| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Panduan Adven 2011: Ekaristi Sumber Berkat Dalam Keluarga -- Keuskupan Agung Jakarta

Tahun 2012 adalah tahun Ekaristi, maka dari masa Adven ini kita mulai merenungkan Ekaristi yang mengajak kita semua semakin rendah hati di hadapan Tuhan.

Metode Ibadat Sabda dan Metode 7 langkah tetap digunakan di lingkungan.Pemandu / Fasilitator harus kreatif mengembangkan dengan kemampuannya. Dari presentasi Adven 2011 – KAJ dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan di lingkungan masing-masing. Kreatifitas Fasilitator akan mengantar umat untuk semakin menghayati hidup dalam Ekaristi.

Beberapa macam cara diterapkan guna memahami dan merenungkan materi ini, seperti : 5W+1H ~ who – what – why – where – when dan How. Cara ini sudah cukup dikenal di kalangan penulis berita tetapi dapat digunakan oleh Fasilitator untuk menggali materi agar lebih terarah dan lebih mudah menarik benang merahnya.

Tema di atas akan kita dalami dalam 4 pertemuan dalam masa adven ini, dengan pembahasan masing masing sub tema, yaitu :

Sub-tema 1 : Ekaristi Mempersatukan Keluarga

Sub-tema 2 : Ekaristi Meneguhkan Keluarga

Sub-tema 3 : Ekaristi Dasar Perutusan dalam Membangun Keluarga

Sub-tema 4 : Ekaristi Dasar Perutusan Dalam Membangun Persaudaraan dengan Sesama

Pertemuan I: Kemandirian Gereja Berkat Pemberdayaan Karisma Umat Allah - Keuskupan Agung Palembang

Salah satu unsur penting Visi Keuskupan Agung Palembang (KAPal) yang dirumuskan dalam Sinode II adalah bahwa sebagai persekutuan murid-murid Kristus umat KAPal bercita-cita untuk beriman yang mandiri. Kemandirian Gereja Indonesia (dan juga KAPal) secara formal telah diakui sejak 3 Januari 1961 yang lalu, sebagaimana telah kita rayakan dalam ekaristi Hari Minggu yang lalu. Namun kemandirian Gereja kiranya bukan hanya formal organisasi saja. Kemandirian itu harus tampak pula dalam hidup beriman dan menggereja anggotanya. Maka cita-cita kita bersama, umat KAPal, bukanlah impian kosong bila mana Gereja KAPal (umat dan hierarki) bersatu padu, saling mendukung dan berperan serta dalam mewujudkannya.

Bertolak dari amanat Sinode II KAPal di atas, maka dalam Masa Adven tahun 2011 ini, kita bersama diajak untuk menggeluti tema “kemandirian” itu. Tema lengkapnya adalah “Mewujudkan KAPal sebagai Persekutuan Murid-murid Kristus yang Mandiri.” Melalui permenungan tema ini kita diajak untuk menyadari kharisma-kharisma yang ada dalam diri kita masing-masing berkat rahmat baptisan yang kita terima. Kemudian kita diajak untuk mewujudkan kemandirian itu dalam bidang tenaga pastoral, finansial dan bagaimana harapan Bapa Uskup terhadap keuskupan ini.

Dalam mewujudkan kemandirian Gereja, pertama-tama kita diajak untuk menyadari panggilan kita bersama berkat sakramen baptis. Selain diangkat sebagai anggota umat Allah, berkat baptisan kita disatukan sebagai anggota Gereja. Maka suka-duka Gereja adalah suka-duka kita bersama para anggotanya. Setiap anggota Gereja dipanggil untuk turut ambil bagian dan berperan serta dalam langkah pembaharuan dan perwujudan iman yang manndiri secara terus menerus.

Berkat pembaptisan pula setiap orang menerima kurnia secara khusus dan sesuai dengan kemampuan masing-masing berkat curahan Roh Kudus. Oleh karena itu setiap orang juga dipanggil untuk mewujudkan dan menggunakan kurnia itu dalam karya pelayanan Gereja yang mandiri dan bertanggung-jawab. Umat yang mandiri adalah umat yang berani dan mempercayakan karya Roh Kudus dalam dirinya untuk saling melayani dan melengkapi. ”Daripada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagian-nya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”( Ef 4: 16).

Kharisma berasal dari bahasa Yunani, kharis / kharismata yakni tindakan anugerah Allah. Dalam Kitab Suci kharisma diterjemahkan sebagai “karunia.” Kharisma atau karunia merupakan anugerah Allah kepada manusia berupa keselamatan dan pengampunan, juga kemampuan tertentu bagi pelayanan jemaat dan talenta alamiah yang ada dalam diri manusia. Kharisma bukan diperoleh karena jasa manusia, melainkan murni anugerah dan kemurahan Allah bagi manusia. Maka sudah selayaknya jika kharisma / karunia itu dipergunakan demi kemuliaan Allah dan pelayanan bagi sesama.

Marilah dalam minggu Adven I ini kita menyadari kharisma manakah yang secara khas saya miliki dan berguna bagi pelayanan jemaat / Gereja? Bersediakah saya mempergunakannya demi terwujudnya Gereja KAPal yang mandiri? Bagaimana caranya? ****Sumber: Gema Paroki St Yoseph Palembang.

Panduan Adven 2011: Mewujudkan Keuskupan Agung Palembang Sebagai Persekutan Murid-murid Kristus yang Mandiri -- Keuskupan Agung Palembang

Dalam masa Adven ini Keuskupan Agung Palembang (KAPAL) mengajak kita untuk menggeluti Tema ”Kemandirian”. Tema lengkapnya adalah ”Mewujudkan Keuskupan Agung Palembang sebagai Persekutuan Murid-murid Kristus yang mandiri” hal ini sesuai dengan amanat dari Sinode II KAPAL pada Tahun 2009 yang lalu.

Melalui permenungan ini kita diajak untuk menyadari kharisma-kharisma yang ada dalam diri kita masing-masing berkat dan rahmat baptisan yang kita terima. Kemudian kita di ajak Bapak Uskup untuk mewujudkan kemandirian tersebut terutama dalam bidang tenaga pastoral dan finansial.

Tema di atas akan kita dalami dalam 4 pertemuan dalam masa adven ini, dengan pembahasan masing masing sub tema, yaitu :
  1. Kemandirian Gereja Berkat Pemberdayaan Karisma Umat Allah.
  2. Siap Diutus : Menjadi Imam-Raja dan Nabi bagi Gereja Keuskupan Agung Palembang
  3. Membangun Semangat Berbagi : Mewujudkan Kemandirian Finansial dan
  4. Mewujudkan Kemandirian Gereja Keuskupan Agung Palembang

Panduan Adven 2011: Pertemuan IV: Menjadi Signifikan dan Relevan Bagi Masyarakat - Keuskupan Agung Semarang

Pertemuan Keempat: MENJADI SIGNIFIKAN DAN RELEVAN BAGI MASYARAKAT
Tujuan: Umat menyadari bahwa iman harus diwujudkan dalam kehadiran dan keterlibatan yang signifikan dan relevan di tengah masyarakat.

1. Lagu Pembuka
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 443, 445)

2. Doa Pembuka
doa dapat dikembangkan oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur atas pertemuan Adven keempat dan atas karunia dari Allah yang sudah diterima selama ini, terutama sebagai umat Katolik yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia selama ini.
  • Mohon terang Roh Kudus agar pertemuan dapat berjalan dengan baik, lancar, dan mampu memahami bahwa iman harus diwujudkan dalam keterlibatan di tengah masyarakat.

3. Pengantar

Karya keselamatan yang diwartakan dan dihadirkan Yesus tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat sekitar-Nya. Hidup dan karya Yesus terkait erat dengan situasi dan keprihatinan masyarakat. Sebagai umat Katolik, anggota Gereja dan umat yang mengimani karya keselamatan Allah yang dinyatakan melalui Yesus Kristus, kita pun diundang untuk mewartakan kabar gembira kepada semua orang yang berkehendak baik. Gereja ada di tengah masyarakat. Dengan demikian, Gereja juga terbuka dan terlibat dalam kehidupan masyarakat. Sebagai anggota Gereja, kita tidak hanya sibuk dengan diri sendiri. Kita juga diundang untuk berperan serta dalam kegiatan bermasyarakat. Kehadiran Gereja hendaknya mampu membawa warta gembira itu bagi seluruh masyarakat sehingga kehadiran Gereja sungguh menjadi signifikan dan relevan bagi masyarakat.

Dalam Adven keempat ini, kita diajak untuk melihat kembali hidup beriman dalam masyarakat, secara khusus dalam pengharapan menantikan Yesus selama masa Adven. Kita diajak merenungkan bagaimana peran serta kita sebagai anggota Gereja dalam kehidupan masyarakat. Sikap-sikap yang perlu kita bangun, untuk menunjukkan bahwa beriman di dalam masyarakat adalah beriman sejati, menunjukkan solidaritas, kedalaman, ketangguhan, dan secara gembira memberikan kasih yang nyata bagi masyarakat sekitar kita.

4. Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven

P. Tuhan terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.
U. Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama
P. Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, hamba-Mu yang merindukan Putra-Mu, cahaya kehidupan kami. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putra-Mu yang menjadi penerang bagi hidup dan karya kami. (lilin dinyalakan)
Bagai nyala lilin yang semakin terang, demikianlah kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus dalam kehidupan kami.
Semoga dalam terang-Nya, kami dapat mengembangkan iman yang solider, mendalam dan tangguh, sehingga mampu mewujudkan iman di tengah-tengah masyarakat. Doa ini kami sampaikan dengan pengantaraan Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

5. Inspirasi dan Permenungan
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:1-20)

Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-- supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita." Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.


***


Para gembala bersuka cita mendengar warta kelahiran Sang Juruselamat. Mereka kemudian bergegas pergi ke Betlehem dan menjumpai sang bayi Yesus. Hati mereka berkobar-kobar penuh kegembiraan, hingga menggerakkan diri mereka mewartakan kabar gembira kepada siapa pun yang dijumpai dan selalu memuji Allah melalui kata, sikap, dan tindakan. Melalui para gembala itu, semakin banyak orang mengenal Allah dan mengalami kasih-Nya.

Selayaknya seperti para gembala, perjumpaan dengan Allah dan pengalaman iman kita akan Dia menggerakkan hidup kita untuk bersuka cita dalam hidup dan berani menjumpai siapa pun untuk berbagi kebahagiaan. Kehadiran yang memberi kegembiraan dan pengaruh baik bagi banyak orang itu menjadi panggilan setiap orang kristiani sepanjang abad. Saat ini ketika banyak orang berpikir untuk kepentingan diri dan hilang rasa solidaritas, kepedulian, kita dipanggil justru untuk terlibat dalam kehidupan bersama dan berbagi kasih Tuhan dalam aneka bentuk. Keterbatasan, kekurangan, bahkan ketidakberdayaan kita jangan menjadi alasan untuk menutup hati dan melipat tangan bagi sesama kita. Pengalaman ibu Maria Goretti menjadi inspirasi bagi kita.

Saya bernama Maria Goretti. Saya menjadi Katolik ketika sudah dewasa. Sejak dibaptis, saya selalu yakin bahwa saya bersama Yesus.

Bersama Yesus menjadi sumber kekuatan bagi diri hidup saya. Kekuatan itu juga yang meneguhkan semangat saya untuk membantu kedua orang tua. Meskipun telah berbeda keyakinan dengan anggota keluarga, sebagai anak sulung, saya tetap merasa bertanggungjawab mendampingi adik-adik saya. Syukur kepada Allah! Saya bisa membantu adik-adik saya untuk mandiri. Saat ini, mereka telah berkeluarga dan memiliki kehidupan yang cukup mapan.

Bersama Yesus juga mendorong saya untuk membantu dan menyumbangkan kemampuan diri saya bagi orang-orang di sekitar saya. Sebagai Ibu RW, saya tergerak untuk membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Saya memberdayakan kaum perempuan supaya mereka juga bisa membantu ekonomi keluarga. Saya tidak membeda-bedakan keyakinan dalam bersahabat dan dalam menolong. Walaupun sebagai umat kristiani, saya memberikan satu ruang di rumah saya untuk sholat, berikut dengan perangkatnya. Alasan saya sederhana. Saya ingin agar saudara-saudara berkeyakinan lain pun dapat melaksanakan ibadah mereka. Sikap itu pula yang membebaskan saya untuk semakin leluasa memberi perhatian kepada siapa saja. Bila ada tetangga yang menderita sakit, saya berusaha untuk segera mengunjungi. Biasanya, saya juga mengkoordinir para ibu lain supaya kami dapat bersama-sama mengunjungi yang sakit. Dalam lingkungan pekerjaan, saya pun dipercaya untuk menjabat bendahara kantor. Walaupun berat dan berresiko, syukurlah bisa mengemban tugas sebagai bendahara selama 5 tahun dengan baik sampai masa pensiun.

Dalam Gereja, saya mencoba aktif di berbagai kegiatan, baik dalam tingkat lingkungan, paroki bahkan kevikepan. Bersama dengan suami dan anak-anak, saya mencoba memberi perhatian secara khusus dalam kegiatan Orang Muda Katolik (OMK). Selain itu, saya dan suami menjadi pasutri yang mendampingi komunitas anak-anak muda yang sedang mencari dan memperkuat jati dirinya.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ketika tepat berumur 56 tahun, tulang leher saya hilang seruas! Dokter yang memeriksa saya mengatakan bahwa saya terserang kanker stadium empat. Saya terserang kanker ganas. Saya shock! Ada keinginan untuk berontak. Saya sangat sulit menerima kenyataan pahit ini. "Dokter kan bisa keliru," demikian kata saya berusaha menolak kanker yang menggerogoti tubuh saya.

Selama tiga bulan pertama di rumah sakit dr. Sardjito, saya masih memiliki semangat besar untuk sembuh. Tetapi, kanker yang mendera diri saya justru kian memperparah fisik saya. Dalam kondisi tubuh yang kian kurus dan kepala botak, saya sering merasakan sakit yang amat sangat. "Sakit sekali... Obat penahan sakit yang kuminum sudah dosis yang paling tinggi, tapi masih juga terasa sakit..". Saya kerap menahan air mata yang akan mengalir. Dalam kondisi seperti ini, banyak kenalan yang mendampingi dan mendukung saya. Mereka menguatkan saya.

Dalam perjalanan waktu, saya tidak mau larut dalam duka dan derita. Dalam sakit yang saya derita, saya masih ingin berguna bagi sesama. Dari atas tempat tidur, saya memulai mendoakan banyak orang. Biasanya, anak saya memberikan daftar-daftar nama yang akan saya doakan. Benar juga! Dengan melakukan aktifitas itu, saya merasa lebih berguna.

Ternyata pengalaman "Bersama Yesus!" tidak hanya menyemangati saya untuk melayani, tetapi juga meneguhkan saya dalam kelemahan dan derita. Kebersamaan dengan Yesus menguatkan dan meneguhkan saya ketika menghadapi saat-saat kritis hidup saya.
Kisah nyata Ibu Maria Goretti.

6. Refleksi dan Sharing Pengalaman

Menghadirkan Kristus sebagai Juruselamat di tengah-tengah masyarakat merupakan cita-cita. Natal yang perlu kita upayakan. Bagaimana kita memahami warta kegembiraan karya keselamatan Yesus ini agar semakin nyata dalam hidup kita. Di bawah ini ada beberapa pertanyaan agar kita semakin menyadari hal itu.

a. Apa yang mengesan dan dapat kita petik dari kisah para gembala dan kisah ibu Maria Goretti?
b. Apakah iman mendorong anda untuk hidup lebih baik dan lebih berguna di dalam masyarakat? Ceritakan pengalaman hidup anda!
c. Dengan tindakan apa kita bisa mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan?

(pemandu dapat memberikan alternatif uraian peneguhan setelah berbagi pengalaman atau sharing dengan beberapa rumusan alternatif sebagai berikut)

Pengalaman perjumpaan para gembala dengan Sang Bayi Yesus mendorong para gembala melanjutkan warta sukacita itu kepada orang lain. Perjumpaan dengan Yesus memberikan rahmat istimewa, yakni mewujudkan dalam kehidupan konkrit warta karya keselamatan Allah. Rahmat istimewa berkat perjumpaan dengan karya keselamatan Allah menjadi pendorong dan inspirasi bagi para gembala dalam memaknai kehadirannya di tengah banyak orang. Demikian juga pengalaman kebersamaannya dengan Yesus, menjadi inspirasi dan pendorong ibu Maria Goretti untuk memberikan hidupnya untuk orang lain dengan sukacita, sebuah cerminan keberimanan dalam masyarakat, walaupun dalam penderitaan tetap memberikan dirinya perhatian bagi orang lain.

Kita dipanggil untuk mewujudkan iman kita dalam kehidupan nyata di tengah masyarakat. Tindakan-tindakan kecil dan sederhana yang mengungkapkan kasih dan solidaritas Allah akan menjadi tindakan nyata mewujudkan Gereja yang semakin signifikan dan relevan bagi orang lain.

Iman membuat kehadiran kita selalu baru dimana pun kita berada, kehadiran kita menjadi tanda sakramental, yaitu tanda kehadiran Tuhan yang berbelas kasih. Tindakan itu akan kelihatan dari sikap yang kita lakukan: kejujuran kita, kebaikan hati yang tidak membalas yang buruk, tanggung jawab dalam pekerjaan, dan perhatian pada masyarakat yang lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Kita tidak perlu menyembunyikan identitas kita sebagai orang Katolik. Kita "berkompetisi" dalam kehidupan sosial bermasyarakat bukan untuk disanjung atau mendapat pujian, melainkan itu semua kita lakukan sebagai bentuk perwujudan iman kita sebagai orang Katolik. Kita adalah bagian dari masyarakat yang bersatu dengan seluruh masyarakat dalam usaha pembangunan. Dengan sikap dan tindakan nyata, kita ikut menyembuhkan luka-luka dalam masyarakat, membantu memajukan mereka yang tertinggal, menyalakan harapan bagi yang menderita.

Dalam masa Adven inilah, kita mempersiapkan Natal untuk kita maknai secara baru. Natal hendaknya menjadi medan untuk menghadirkan karya keselamatan Kristus ke tengah-tengah masyarakat secara nyata, dengan terlibat, solider, dan menyumbangkan segala hal yang baik bagi pembangunan hidup bersama.

7. Doa Umat dan Doa Penutup
Pemandu mengajak umat berdoa permohonan (doa umat) yang ditutup dengan doa Bapa Kami, lalu dilanjutkan dengan doa penutup.

Doa dapat ditutup oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur karena pertemuan dapat berjalan lancar dan memberikan kesadaran baru.
  • Mohon penyertaan Allah supaya mampu meresapkan dalam hati segala nilai-nilai imani yang ditemukan dan mampu mewujudkan karya kasih Allah dalam hidup bermasyarakat.

8. Lagu Penutup

(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 442, 446, 447)

Panduan Adven 2011: Pertemuan III: Beriman yang Mendalam dan Tangguh - Keuskupan Agung Semarang

Pertemuan Ketiga: BERIMAN YANG MENDALAM DAN TANGGUH
Tujuan: Umat menyadari bahwa iman yang mendalam dan tangguh perlu dikembangkan dalam beriman di tengah masyarakat


1. Lagu Pembuka
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 450)

2. Doa Pembuka
doa dapat dikembangkan oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur atas pertemuan Adven ketiga dan atas karunia dari Allah yang sudah diterima dan dirasakan selama ini, khususnya atas iman Katolik yang telah dijalani.
  • Mohon terang Roh Kudus agar pertemuan dapat berjalan dengan baik, lancar, dan mampu memahami beriman yang mendalam dan tangguh.

3. Pengantar

Pertemuan sebelumnya kita telah melihat dan merasakan kebaikan dan kasih Allah yang tiada batasnya. Ia mengutus Putra-Nya menjadi manusia dan tinggal serta membantu umat manusia. Terhadap Allah yang solider dan berbelas kasih itu, kita diharapkan mengimani dengan sungguh dan mengikuti-Nya dengan mantap. Atau pendek kata kita diajak untuk memiliki iman yang mendalam dan tangguh kepada Allah yang berbelas kasih.

Iman yang demikian sangat dibutuhkan pada saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita menghadapi godaan, krisis maupun tantangan yang membuat iman kita goyah. Tidak sedikit dari umat Katolik yang akhirnya memilih jalan pintas dan menyimpang dari nilai-nilai iman. Kekuatan dan ketangguhan iman teruji, ditantang, dan tentu saja diperbarui, apalagi hidup beriman di zaman yang semakin sulit ini. Di saat-saat seperti itu masihkah kita tetap beriman kepada Allah? Di saat hidup banyak persimpangan, pilihan, dan tawaran, masihkah kita memilih Allah sebagai jalan hidup kita?

Dalam pertemuan kali ini kita akan belajar pada Bunda Maria yang sungguh memiliki iman yang mendalam dan tangguh pula dalam segala situasi. Kita juga akan melihat pengalaman seorang suster biarawati yang sekaligus perawat yang juga mendalam dan tangguh dalam pelayanan dan tantangan yang dia hadapi. Dengan permenungan itu diharapkan kita juga memiliki kedalaman dan ketangguhan iman dalam kehidupan di tengah masyarakat. Iman yang mendalam dan tangguh merupakan harapan dan cita-cita yang ingin dicapai sebagai model dan upaya hidup beriman di Keuskupan Agung Semarang ini.

untuk memulai pertemuan ini, marilah kita mohon rahmat agar iman kita juga diperdalam dan akhirnya dipertangguh dalam pergaulan dan tantangan hidup.

4. Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven

P. Tuhan terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.
U. Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama
P. Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, hamba-Mu yang merindukan Putra-Mu, cahaya kehidupan kami. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putra-Mu yang menjadi penerang bagi hidup dan karya kami. (lilin dinyalakan)
Bagai nyala lilin yang semakin terang, demikianlah kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus dalam kehidupan kami.
Semoga dalam terang-Nya, kami dapat mengembangkan iman yang solider, mendalam dan tangguh, sehingga mampu mewujudkan iman di tengah-tengah masyarakat. Doa ini kami sampaikan dengan pengantaraan Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

5. Inspirasi dan Permenungan
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:26-38)

"Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki."

Dalam bulan yang keenam Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya, "Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Maka kata Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.


***

Bacaan Injil itu memberikan kepada kita permenungan bagaimana iman Maria. Ia memiliki iman yang sungguh mendalam kepada Tuhan. Kedalaman iman Maria nampak dari relasinya yang begitu dekat dengan Allah dan para malaikat-Nya. Ia dikunjungi oleh Malaikat, disapa dan disampaikan kepadanya pesan dari Allah sendiri. Ia juga sungguh menjadi orang kepercayaan Allah yang mampu turut serta ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Tentu kepercayaan Allah itu tidak tanpa dasar. Dasarnya adalah Maria beriman secara total dan sungguh-sungguh pada Allah.

Kecuali itu, Maria juga menampakkan ketangguhan beriman: Hal itu nampak dari kesediaannya untuk menerima tugas yang berat dan penuh resiko. Dikatakan berat dan beresiko karena ia harus mengandung seorang Putra sementara ia belum bersuami. Dalam masyarakat pada waktu itu, siapapun yang kedapatan berzinah akan dihukum mati dengan cara dilempari batu. Bisa saja oleh orang yang tidak beriman, Maria telah dianggap berzinah dan mengandung. Namun kepercayaan-Nya kepada Allah tidak tergoyahkan oleh ketakutan-ketakutan akan resiko yang akan terjadi. Ia siap menanggung resiko atas keputusannya menerima tawaran Allah. Dengan penuh iman, ia menjawab tawaran Allah itu dengan kata-kata yang indah, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu." Maria mengakui bahwa beriman memang kadang-kadang akan menghadapi resiko. Namun kalau memiliki iman yang mendalam dan tangguh, apa pun resikonya pasti akan bisa dihadapi sebab Allah beserta kita untuk membantu kita.

Pengakuan Maria itu mirip dengan pengakuan kisah selanjutnya inii. Kita akan diajak merenungkan kedalaman dan ketangguhan iman seorang biarawati yang berkarya di salah satu rumah sakit Katolik. Bagaimana ketangguhan yang ditampakkan dan sikapnya dalam melayani pasien dalam kisah "Salib Menguatkan Pelayanan Kami".

Senin pagi yang cerah di akhir Juli 2010. Setelah usai doa pagi, sebelum mulai kerja, telpon berdering. Usai aku memberi salam, ada jawaban lembut dari sana, yang mengatakan, "Suster tolong pendampingan pasien baru Elisabet 201B, masuk dengan [i]febris[/i] (panas) yang tak kunjung turun sudah hampir satu minggu. Inti informasi yang disampaikan adalah bapak Harapan (bukan nama sesungguhnya), tidak mau makan dan minum obat, alasannya tidak jelas, tetapi sempat bilang menunggu salib yang dipasang di kamarnya minta diturunkan.

Seusai perawat wasen (memandikan) semua pasien, saya masuk ke kamar itu, memberi salam dan memperkenalkan diri. Bapak itu menjawab salam saya, karena namanya jelas saya sebut. Tetapi pak Harapan tidak bisa melihat saya secara langsung karena posisi tidurnya dibalik, supaya tidak melihat salib. "Selamat pagi Pak! Bisa tidur semalam?" Pak Harapan tidak menjawab sapaan saya. "Sudah siang kok belum sarapan? Apa masih ada hal yang membuat tidak enak? Apa yang boleh saya bantu pak?" Mulailah sepatah kata keluar dari bibirnya, "Saya ini pusing dan stress kok dak sembuh-sembuh." Tanyaku lebih lanjut, "kenapa tidurnya ini kok diputar-putar? Apa ini tidak membuat bapak tambah pusing? Mau terima oksigen susah, ambil makan minum susah, bahkan dokter visitpun juga susah karena harus putar-putar." Bapak itu tertawa kecil, lalu putar badan tanpa saya duga. Bapak ini menunjuk salib dengan berucap, "Itu yang membuat saya tambah pusing suster??" Saya ganti yang tertawa, "benarkah begitu??" Tanyaku lanjut, "coba perhatikan baik-baik, apa yang membuat bapak pusing dari salib itu?" Bapak itu menunduk, dan berucap lirih tapi jelas. "Tidak suster! Saya tidak tahan melihat matanya yang terus melihat saya, dan saya kasihan melihat dia terus-terus tergantung di sana,maka saya semalem minta perawat untuk menurunkan." Saya menjadi semakin penasaran, "Lha kenapa salib itu sampai sekarang masih ada di situ? Suster tadi malah tidak mau membantu menurunkan?" Pak Harapan menjelaskan, "Perawat tadi malam hanya tersenyum saja sambil menjawab, 'Sebelum saya lahir dan kerja disini, Salib itu sudah ada. Lagi pula, itu salib itu ciri khas bagi orang Kristen Pak dan tidak akan mengganggu pengobatan bapak'. Begitu dia menjawabnya."

Kata "kasihan" yang terungkap itu saya jadikan kata kunci untuk masuk lebih dalam. Setelah cukup saya mendengarkan, saya berkata, "Terima kasih pak sudah mengasihani Tuhan kami. Akan tetapi kami lebih berterima kasih lagi kalau bapak tidak memaksa kami untuk menurunkan salib itu dengan tidak mau makan dan minum obat. Tujuan bapak datang ke sini kan mau berobat dan sehat kan??? Salib itu bagi bapak tidak berarti apa-apa, bapak boleh menganggap hanya sebuah patung yang dipasang, sebagai ciri, lambang, atau tanda bagi orang kristiani'." Lebih lanjut saya menjelaskan, "Lain halnya bagi kami, salib tidak hanya sekedar lambang, tetapi memiliki makna yang dalam. Salah satunya kami bekerja melayani orang-orang sakit di rumah sakit ini, juga disemangati oleh Dia yang disalib itu. Penderitaan dan wafatnya di kayu salib itu karena cinta-Nya pada kami manusia berdosa, supaya selamat." "Kami seluruh staf disini sebagai sarana untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan dengan membantu para pasien yang lemah dan tak berdaya, dalam proses penyembuhan, kita semua bergantung pada Tuhan sendiri sang pemilik hidup."

Bapak ini mengangguk tanda menerima, dan satu hal penting saya dapat lihat secara nyata saat itu, ia mau makan sampai habis, dan minum obat. Sengaja saya menunggu sampai selesai, karena kebetulan juga keluarganya pas pulang.


(Disharingkan oleh Sr. Rosalinda, CB -- RS. Panti Rapih, Yogyakarta).

Baik Maria maupun seorang Biarawati yang bertugas sebagai perawat telah menampakkan kepada kita bagaimana mereka beriman. Mereka telah menunjukkan iman yang sungguh dalam dan tangguh, demikian pula biarawati perawat itu. Iman itu tidak hanya menjadi dasar dari pengambilan keputusan tetapi juga mampu dipertanggungjawabkan secara benar. Kedalamannya nampak dari kedekatannya pada Tuhan dan kesediaannya untuk mengutamakan rencana Tuhan dari pada rencananya dirinya sendiri. Dan ketangguhannya nampak dari sikap yang dipilihnya.

6. Refleksi dan Sharing Pengalaman
Pemandu mengajak umat mendalami kisah, berbagi pengalaman iman dan memberikan berbagai peneguhan.

Mempunyai iman yang mendalam dan tangguh di zaman sekarang, tentu menjadi dambaan dan tujuan yang ingin dicapai, terutama di dalam hidup menggereja kita saat ini. Maka, di berikut ini ada pertanyaan yang dapat kita gunakan untuk melihat kembali dan merenungkan upaya mewujudkan iman yang mendalam dan tangguh.
a. Dalam kisah tadi, dimana letak kedalaman dan ketangguhan Maria?
b. Dimana pula letak ketangguhan iman biarawati perawat tadi?
c. Pernahkah anda mengalami tantangan iman? Dan bagaimana sikap anda?
d. Bagaimana kita mewujudkan iman yang mendalam dan tangguh dalam hidup kita sekarang ini? Hal-hal apa yang perlu kita lakukan dan kembangkan?


(pemandu dapat memberikan alternatif uraian peneguhan setelah berbagi pengalaman atau sharing dengan beberapa rumusan alternatif sebagai berikut)

Dalam pertemuan ini kita diajak untuk memilik iman yang mendalam dan tangguh. Sebagaimana dijelaskan dalam tanya jawab Ardas 2011-2015, iman yang mendalam bisa dipahami dalam dua pengertian. Pertama adalah mendalam dalam penghayatan. Beriman mendalam berarti percaya penuh pada Allah sampai ia mampu menaruh seluruh harapan hidup hanya kepada-Nya. Ia memiliki kedalaman dan keintiman dalam relasi dan hubungan dengan Allah. Kedua adalah mendalam dalam pengetahuan. Beriman mendalam berarti beriman dengan memiliki pengetahuan yang benar dan wawasan yang luas mengenai pokok-pokok iman kristiani. Ia mendapat landasan kognitif yang kokoh dalam beriman sehingga dapat beriman secara cerdas dan betanggung jawab.

Ada banyak cara untuk memperdalam iman. Pertama adalah dengan meningkatkan doa, devosi, ibadat, dan didukung dengan renungan dan refleksi yang cukup atas pengalaman dan pergulatan hidup. Doa dan ibadat bukan sekedar sebagai kewajiban tetapi sebagai usaha untuk menjalin relasi yang lebih dekat dengan Allah. Kedua adalah saling berbagi pengalaman iman atau memberi kesaksian iman dengan sesama beriman, sehingga bisa saling menimba kedalaman iman dari sesamanya. Ketiga, membaca bacaan-bacaan rohani atau santo-santa yang bisa menumbuhkan inspirasi dan peneguhan dalam menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Keempat adalah dengan membaca buku-buku katekese atau ajaran-ajaran iman agar iman semakin dapat dipertanggungjawabkan. Sangat baik juga kalau ada kemauan untuk mengikuti kursus atau pembelajaran mengenai pokok-pokok iman.

Sedangkan beriman dengan tangguh berarti beriman secara tidak tergoyahkan baik oleh disposisi pribadinya sendiri maupun ketika berhadapan dengan yang lain. Iman kristiani menjadi pilihan hidup yang dipegang erat. Ia tidak mudah goyah ketika bergumul dengan peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman hidupnya yang kadang berisi kepahitan dan kebuntuan. Orang juga tidak mudah goyah imannya ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan ajaran iman yang diajukan oleh orang lain. Ia juga tidak mudah goyah ketika ada godaan dan tantangan dari pihak lain. Ia tidak hanya bisa mempertahankan tetapi juga mampu mempertanggungjawabkan pilihan imannya secara benar.

Agar imannya bisa tangguh, hal-hal yang diusahakan diantaranya. Pertama, memperdalam imannya sampai tumbuh rasa syukur atas iman yang telah dihayati sehingga sangat disayangkan kalau imannya sampai luntur dari penghayatan hidupnya dan hilang dari pilihannya. Kedua, orang perlu menggali kekayaan iman yang telah dihayatinya sehingga menjadi sangat bodohlah seandainya iman dilepaskan. Ketiga, perlu belajar dari tokoh-tokoh beriman yang tangguh seperti Bunda Maria, santo santa, para martir, dan saudara-saudari kita yang tangguh imannya.

7. Doa Umat dan Doa Penutup
Pemandu mengajak umat berdoa permohonan (doa umat) yang ditutup dengan doa Bapa Kami, lalu dilanjutkan dengan doa penutup.

Doa dapat ditutup oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur karena pertemuan dapat berjalan lancar dan memberikan kesadaran baru.
  • Mohon penyertaan Allah supaya mampu meresapkan dalam hati segala nilai-nilai imani yang ditemukan dan mampu mengembangkan iman yang mendalam dan tangguh dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.

8. Lagu Penutup
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 627, 630, 632, 636)

Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan, Martir Indonesia

01 Desember
Peringatan Wajib Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan, Martir Indonesia


Dionisius dan Redemptus adalah dua tokoh iman yang menjadi misionaris sekaligus martir di Indonesia. Keduanya berasal dari dinas ketentaraan Portugis. Karena merasakan dorongan panggilan Tuhan begitu kuat, mereka meninggalkan karier ketentaraan yang sudah mapan. Mereka memilih hidup membiara, masuk Ordo Karmel. Dionisius menjadi imam. Sementara itu Redemptus menjadi bruder yang bertugas sebagai penjaga pintu biara dan koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak. Kisah hidup mereka menunjukkan kepada kita bahwa hidup adalah peziarahan mencari makna. Mereka dapat menjadi teladan bagi kita semua agar kita tidak merasa puas kalau kita hanya ikut arus dan sebatas mencari hal-hal yang menyenangkan saja.

Kedua tokoh iman ini meninggal sebagai martir Kristus. Mereka disiksa dan dibunuh di Aceh karena iman akan Kristus. Bagi mereka, Yesus Kristus adalah guru dan pemimpin. Dionisius dan Redemptus mengikuti Sang Guru dan Pemimpin ini dalam hidup dan mati. Mereka berjalan bersama Kristus di jalan Kristus. Mereka mati dengan hati yang tabah penuh iman. Sabda Injil hari ini menyatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Surga." Dengan kemartirannya, sabda Injil itu terwujud nyata dalam diri Dionisius dan Redemptus. Keduanya melakukan kehendak Bapa.

Bagaimana dengan peziarahan hidup kita? Apakah kita pun lebih mau menghayati iman secara mendalam dan tidak sekadar ikut arus mencari hal-hal yang menyenangkan saja? Apakah kita telah berusaha melakukan kehendak Allah dalam peziarahan hidup ini?

Inspirasi Batin 2011

Kamis, 01 Desember 2011 Peringatan Wajib Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan, Martir Indonesia

Kamis, 01 Desember 2011
Peringatan Wajib Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan, Martir Indonesia


Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal. <--> Yesaya 26:4


Antifon Pembuka

Para kudus bergembira di surga, sebab telah mengikuti jejak Kristus. Mereka menumpahkan darahnya demi Dia, sehingga kini bersukaria selamanya.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur dan terima kasih kepada-Mu, atas hari pertama di bulan terakhir tahun ini. Pimpinlah kami dengan Roh Kebijaksanaan, sehingga di tengah badai dan kesulitan kami tetap teguh dan percaya akan kuasa-Mu yang menyelamatkan. Semoga iman kami tetap tumbuh di tengah himpitan dan penderitaan yang aku jumpai dalam hidup ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan dari Kitab Yesaya (26:1-6)


"Bangsa yang benar dan tetap setia biarlah masuk."

Pada masa itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda: "Kita mempunyai kota yang kuat! Tuhan telah memasang tembok dan benteng untuk keselamatan kita. Bukalah pintu-pintu gerbangnya, agar masuklah bangsa yang benar dan yang tetap setia. Engkau menjaga orang yang teguh hatinya dengan damai sejahtera, sebab ia percaya kepada-Mu. Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal. Kota-kota di atas gunung telah ditaklukkan-Nya; benteng-benteng yang kuat telah dirobohkan-Nya, diratakan-Nya dengan tanah dan dicampakkan-Nya menjadi debu. Kaki orang-orang sengsara dan telapak orang-orang lemah akan menginjak-injaknya."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan.
Ayat. (Mzm 118:1.8-9.19-21.25-27a)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada insan! Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada para bangsawan.
2. Bukakan aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada Tuhan. Inilah pintu gerbang Tuhan, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku.
3. Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan! Ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan. Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali pada tanduk-tanduk mezbah.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yes 55:6)
Carilah Tuhan, selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya, selama Ia dekat.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:21.24-27)

"Barangsiapa melakukan kehendak Bapa akan masuk Kerajaan Allah."

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan! Tuhan' akan masuk kerajaan surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga. Semua orang yang mendengar perkataan-Ku dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana yang membangun rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu. Tetapi rumah itu tidak roboh sebab dibangun di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh yang membangun rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu. Maka robohlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Tak bisa kita bebas dari keharusan untuk menunggu. Entah lama, entah sebentar, setelah masa menunggu berakhir, kita pun merasa mengalami sebuah pembebasan. Dia yang kita nantikan itu memang akan hadir dalam diri seorang bayi mungil tak berdaya. Meskipun demikian, selama menunggu, kita diajak untuk menumbuhkan keyakinan bahwa melalui bayi mungil itulah Tuhan membangun benteng kuat bagi kita. Di dalam kelembutan itulah tersembunyi sebuah kekuatan bagi pembebasan kita.

Betapa seringnya kita mengisi hidup kita dengan hanya membuat janji-janji baik kepada Tuhan. Kita hanya bisa berseru ”Tuhan! Tuhan!”, tetapi kita tidak sungguh melakukan kehendak-Nya. Kita tidak mau bertahan dalam proses yang tampaknya tidak segera mendatangkan hasil. Untuk membangun sebuah bangunan kokoh, kita perlu menggali lapisan batu yang keras. Karena itu terlalu merepotkan, kita memilih untuk tidak menggali saja. Maka, sedikit kesulitan saja sudah bisa merobohkan kita.

Yesus, Engkau datang dalam kuasa nama Allah bagiku. Aku terima kekuatan pembebasan yang Engkau tawarkan. Pada-Mu saja aku mau selalu berlindung. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy