Pengantar
Hari ini, kita memasuki masa prapaskah. Masa prapaska juga menjadi kesempatan yang sangat istimewa untuk bersyukur kepada Tuhan, karena kita orang yang lemah dan berulang kali jatuh dalam dosa senantiasa dikasihi oleh Tuhan. Oleh karena itu, masa ini menjadi masa yang sangat baik untuk meneliti hidup kita, apakah selaras dengan kehendak Tuhan. Tentu selama ini kita berusaha untuk hidup selaras dengan kehendak Tuhan, untuk selalu mengasihi Tuhan dan sesama. Namun, sebagai manusia lemah, tentu banyak pula hal yang kita pikirkan, kita katakan dan kita lakukan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah kesempatan bagi kita untuk bertobat.
Renungan
Masa prapaskah di awali dengan Rabu Abu, di mana kita ditandai dengan abu pada dahi kita masing-masing. Abu, dalam kehidupan masyarakat sederhana yang belum mengenal aneka macam sabun atau detergent, abu seringkali digunakan untuk mencuci perlatan dapur, lebih-lebih untuk menghilangkan bau amis dan kerak. Jadi, abu mempunyai manfaat untuk membersihkan barang-barang yang kotor. Maka, penandaan dengan abu melambagkan kesediaan kita untk dibersihkan dari segala kekotoran diri kita akibat dosa. Selain itu, abu juga merupakan salah satu benda material yang paling kecil. Maka, penandaan dengan abu juga melambangkan pengakuan diri kita yang begitu kecil, rapuh, lemah dan tidak berdaya.
Selama masa prakaskah, kita diberi kesempatan istimewa untuk merayakan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus yang membawa keselamatan dan kehidupan baru bagi kita. Nah, dalam rangka mempersiapkan diri menyambut kebangkitan Tuhan yang membawa kehidupan baru ini, kiranya makna dari lambang abu tersebut tepat kita gunakan.
Pertama , abu mempunyai manfaat membersihkan. Kalau kita makan untuk mendapatkan energi kehidupan jasmani, kita pasti membutuhkan piring yang bersih khan, bukan piring kotor. Masak, kita makan makanan yang enak, lezat dan bergizi kok dengan piring kotor. Selera makan kita tentu berkurang. meskipun makanannya yang enak dan bergizi, tapi kalau pirinaya kotor ya menjadi kurang enak, bahkan malah menimbulkan penyakit. Demikianlah kita, kita diajak untuk membersihkan diri kita supaya siap dan pantas menerima kehadiran Tuhan yang memberikan energi hidup, tidak hanya jasmani tetapi juga rohani. Kita diajak untuk memperbarui hidup kita, berdamai kembali dengan Tuhan dan mengoyakkan hati kita – bukan pakaian kita – (Yl 2:13), dan berdamai kembali dengan Allah (1Kor 5:20).
Salah satu usaha nyata yang baik kita lakukan selama masa prapaskah ini, sebagaimana ditegaskan dalam bacaan Injil tadi adalah meningkatkan amal (sedekah), doa, dan puasa. Puasa (+ pantang) merupakan sarana yang sangat baik untuk melatih pengendalian dan penguasaan diri kita; doa merupakan wujud nyata dari usaha kita untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan; dan amal/sedekah yang dapat kita lakukan melalui derma APP merupakan upaya kita untuk mendekatkan diri dengan sesama, bersolider, memberi perhatian dan pertolongan yang konkret.
Kedua , abu yang juga melambangkan kerapuhan dan kelemahan kita menggambarkan bahwa tidak mungkin kita bisa berhasil membersihkan diri kita, kalau kita hanya mengandalkan diri pada usaha dan perjuangan kita sendiri. Maka, kita perlu rendah hati, menyadari kelemahan dan kerapuhan kita di hadapan Tuhan agar Tuhan berkarya dalam diri kita dan memampukan kita untuk menghayati dan mewujudkan pertobatan yang sejati. Maka, seraya berusaha terus-menerus, kita juga harus berani berserah kepada Tuhan. Semoga, usaha-usaha pertobatan yang kita wujudkan kita dalam kegiatan amal, doa, dan puasa dapat membuahkan pedamaian kita dengan Tuhan dan sesama.
Rm. Agus Widodo, Pr