| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Surat Kepada Keluarga bulan Juli 2012

Kenangan Manis itu namanya kebersamaan

Waktu pelukan sayang dinikmati dalam haru dan rasa nyaman

Saat itu menjadi perpanjangan pengharapan

Bahwa keberadaanku diperhitungkan dan diterima baik



Terima kasih masa lalu

Engkau membawaku terbang tinggi ke tengah lautan manusia

Membuatku merasa lebih berarti di dunia ini

Melalui penggalan saat masa lalu bersama orang tuaku





Selamat berjumpa lagi keluarga-keluarga di Keuskupan Agung Jakarta!

Semoga Anda semua mengalami saat-saat liburan bersama keluarga, khususnya anak-anak, yang menggembirakan. Semoga Anda telah berani memperjuangkan saat bersama yang membawa sukacita yang akan dikenang oleh orang-orang yang Anda kasihi. Sekali lagi saya ucapkan selamat berlibur dan menikmati saat bersama!

Waktu saya kanak-kanak, ayah-ibu saya selalu memberi waktu untuk kami, anak-anaknya, berlibur mengunjungi nenek dan paman-bibi serta sepupu-sepupu di Semarang. Pulang kampung merupakan saat yang menyenangkan, meskipun hanya 1-2 minggu bersama kerabat yang jauh. Ayah ibu saya memberi waktu juga untuk kami bermain di rumah Oom dan tante saya di belahan lain kota Jakarta ini. Semua itu kami lakukan bersama, tanpa biaya banyak, karena ayah saya memang belum mapan ekonominya.

Ketika saya SMA, saya ingat ibu saya selalu minta maaf, karena tidak dapat memberi kesempatan banyak untuk tamasya dan jalan-jalan; tidak mampu mengajak kami waktu kecil ke tempat-tempat wisata yang mahal. Saya dan kakak serta adik merasa heran dengan pernyataan yang diulang-ulang itu. Kami tidak pernah merasakan kekurangan saat menyenangkan, tetapi mengapa ibu selalu “minta maaf” karena hal itu? Kakak adik saya juga merasakan yang sama: tak merasa kehilangan masa kecil hanya karena tidak wisata ke tempat-tempat mahal dan menakjubkan.

Kami justru menikmati saat bersama secara berkelimpahan! Saya hanya ingat Ayah saya menemani kami beberapa hari dengan ambil cuti kerja. Ibu saya, seorang ibu rumah tangga, juga selalu menemani kami berlibur dan malah memasak buat kami dan keluarga besar di tempat liburan. Permainan murah dan bersama sampai hari ini masih menjadi kenangan manis saya, kakak-adik, dan bahkan sepupu-sepupu saya.

Barangkali kita berpikir bahwa sekarang saat bersama itu saat mahal. Akan tetapi, jika Bapak-Ibu sekalian mengerti apa yang dibutuhkan batin setiap anak-anak, Anda akan tahu bahwa saat itu akan menjadi sekaligus kenangan manis dan berharga tanpa harus membayar mahal. Kenangan itu membawa keyakinan pada anak-anak bahwa mereka diterima, diperhatikan, dididik, dan diberi hadiah atas kesibukan dan kerja keras selama ini.

Kenangan itu dihias dengan pelukan ayah ibu, kerepotan mereka, kecerewetan mereka, komentar-komentar, dan perintah-perintah mereka yang menyentuh ingatan anak-anak. Sebaliknya, saat-saat bersama menjadi mahal karena kita membiarkan kebutuhan melambung dan menakutkan kita akan masa depan yang entah bagaimana akan terjadi. Kebersamaan itu mahal, karena kita harus “menjual” rasa takut, rasa cemas, rasa sibuk, dan ketidakpercayaan kita akan hal-hal sederhana.

Kita mengkhawatirkan masa depan, padahal masa depan itu diciptakan sekarang ini. Kita telah membayar sangat mahal untuk setiap ketakutan kita. Waktu-waktu habis untuk pekerjaan; kesehatan kurang diperhatikan; dan orang-orang yang dicintai ditinggalkan. Ketika saat bersama diciptakan, inilah re-kreasi sebenarnya. Anda dan keluarga diciptakan kembali, di-charge dan dibawa kembali ke Nazareth Anda masing masing.

Para orang tua terkasih, jangan membawa terlalu banyak peraturan dan disiplin yang membuat Anda menjadi menakutkan dan meresahkan keluarga. Bawalah hati Anda sepenuhnya. Ciptakan suasana nyaman dan penuh cinta melalui kehadiran Anda. Jangan menipu dan bersandiwara. Anak-anak akan tahu apakah Anda menerima dan mengasihi mereka, melalui bahasa tubuh, kata-kata, mendengarkan, pemberian, doa-doa, dan apapun yang Anda lakukan bersama mereka dan pasangan.

Hargailah anak-anak bila mereka berprestasi, melakukan hal-hal baik, memberi Anda sesuatu yang baik, atau sekedar mengambilkan minum untuk Anda. Pujian, hadiah kecil, adalah hal-hal yang membesarkan hati bila disampaikan dengan tulus dan asli. Ciptakan kenangan indah bukan hanya dengan “kehadiran tubuh” atau “setor muka”, tetapi seluruh keberadaan lahir batin yang akan membuat Anda sekeluarga merasa nyaman bersama.

Ada pesan kecil yang ingin saya sampaikan, semoga di sela-sela masa bersama ini, Anda mengingat saat berdoa sebagai yang menyempurnakan “quality time” (saat berharga) keluarga Anda. Jangan membiarkan hari minggu tanpa mengikuti ekaristi/misa kudus. Berilah kesempatan membangun kebiasaan berdoa untuk memulai makan bersama, tidur bersama, atau sebelum berangkat dan pulang tamasya.

Keluarga-keluarga Keuskupan Agung Jakarta yang terkasih, tentu sebagian dari Anda ada yang sibuk mempersiapkan sekolah anak-anak. Berilah waktu bersama juga untuk melatih mereka memikirkan pendidikan mereka sendiri. Jangan paksakan sesuatu yang memang tidak mereka sukai sendiri. Kebebasan memilih dan melatih anak-anak memilih harus dimulai dari hal-hal sederhana, seperti memilih tempat liburan, tempat makan bersama, sampai hal-hal penting seperti jurusan sekolah, dll.

Anda bisa menghadirkan diri sebagai penasihat yang bijaksana, inspiratif, informatif, tetapi tidak memaksakan kehendak. Berilah anak-anak informasi yang baik dan lengkap, termasuk informasi iman dalam hal pendidikan formal mereka. Melalui cara ini, anak-anak akan mengenali kebutuhan, kemampuan, dan minat mereka sendiri. Jika ini telah dilakukan, lengkaplah “quality time” Anda bersama keluarga. Saat bersama menjadi saat menggembirakan, penuh berkat dan futuristik (mengarah ke masa depan) juga, bukan?





Salam dalam Keluarga Kudus Nazareth



Rm. Alexander Erwin Santoso MSF

Selasa, 03 Juli 2012 Pesta Santo Tomas, Rasul

Selasa, 03 Juli 2012
Pesta Santo Tomas, Rasul

“Tomas melihat seorang manusia, tetapi dengan kata-katanya, ‘Tuhanku dan Allahku’, ia mengakui ke-Allahan-Nya” (Paus Gregorius Agung)


Antifon Pembuka (Mzm 117:28)


Allahkulah Engkau, Engkau kupuji. Allahkulah Engkau, Engkau kuagungkan.

Doa Pagi


Allah Bapa yang kuasa dan kekal, ajarilah kami mengimani Yesus Putra-Mu yang belum pernah kami lihat dengan mata kami ataupun kami jamah dengan tangan kami. Semoga sabda-Nya menghimpun kami menjadi Gereja-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.


Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (2:19-22)


"Kamu dibangun di atas dasar para rasul."

Saudara-saudara, kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan sewarga dengan orang kudus dan anggota keluarga Allah. Kamu dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di atas Dia tumbuhlah seluruh bangunan, yang rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus dalam Tuhan. Di atas Dia pula kamu turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah dalam Roh.

Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan do = f, 4/4, PS 827

Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat. (Mzm 117:1.2)

1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil do = f, 2/2, PS 955

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 24:32; 2/4)
Yesus bersabda, "Hai Tomas, karena telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."

Mata hanya bisa melihat saat ada terang atau cahaya. Begitu pun dengan ‘mata batin’. Jika seseorang kehilangan cahaya hidup, dia tidak mungkin dapat melihat. Itulah yang dialami Tomas. Dia masuk ke dalam kegelapan, karena hanya mengandalkan kekuatan ‘mata fisik’ nya. Tomas tertipu oleh mata fisiknya! Benar yang dikatakan Pengkotbah, “Mata orang berhikmat ada di kepalanya” (Pkh 2:14)


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:24-29)


"Ya Tuhan dan Allahku."

Pada hari Minggu Paskah, ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, Tomas, seorang dari kedua belas murid, yang juga disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya, “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya, dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, aku sama sekali tidak akan percaya.” Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu, dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang. Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagimu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku, dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah!” Tomas menjawab kepada-Nya, “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya, “Karena telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Rasul Tomas menjadi contoh bagi kita bagaimana pergulatan kita dalam beriman. Berawal dari keragu-raguan dan keinginan meminta bukti untuk bisa mengungkapkan imannya, akhirnya dia hanya bisa bersujud dan berserah kepada Tuhan. Jawabannya, “Ya Tuhanku dan Allahku” adalah ungkapan kedalaman imannya. Ia mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Allahnya. Tidak jarang kita pun mengalami keraguan dan meminta bukti dalam beriman.


Doa Malam


Tuhan Yesus, terima kasih atas rasul-Mu St. Tomas. Pengalaman hidupnya telah memberikan pelajaran berharga bagiku. Bantulah aku untuk berteguh hati pada-Mu dalam mengatasi pergulatan hidup ini. Engkaulah teladan kebijaksanaan yang sempurna bagiku, kini dan sepanjang masa. St. Tomas, doakanlah aku. Amin.



RUAH

Bacaan Harian 02 - 08 Juli 2012

Bacaan Harian 02 - 08 Juli 2012

Senin, 02 Juli: Hari Biasa Pekan XIII (H).
Am 2:6-10.13-16; Mzm 50:16bc-23; Mat 8:18-22.
Mengikuti Yesus dengan konisten ternyata sungguh berat. tetapi kalau Ia tetap juga berkata “Ikutlah Aku”, tentu Ia tidak akan membiarkan kita berjuang sendiri. Yang terpenting bagi kita adalah keterbukaan hati dan sebuah usaha untuk melangkah mengikuti-Nya.

Selasa, 03 Juli: Pesta St Tomas, Rasul (M).
Ef 2:19-22; Mzm 117:1.2; Yoh 20:24-29.
Tomas adalah kombinasi dari orang yang tampaknya berani tetapi tidak tahu. Ia juga seorang yang keras kepala mencari bukti-bukti kebangkitan. Hal ini mengingatkan dan mencerminkan sikap di kalangan umat, bahwa di samping sikap keberanian yang diperlihatkan, tampak juga ketidaktahuan dan kurangnya iman yang mendalam. Maka, "Janganlah engkau tidak percaya lagi, tetapi percayalah."

Rabu, 04 Juli: Hari Biasa Pekan XIII (H).
Am 5:14-15.21-24; Mzm 50:7-13.16bc-17; Mat 8:28-34.
Setan-setan takluk pada kuasa Yesus. Sudah nyata, kuasa Yesus melebihi segala kuasa gelap. Dengan bersandar pada-Nya, tak ada kuasa gelap mana pun dapat mematahkan kita. Masihkah harus mencari kuasa-kuasa lain?

Kamis, 05 Juli: Hari Biasa Pekan XIII (H).
Am 7:10-17; Mzm 19:8-11; Mat 9:1-8.
Yesus mengampuni dosa orang lumpuh itu karena iman orang-orang yang membawanya. Setelah mendapatkan pengampunan, orang lumpuh itu sembuh. Marilah dengan iman kita juga membawa 'orang-orang lumpuh' di sekitar kita kepada Yesus, supaya mereka juga beroleh pengampunan dosa dan kesembuhan.

Jumat, 06 Juli: Jumat Pertama Dalam Bulan (P).
Hari Biasa Pekan XIII (H).

Am 8:4-6.9-12; Mzm 119:2.10.20.30.40.131; Mat 9:9-13.
Yesus minta kita mencamkan: “Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan.” Yang penting adalah tindakan nyata untuk sesama ketimbang sebatas tindakan ritual.

Sabtu, 07 Juli: Hari Biasa Pekan XIII (H).
Am 9:11-15; Mzm 85:9.11-12.13-14; Mat 9:14-17
Para murid Yohanes Pembaptis menganggap praktik matiraga begitu penting, sehingga mereka mempertanyakan sikap para murid Yesus yang tidak berpuasa. Jawaban yang diberikan adalah bahwa pada zaman Yesus, pengantin laki-laki, bukanlah waktu yang tepat untuk berpuasa. Keradikalan sikap Yesus dan ketidaksesuaian antara ajaran-Nya dengan bentuk kesalehan lama dikemukakan melalui gambaran kain baru dan anggur lama.

Minggu, 08 Juli: Hari Minggu Biasa XIV (H).
Yeh 2:2-5; Mzm 123:1-2a.2bcd.3-4; 2Kor 12:7-10; Mrk 6:1-6
Dalam mewartakan kabar gembira, Yesus juga mengalami penolakan. Karena tidak semua mau membuka diri dan percaya. Kita pun disadarkan bahwa yang baik bisa saja ditolak. Untuk menunjukkan yang baik, kita pun perlu berani mengambil resiko penolakan.

Senin, 02 Juli 2012 Hari Biasa Pekan XIII

Senin, 02 Juli 2012
Hari Biasa Pekan XIII

Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya. (Ef 3:12)


Antifon Pembuka (bdk. Mzm 50:23)

Siapa mempersembahkan kurban syukur, memuliakan Dikau. Siapa jujur jalannya, akan menyaksikan keselamatan.

Doa Pagi

Bapa yang maharahim, buatlah aku mampu bertindak bijaksana dalam menegakkan keadilan yang nyata di tengah keluarga dan masyarakat. Mampukan aku untuk menghormati hak dan kewajiban orang lain secara benar. Aku mohon kepada-Mu, sebab Engkaulah sang kebijaksanaan sejati. Amin.

Bacaan dari Nubuat Amos (2:6-10.13-16)

"Mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu."

Beginilah sabda Tuhan, “Karena tiga perbuatan jahat Israel , bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku. Sebab mereka telah menjual orang benar untuk mendapatkan uang, dan orang miskin karena sepasang kasut. Mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara. Anak dan ayah pergi menjamah perempuan muda yang sama, sehingga melanggar kekudusan nama-Ku. Mereka merebahkan diri di samping setiap mezbah di atas pakaian gadaian orang, dan minum anggur orang-orang yang kena denda di rumah Allah mereka. Padahal Akulah yang memusnahkan orang Amori dari depan mereka; orang-orang Amori yang tingginya seperti pohon aras dan kuat seperti pohon tarbantin. Akulah yang menuntun kalian keluar dari tanah Mesir, dan memimpin kalian empat puluh tahun lamanya di padang gurun, supaya kalian menduduki negeri orang Amori. Sesungguhnya Aku akan mengguncangkan tempat kalian berpijak seperti goncangan kereta yang sarat dengan berkas gandum. Orang cepat tidak mungkin lagi melarikan diri, orang kuat tak dapat menggunakan kekuatannya, dan pahlawan tak dapat melarikan diri. Pemegang panah tak dapat bertahan, orang yang cepat kaki takkan terluput, dan penunggang kuda tak dapat meluputkan diri. Juga orang yang berhati berani di antara para pahlawan akan melarikan diri dengan telanjang pada hari itu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Camkanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah.
Ayat. (Mzm 50:16bc-17.18-19.20-21.22-23)
1. Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkau membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku?
2. Jika melihat pencuri, engkau berkawan dengan dia! Engkau bergaul dengan orang berzinah. Mulutmu kaubiarkan mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya.
3. Engkau duduk, dan menjelek-jelekkan saudaramu, engkau memfitnah saudara kandungmu. Itulah yang engkau lakukan! Apakah Aku akan diam saja? Apakah kaukira Aku ini sederajat dengan kamu? Aku menggugat engkau dan ingin berperkara denganmu.
4. Camkanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah; waspadalah, jangan sampai Aku menerkam, dan tidak ada yang melepaskan. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban, ia memuliakan Daku; dan siapa yang jujur jalannya, akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah.

Bait Pengantar Injil
Ref.
Alleluya
Ayat. Hari ini janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah suara Tuhan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (8:18-22)

"Ikutlah Aku."

Pada suatu hari banyak orang mengerumuni Yesus. Melihat hal itu Yesus menyuruh bertolak ke seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya, “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya, “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya berkata kepada-Nya, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.” Tetapi Yesus berkata kepada-Nya, “Ikutilah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Dalam hidup ini sering kita dihadapkan dengan berbagai macam pilihan. Ketika kita telah menentukan suatu pilihan berarti kita juga harus siap berkorban untuk kehilangan yang lainnya. Ketika seseorang menentukan pilihan hidupnya untuk menjadi seorang rohaniwan, biarawan atau biarawati maka ia harus rela untuk hidup tidak menikah atau berkeluarga. Ketika seseorang memilih untuk menikah secara Katolik berarti ia harus siap hidup dengan satu pasangan seumur hidup, tak terceraikan, dan hanya kematian yang memisahkan.

Ketika kita sudah menentukan pilihan maka kita harus komit pada pilihan tersebut, dengan tegas, sepenuh hati, tidak setengah-setengah atau plin-plan. Demikian juga ketika kita sudah membuat pilihan untuk menjadi pengikut Kristus. Kita harus total mengikuti Dia, termasuk segala tuntutan atau konsekuensinya. Kita harus mau meninggalkan atau mengorbankan yang lain karena Kristus menghendaki demikian. Kita tidak boleh menoleh ke belakang, tapi harus mantap menatap dan maju menuju masa depan bersama-Nya. Perhatian kita tidak terbagi pada hal-hal lain yang bertentangan dengan kehendak-Nya.

Tuhan Yesus Kristus, aku bersyukur bahwa Engkau berkenan memanggil dan memilih aku menjadi pengikut-Mu. Semoga aku tetap setia mengikuti Engkau, dan setia pada komitmen yang telah aku pilih sebagai murid-Mu. Amin.

Ziarah Batin 2012, Renungan dan Catatan Harian

Kobus: Hari Minggu Biasa XIII

Minggu, 01 Juli 2012 Hari Minggu Biasa XIII (B)

Minggu, 01 Juli 2012
Hari Minggu Biasa XIII (B)

Allah Sumber Kehidupan Kekal

"Engkau tidak dapat berdoa di rumah seperti di dalam gereja, di mana sejumlah besar orang hadir dan di mana orang berseru kepada Allah seperti dari satu hati" ---- St Yohanes Krisostomus


Antifon Pembuka (Mzm 47:2)


Segala bangsa bertepuk-tanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai.

Doa


Allah Bapa yang penuh kasih sayang, Engkau selalu menghendaki yang baik bagi manusia, bukan yang jahat. Engkau tak hendak menyerahkan kami kepada penderitaan dan maut, tetapi memperuntukkan kami bagi kebahagiaan. Kami mohon, berilah kami napas kehidupan baru, bila ditimpa oleh kesesakan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Kebijaksanaan (1:13-15; 2:23-24)


"Karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia."


Allah tidak menciptakan maut, dan Ia pun tak bergembira kalau makhluk yang hidup musnah binasa. Sebaliknya Ia menciptakan segala sesuatu supaya ada; dan supaya makhluk-makhluk jagat menemukan keselamatan. Racun yang membinasakan tidak ditemukan di antara mereka, dan dunia orang mati tidak merajai bumi. Maka kesucian mesti baka. Sebab Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan menjadikannya gambar hakikat-Nya sendiri. Tetapi karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 838

Ref. Tuhan telah membebaskan dan menyelamatkan daku.
Ayat. (Mzm 30:2+4.5-6.11-12a+13b; Ul: 2a)

1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membarkan musuh-musuhku, bersukacita atas diriku. Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan daku, di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab hanya sesaat Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan, dan kasihanilah aku, Tuhan, jadilah penolongku! Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.

Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (8:7.9.13-15)


"Hendaklah kelebihanmu mencukupkan kekurangan saudara-saudara yang lain."

Saudara-saudara, hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih, sebagaimana kamu kaya dalam segala sesuatu; dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami. Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, yakni: Sekalipun kaya, Ia telah menjadi miskin karena kamu, supaya karena kemiskinan-Nya, kamu menjadi kaya. Sebab kamu dibebani bukan supaya orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihanmu mencukupkan kekurangan orang-orang kudus, agar kelebihan mereka kelak mencukupkan kekuranganmu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: Orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan, dan orang yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963

Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (2 Tim 1:10b)
Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut, dan menerangi hidup dengan Injil.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (5:21-43)


"Hai anak, Aku berkata kepadamu: bangunlah."

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang dengan perahu, datanglah orang banyak berbondong-bondong, lalu mengerumuni Dia. Ketika itu Yesus masih berada di tepi danau, Maka datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika melihat Yesus, tersungkurlah Yairus di depan kaki Yesus. Dengan sangat ia memohon kepada-Nya, “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati. Datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Ketika Yesus masih berbicara, datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu, dan berkata, “Anakmu sudah mati! Apa perlunya lagi engkau menyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka, dan berkata kepada kepala rumah ibadat, “Jangan takut, percaya saja!” Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Dan tibalah mereka di rumah kepala ibadat, dan di sana Yesus melihat orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah masuk, Yesus berkata kepada orang-orang itu, “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Yesus. Maka Yesus menyuruh semua orang itu keluar. Lalu Ia membawa ayah dan ibu anak itu, dan mereka yang bersama-sama dengan Yesus masuk ke dalam kamar anak itu. Lalu Yesus memegang tangan anak itu, seraya berkata, “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Yesus berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu. Lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Antifon Komuni (Yoh 17:20-21)

Ya Bapa, Aku berdoa bagi mereka agar mereka bersatu

Renungan


Saudara-saudara yang terkasih, pada renungan kali ini saya tertarik untuk merenungkan tema: Allah sumber kehidupan Kekal. Bicara tentang kehidupan kekal, ada beberapa pertanyaan yang bisa direnungkan. Apa yang dimaksud dengan kehidupan kekal? Apakah kita sudah memiliki kehidupan kekal itu? Berkenaan pertanyaan pertama, Yesus sendiri menyampaikan dalam doa-Nya: “inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, sebagai satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”. (Yoh 17:3).

Bila hidup kekal berarti mengenal Allah, maka pengenalan akan Allah mengandaikan adanya sebuah hubungan terus menerus sampai pada sebuah kualitas pengenalan yang sesungguhnya. Karena nyatanya, pengenalan bukanlah pengetahuan semata. Orang bisa tahu banyak tentang Allah, namun belum tentu mengenal Allah sebaik dan seperti pengetahuannya. Dari definisi singkat ini kiranya kita bisa menjawab pertanyaan kedua, apakah kita memiliki hidup yang kekal itu. Jawabannya kembali kepada kita masing-masing. Apakah kita sudah mengenal Allah sebagai satu satunya Allah yang benar? Apakah kita yakin bahwa Yesus sungguh diutus Bapa untuk kita? Pertanyaan ini tidak untuk dijawab seketika, tapi biarlah seluruh proses kehidupan kita yang menjawabnya.

Kembali pada tema di atas “Allah sumber kehdiupan kekal”, bacaan-bacaan Kitab Suci pada Minggu Biasa ke 13, juga berbicara tentang hidup kekal. Dalam bacaan Pertama dari Kitab Kebijaksanaan dikatakan: "memang maut tidak dibuat oleh Allah, dan Iapun tak bergembira karena yang hidup musnah lenyap. Sebaliknya Ia menciptakan segala-galanya supaya ada, dan supaya makhluk-makhluk jagad menyelamatkan. (Keb. 1:13-14). Dari situ, Allah kita kenal sebagai sosok yang tidak menginginkan kebinasaan manusia. Sejak awal mula Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya (Kej 1:27). Dengan begitu Allah ingin kita menjadi ahli waris kerajaanNya. Namun, keinginan Allah yang begitu mulia itu apakah terwujud dalam kehidupan manusia? Benarkah manusia akhirnya mampu memancarkan dirinya sebagai gambar Allah? bernakah manusia lalu tidak mengalami kebinasaan, tidak mengalami maut? Bicara tentang Allah sebagai sumber kehidupan kekal, rasanya mesti bertitik tolak pada pengalaman nyata manusia, bahwa kebinasaan itu terjadi. Maut dan penderitaan sungguh tak terelakkan dalam kehidupan manusia. Salahkah Allah? Tidak mampukah Allah? persoalannya bukan pada pertanyaan tersebut, melainkan pada pribadi manusia. Meksi Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya, Allah bukanlah diktator dan manusia bukanlah robot yang disetel sejak awal kehidupannya. Lalu diarahkan masa depannya nyaris “lurus tak berbelok”. Allah memberikan kebebasan pada makhluknya untuk menentukan dan membentuk dirinya. Pengalaman manusia pertama yang salah menggunakan kebebasan dan menjadikan dirinya tidak taat menyebabkan dia jatuh dalam dosa. Dosa keserakahan, dosa tidak pernah puas dengan apa yang sudah dikaruniakan Allah dan dosa ingin menjadi “tandingan” Sang Pencipta.

Pengalaman itu tentu tidak membuat Allah kehilangan akal. Allah terus mendekati manusia. Allah terus merangkul kita supaya kita kembali kepada Dia sumber kehidupan kekal dan bukan sumber kebinasaan dan kematian. Ia mengutus Putra-Nya yang tunggal, supaya kita semakin dekat dan mengenal Allah. Mengenal Yesus sebagai utusan Bapa adalah bagian dari hidup kekal itu. Maka kita harusnya semakin diteguhkan mana kala menyaksikan pengalaman iman Yairus, kepala rumah ibadat yang tersungkur dihadapan Yesus dan berkata: “anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” (Mrk 5:23). Dan jawaban Yesus adalah; “jangan takut, percaya saja.” (Mrk 5:36). Yesus hadir sebagai sumber kehidupan kekal dimana ada keberanian dan kepercayaan. Berani untuk menunjukkan iman. Peristiwa Yesus mebangkitkan anak perempuan Yairus dan menyembuhkan perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan (Mrk 5:16), menjadi tanda nyata bahwa sumberk kehidupan kekal itu ada.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, sering sekali kita mengalami kematian-kematian yang membuat kita membutuhkan penyembuhan dan kehidupan kekal. Matilah rasa kepekaan kita mana kala sudah tidak mau peduli pada keadaan orang lain. Matilah kerendahan hati kita mana kala kesombongan menguasai dan menganggap diri yang paling hebat. Matilah kemampuan mengampuni kita manakala, manakala kita merasa yang paling benar dan tidak ada tempat dalam hati kita untuk kesalahan dan kelemahan orang lain. Namun, orang bijak mengatakan melalui pengalaman-pengalaman, entah itu yang menyenangkan atau tidak, terlebih melalui pengalaman yang sangat sulit, bahkan sesulit akal sehat menerimanyapun, kita semua sedang dibentuk. Menjadi pribadi-pribadi yang siap untuk semakin hari semakin mengenal Allah. Kita diolah menjadi orang-orang memiliki kehidupan kekal.

Bila itu terjadi maka benarlah yang dikatakan oleh St. Paulus kepada jemaat di Korintus, bahwa kita kaya dalam segala sesuatu-dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam pelayanan kasih. (bdk 2 Kor 8:7). Itulah buah-buah kehidupan kekal. Maka mari kita kembali pada pertanyaan di atas: bagiku, apakah kehidupan kekal itu? apakah aku sudah memiliki kehidupan kekal? Tuhan berkati upaya kita untuk menjawabnya.

Salam dan berkat.

Pastor Antonius Purwono, SCJ

Minggu, 01 Juli 2012: Hari Minggu Biasa XIII

Minggu, 01 Juli 2012: Hari Minggu Biasa XIII
Keb 1:13-15; 2:23-24; 2Kor 8:7.9.13-15; Mrk 5:21-43.
Setiap orang, pada umumnya menginginkan kesehatan, keselamatan, dan kehidupan. Kita rela melakukan apa saja supaya sehat, selamat, dan bertahan hidup. Inilah yang juga dicari dan diupayakan oleh kepala rumah ibadat dan perempuan yang menderita pendarahan, sebagaimana dikisahkan dalam bacaan Injil tadi (Mrk 5:21-43).
Pencarian dan usaha untuk selamat ini sesuai dan nyambung dengan kehendak Tuhan, sebagaimana ditegaskan dalam bacaan pertama. “Allah tidak menciptakan maut, dan Ia pun tidak bergembira kalau makhluk yang hidup musnah binasa. Sebaliknya, Ia menciptakan segala sesuatu supaya ada dan supaya makhluk-makhluk jagat menemukan keselamatan” (Keb 1:13-14).
Kesehatan, keselamatan, dan kehidupan, di satu sisi merupakan anugerah Tuhan. Tuhanlah sang empunya kehidupan. Dialah pemilik hidup kita yang sesungguhnya. Kita sama sekali tidak memiliki hidup tetapi oleh Tuhan dianugerahi kesempatan untuk hidup. Tuhan pulalah sang sumber keselamatan dan sang penyelamat bagi kita. Dengan usaha kita sendiri, kita tidak mungkin selamat. Mengandalkan amal kita, tidak pernah cukup untuk menggapai keselamatan karena kita lebih banyak ngomelnya daripada ngamalnya. Kesehatan juga anugerah Tuhan.
Namun, di sisi lain, kita juga harus mengupayakan, menjaga, dan memeliharanya. Kita tidak bisa hanya pasif dan tidak berbuat sesuatu atau malah berbuat seenaknya sendiri karena semuanya sudah dijamin oleh Tuhan. Bacaan kedua mengingatkan kita akan pentingnya upaya-upaya saling menyelamatkan. “Hendaklah sekarang ini, kelebihanmu mencukupkan kekurangan orang-orang kudus” (2Kor 8:14). Kita masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kalau kelebihan dan kekurangan itu kita hayati dalam kasih, yakni dengan saling menolong, melengkapi, dan mencukupkan, keselamatan akan terjamin dan kehidupan tetap lestari.
Selain ditekankan mengenai pentingnya usaha-usaha untuk saling menyelamatkan, ada hal yang tidak kalah penting, yaitu iman dan pengharapan. Kedua hal inilah yang sungguh-sungguh dihayati oleh kepala rumah ibadat dan perempuan yang menderita pendarahan, sebagaimana dikisahkan dalam bacaan Injil. Marilah kita perhatikan dengan seksama apa yang mereka lakukan.
Didasari dan didorong oleh iman dan pengharapan yang besar kepada Tuhan, kepala rumah ibadat, yang anak perempunannya sedang sakit, datang kepada Yesus dan tersungkur di depan kaki-Nya (ay.22) serta memohon dengan sangat agar Tuhan menyembuhkan anaknya (ay.33). Kepala rumah ibadat itu menghayati imannya dengan datang kepada Tuhan, tersungkur (merendahkan diri) di hadapan-Nya, dan memohon kepada Tuhan agar anaknya disembuhkan. Ketika ada orang yang mencoba melemahkan imannya, Yesus mengatakan, “Jangan takut, percaya saja”. Akhirnya, betul … iman dan pengharapan kepala rumah ibadat membuahkan kesehatan, keselamatan, dan kehidupan bagi anak perempuannya. Banyak orang yang menyaksikannya menjadi takjub.
Demikian pula dengan wanita yang sudah 12 tahun menderita pendarahan. Didasari dan didorong oleh iman dan pengharapannya yang kuat (ay.28), ia mendekati Yesus dan menjamah jubahnya (ay.27), kemudian juga tersungkur di depan Yesus dan menceritakan dengan tulus apa yang dialami dan diimaninya (ay.34). Perempuan itu menghayati imannya dengan mendekati Yesus dan menjamah-Nya. Lagi-lagi ditegaskan bahwa iman perempuan itu telah menyelamatkannya dari penderitaan yang telah sekian lama ditanggung (ay.34). 
Melalui bacaan-bacaan hari ini, kita mendapatkan teladan penghayatan iman dan pengharapan yang luar biasa. Kita juga mendapatkan jawaban atas kerinduan dan upaya kita untuk selamat dan bertahan hidup, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Tuhanlah yang menciptakan kita dan Ia menghendaki agar kita semua selamat. Maka, kita harus menggantungkan kerinduan dan usaha kita untuk selamat itu kepada Tuhan dengan beriman dan berpengharapan yang kokoh-kuat. Kita hayati iman dan pengharapan kita itu dengan cara datang dan mendekati Tuhan yang lebih dulu datang dan mendekati kita, dengan tersungkur untuk merendahkan diri di hadapan-Nya, dan dengan penuh kepercayaan memohon kepada-Nya, serta dengan takjub kepada-Nya. Ketakjuban pada Tuhan ini akan melahirkan pujian dan syukur kepada-Nya.
Selain mengandalkan Tuhan, dalam kehidupan bersama, kita juga harus saling menyelamatkan. Dengan semangat kasih, kita manfaatkan kelebihan kita untuk mencukupkan kekurangan sesama dan pada gilirannya kekurangan-kekurangan kita juga akan dicukupkan oleh orang lain. Dengan demikian, melalui semangat hidup saling menolong, melengkapi, dan mencukupkan, keselamatan kita akan terjamin dan kehidupan tetap lestari. Kalau kita semua berkekurangan, tidak usah kuatir sebab Tuhan maha kaya. “Sekalipun kaya, Ia telah menjadi miskin, supaya karena kemiskinan-Nya, kita menjadi kaya” (bdk. 2Kor 8:9).
Demikianlah, bacaan-bacaan hari ini memberi inspirasi kita mengenai pentingnya iman, pengharapan, dan kasih demi keselamatan kita. Terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy