masyarakat. Jangan sampai ada gejolak. Apalagi jangan sampai ada gerakan politik dengan warna agama. Bila terjadi, maka pemerintah Romawi akan bertindak dan akan makin membatasi kebebasan orang Yahudi. Inilah yang dikhawatirkan para pemimpin. Jika nanti Yesus dan pengikutnya dianggap mengadakan gerakan politik yang dibiarkan begitu saja oleh instansi agama, maka pemerintah Romawi tidak akan tingal diam.

SIKAP YANG COCOK?

Berlainan dengan para pemimpin tadi, Yesus tidak menyembunyikan pendapatnya mengenai Yohanes Pembaptis. Dalam ayat 32 ia berkata bahwa Yohanes "datang untuk menunjukkan jalan kebenaran". Diakuinya penugasan yang datangnya dari Allah sendiri. Namun para pemimpin Yahudi tidak menanggapinya dengan semestinya, malah tidak berani mengakuinya karena takut. Maka mereka bersikap seperti anak yang berkata ya ya tapi tidak melakukan yang diharapkan. Orang-orang yang mereka anggap rendah, yakni para pemungut cukai dan pelacur, sebaliknya seperti anak yang pada mulanya menolak permintaan si ayah tapi kemudian menyesal dan menurut. Lawan bicara Yesus juga paham maksud perumpamaan ini. Mereka merasa kena teguran. Dan dasar teguran itu ialah prinsip yang mereka pakai mengadili orang lain, yakni ketaatan atau ketidaktaatan religius.

Perumpamaan ini dipakai untuk menunjukkan sikap yang kurang serius dari pimpinan masyarakat Yahudi dalam perkara-perkara kerohanian. Oleh karenanya malah "pemungut cukai" dan 'pelacur" bakal lebih beruntung daripada mereka karena orang-orang ini berani mengubah sikap mereka. Kedua golongan orang ini dianggap paling tidak taat pada ajaran agama. Pemungut pajak dijauhi karena mereka bekerja bagi sistem pajak asing yang memeras bangsa sendiri. Yang kedua dicap tidak punya kesetiaan. Tetapi mereka yang dianggap buruk itu percaya kepada warta pertobatan Yohanes Pembaptis sedangkan para pemimpin tidak. Mereka itu sebenarnya bahkan lebih memeras bangsa sendiri dan tidak setia pada inti ajaran agama.

MENYESAL DAN AKHIRNYA BERANGKAT

Gagasan dasar dalam perumpamaan ini terungkap dalam kata "menyesal" dalam ayat 29. Anak yang pada mulanya tegas-tegas tidak mau menuruti kemauan ayahnya itu kemudian menyesal. Gagasan "menyesal" di sini bukan terutama perasaan gegetun karena telah berbuat sesuatu yang kurang baik dan kini merasa tak enak, ada ganjelan dalam hati, kenapa tadi berbuat begini atau begitu. Oleh karena itu kiranya tidak amat tepat bila kita bayangkan anak yang akhirnya menjalankan permintaan ayahnya itu sebagai orang yang punya hati, berperasaan, dan ingin memuaskan ayahnya. Semua ini memang amat berharga dan sering terjadi. Namun perumpamaan kali ini tidak membicarakan sikap hati seperti itu. Yang ditunjukkan ialah keberanian untuk meninjau kembali niatnya dan memikirkan apakah tidak lebih baik menjalankan yang diminta dari pada bersikeras.

Perkaranya menjadi lebih jelas bila dibandingkan dengan anak yang kedua. Sebetulnya dia tidak pernah berniat berangkat bekerja di kebun anggur ayahnya. Ia hanya berbasa-basi mengatakan "Baik pak!" tapi sebetulnya hanya ingin agar tidak diganggu lebih lanjut. Ia lebih berminat meneruskan yang sedang dikerjakannya. Tidak juga ia berminat mencari tahu mengapa ayahnya memintanya pergi bekerja di kebun anggurnya. Ia cuma mau membungkam ayahnya dengan sebuah janji. Ia tidak berpikir panjang mengenai tindakannya atau alasan permintaan ayahnya.

Jadi pengertian "menyesal" dalam perumpamaan ini lebih cocok dipahami sebagai "memikirkan kembali", "meninjau kembali keputusan yang telah dibuat" dan "urung menjalankan yang sudah diniatkan". Ada usaha untuk tidak membiarkan diri terpancang pada satu pandangan mati. Itulah yang terjadi pada anak yang pertama. Meskipun sudah dengan jelas mengatakan tidak mau berangkat, ia akhirnya berangkat pergi juga. Boleh jadi ia mulai berpikir mengapa sang ayah memintanya bekerja. Apa tidak ada pekerja? Apa memang amat perlu? Tidak dijelaskan dalam perumpamaan alasan sang ayah. Tetapi anak yang ini jelas mengerti maksudnya. Dan ia yakin sebaiknya menuruti. Di bawah nanti akan diulas arti permintaan tadi.

PERMINTAAN SANG AYAH = REZEKI HARI INI?


Tidak ada buruknya kita coba ikut merasa-rasakan bagaimana sang ayah mengungkapkan keinginannya. Ia berkata, "Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur!" Kata-kata ini tidak berisi sebuah perintah keras, melainkan tawaran yang diungkapkan dengan halus. Terasa juga sapaan yang penuh kasih sayang. Isi permintaannya sendiri sebetulnya tidak amat berarti. Ada banyak orang yang menunggu dipekerjakan di kebun anggurnya. Sang ayah meminta anaknya bekerja di sana justru karena ia mau menawarkan kesempatan bagi mereka. Dan lebih khusus lagi, ia menawarkan kesempatan bekerja "hari ini".

Tawaran bekerja di kebun anggur "hari ini" mengingatkan pada permintaan kepada Bapa dalam doa yang diajarkan Yesus: "Berilah kami rezeki pada hari ini".Dalam perumpamaan ini ditunjukkan betapa sang ayah ingin memberi sesuatu yang dapat membuat anaknya mendapatkan sesuatu pada "hari ini". Rezeki pada hari ini, itulah yang ditawarkannya dengan lembut. Tidak dipaksakannya. Berarti bisa ditolak, bisa tak dianggap penting, diremehkan, tapi tetap ditawarkan. Bagi yang tadinya tidak mau, tetapi kemudian berubah sikap, tawaran itu masih tetap berlaku.

Perumpamaan ini menggemakan tema kemurahan hati Allah yang ditawarkan kepada siapa saja tetapi yang tidak selalu diterima dengan serta merta. Dalam perumpamaan hari Minggu lalu (Mat 20:1-16) kemurahan hati ini dipersoalkan oleh mereka yang kurang memikirkan keadaan mereka yang kurang seberuntung mereka. Pekerja yang langsung menemukan pekerjaan dan masuk pagi kurang senang melihat yang datang kemudian mendapat upah sama. Tetapi mereka yang datang kemudian ini sebenarnya sudah lama menunggu. Kini dalam perumpamaan tentang dua anak, rezeki hari itu ditawarkan kepada dua orang yang sebetulnya tahu apa itu kemurahan hati dan kebaikan ilahi. Tetapi hanya satu saja yang akhirnya mau menerimanya. Yang lain merasa tidak membutuhkannya. Pembaca perumpamaan ini diajak berpikir di mana kedudukannya sekarang ini. Sekaligus ada imbauan untuk berubah bagi yang bersikap sebagai anak yang kedua.



Salam hangat,
A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy