| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kamis, 29 Desember 2011 Hari Kelima dalam Oktaf Natal

Kamis, 29 Desember 2011
Hari Kelima dalam Oktaf Natal

Kemanusiaan Allah menunjukkan kebaikan-Nya dan ia memberi bukti besar tentang kebaikan ini --- St Bernardus.


Antifon Pembuka

Demikian besar cinta kasih Allah kepada dunia, sehingga Ia menyerahkan Putra tunggal-Nya, agar semua orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup abadi.

Doa Pagi

Allah Bapa kami yang maha baik, kami bersyukur kepada-Mu bersama keluarga kudus Nazaret, Engkau mengajar kami mentaati hukum dengan hati sederhana. Melalui Simeon kami Kauajak lebih mengenal Engkau Sang Mesias. Tuhan, kuatkanlah iman kami kepada-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Manusia dihadapkan pada dua pilihan; hidup dalam terang yang diwarnai suasana saling mengasihi atau hidup di dalam kegelapan dan kebencian di mana orang hanya dapat tersandung dalam kegelapan dan tidak tahu arah hidupnya.


Bacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (2:3-11)


"Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang."


Saudara-saudara terkasih, inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata “Aku mengenal Allah”, tetapi tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan tidak ada kebenaran di dalam dia. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu kasih Allah sungguh sudah sempurna; dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Allah. Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Allah, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. Saudara-saudara terkasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar. Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu; perintah ini telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang melenyap dan terang yang benar telah bercahaya. Barangsiapa berkata bahwa ia berada di dalam terang, tetapi membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi karena kegelapan itu telah membutakan matanya.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 3/4; 4/4, PS 806

Ref. Hendaklah langit bersuka cita, dan bumi bersorak-sorai dihadapan wajah Tuhan, kar'na Ia sudah datang.
Ayat. (Mzm 96:1-2a.2b-3.5b-6)

1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya!.
2. Kabarkanlah dari hari ke hari keselamatan yang datang dari pada-Nya, ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa, kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.
3. Tuhanlah yang menjadikan langit, keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan hormat ada di tempat kudus-Nya.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. Kristuslah cahaya yang menerangi para bangsa. Dialah kemuliaan bagi umat Allah.

Dengan penyerahan Yesus di Bait Allah, Ia akan menerima suatu pengakuan lebih resmi sebagai Penyelamat yang dijanjikan kepada Israel. Simeon, orang Israel yang setia dan rendah hati itu, mengakui Yesus sebagai Yang Diurapi oleh Allah (Mesias).


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:22-35)

"Kristus cahaya para bangsa."

Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat, Maria dan Yusuf membawa kanak-kanak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan Dia kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah.” Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada diatasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah. Ketika kanak-kanak Yesus dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan apa yang ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” Yusuf dan Maria amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Kanak Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu,”Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan



Maria dan Yusuf mempersembahkan kanak-kanak Yesus kepada Tuhan. Mereka sungguh taat kepada hukum Tuhan. Sebagai anak laki-laki sulung, Yesus harus dikuduskan bagi Tuhan. Kita juga diundang untuk mempersembahkan diri dan hidup kita kepada Tuhan. Hidup atau mati kita tergantung sepenuhnya pada Tuhan.

Doa Malam


"Tuhan, perkenankanlah hamba-Mu berpulang dalam damai, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu." Semoga ungkapan Simeon ini juga tetap menjadi ungkapanku di akhir hari menjelang istirahat malam ini, sebagai ungkapan iman dan kepasrahanku kepada-Mu. Amin.






KOMUNI DUA RUPA

"Umat yang menyambut komuni, tidak diberi izin untuk mencelupkan sendiri hosti ke dalam piala; tidak boleh juga ia menerima hosti yang sudah dicelupkan itu pada tangannya. Hosti yang dipergunakan untuk pencelupan itu harus dibuat dari bahan sah dan harus sudah dikonsakrir (diberkati dalam Misa Kudus, red); karena itu dilarang memakai roti yang belum dikonsakrir atau yang terbuat dari bahan lain."

(Redemptionis Sacramentum, Instruksi VI tentang sejumlah hal yang perlu dilaksanakan atau dihindari berkaitan dengan Ekaristi Mahakudus, No. 104)

RUAH

Rabu, 28 Desember 2011 Pesta Kanak-kanak Suci, Martir

Rabu, 28 Desember 2011
Pesta Kanak-kanak Suci, Martir

"Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu." (Mat 2:16)

Antifon Pembuka

Kanak-kanak tak bersalah dibunuh demi Kristus. Kini mereka mengikuti Anak Domba tak bercela, dan senantiasa berseru, "Terpujilah Kristus!"

Pengantar


Pesta Kanak-kanak Suci yang kita rayakan pada hari ini menunjuk pada kenyataan bahwa kuasa kegelapan menjadi gusar terhadap terang Kristus. Ini dapat dilihat di sepanjang sejarah keselamatan. Dengan lahirnya Yesus, Raja Herodes merasa kedudukannya terancam dengan hadirnya Raja baru tersebut. Ia merasakan takhtanya mulai digoyang. Itulah sebabnya, ia tidak segan-segan membunuh anak-anak. Telinganya sudah tuli untuk mendengar ratapan para ibu yang harus kehilangan anaknya. Mata hatinya buta untuk melihat penderitaan begitu banyak orang. Kehadiran seorang pembawa damai kerap menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang congkak dan arogan. Kedatangan Yesus, Sang Raja Damai, menyebabkan kekacauan besar dalam diri Herodes. Anak-anak yang tidak bersalah menjadi korban kekejamannya hanya karena ingin memastikan bahwa Yesus termasuk di antara anak-anak tersebut.

Doa Pagi

Tuhan Yesus, hari ini Gereja-Mu merayakan Pesta Kanak-kanak suci. Dalam kelemahan mereka, mereka harus mengalami tindakan penguasa yang kejam. Di saat ini pun tangisan Rahel yang menangisi anak-anaknya masih terngiang mengenang anak-anaknya menjadi kurban ketidak-adilan, terlebih para korban aborsi. Terimalah ya Yesus pengorbanan para kanak-kanak yang berdosa ini. Sebab Engkaulah yang hidup dan berkuasa
bersama Bapa dan Roh Kudus Allah sepanjang segala masa. Amin

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (1:5-2:2)

"Darah Yesus Kristus menyucikan kita dari segala dosa."

Saudara-saudara terkasih, inilah berita yang telah kami dengar dari Yesus Kristus, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang, dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta, dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, anak-Nya itu, menyucikan kita dari segala dosa. Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Allah adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata bahwa bahwa kita tidak berbuat dosa, maka kita membuat Allah menjadi pendusta, dan firman-Nya tidak ada di dalam kita. Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa; namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil. Dialah pendamaian untuk segala dosa kita; malahan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.


Mazmur Tanggapan
Ref. Jiwa kita terluput seperti burung terlepas dari jerat penangkap.
Ayat. (Mzm 124:2-3.4-5.7b-8)

1. Jika bukan Tuhan yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita.
2. Maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir menimbus kita; telah mengalir melanda kita air yang meluap-luap itu.
3. Jerat itu telah putus, dan kita pun terluput! Pertolongan kita dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.


Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan. Kepada-Mu barisan para martir berkurban dengan mempertaruhkan nyawa.


Raja Herodes mencoba untuk membunuh Kanak-Kanak Yesus. Hal itu terjadi karena dia gagal untuk melihat bahwa di dalam diri Anak itu terletaklah harapan keselamatan umat manusia. Yesus, Maria dan Yusuf harus mengungsi ke Mesir, dan kemudian akan kembali dan menetap di Nazaret.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (2:13-18)

"Herodes menyuruh agar semua anak laki-laki di Betlehem dan sekitarnya dibunuh."

Setelah orang-orang majus yang mengunjungi bayi Yesus di Betlehem itu pulang, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi. Malaikat itu berkata, “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya! Larilah ke Mesir, dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Raja Herodes akan mencari Anak itu untuk dibunuh.” Maka Yusuf pun bangunlah. Malam itu juga diambilnya Anak itu serta ibu-Nya, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana sampai Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan lewat nabi-Nya, ‘Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku’. Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, sangat marahlah ia. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yeremia: Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat memilukan; Rahel menangisi anak-anaknya, dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Dalam masyarakat Jawa dan barangkali juga di dalam lingkungan budaya lain, ada istilah "mencari wangsit" atau "mencari petunjuk dari yang di atas". Untuk memperoleh wangsit, seseorang bisa semadi berhari-hari atau puasa dalam waktu tertentu disertai doa dan matiraga. Petunjuk dan wangsit itu sering dipakai sebagai pedoman untuk menapaki jalan kehidupan, untuk memperoleh keselamatan atau kesejahteraan dalam kehidupan.

Injil hari ini mengisahkan tentang pengungsian ke Mesir yang dilakukan oleh Keluarga Kudus Nasaret. Atas petunjuk Allah sendiri, Yusuf membawa Maria, istrinya, dan Yesus, anaknya, mengungsi ke Mesir. Berdasarkan petunjuk Allah sendiri Yusuf berani mengambil resiko, melintasi padang gurun, dan mengungsi ke Mesir. Petunjuk Allah sendiri yang menjadi pedoman dan sekaligus memimpin perjalanan hidup keluarganya di tanah pengungsian. Kepercayaan dan keyakinan akan petunjuk Allah membimbing langkah Yusuf dan Keluarga Kudusnya untuk pergi ke Mesir, ke tempat pengungsian, ke tempat yang senantiasa dihantui oleh kecemasan, ancaman dan penganiayaan. Namun demikian, iman akan Allah mendorong Yusuf untuk menjalani panggilan hidupnya dan bahkan mengambil resiko terhadap keselamatan keluarganya. Yusuf percaya pada petunjuk dan jaminan dari Allah sendiri.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering dihadapkan pada aneka pilihan dan keraguan. Sering tidak terlalu mudah untuk mencari petunjuk dan pedoman di dalam melangkah. Namun, belajar dari Yusuf, kita boleh berharap pada pilihan yang tidak akan salah yaitu mengikuti petunjuk Allah sendiri. Petunjuk Allah dapat kita temukan di dalam Sabdanya, di dalam Kitab Suci dan ajaran-ajaran-Nya. Petunjuk Allah tidaklah jauh dari kita, ada di tengah-tengah kita. Yang diperlukan hanyalah keterbukaan hati serta kerelaan untuk membuka mata dan telinga mendengarkan suara-Nya. Sebagaimana Yusuf dan Keluarga Kudus-Nya selamat dari marabahaya berkat ketaatan dan kesetiaan kepada petunjuk Allah; kita pun akan selamat pada saat kita melangkah berdasar petunjuk dari Allah.



Hermanus Sigit Pawanto, SVD - Inspirasi Batin 2011

Selasa, 27 Desember 2011 Pesta St Yohanes, Rasul Penginjil

Selasa, 27 Desember 2011
Pesta St Yohanes, Rasul Penginjil

Anak-anakku, kasihilah seorang akan yang lain -- St Yohanes

Antifon Pembuka

Yohanes inilah yang duduk di sisi Yesus waktu perjamuan. Bahagialah rasul ini, sebab rahasia surgawi diwahyukan kepadanya, dan sabda kehidupan dwartakannya ke seluruh dunia.

Doa Renungan


Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau hadir ke dunia membawa warta kasih. Rasul-Mu Santo Yohanes telah memahami firman ini dan mewartakan melalui Injil yang ditulisnya. Bantulah kami ya Tuhan agar dapat menghayati dan menyampaikan kasih-Mu kepada sesama kami. Sebab Engkaulah Tuhan, Pengantara kami yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.


Rasul Yohanes mengawali suratnya dengan berbicara soal Firman hidup, yang tidak terbatas pada firman yang menjadi manusia (Yoh 1:14) tetapi juga pesan Injil yang dapat didengar, dilihat dan diraba dalam Yesus-manusia. Artinya, berkaitan dengan "mengalami Tuhan dan sabda kehidupan-Nya.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (1:1-4)


"Apa yang telah kami lihat dan kami dengar, itulah yang kami tuliskan kepada kamu."

Saudara-saudara terkasih, apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar dan kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan kami raba dengan tangan kami; yakni firman hidup, itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya! Dan sekarang kami bersaksi serta memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa, dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, yakni Yesus Kristus. Semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 836
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah berpekiklah untuk Allah raja semesta.
Ayat. (Mzm 97:1-2.5-6.11-12)
1. Tuhan adalah Raja, biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita. Awan dan kekelaman ada di sekeliling-Nya, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
2. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
3. Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.

Bait Pengantar Injil, do = f, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan, kepada-Mu paduan para rasul bersyukur.

Intensitas kasih mengantar murid yang dikasihi-Nya kepada cepatnya ia percaya. Kasih seperti inilah yang memungkinkan dia mengenal Tuhan yang bangkit, sementara para murid yang lain belum percaya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:2-8)

"Murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur."

Pada hari Minggu Paskah, setelah mendapati makam Yesus kosong, Maria Magdalena berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus. Ia berkata kepada mereka, "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya, dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus, sehingga ia lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka tibalah Simon menyusul dia, dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain, dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu; ia melihatnya dan percaya.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan


Yohanes, dalam tradisi dikenal sebagai murid yang dikasihi. Ia juga sungguh mencintai Yesus, Gurunya. Kedalaman cintanya mengantar dia kepada cepatnya dia melihat dan percaya. Ia memiliki mata seorang kontemplatif, mata seorang beriman. Ia melihat, bukan lagi dengan mata biasa, melainkan mata iman, mata hati. Kita juga diundang untuk memiliki kedalaman cinta. Dengan kedalaman cinta dan dari hati yang terdalam, kita mampu melihat dan percaya.

Doa Malam

Allah Bapa yang mahamulia, kami bersyukur kepada-Mu, atas firman-Mu yang Engkau sampaikan melalui Injil Yohanes. Engkaulah terang dunia yang menyinari kegelapan dunia ini. Semoga kami selalu hidup dalam terang-Mu dan memancarkan terang-Mu bagi sesama kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


RUAH

Moon & Star

Moon, demikian dia dipanggil. Bukan tanpa sebab orang memanggilnya demikian. Ada tanda serupa bulan sabit yang melingkari matanya yang membuatnya dipanggil dengan nama itu.

Pemiliknya adalah wanita tua pemilik toko mainan di kota kecil itu. Mereka hanya tinggal berdua di ruang bagian belakang toko. Mereka saling memiliki dan saling menyayangi.

"Bagaimana aku harus melewatkan hari-hariku tanpa dirimu menemaniku Moon?" demikian wanita tua itu sering berkata.

Moon hanya mendengking pelan mendengarnya karena dia memang tak bisa berkata-kata. Namun jika dia bisa berbicara, kira-kira seperti inilah jawabannya, "Aku juga senang kaumiliki Bu."

Tetapi rupanya bukan hanya wanita tua itu yang disayangi Moon. Di salah satu sudut lemari pajang ada sebentuk kucing porselen berwarna ungu yang wajahnya berbentuk bintang bersudut empat sehingga membuat Moon menyebutnya Star. Moon menyayangi Star dan berharap suatu saat nanti Star boleh menjadi miliknya sendiri.

Sepanjang hari Moon duduk di samping pemiliknya melewatkan waktu dengan cemas kalau-kalau ada pembeli yang datang dan membawa pergi Star bersamanya (karena itu artinya dia tak akan dapat melihat Star lagi). Dan tiap sore saat wanita tua itu menutup toko, dia menghembuskan nafas lega saat melihat Star masih berada di tempatnya. Dia masih boleh, paling tidak untuk malam ini, mengucapkan selamat tidur dan selamat bermimpi kepada kucing porselen itu.

Natal menjelang. Moon tidak tahu apa itu Natal. Dia hanya tahu hari-hari ini pemiliknya lebih sibuk dari biasanya. Mainan-mainan baru tiba. Kertas perak berwarna-warni menghiasi toko. Stoples-stoples besar berisi gula-gula aneka rasa diletakkan di dekat meja pembayaran dan wanita tua itu akan memberi gula-gula kepada setiap anak yang mengunjungi dan berbelanja di tokonya. Dari dapur tercium aroma lezat kue jahe yang sedang dipanggang di perapian sementara di luar toko orang berlalu lalang di jalan membawa banyak bungkusan. Hanya inilah yang diketahuinya tentang Natal.

Karena banyaknya mainan baru yang tiba, lemari pajang tidak dapat menampung semua pendatang baru itu, maka wanita pemilik toko mainan itu memasang pohon Natal di dekat jendela dengan menggantung mainan-mainan yang tak tertampung di lemari pajang sebagai hiasannya.Bola dari kulit terbaik, tali loncat yang dihiasi rumbai-rumbai berwarna-warni, gasing yang suaranya bagaikan bernyanyi jika diputar, boneka ksatria dari timah, boneka-boneka berwajah lucu yang disukai anak-anak perempuan, dan boneka beruang yang berbulu lembut.

"Nah selesai sudah!" katanya setelah menggantung mainan terakhir pada pohon Natal itu, lalu lanjutnya, "Sekarang tinggal memasang boneka bidadari."

Boneka bidadari yang akan dipasang adalah boneka wanita bergaun putih. Rambutnya keemasan. Pipinya berseri-seri dan bibirnya mungil bagai kuncup mawar merah muda.

Wanita itu naik ke atas tangga kecil untuk memasang boneka itu di pucuk pohon, katanya kepada Moon, "Nenekku pernah bercerita kepadaku bahwa boneka yang dipasang di pucuk pohon Natal bagaikan ibu semua mainan yang akan memastikan bahwa tiap mainan akan dimiliki oleh mereka yang benar-benar menyayanginya."

Mendengar itu Moon diam-diam mengambil Star dari tempatnya dan menggantungnya pada pohon Natal. Dia yakin Star akan menjadi miliknya karena tak ada yang menyayangi Star seperti dia menyayanginya.

Anak-anak yang lewat di depan toko menempelkan wajah mereka di kaca jendela untuk menyaksikan pohon Natal yang digantungi berbagai macam mainan itu. Tak sabar rasanya menunggu waktu buka toko.

Wanita tua itu tersenyum menyaksikan wajah-wajah polos di jendela yang tengah mengagumi keindahan pohon Natal itu.

Pengunjung langsung berbondong-bondong mengunjungi toko untuk berbelanja ketika akhirnya wanita tua itu membuka tokonya. Selewat tengah hari hanya sedikit mainan yang masih tersisa yang tergantung pada pohon. Dan saat senja, ketika toko hampir tutup, hanya satu yang masih tergantung di tempatnya, Star. Moon semakin yakin bahwa Star akan menjadi miliknya.

Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan toko. Pengemudinya yang mengenakan seragam dengan kancing-kancing perak turun dan membukakan pintu belakang bagi penumpangnya.

Penumpangnya adalah seorang wanita gemuk yang berbusana indah dan mahal. Dia memasuki toko.

"Selamat datang," sambut wanita pemilik toko ramah.

Si pengunjung hanya menganggukkan kepalanya dan langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut toko.Dia tampak kecewa ketika melihat mainan-mainan baru sudah habis terjual. Namun tiba-tiba matanya menangkap ada satu mainan yang masih tergantung pada pohon Natal.

"Coba kulihat," ujarnya mendekati pohon.

Tangannya meraih Star.

"Lucu sekali kucing porselen ini. Aku akan membelinya untuk cucuku," katanya.

Moon yang menyaksikan itu langsung melolong dan menyalak padanya.

"Ada apa sih? Mengapa anjingmu ribut sekali? Benar-benar tidak menyenangkan."

Buru-buru si wanita pemilik toko mainan meminta maaf kepada si pengunjung, "Entahlah mengapa mendadak dia bersikap seaneh ini. Biasanya dia sangat ramah kepada para pengunjung. Ayo Moon, bersikaplah yang manis!"

Moon terus saja menyalaki wanita pengunjung itu sehingga akhirnya nyonyanya membawanya ke ruang belakang dan mengurungnya di sana.

Ketika akhirnya wanita tua itu membukakan pintu baginya, Moon langsung keluar. Dilihatnya wanita gemuk itu tak lagi berada di sana dan membawa Star bersamanya.

Moon segera berlari keluar toko. Mobil mewah itu sudah tak tampak lagi namun jejaknya di atas tanah bersalju terlihat jelas. Tanpa ragu atau menunda lagi Moon menelusurinya.

Cukup jauh juga dia berjalan, jejak itu membawanya ke sebuah rumah megah. Tampak mobil itu berhenti di halaman depan. Moon berlari mendekat.

Dari balik jendela besar di ruang keluarga Moon melihat wanita gemuk itu dan seorang anak laki-laki. Mungkin itu cucunya.

Wanita itu memberikan sebuah bingkisan kepada si anak laki-laki. Dengan wajah gembira si anak menerimanya dan dengan tak sabar segera dibukanya kertas pembungkusnya.

Melihat itu Moon hanya terdiam.

Mungkin aku salah, pikirnya, mungkin anak itu akan menyayangi Star lebih daripada aku menyayanginya. Jika begitu aku tak boleh mementingkan diri sendiri.

Moon terus memandangi mereka.

"Apa ini?" tanya si anak terheran-heran saat mengeluarkan isi bingkisan dari kotaknya.

"Itu adalah kucing porselen. Kau belum pernah melihat kucing khan? Ibumu tak mengizinkan binatang peliharaan di rumah ini. Aku membelinya untukmu agar kautahu bagaimana bentuk kucing," jawab neneknya.

"Dapatkah dia bergerak?" tanyanya lagi.

"Tentu saja tidak?"

"Dapatkah dia bersuara?"

'Tidak."

"Apakah dia dapat terbang?"

"Jangan bodoh! Tentu saja dia tak dapat berbuat apa-apa karena itu hanyalah kucing yang terbuat dari porselen."

"Kalau begitu mengapa Nenek membelinya?"

"Aku membelinya karena aku suka melihat wajahnya yang lucu."

Raut wajah anak itu berubah. Mula-mula kekecewaan membayang di wajahnya, namun segera berganti menjadi kemarahan.

"Aku tidak suka hadiah dari Nenek!" teriaknya.

Tangannya terayun dan sedetik kemudian kucing porselen itu pecah berkeping-keping di bawah kakinya.

Kengerian yang paling ngeri! Moon nyaris tak percaya menyaksikan semua yang terjadi di hadapannya.

Apa yang terjadi selanjutnya Moon tak dapat melihat lagi karena air matanya mengaburkan pandangannya. Dia melolong dan melolong. Sungguh memilukan mendengar lolongannya.

Kemudian dia melihat seorang pelayan menyapu lantai dan memasukkan pecahan-pecahan porselen dalam kotak wadahnya.

Pelayan itu membawa kotak itu tempat pembuangan sampah di luar dapur. Moon mengikutinya.

Ketika pelayan itu telah pergi, Moon memungut kotak itu dan berlalu pulang. Memang Star telah hancur. Namun Moon tak dapat membiarkan pecahan-pecahan tubuhnya terbuang begitu saja jauh dari rumah karena itu dia membawanya pulang.

Hari telah gelap saat Moon berjalan pulang. Salju mulai turun lagi, makin lama makin deras. Moon mencoba terus berjalan. Namun dia tak tahu arah lagi. Jalanan yang sepi membuat Moon tak mengenali jalan pulang.

Akhirnya karena kepayahan, Moon berhenti dan membaringkan dirinya di atas salju. Penat tubuhnya membuat matanya segera terpejam. Diapun tertidur di udara terbuka.

Tengah malam tiba. Sunyi. Tak ada yang telihat di jalan. Salju telah berhenti turun. Bintang-bintang gemerlapan tampak menghiasi langit yang hitam pekat. Cahaya utara berpendar-pendar dengan warna-warni yang lembut terpantul di salju pada pucuk-pucuk pinus yang tinggi menjulang.

Terdengar langkah-langkah lembut di atas salju. Seorang wanita bergaun putih dan berambut keemasan datang mendekat. Dia meraih kotak yang dibawa Moon dari tanah dan membawanya ke dadanya. Matanya terpejam. Sesaat bintang-bintang di atas sana seolah berpijar. Ketika dia membuka lagi sepasang matanya yang biru cerah, tersungging senyum di bibirnya menatap bintang-bintang yang seakan berkedip padanya. Wajahnya berseri. Dengan lembut diletakkannya lagi kotak itu di dekat Moon dan berlalu tanpa meninggalkan jejak.

Moon terbangun saat mendengar lonceng gereja bergema di udara dingin pada pagi hari Natal itu. Hari mulai terang. Kerlip bintang menghilang di balik cakrawala.

Sekarang segalanya menjadi lebih jelas bagi Moon. Dia kembali mengenali arah yang mesti ditempuhnya untuk pulang. Maka diapun bangkit dan melanjutkan kembali perjalanannya tanpa melupakan kotak yang dibawanya.

Kebaktian baru saja usai ketika Moon tiba. Jemaat berduyun-duyun keluar dari gereja dan saling mengucapkan selamat Natal kepada satu sama lain di jalan-jalan.

Wanita pemilik toko mainan itu baru kembali dari gereja ketika dia mendengar langkah-langkah kecil di belakangnya.

"Moon!" serunya terkejut campur gembira saat menoleh ke belakang dan mendapati Moon datang mendekat, "dari mana saja kau? Tak tahukah kau bahwa aku mencari dan mengkuatirkanmu semalaman? Ah, kau tampak kedinginan, cepatlah masuk! Aku akan menyalakan tungku pemanas agar kau dapat menghangatkan diri."

Moon masuk dan berbaring di dekat tungku pemanas. Dia meletakkan kotak yang dibawanya di dekatnya.

Setelah menyalakan tungku, wanita tua itu baru melihat kotak yang dibawa Moon.

"Apa ini?" tanyanya seraya meraih kotak itu dari lantai.

Moon memalingkan wajahnya, tak kuasa menyaksikan kepingan-kepingan tubuh Star dalam kotak.

"Purrr...." terdengar dengkur lembut dari dalam kotak.

Wanita tua itu membuka tutup kotak itu dan dari dalamnya keluarlah seekor kucing mungil yang bulunya keunguan dan wajah lucunya berbentuk bintang.

"Seekor kucing! Di mana kau menemukannya Moon? Lihatlah betapa lucunya dia! Tidakkah dia mirip kucing porselen yang kujual kepada pengunjung terakhir kemarin?"

Wanita tua itu membaringkan kucing itu di dekat Moon yang masih tak mempercayai keajaiban yang terjadi. Bukankah kotak yang dibawanya berisi pecahan-pecahan tubuh Star? Bagaimana mungkin sekarang Star, dan bukan Star yang terbuat dari porselen, melainkan Star yang hidup dan utuh kini keluar dari dalamnya?

Kucing itu menggosok-gosokkan tubuhnya pada tubuh Moon. Moon masih tertegun untuk beberapa saat, namun ketika dia merasakan tangan-tangan mungil kucing itu menyentuh tubuhnya dia yakin bahwa Star telah kembali dan kembali untuk menjadi kesayangannya sebagaimana yang dia harapkan selama ini.

Moon, Star, dan wanita tua itupun saling menyayangi dan hidup bahagia.

(Hansel)

Makna Epifani

Epifani berasal dari bahasa Yunani ‘epiphaneia’ yang berarti menampakkan diri. Hari Raya Epifani berarti hari Raya penampakan Tuhan kepada semua bangsa yang diwakili oleh ketiga sarjana dari Timur. Mereka berasal dari wilayah Irak dan Iran Utara sekarang. Mereka datang dari jauh-jauh ke Betlehem untuk menyembah Sang Raja yang baru lahir dan yang akan memimpin umat manusia menuju keselamatan.

Mereka sangat bersukacita atas bimbingan Tuhan melalui bintang sehingga mereka menemukan Yesus yang mereka cari. Mereka lalu menyembah Yesus yang mereka ungkapkan dengan memberi persembahan kepada-Nya yang berupa emas, kemenyan, dan mur (Matius 2:11). Emas melambangkan pengakuan mereka bahwa Yesus Kristus merupakan hadiah yang sangat mahal dari Allah untuk manusia. Kemenyan melambangkan Imamat Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk mempersembahkan seluruh hidup-Nya bagi kemuliaan Allah Bapa dan keselamatan umat manusia. Mur menyimbolkan kematian Yesus yang merupakan jalan untuk menebus dosa umat manusia.

Hari Raya Penampakan Tuhan mempunyai makna rohani bagi kita dengan merenungkan simbol-simbol dalam Injil Matius 2:1-12. Pertama, kita semua, yang disimbolkan oleh tiga sarjana dari Timur, dipanggil untuk menemukan Yesus yang baru lahir. Kedua, Tuhan membimbing kita untuk menemukan Yesus sesuai dengan keadaan dan cara pikir kita, seperti para gembala melalui malaikat dan para sarjana dari Timur melalui bintang dan bahkan melalui orang yang bermaksud jahat (Herodes). Kebersihan hati dari dosa membuat kita mengenal bimbingan Tuhan itu. Keiga, setelah menemukan Yesus, kita hendaknya menyembah-Nya dengan mengakui Ia sebagai Juru Selamat yang disimbolkan dengan emas, kemanyan, dan mur. Keempat, pertemuan dengan Yesus hendaknya membuat hidup kita berubah, tidak seperti yang dulu, yang disimbolkan dengan ‘kembali melalui jalan lain’. Perubahan hidup itulah merupakan sukacita Natal yang kita bawa dalam kehidupan biasa/sehari-hari yang disimbolkan dengan dibongkarnya hiasan-hasan Natal. Karena itu, dalam penanggalan liturgi kita memasuki masa biasa setelah Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani). Tuhan memberkati!

Pastor Felix Supranto, SSCC

Sumber: Paroki Regina Caeli

Makna Emas, Mur dan Kemenyan di Hari Raya Penampakan Tuhan

Kita merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan. Hari Raya ini sering disebut dengan Pesta Tiga Raja; karena berkisah tentang tiga orang yang datang dari tempat yang jauh. Mereka diberi nama Kaspar, Melkior dan Baltasar. Mereka adalah orang-orang majus; para ahli perbintangan. Mereka datang dari latar-belakang yang berbeda; mewakili generasi yang berbeda. Persembahan yang mereka bawa pun berbeda. Semuanya mengarah pada tiga sifat dari tugas / pekerjaan utama Yesus.

EMAS: Pemberian Untuk Seorang Raja

Pada zaman Yesus, ada kebiasaan dimana tidak seorang pun dapat datang kepada Raja tanpa membawa persembahan. Emas sebagai raja dari segala logam adalah jenis persembahan yang cocok dan layak bagi seorang raja dunia. Jadi kalau orang ini datang membawa emas artinya dia menyatakan bahwa Yesus dilahirkan untuk menjadi Raja. Yesus adalah Raja di atas segala raja; la memerintah bukan dengan tangan besi atau dengan kekuatan senapan, tetapi dengan cinta kasih.

Kalau kita ingin menjadikan Yesus sebagai Raja dalam kehidupan kita, maka langkah awalnya adalah kita perlu datang dan bertemu dengan Dia; meletakkan seluruh kehidupan kita di hadapan-Nya atau dengan kata lain kita perlu takluk dibawah kehendak dan kuasa Yesus.

KEMENYAN: Pemberian Untuk Seorang Imam

Kemenyan dipakai dalam upacara kebaktian / ibadah. Seorang imam yang memimpin upacara harus melengkapi seluruh upacara itu dengan bau yang harum dari kemenyan. Maksudnya seperti sifat kemenyan, imam harus membawa jemaat kepada kemuliaan dan kebesaran Tuhan. Dan ini yang dilakukan Yesus; Dia adalah Imam Agung yang membuka jalan untuk manusia, yang membawa manusia kepada Allah.

Kalau kita datang kepada Yesus; kalau kita berusaha mencari dan menemukan Yesus; kita sedang mencari jalan untuk bertemu dengan Allah. Kita rindu datang pada kemuliaan Allah dan Yesus Kristus adalah jaminan kerinduan itu.

MUR: Pemberian Untuk Seorang Yang Akan Mati

Hadiah orang yang mau mati adalah mur. Mur dipakai untuk membalsem tubuh orang yang telah mati. Persembahan ini menggambarkan bahwa Yesus datang ke dunia: Dia HIDUP untuk manusia dan MATI untuk manusia.

Kalau kita datang menghormati Yesus, kita diperingatkan bahwa Dia mengorbankan nyawa; menyerahkan hidup untuk menebus dosa-dosa kita. Dalam Dia kita menjadi anak-anak Allah.
Nampak jelas bahwa semua pemberian ini melambangkan perjalanan hidup yang akan dilalui Yesus - Bayi Mungil yang lahir di kandang hina itu. Walau demikian ada sesuatu yang jauh lebih penting yakni: kehadiran orang-orang bijak ini mengungkapkan pengakuan dunia atas kehadiran Yesus.

“Kami datang dari Timur untuk menyembah Dia: Sang Raja”. Sikap ini yang perlu setiap kita miliki ketika kita memutuskan untuk mencari Yesus dalam kebersamaan iman. Dalam ibadah seperti ini kita datang dari latar-belakang kita yang berbeda; kita datang dari asal-usul kita yang berbeda; dari adat-istiadat dan pekerjaan atau pendidikan kita yang berbeda-beda; kita datang bukan untuk menunjukkan kehebatan masing-masing kita, tetapi kita datang untuk menyembah DIA - Sang Raja Damai itu.

Akhirnya pesan ini ingin saya garisbawahi: Setiap kali kita merayakan Natal dengan orientasi Epifani; Penampakan atau tiga Raja, kita selalu mengadakan dua perjalanan: Pertama: “Perjalanan ke Betlehem” untuk menemukan Tuhan dengan sarana bintang. Lalu yang kedua: “Perjalanan Kembali dari Betlehem” untuk membawa Damai. Dalam perjalanan pulang itu kita bisa saja bertemu dengan orang yang berhati Herodes: tidak ingin orang lain hidup baik; tidak suka melihat orang lain maju; suka curiga dan iri hati. Maka sadar atau tidak, kita pun sedang diperingatkan untuk selalu ambil jalan lain; bukan jalan Herodes, tetapi jalan menuju pada suasana damai dan tenteram. Saya ucapkan untuk semua: 

Sumber: www.indocell.net/yesaya

Mgr. Ignatius Suharyo: Etika Politik Tidak Dijunjung Tinggi

Uskup Agung Jakarta, Ignatius Suharyo mengomentari fenomena korupsi di Indonesia. Menurutnya, korupsi jalan terus karena etika dalam berpolitik tidak dijunjung tinggi.

"Etika politik di negeri tidak dijunjung tinggi, ada penulis yang menulis bahwa negara ini negara centeng, itu bukan suatu rahasia, bukan suatu umpatan, menjadi judul rangkaian penelitian yang cermati sosial politik ekonomi negeri ini," kata Ignatius seusai memimpin misa Natal di Jakarta, Minggu (25/12/2011).

Tentunya, kata dia, kondisi tersebut tidak diharapkan berlangsung terus menerus. Uskup berharap agar negara ini dapat dipimpin undang-undang dasar dan pancasila, bukan dipimpin kekuasaan yang direbut dari uang.

Seperti pesan natal yang bertema "bangsa yang berjalan telah melihat terang besar", sebuah bangsa yang berjalan dalam terang adalah bangsa yang dipimpin tujuan mulia. Bangsa yang berkembang lebih baik. "Yang dipimpin hidupnya dengan pancasila, bukan pancasila yang dimanipulasi, dipelesetkan, tapii nilai-nilai dasar hidup sebagai masyarakat dan bangsa," kata Ignatius.

Sementara bangsa yang berjalan dalam kegelapan, katanya, adalah bangsa yang tidak terhormat, membiarkan dirinya diarahkan oleh gengsi. "Gengsi itu bukan kehormatan yang bermanfaat, meraih kekuasaan demi kekuasaan, padahal kekuasaan itu demi pengabdian," ujar Ignatius.

Hal yang dimikian itu, katanya, akan bermuara pada keserakahan. "Kalau orang berusaha berebut kekuasaan dengan kekuasaan, ujung-ujungnya uang. Muara dari semua itu keserakahan. Keserakahan itu berhala. Orang yang tidak terhormat itu menyembah berhala," ucapnya.

Pada perayaan Natal hari ini, Ignatius juga berharap agar semakin banyak umat kristiani yang dituntun hidupnya dengan terang, sehingga kekuasaan, gengsi, dan keserakahan, akan terhapus pelan-pelan.

Sumber: KOMPAS.com

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy