Tujuan: Umat menyadari dan menghayati solidaritas Allah kepada manusia yang diwujudkan dalam hidup beriman dewasa ini.
1. Lagu Pembuka
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 659)
2. Doa Pembuka
doa dapat dikembangkan oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
- mengucap syukur atas pertemuan Adven kedua dan atas karunia dari Allah yang sudah diterima selama ini.
- Mohon terang Roh Kudus agar pertemuan dapat berjalan dengan baik, lancar dan mampu memahami solidaritas Allah kepada manusia yang harus diwujudkan dalam hidup beriman di tengah masyarakat.
3. Pengantar
Dalam pertemuan pertama, kita diajak menyadari bahwa setiap manusia mempunyai kerinduan akan pertolongan ALlah terutama pada saat kita mengalami ketidakberdayaan. Dalam pertemuan kedua ini, kita diajak untuk melihat tanggapan Allah atas kerinduan tersebut. Sebagaimana dialami oleh bangsa Israel, kerinduan mereka akan pertolongan Allah terjawab dengan hadirnya Yesus, Sang Emmanuel di tengah umat manusia. Yesus menjadi jawaban dan sekaligus solidaritas Allah pada manusia.
Dalam pertemuan ini nanti kita akan melihat solidaritas Allah sebagaimana direnungkan dalam surat Yohanes. Kemudian kita juga diajak untuk memaknai Natal sebagai cara Allah mewujudkan solidaritasnya kepada manusia. Dalam situasi ketidakberdayaan, tentu menjadi suatu peneguhan dan pengharapan kalau ada yang solider dengan hidup kita. Dalam sejarah penyelamatan, kita syukuri bersama, ternyata tidak hanya manusia yang solider tetapi Allah juga solider. Solidaritasnya diwujudkan dengan mengutus Putra-Nya terkasih tinggal, hidup, dan terlibat dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah kehidupan.
Maka baik kalau mengawali pertemuan ini kita syukuri kebaikan dan solidaritas Allah atas hidup kita masing-masing dan hidup bersama kita. Kita akan berbagi pengalaman bagaimana kita sendiri mengalami penyertaan dan pertolongan Tuhan.
4. Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven
P. Tuhan terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.
U. Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama
P. Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, hamba-Mu yang merindukan Putra-Mu, cahaya kehidupan kami. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putra-Mu yang menjadi penerang bagi hidup dan karya kami. (lilin dinyalakan)
Bagai nyala lilin yang semakin terang, demikianlah kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus dalam kehidupan kami.
Semoga dalam terang-Nya, kami dapat mengembangkan iman yang solider, mendalam dan tangguh, sehingga mampu mewujudkan iman di tengah-tengah masyarakat. Doa ini kami sampaikan dengan pengantaraan Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
5. Inspirasi dan Permenungan
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (1Yoh 4:10-16)
Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allahlah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai silih bagi dosa-dosa kita! Maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Tetapi jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Beginilah kita ketahui bahwa kita berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita, yakni bahwa Ia telah mengaruniai kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Kami telah melihat dan bersaksi bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Penyelamat dunia. Barangsiapa mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Kutipan dari Surat Yohanes diatas, ingin mengatakan kepada kita bahwa jawaban Allah atas kerinduan manusia adalah mengasihi. Kasih itu diwujudkan dengan mengutus Putra-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa manusia. Kehadiran Yesus itu menjadi wujud nyata dari tindakan solider Allah pada manusia. Hal ini dipertegas pula oleh sebuah permenungan Natal Rm. Antonius Benny Susetyo, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), ketika diwawancarai oleh Cathnews Indonesia berikut ini:
"Natal identik dengan kabar penyelamatan. Dalam kondisi bangsa kita saat ini, bagaimana perwujudan kabar penyelamatan itu? Kita kembalikan terlebih dulu segalanya ke spirit Natal. Spirit Natal itu sebenarnya pendobrakan dari kemapanan. Kita bayangkan seorang raja, mengapa dilahirkan di kandang, bukan di istana? Allah yang derajatnya tinggi mengapa di taruh di tempat yang menurut kebanyakan orang terendah, yaitu kandang.
Jadi, ada pesan besar di balik semua ini, yaitu perubahan dan pendobrakan atas sikap dan pola pikir yang ada selama ini. Natal itu melahirkan perubahan sikap tentang kesamaan manusia dan martabat. Tak pelak tidak ada lagi kekuasaan untuk kepentingan para penguasa. Tapi kekuasaan harus diabdikan untuk pelayanan manusia. Allah sendiri mau melayani para gembala, yang simbol rakyat, mengapa manusia yang menjadi penguasa malah minta untuk dilayani.
Natal harus dimaknai sebagai kelahiran sebuah semangat baru untuk menyelamatkan manusia, dengan mendobrak nilai-nilai lama yang merusak martabat manusia, dan melahirkan tatanan baru yang adil, yang beradab, yaitu nilai-nilai yang memuliakan martabat manusia dan pada akhirnya menyejahterakan kehidupan manusia." (http://www.cathnewsindonesia.com 22 Desember 2010)
Dari permenungan tersebut, kita diperteguh bahwa solidaritas Allah adalah tindakan bebas Allah untuk mewujudkan cinta-Nya yang total kepada manusia dan mewujudkan kerinduan-Nya yang mendalam untuk menyelamatkan manusia. Tindakan solidaritas Allah itu diwujudkan dengan kesediaan-Nya untuk menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Maka Yesus sungguh menjadikan Allah beserta kita. Dengan menjadi Allah beserta kita berarti Alah mengambil bagian dalam kehidupan kita.
Tindakan Allah itu tidak berarti Allah akan memecahkan segala persoalan-persoalan kita, atau memperlihatkan kita jalan keluar dari kebingungan kita atau memberi jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan kita. Ia mungkin saja bisa melakukan semua itu, tetapi solidaritas-Nya ada dalam kenyataan bahwa Ia rela bersama kita masuk dalam persoalan-persoalan, kebingungan, ketidakberdayaan, dan sekaligus pertanyaan-pertanyaan kita. Ia melibatkan diri-Nya sendiri duntuk hidup dalam solidaritas dengan kita, untuk bersama-sama kita berbagi rasa dalam kegembiraan dan penderitaan kita, untuk membela dan melindungi kita dan untuk menanggung seluruh suka duka kehidupan bersama kita. Allah beserta kita adalah Allah yang dekat, Allah tempat kita mencari perlindungan, pegangan, dan pertolongan. Ia meninggalkan keagungan-Nya dan kekuasaan-Nya untuk masuk dalam kerapuhan dan keringkihan manusia. Jadi solidaritas Allah itu ditandai dengan gerak turun dari pihak Allah untuk mendekati manusia dan tinggal bersama manusia supaya pada saatnya bisa membawa manusia kepada keselamatan. Gerak turun itu digambarkan dengan sangat menarik oleh Karl Barth, "daripada mengusahakan kedudukan yang lebih tinggi, kekuasaan yang lebih besar, pengaruh yang lebih luas, Yesus bergerak dari ketinggian kepada kedalaman, dari kemenangan kepada kekalahan, dari keagungan kepada penderitaan, dari kehidupan kepada kematian." Maka kita bersyukur kepada Allah kita adalah Allah yang solider dan berbelas kasih kepada kita.
6. Refleksi dan Sharing Pengalaman
Pemandu mengajak umat untuk mendalami, berbagi pengalaman iman dan memberikan berbagai peneguhan.
Untuk memperdalam pengalaman solidaritas Allah tersebut, kita bisa berbagi pengalaman dan permenungan.
a. Pernahkan Anda mengalami krisis iman, dimana Allah sama sekali tidak Anda rasakan kehadiran dan campur tangan-Nya? Pada saat apa Anda mengalami seperti itu?
b. Campur tangan Allah seperti apa yang pernah Anda alami dan sungguh-sungguh meneguhkan anda?
(pemandu dapat memberikan alternatif uraian peneguhan serta berbagi pengalaman atau sharing dengan beberapa rumusan alternatif sebagai berikut.
Kita syukuri bersama-sama bahwa dalam ketidakberdayaan dan kerapuhan kita, Allah datang, membantu dan campur tangan dalam kehidupan kita. Campur tangan Allah paling nyata adalah dalam peristiwa Natal, dimana Dia hadir menjadi manusia dan tinggal bersama kita. Dalam kebersamaan-nya ia senantiasa dekat dengan setiap orang terutama mereka yang lemah, miskin, berdosa dan tak berdaya. Ia mewujudkan kasih dengan menyembuhkan, mengampuni, menguatkan, menghidupkan, dan memberi harapan. Puncak kasih-Nya terwujud ketika Ia menanggung penderitaan dan wafat di kayu salib untuk penebusan dan penyelamatan manusia.
Tindakan Allah dalam Yesus Kristus tersebut semakin meneguhkan kita untuk tidak mudah putus asa dalam segala penderitaan dan kesulitan. Kita tidak berjuang sendiri, tetapi Allah turut bersama kita menguatkan perjuangan kita. Tindakan Allah tersebut juga membuat kita semakin percaya bahwa Allah tidak tinggal diam atas segalap engalaman dan pergulatan hidup kita. Akhirnya semoga tindakan Allah itu juga memberi inspirasi pada kita semua untuk mengembangkan solidaritas satu sama lain. Kita berani memilih solider dan setiakawan pada orang-orang yang membutuhkan pertolongan dariapda kita menutup pintu hati untuk mencari nyaman dan aman sendiri. Tuhan akan selalu menyertai dan memberkati kita dalam pilihan-pilihan baik kita.
7. Doa Umat dan Doa Penutup
Pemandu mengajak umat berdoa permohonan (doa umat) yang ditutup dengan doa Bapa Kami, lalu dilanjutkan dengan doa penutup.
Doa dapat ditutup oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
- mengucap syukur karena pertemuan dapat berjalan lancar dan memberikan kesadaran baru.
- mohon penyertaan rahmat Allah supaya mampu meresapkan dalam hati segala nilai-nilai imani yang telah ditemukan, terutama mewujudkan solidaritas dalam hidup beriman.
8. Lagu Penutup
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan misalnya PS 436-540)