| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 01 November 2011 Hari Raya Semua Orang Kudus (Rm. Ign Sumarya, SJ)

Selasa, 01 November 2011
Hari Raya Semua Orang Kudus

“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah mengangkat kami menjadi anak-anak-Mu. Bimbingan dan kasih-Mu senantiasa menyertai kami sehingga kami mampu mengikuti Yesus, Putra-Mu untuk melaksanakan sabda-Nya, dan kelak kami dapat memuji nama-Mu dan berbahagia bersama para kudus di surga. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.


Renungan


Kiranya kita semua tahu atau kenal dengan Ibu Teresa dari Calcuta, entah melalui bacaan buku atau media cetak atau media elektronik. Ia adalah seorang biarawati yang tersentuh dan tergerak hatinya atas penderitaan jutaan manusia yang miskin dan berkekurangan serta kurang menerima perhatian; ia meninggalkan kemegahan biara dan sekolah yang diasuhnya dan kemudian ‘menggelandang’ di jalanan untuk menemani orang yang hampir mati atau sakit, bayi yang dibuang oleh yang melahirkannya, memberi makan apa adanya kepada mereka yang kelaparan dst.. Pribadi dan karyanya begitu memikat, mempesona dan menarik banyak orang, dan pada suatu saat diwawancari oleh seorang wartawan TIME. “Ibu menurut kata banyak orang ibu adalah orang suci atau santa yang masih hidup. Sebenarnya orang suci itu semacam apa ibu?”, demikian kurang lebih pertanyaan sang wartawan kepada Ibu Teresa. Dan dengan rendah hati dan mantap Ibu Teresa menjawab:”Orang suci itu bagaikan lobang kecil dimana orang dapat mengintip siapa itu Tuhan, siapa itu manusia dan apa itu harta benda”. Memang dari cara hidup dan cara bertindak ibu Teresa kita dapat mendalami kebenaran perihal ‘siapa Tuhan, siapa manusia dan apa harta benda’. Maka marilah pada Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini kita mawas diri, entah dengan cermin ibu Teresa dari Calcuta, santo-santa pelindung kita masing-masing atau bacaan-bacaan hari ini. Perkenankan saya merefleksikan secara sederhana apa yang tertulis dalam Injil hari ini.

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:3)

Miskin di hadapan Allah” berarti menggantungkan atau mengandalkan diri sepenuhnya kepada Allah, menyadari dan menghayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Allah, cara hidup dan cara bertindaknya dikuasai atau dirajai oleh Allah sehingga hidup dan bertindak menurut kehendak Allah. Dalam keadaan atau kondisi dan situasi apapun orang yang ‘miskin di hadapan Allah’ senantiasa bergembira dan berbahagia, karena bersama dan bersatu dengan Allah, dan tidak takut menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan dalam penghayatan iman. Ia dapat menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Allah.

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” (Mat 5:4)

Menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Allah” memang butuh perjuangan dan pengorbanan alias siap sedia untuk berdukacita. Berdukacita berarti ada yang meninggal atau ditinggalkan, dan tentu saja dalam hal ini bukan orang, melainkan keinginan, nafsu, harapan atau dambaan pribadi yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.

Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia
.” (Yoh 16:20-21), demikian sabda Yesus. Marilah sabda Yesus ini kita renungkan, refleksikan dan hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Mat 5:5)

Buah atau dampak ketahanan dan ketabahan dalam berdukacita atau penderitaan adalah lemah lembut, sabar dan tekun, tidak kasar dan tidak terburu-buru dalam menghadapi segala sesuatu. Yang bersangkutan juga hidup membumi, memperhatikan hal-hal sederhana dengan penuh cintakasih, ia mengerjakan hal-hal sederhana dan kecil dengan kasih yang besar. Kami percaya bahwa pada umumnya rekan-rekan perempuan atau para ibu lebih lemah lembut dari pada rekan-rekan laki-laki atau para bapak, maka kami berharap rekan-rekan perempuan atau para ibu dapat menjadi teladan dalam kelemah lembutan dalam hidup sehari-hari di dalam lingkungan hidup maupun lingkungan kerjanya, dan kepada rekan-rekan laki-laki atau para bapak hendaknya tidak malu-malu belajar lemah lembut juga dari rekan-rekan perempuan atau para ibu.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Mat 5:6).

Perkembangan dari lemah lembut adalah ‘lapar dan haus akan kebenaran’, yang bersangkutan sungguh membuka diri sepenuhnya terhadap aneka macam nasihat, saran, ajaran , informasi dst.. dalam rangka menemukan kebenaran. Kebenaran sejati antara lain adalah bahwa kita adalah orang-orang lemah, rapuh dan berdosa yang dikasihi dan dipanggil oleh Allah untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Maka yang bersangkutan sungguh menghayati diri sebagai yang diperhatikan, banyak orang memperhatikannya, dan dengan demikian ia sungguh dipuaskan dengan berbagai bentuk perhatian.

Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” (Mat 5:7)

Orang yang menghayati diri sebagai yang diperhatikan banyak orang berarti kaya akan kemurahan hati, maka yang bersangkutan akan bermurah hati juga kepada orang lain atau siapapun juga. Murah hati berarti hatinya dijual murah alias siapapun boleh minta diperhatikan atau ia memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu. Masing-masing dari kita kiranya telah menerima kemurahan hati Allah, terutama dan pertama-tama melalui orangtua kita masing-masing, khususnya ibu kita yang telah mengandung dan melahirkan serta membesarkan dan mengasuh kita dengan sepenuh hati. Maka selayaknya sebagai umat beriman kita saling bermurah hati atau memperhatikan.

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:8)

Buah bermurah hati adalah suci atau “sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” (1Yoh 3:2-3). Orang suci adalah “orang yang menaruh pengharapan kepadaNya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci”. Orang suci mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, sehingga semakin dikasihi oleh Allah dan sesamanya. Ia sungguh menjadi ‘kekasih Allah’

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9)

“Menjadi kekasih Allah” secara otomatis akan “membawa damai” dimana pun ia berada atau kemana pun ia pergi, terutama damai di hati. Bersama dan bergaul dengan ‘kekasih Allah’ akan terasa sejuk, damai dan tenteram serta aman. Perdamaian menjadi dambaan atau kerinduan semua orang, maka marilah kita sebagai orang beriman atau kekasih Allah senantiasa menjadi saksi atau teladan perdamaian serta menyebarluaskan perdamaian kepada siapapun dan dimanapun . “There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness” (= Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan), demikian pesan Paus Paulus II memasuki millennium ketiga yang sedang kita jalani ini. Pembawa damai berarti senantiasa mengampuni siapapun yang telah menyalahi atau menyakitinya.

Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:10)

Memang ketika kita disalahi atau disakiti segera mengampuninya dan tidak balas dendam , kita akan merasa ‘teraniaya’. Baiklah jika demikian adanya marilah kita memandang dan menatap Dia yang tergantung di kayu salib. Untuk mewujudkan Kerajaan Allah/Sorga atau Allah yang meraja di dunia ini memang harus melalui penderitaan bahkan sampai wafat di kayu salib. Teraniaya atau menderita karena kebenaran adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati, maka nikmati saja apa adanya.

Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat” (Mat 5:11)

Tibo kebrukan ondho” = Jatuh tertimpa tangga, demikian kata pepatah Jawa. Ada kemungkinan dalam keadaan teraniaya dan menderita karena kebenaran kita masih dicela dan difitnah. Sekali lagi nikmati dan hayati aneka celaan dan fitnahan dalam dan bersama Tuhan, meneladan Yesus, Penyelamat Dunia, yang telah mengalaminya.

“TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan”
(Mzm 24:1-4b)

Ign Sumarya, SJ - 1 November 2011





BACALAH: http://forkatwg.blogspot.com/2011/10/menggapai-kekudusan.html

Selasa, 01 November 2011 Hari Raya Semua Orang Kudus

Selasa, 01 November 2011
Hari Raya Semua Orang Kudus

"Betapa menguntungkan direndahkan; itu satu-satunya jalan ke arah kesucian." (St Teresia dari Kanak-kanak Yesus).

Antifon Pembuka

Bergembiralah kita semua dalam Tuhan merayakan semua orang kudus. Malaikat pun bersuka ria berpesta dan memuji-muji Putra Allah.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, dalam Perayaan Hari Semua Orang Kudus ini kami kenangkan semua orang kudus yang mengimani dan mempercayakan dirinya kepada cinta kasih-Mu entah mereka itu terkenal entah tidak. Dengan para kudus itu kami telah Kau perkenankan dalam umat-Mu, dalam Gereja-Mu. Maka kami mohon dengan perantaraan mereka penuhilah doa keinginan kami dan perkenankanlah kami ikut serta dilimpahi belas kasih-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Wahyu (7:2-4.9-14)

"Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya, mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa"

Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup. Dengan suara nyaring ia berseru kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya, "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!" Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. Kemudian dari pada itu aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya, dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa. Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih, dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dengan suara nyaring mereka berseru, "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta, dan bagi Anak Domba!" Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta, tua-tua dan keempat makhluk yang ada disekeliling takhta itu. Mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah sambil berkata, "Amin! Puji-pujian dan kemuliaan, hikmat dan syukur, hormat, kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin! "Seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku, "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu, dan dari manakah mereka datang?" Maka kataku kepadanya, "Tuanku, Tuan mengetahuinya!" Lalu ia berkata kepadaku, "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar! Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan
Ayat. (Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6)
1. Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkan di atas sungai-sungai.
2. Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan dan tidak bersumpah palsu.
3. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (3:1-3)

"Kita akan melihat Kristus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya."

Saudara-saudara terkasih, lihatlah, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita sungguh anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita ini sudah anak-anak Allah, tetapi bagaimana keadaan kita kelak belumlah nyata. Akan tetapi kita tahu bahwa, apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, ia menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 11:28)
Datanglah pada-Ku, kamu semua yang letih dan berbeban berat. Aku akan membuat lega.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:1-12a)

"Bersukacita dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga."

Sekali peristiwa ketika melihat banyak orang yang datang, Yesus mendaki lereng sebuah bukit. Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya. Lalu Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, katanya, "Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat; bersukacita dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan


Setiap orang ingin bahagia. Segala usaha ditempuh agar kebahagiaan itu didapatkan. Usaha yang ditempuh masing-masing orang berbeda-beda tergantung bagaimana dia mengartikan kebahagiaan itu. Ada yang menyangka kebahagiaan itu ada dalam harta benda sehingga seluruh hidupnya dipakai untuk mengumpulkan harta benda. Ada yang mengira kebahagiaan itu ada dalam jabatan tinggi, akibatnya orang mengejarnya mati-matian. Apakah ketika hal-hal itu diperoleh, orang otomatis bahagia? Ternyata tidak. Harta benda dan jabatan sering kali belum cukup memenuhi kerinduan manusia akan kebahagiaan.

Sabda bahagia Yesus hari ini mengingatkan kita akan jalan kebahagiaan yang bisa ditempuh kalau kita menginginkan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati dapat kita peroleh kalau kita hidup dalam keutamaan-keutamaan, senantiasa mengandalkan Tuhan, dan memperjuangkan kebenaran serta perdamaian. Siapa pun dijanjikan kebahagiaan jika melewati jalan itu. Lewat jalan ini orang bukan hanya akan memperoleh kebahagiaan, tetapi juga kekudusan. Pada diri semua orang kudus yang dirayakan pestanya hari ini, kita mendapatkan contoh konkret pribadi-pribadi yang berhasil melewati jalan itu. Mereka bukan hanya menjadi bahagia, tetapi juga kudus.

Ya Tuhan, berkat teladan para kudus, semoga aku tidak henti-hentinya memperjuangkan kebahagiaan dan kekudusan dalam hidup sehari-hari. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

BACALAH: http://forkatwg.blogspot.com/2011/10/menggapai-kekudusan.html

Senin, 31 Oktober 2011 Hari Biasa Pekan XXXI

Senin, 31 Oktober 2011
Hari Biasa Pekan XXXI

“Cinta kasih hidup dari pengorbanan” (St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus)

Antifon Pembuka

Segala sesuatu berasal dari Allah tercipta oleh-Nya dan tertuju kepada-Nya. Bagi-Nya kemuliaan selama-lamanya.


Doa Pagi

Tuhan, kasih setia-Mu sungguh tak terhingga. Engkau justru menunjukkan kasih-Mu di kala kami berusaha berpaling dari-Mu dan menuruti kehendak kami sendiri. Terpujilah Engkau yang selalu bermurah hati kepada kami. Amin.

Adam dan Hawa tidak taat kepada kehendak Allah sehingga manusia ikut jatuh dalam dosa. Berkat ketaatan Yesus kepada kehendak Bapa, manusia selamat. Hubungan manusia dengan Allah yang rusak karena dosa diperbaiki kembali. Karena pada dasarnya, Allah ingin manusia itu selamat dan bahagia. Maka, orang beriman yang taat akan mampu menyelamatkan sesamanya.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (11:29-36)

"Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua."

Saudara-saudara, Allah tak pernah menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya. Dahulu kalian tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang kalian mendapat kemurahan karena orang-orang Israel tidak taat. Demikian pun sekarang mereka tidak taat, supaya memperoleh kemurahan berkat kemurahan yang telah kalian peroleh. Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua. Alangkah dalamnya kekayaan, kebijaksanaan dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-Nya, tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberi Allah sesuatu, sehingga Allah wajib menggantinya? Sebab segala sesuatu berasal dari Allah, ada karena Allah, dan menuju kepada Allah. Bagi Dialah kemuliaan selama-lamanya. Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku, ya Tuhan
Ayat. (Mzm 69:30-31.33-34.36-37)

1. Aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan lagu syukur.
2. Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; biarlah hatimu hidup kembali, hai kamu yang mencari Allah! Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin dan tidak memandang hina orang-orang-Nya yang ada dalam tahanan.
3. Sebab Allah akan menyelamatkan Sion dan membangun kota-kota Yehuda, supaya orang-orang diam di sana dan memilikinya; anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya, dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alelluya
Ayat. Jika kalian tetap dalam firman-Ku, kalian benar-benar murid-Ku, dan kalian akan mengetahui kebenaran.

Kasih sejati itu tidak menuntut balasan jasa. Hal ini sangant sulit dilakukan, karena orang suka menerima balas budi dan pengakuan. Sebaliknya, Yesus mampu mengasihi manusia sampai sehabis-habisnya, walau manusia seringkali mengkhianati-Nya. Kasih sejati lebih suka memberi daripada menerima. Berbahagialah orang yang suka memberi tanpa pamrih.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:12-14)

"Janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, melainkan undanglah orang-orang miskin dan cacat."


Yesus bersabda kepada orang Farisi yang mengundang Dia makan, “Bila engkau mengadakan perjamuan siang atau malam, janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula, dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi bila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Maka engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Pamrih adalah suatu kecenderungan yang ada dalam diri manusia. Orang melakukan sesuatu karena ada maksud tersembunyi di baliknya. Mereka menantikan balasan dan imbalannya. Itulah cara hidup balas budi, politik dagang sapi. Di sini jelas maksudnya, orang diundang untuk bekerja tanpa pamrih, untuk melayani tanpa mengharapkan imbalan jasa. Itulah sebabnya Yesus menasihati para pendengar-Nya untuk berbuat baik kepada mereka yang tidak mampu memberikan sesuatu sebagai balasan, dan menyerahkan seluruh pembalasannya kepada Tuhan sendiri.

Doa Malam


Tumbuhkanlah dalam hati kami ya Yesus, rasa syukur atas segala kebaikan-Mu yang boleh kami alami sepanjang bulan Oktober ini. Semoga kami mampu berbuat baik dan menjadi saluran kasih dan kebaikan-Mu, tidak hanya pada sesama yang baik tetapi juga kepada sesama yang sungguh berkekurangan. Amin.


RUAH

Bacaan Harian 31 Oktober - 06 November 2011

UJUD-UJUD KERASULAN DOA BULAN NOVEMBER 2011

Ujud Umum: Semoga Gereja-gereja Katolik Timur beserta warisan tradisi mereka yang sangat luhur semakin dikenali dan dihormati sebagai warisan rohani bagi seluruh Gereja.

Ujud Misi: Semoga Gereja di Benua Afrika menemukan kekuatan dalam Kristus untuk memperjuangkan keadilan dan rekonsiliasi sebagaimana dicanangkan oleh Sinode Para Uskup Afrika yang kedua.

Ujud Gereja Indonesia: Sadar akan tanggung jawab bersama, semoga semua warga bahu-membahu dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

Bacaan Harian 31 Oktober - 06 November 2011


Senin, 31 Oktober: Hari Biasa Pekan XXXI (H).
Rm 11:29-36; Mzm 69:30-31.33-34.36-37; Luk 14:12-14.

Yesus memberi perhatian istimewa kepada orang-orang miskin, baik jasmani maupun rohani. Yesus juga mengajak kita untuk melakukan yang sama. Orang-orang seperti itu ada di sekitar kita. Apa yang kita buat untuk mereka?

Selasa, 01 November: Hari Raya Semua Orang Kudus (P).
Why 7:2-4.9-14; Mzm 24:1-4ab.5-6; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a.

Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus dengan setia untuk menjalankan tugas perutusan kita. Pekerjaan ini tidak mudah. Ada banyak tantangan dan godaan. Namun, semua orang kudus yang kita rayakan hari ini menjadi teladan dan sekaligus menjadi dorongan bagi kita untuk mengusahakannya dengan bantuan rahmat Allah.

Catatan:

1. Dalam rangka “Hari Raya Mengenang Arwah Semua Orang Beriman” (tgl. 2 November), setiap orang Kristen dapat memperoleh indulgensi penuh bagi orang yang sudah meninggal.
2. Caranya: mengunjungi makam dan/atau mendoakan arwah orang yang meninggal,
•yang menjalankan setiap hari dari tgl. 01 – 08 Nopember memperoleh indulgensi penuh;
•yang menjalankan pada hari-hari lain, memperoleh indulgensi sebagian.
Rabu, 02 November: Peringatan Arwah Semua Orang Beriman (U/T).
2Mak 12:43-46; Mzm 130:1-8; 1Kor 15:12-34; Yoh 6:37-40.

Hari ini kita semua dipanggil untuk mengenang dan mendoakan anggota keluarga, sahabat dan kenalan yang telah meninggal. Kita percaya bahwa semua orang beriman kepada Kristus akan beroleh hidup yang kekal di dalam Kerajaan-Nya. Sebab, Yesus sendiri mengatakan bahwa Bapa menghendaki semua yang diberikan-Nya kepada Yesus, jangan ada yang hilang, tetapi supaya Yesus membangkitkan mereka pada akhir zaman.

Kamis, 03 November: Hari Biasa Pekan XXXI (H).
Rm 14:7-12; Mzm 27:1.4.13-14; Luk 15:1-10.

Panggilan murid Kristus adalah tidak membiarkan satu domba pun hilang. Tengoklah di sekitar kita, adakah domba-domba yang terlepas dari Sang Gembala? Yesus mengajak kita untuk juga menjadi gembala yang baik yang tidak tinggal diam terhadap domba yang hilang.

Jumat, 04 November: Jumat Pertama | Peringatan Wajib St. Karolus Borromeus, Uskup (P).
Rm 15:14-21; Mzm 98:1-4; Luk 16:1-8.

Yesus memuji bendahara yang tidak jujur itu bukan karena ketidakjujurannya, tetapi karena perbuatannya yang cerdik dalam mengatasi situasi krisis. Dalam keadaan terjepit, ia melakukan kebaikan dengan mengurangi beban hutang orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Kebaikan ini adalah jalan untuk keluar dari kemalangan dan mendapatkan stuasi rahmat dalam hidupnya.

Sabtu, 05 November: Hari Biasa Pekan XXXI (H).
Rm 16:3-9.16.22-27; Mzm 145:2-5.10-11; Luk 16:9-15.

Menjalankan ajaran kasih Tuhan mulai dari hal-hal sederhana dan yang kecil-kecil akan memampukan kita untuk menjalankan yang lebih besar. Ada banyak hal sederhana dan kecil yang dapat kita lakukan sehari-hari di mana pun kita berada untuk mewujudkan kasih itu.

Minggu, 06 November: Hari Minggu Biasa XXXII (H).
Keb 6:13-17; Mzm 63:2-8; 1Tes 4:13-18 (1Tes 4:13-14); Mat 25:1-13.

Kedatangan Tuhan yang kedua kali adalah pasti. Itulah saat Kerajaan Tuhan mencapai kepenuhannya. Tapi, tidak ada seorang pun tahu kapan saat kedatangan Tuhan itu. Karena kedatangannya tidak diketahui, kita mungkin bisa lupa untuk mempersiapkan diri. Kalau begitu, setiap saat kita bisa disergap oleh kedatangan Tuhan yang tak terduga, seperti lima gadis-gadis yang bodoh. Maka, marilah kita seperti gadis-gadis yang bijaksana dengan pelita yang terus menyala dan minyak yang cukup. Hidup iman harus terus berkobar mulai sekarang juga dan harus mempunyai daya tahan untuk masa yang jauh.

Kata & Perbuatan

Minggu, 30 Oktober 2011 Hari Minggu Biasa XXXI

Minggu, 30 Oktober 2011
Hari Minggu Biasa XXXI

"Doa menyegarkan jiwa dan memberikan rasa tenang" --- St Yohanes Krisostomus

Antifon Pembuka (Mzm 37:22-23)

Jangan tinggalkan daku, ya Allahku, janganlah jauh dari padaku. Bergegaslah menolong aku, ya Tuhan penyelamatku.

Doa Renungan


Allah Bapa yang mahakuasa dan maharahim, berkat rahmat-Mulah umat beriman dapat mengabdi dan menghormati Engkau sebagaimana mestinya. Semoga kami jangan sampai membuat kesal hati-Mu, tetapi berusaha hidup murni, agar memperoleh kebahagiaan yang Kaujanjikan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Nubuat Maleakhi (1:14b-2:2b.8-10)

"Kamu telah menyimpang dari jalan; dengan pengajaranmu, kamu membuat banyak orang tergelincir."

"Aku ini Raja yang besar," firman Tuhan semesta alam, "dan nama-Ku ditakuti di antara bangsa-bangsa. Maka sekarang, kepada kamulah tertuju perintah ini, hai para imam! Jika kamu tidak mendengarkan, dan jika kamu tidak memberi perhatian untuk menghormati nama-Ku, maka Aku akan mengirimkan kutuk ke antaramu dan akan membuat berkat-berkatmu menjadi kutuk. Kamu telah menyimpang dari jalan; dengan pengajaranmu kamu membuat banyak orang tergelincir; kamu merusakkan perjanjian dengan Lewi," firman Tuhan semesta alam. "Maka Aku pun akan membuat kamu hina dan rendah bagi seluruh umat ini, oleh karena kamu tidak mengikuti jalan yang Kutunjukkan, dan kamu memandang bulu dalam pengajaranmu. Bukankah kita sekalian mempunyai satu Bapa? Bukankah satu Allah yang menciptakan kita? Lalu mengapa kita berkhianat satu nama lain dan dengan demikian menajiskan perjanjian nenek moyang kita?"
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 842
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 131:1.2.3)

1. Tuhan aku tidak tinggi hati dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
2. Sungguh, aku telah menenangkan jiwaku; aku telah membuatnya diam seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
3. Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Tesalonika (2:7b-9.13)

"Kami rela membagi dengan kamu bukan hanya Injil Allah melainkan juga hidup kami sendiri."

Saudara-saudara, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya, demikianlah besarnya kasih sayang kami kepadamu, sehingga kami rela membagi dengan kamu bukan hanya Injil Allah, melainkan juga hidup kami sendiri, karena kamu memang kami kasihi. Kamu tentu masih ingat akan usaha dan jerih payah kami. Sebab sementara kami bekerja siang malam, agar jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Karena itulah kami tak putus-putusnya mengucap syukur kepada Allah, sebab kamu telah menerima sabda Allah yang kami beritakan itu. Pemberitaan kami telah kamu terima bukan sebagai perkataan manusia, melainkan sebagai sabda Allah, sebab memang demikianlah adanya. Dan sabda Allah itu bekerja giat dalam diri kamu yang percaya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = d, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mat 23:9a.10b)
Hanya satulah Bapamu, yaitu Dia yang di surga, hanya satulah Pemimpinmu, yaitu Mesias.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (23:1-12)


"Mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukan."

Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu. Tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang. Mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu suka disebut Rabi, karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Kristus. Siapa pun yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan


MANUSIA, SIAPAKAH ENGKAU?

"Manusia, siapakah engkau?" adalah judul buku Seri Sumber Hidup 6. Pertanyaan yang sama sangat cocok sebagai pertanyaan reflektif untuk merenungkan Injil hari ini. Kata Yesus, "
Tetapi kamu, janganlah kamu suka disebut Rabi, karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Kristus." (Mat 23:8-10)

Manusia adalah bagian dari suatu dunia semesta. Santa Teresa dari Avila dalam gambarannya mengenai jiwa manusia, dia berbicara tentang kediaman kedalaman manusia yang tidak terhitung jumlahnya. Dalamnya laut dapat diukur, tetapi dalamnya hati siapa yang mampu mengerti?

Proses pengenalan ke dalam hati manusia dapat dilalui lewat beberapa tahap. Pertama, taraf dangkal tentang hal-hal yang dapat diketahui: di mana Anda dilahirkan? Apa pekerjaan anda? Apakah anda memiliki KTP? Setiap orang tahu bahwa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu hampir tidak memperkaya pengetahuan kita tentang kedalaman pribadi manusia yang bersangkutan.
Kedua, taraf lebih dalam tentang cap tertentu yang sering kita lekatkan pada pribadi manusia lain. Dia itu pemabuk, peminum. Dia itu pembual. Dia itu 'gajah diblangkoni' -- bisa kotbah tetapi tidak bisa melakoni (melaksanakan) dan sebagainya. Kedalaman lubuk hati diri manusia itu sendiri yang tahu, bahwa ia tidak sama atau tidak sama dengan apa yang dikatakan dan dipikirkan orang tentang dirinya.
Ketiga, lebih dalam lagi, taraf bawah sadar. Taraf di mana manusia menyadari luka psikisnya dan menjadi sadar akan luka-lukanya untuk berangsur-angsur dapat melepaskannya.

Andaikata diajukan pertanyaan yang menentukan sesuai judul, "Manusia, siapakah engkau?" kirnaya jawabannya: Aku ini dari Allah -- aku ini menuju Allah. Santo Agustinus mpernah menyatakan, "Bagiku Allah adalah lebih akrab daripada keakrabanku sendiri." Kepribadian kita yang sebenarnya ada di dalam Allah. Inti pribadiku menyangkut Allah, dilahirkan dari Allah, tersembunyi dalam Allah. Maka Yesus mengecam cara hidup -- kepribadian - ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang
"mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang. Mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi." (Mat 23:4-7)

Pertanyaan permenungan: Manusia, siapakah engkau? kok memberi beban di atas bahu orang lain, sementara engkau tidak melakukannya? Manusia, siapakah engkau, karena engkau masih suka pamer supaya dilihat orang? Manusia, siapakah engkau, sehingga engkau masih mendamba penghormatan di dunia ini?

Beranikah kita berkata dari kedalaman hati seperti Santo Agustinus, "Aku ini manusia dari Allah. Aku ini manusia yang sedang menuju Allah"?

RUAH

Minggu, 30 Oktober 2011 Hari Minggu Biasa XXXI (Matius 23:1-12)

BOROK KEHIDUPAN AGAMA?

Rekan-rekan yang budiman,
Suatu ketika kepada orang banyak dan para muridnya Yesus menuturkan sikap tercela para ahli Taurat dan kaum Farisi (Mat 23:1-12, Injil Minggu Biasa XXXI tahun A tgl. 30 Oktober 2011). Sekalipun mereka ini memiliki hak untuk mengajarkan Taurat, janganlah kelakuan mereka diikuti. Mereka membebani orang dengan ajaran-ajaran tanpa bersedia menjalaninya sendiri. Mereka suka dipandang sebagai orang saleh, ingin diberi tempat kehormatan di tempat ibadat, mengharapkan sanjungan di hadapan umum.... Tingkah mereka ini boleh dikata sudah menjadi karikatur oberagama.

BOROK KEHIDUPAN?

Teks hari ini gampang dipakai untuk melancarkan kritik terhadap para pemimpin masyarakat khususnya di kalangan para tokoh agama. Tetapi apakah Injil pertama-tama bertujuan membuka borok-borok kehidupan agama seperti itu? Seandainya hanya itu, akan lebih menarik bila didatangkan seorang karyawan pastoran atau biara untuk curhat tiga menit di mimbar sebagai selingan dalam khotbah. Dia bakal jadi narasumber otentik. Atau bila keadaan mengizinkan, tayangkan sekaligus video (dengan muka para pembicara dikelabukan demi anonimitas) mengenai keluhan-keluhan seorang istri atau seorang suami atau anak terhadap tuntutan yang terasa terlalu besar untuk menjalankan hidup berumah tangga ideal menurut ajaran Gereja. Peragaan seperti itu akan lebih seru. Tapi itukah warta Injil hari ini? Rasa-rasanya bukan. Pewarta sabda tidak diminta menitip-nitipkan kritik ke dalam Injil, memuatinya dengan nasihat dan seruan moralistis, atau memakainya sebagai pijakan bercurhat.

DI BAIT ALLAH PADA HARI-HARI TERAKHIR


Ketika Yesus tiba di kota Yerusalem, orang banyak menyambutnya dengan meriah. Seluruh kota jadi gempar (Mat 21:10). Pada hari itu juga ia datang di Bait Allah dan menyadarkan orang bahwa rumah doa itu kini telah jadi sarang "penyamun" (21:12-13). Di situ juga ia menyembuhkan orang-orang buta dan orang-orang timpang. Imam-imam kepala dan ahli Taurat tidak senang melihat kepopuleran Yesus di wilayah mereka. Tetapi malam hari itu juga Yesus ke luar kota dan bermalam di Betania yang terletak di sebelah timur Yerusalem (21:18). Keesokan harinya ia kembali ke Bait Allah (21:23). Di situ terjadi serangkai pembicaraan dengan para pemimpin Yahudi yang mempertanyakan asal kuasa Yesus. Dalam kesempatan inilah ia mengajar dengan perumpamaan mengenai para penggarap kebun anggur yang mau merebut hasil dan tanah majikan (21:33-45), perumpamaan para undangan ke perjamuan nikah dan pakaian pesta (22:1-14). Juga waktu itulah dipaparkan pemecahan masalah membayar pajak kepada Kaisar (22:15-22), jawaban bagi penolakan orang Saduki terhadap kebangkitan (22:23-33), dan pengajaran mengenai hukum yang terutama (22:34-40) dan penjelasan mengenai hubungan antara Yesus dan Daud (22:41-46). Peristiwa yang disampaikan Injil hari ini terjadi di Bait Allah juga. Pengajaran ini disusul dengan tujuh kecaman keras terhadap sikap para ahli Taurat dan orang Farisi termasuk para pemimpin (23:13-36) dan keluhan terhadap kota Yerusalem (23:34-35). Setelah itu Yesus keluar dari Bait Allah dan Injil Matius mulai menceritakan pengajaran Yesus mengenai akhir zaman (24:1-25:46). Ini semua terjadi dua hari ia ditangkap untuk disalibkan dua hari menjelang Paskah orang Yahudi (26:2).

Konteks di atas memberi arti yang lebih penuh pada pengajaran Yesus. Matius menampilkan Yesus sebagai orang yang berkuasa mengajarkan mengenai Allah - di rumah-Nya sendiri. Bukan lagi para ahli Taurat dan orang Farisi yang kini berkuasa. Wibawa mereka sudah pudar karena mereka sendiri tidak menjalankan yang mereka ajarkan. Dan ini dirasakan orang banyak. Namun kuasa yang kini dimiliki Yesus membawa risiko. Para tokoh yang tak senang akan kepopuleran Yesus ini membuat rencana untuk menjatuhkannya (26:1-5). Yesus juga sadar bahwa risiko ini muncul dari keteguhannya dalam mengasihi Allah dengan seutuh-utuhnya dan mengasihi sesama yang sama-sama manusia seperti dia... Ia menghayati yang diajarkannya. Di situlah integritasnya. Ini dilihat orang banyak pula.

DUDUK DI KURSI MUSA?


Dikatakan dalam terjemahan yang lazim dipakai di Indonesia bahwa ahli Taurat dan orang Farisi "telah menduduki kursi Musa". Sayang kata "menduduki" dapat memberi kesan "menghuni dengan tanpa hak, merebut" yang tidak dimaksud di sini. Lebih cocok bila dipakai "duduk di kursi Musa". Dalam tradisi Yahudi ketika itu memang para ahli Taurat dan kaum Farisi diakui memiliki wewenang mengajarkan dan menafsirkan Taurat dengan wibawa seperti yang dimiliki Musa sendiri. Pengaruh mereka mulai besar pada abad ke-5 seb. Masehi, yakni setelah orang Yahudi kembali dari pengasingan di Babilonia. Pada zaman itu dibutuhkan pegangan untuk membangun kembali kehidupan bangsa dan agama. Dapat dimengerti bila sisi "hukum" ajaran agama lebih ditonjolkan. Tiap kali masyarakat Yahudi terdesak oleh kuasa politik dari luar, maka ciri-ciri legalistis kepercayaan mereka makin menjadi menonjol. Keadaan seperti ini sering dijumpai di pelbagai masyarakat, juga pada zaman kita sekarang. Tentu saja ada ekses. Dan inilah yang dibicarakan dalam petikan hari ini. Pengajaran dan kesaksian hidup pribadi sering tidak sejalan. Boleh dikatakan ketimpangan itu berpusat pada diabaikannya hidup beragama yang semestinya bergantung pada dua perintah yang terbesar yang dibicarakan dalam bagian sebelumnya (Mat 22:34-40; bacaan Injil Minggu Biasa XXX/A).

PEMBACA INJIL MATIUS: DULU DAN SEKARANG

Injil Matius tumbuh di kalangan orang-orang Yahudi yang telah menjadi pengikut para rasul. Orang-orang itu memiliki latar pendidikan Taurat yang kuat dan memang berusaha hidup menurut Taurat dengan baik. Tentu ada dari mereka yang akhirnya keterlaluan dan bersikap legalistis...juga setelah bergabung dengan para pengikut Yesus. Mereka inilah yang dibicarakan dalam Injil hari ini. Meski penggambarannya dilatarbelakangi kecaman Yesus terhadap para ahli Taurat dan kaum Farisi, masalahnya lebih menyangkut kehidupan di dalam komunitas muda yang memang tumbuh dari kalangan Yahudi. (Tidak semua pemimpin dan ahli Taurat atau kaum Farisi tercela. Ada orang-orang seperti Yusuf Arimatea dan Nikodemus, ada juga Saulus, orang Farisi yang fanatik tetapi yang kemudian menjadi rasul Paulus.) Pembaca dari zaman dulu melihat kembali secara kritis ke masa lampau mereka sendiri dan dengan halus menyampaikan kepada rekan-rekan mereka agar tidak menempuh cara lama itu. Mereka mau menyadari sisi mana dari cara hidup mereka tidak bisa lagi memberi inspirasi dan tidak bisa menjawab tantangan zaman. Mereka mau menimba kebijaksanaan dari ingatan para guru mereka yang masih mengenal Yesus ketika mengajar di Yerusalem dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh di sana. Inilah yang ditampilkan Matius.

Tentunya pembaca dari zaman kita sekarang tidak hanya berminat pada konteks yang dulu-dulu saja. Orang zaman ini ingin membaca Injil sebagai inspirasi hidup. Bila tidak tergesa-gesa, sebenarnya kuncinya juga terdapat di dalam Injil Matius sendiri. Secara sederhana begini. Seluruh pengajaran Yesus menjelang akhir hidupnya dalam Mat 23 ditampilkan oleh Matius sebagai gema pengajarannya ketika ia mulai tampil di muka umum, yakni ketika ia mengajar "orang banyak dan murid-muridnya" di sebuah bukit (Mat 5:1 dan 5:17-7:29).

Baik diperiksa bagaimana bagian yang memuat tujuh kecaman terhadap pemimpin, ahli Taurat dan orang Farisi (Mat 22:13-36, kelanjutan bacaan hari ini) berpadanan dengan Sabda Bahagia (Mat 5:3-12). Mereka yang dicela itu dikatakan telah menutup pintu-pintu Kerajaan Surga (22:13), bdk. orang miskin dan orang yang dianiaya yang dalam Sabda Bahagia dikatakan bakal memiliki Kerajaan Surga (5:3 dan 10); mereka disebutkan calon penghuni neraka (22:15), bdk. pembawa damai yang akan disebut anak-anak Allah (5:9); mereka disebut buta (22:16-22), bdk. orang yang bersih hatinya yang akan melihat Allah (5:8); mereka mengabaikan belas kasihan (22:23-24), bdk. orang yang berbelaskasihan yang akan mendapat belas kasihan (5:7); mereka rakus tak pernah kenyang (22:25-26), bdk. orang lapar dan haus yang akan dipuaskan (5:6); batin mereka membusuk seperti mayat yang dikubur (22:27-28), bdk. orang berduka cita yang akan dihibur (5:4); kelakuan jahat mereka akan menjadi hukuman mereka sendiri (22:29-35), bdk. orang lemah lembut yang akan imemilik bumi.

Diberikan gambaran keadaan bila pengajaran di bukit dan Sabda Bahagia tidak dihayati. Mereka yang merasa mau menegakkan hukum agama akan menindas kehidupan agama dari dalam! Ini kendala beragama yang tidak berusaha mengembangkan inti sikap beragama sendiri. Malah bisa memburuk dan memborok. Pada titik ini Injil Matius hendak membawa pembaca kembali ke inti kehidupan orang yang percaya, yakni ke inti pewartaan Yesus sendiri: mengajak orang menyongsong masa depan di dalam Kerajaan Surga sehingga menemukan kembali manusia yang utuh. Dan sekali lagi, di situ kemerdekaan manusia serta kebijaksanaan menghayatinya menjadi pusat perhatian.

Salam hangat,
A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy