| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Bacaan Harian 30 Juli - 05 Agustus 2012

Bacaan Harian 30 Juli - 05 Agustus 2012

Senin, 30 Juli: Hari Biasa Pekan XVII (H).
Yer 13:1:11; MT U 32:18-21; Mat 13:31-35.
BIJI SESAWI DAN RAGI. Biarpun biji sesawi paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon tempat burung-burung bersarang. Juga, sedikit ragi, jika diadukkan ke dalam tepung terigu bisa membuat mekar adonan tepung terigu itu. Nah, Yesus bilang, Kerajaan Surga seperti biji sesawi dan ragi. Itu artinya, meskipun hal-hal yang berhubungan dengan Kerajaan Surga sering diangap sepele, sekali meresap dan bertumbuh di hati akan membawa dampak besar bagi kehidupan. Maka, kalau kita dengan setia dan bertekun menaburkan benih-benih Kerajaan Surga, perlahan tapi pasti, hal itu akan membawa makna bagi banyak orang. Nah, jangan pernah merasa sia-sia bekerja untuk Kerajaan Surga. Ayo, terus menabur!

Selasa, 31 Juli: Peringatan Wajib St. Ignatius dari Loyola, Imam (P).
Yer 14:17-22; Mzm 34:2-9; Mat 13:36-43.
KASIH DI TENGAH YANG JAHAT. Kalau Allah sungguh ada, mengapa Ia biarkan iblis dan dosa menyeret manusia, lalu kekerasan dan kejahatan merajalela? Perumpamaan lalang di antara gandum memberikan jawabannya. Kerajaan Allah yang ditawarkan Yesus memang tidak serta-merta melenyapkan segala dosa dan kejahatan. Di tengah benih gandum yang ditaburkan oleh Kerajaan Allah, ternyata iblis pun tak henti menaburkan benih lalang saat orang-orang “tertidur” (ay. 24-25). Lalang tak perlu dicabut, tetapi dibiarkan hidup bersamaan; itulah tantangan bagi gandum untuk bertumbuh dengan kokoh. Pelenyapan lalang justru akan membuat gandum kehilangan akar kekuatannya, yaitu akar Kasih (lihat ay. 29-30a). Kalau begitu, ketimbang kita mempersoalkan mengapa ada dosa dan kejahatan, adalah lebih baik kalau kita makin menata diri untuk semakin mewujudkan hidup bertumbuh kokoh dalam kasih.

Rabu, 01 Agustus: Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de Liguori, Uskup Pujangga Gereja (P).
Yer 15:10.16-21; Mzm 59:2-5a.10-11.17-18; Mat 13:44-46.
HARTA TERPENDAM DAN MUTIARA. Mari kita menatap hari-hari yang kita jalani. Dengan begitu tampaknya kita bisa tahu apa yang sesungguhnya kita kejar dalam hidup ini. Kata Yesus, Kerajaan Surga itu seperti ‘harta terpendam dan mutiara yang berharga’. Setelah ditemukan, yang lain dijual untuk mendapatkan harta terpendam dan mutiara yang berharga itu. Untuk hidup dalam Kerajaan Surga, kita harus berani melepaskan segala keterikatan lain yang tidak sejalan dan tidak sesuai dengan Kerajaan Surga itu. Bukan berarti semua yang lain itu tidak penting; yang ditekankan adalah ‘harta dan mutiara’ Kerajaan Surga itu jangan dikalahkan oleh hal-hal lain yang bersifat duniawi.

Kamis, 02 Agustus: Hari Biasa Pekan XVII (H).
Yer 18:1-6; Mzm 146:2-6; Mat 13:47-53.
KEBAHAGIAAN SEJATI. Jujur saja, siapa sih yang tidak mau hidup dalam Kerajaan Surga, yang serba dihiasi oleh kebahagiaan penuh? Macam-macam orang punya macam-macam cara supaya bisa hidup dalam kebahagiaan sejati itu. Pendek kata, mungkin jadi kita sudah berusaha mengisi hidup kita sebaik mungkin menurut kita. Apa yang kita lakukan itu bagaikan macam-macam ikan yang berebut masuk ke pukat, yang pelan-pelan sedang ditarik ke pantai. Tapi, di pantai nanti, seleksi terjadi! Hanya ikan baik yang dipilih; sedangkan yang tidak baik dibuang! Nah, dari cara hidup kita, mestinya sekarang pun kita sudah bisa tahu, kita ini kira-kira termasuk “ikan baik” atau “ikan tidak baik”? Masih ada waktu sebelum tiba di pantai kehidupan!

Jumat, 03 Agustus: Hari Biasa Pekan XVII (H).
Yer 26:1-9; Mzm 69:5.8-10.14 Mat 13:54-58.
PEKERJAAN BAIK. Sesungguhnya, saat Yesus mengajar di tempat asal-Nya, orang-orang takjub. Tapi mereka mempertanyakan asal hikmat dan kuasa Yesus, juga asal-usul diri-Nya. Lalu, mereka tidak percaya dan menolak Yesus! Ya begitulah, tidak semua pekerjaan baik akan ditanggapi dengan baik. Bahkan mungkin saja orang hanya melihat sisi buruk dari pekerjaan baik itu. Haruskah kita berhenti untuk melakukan pekerjaan baik karena takut mendapatkan tanggapan buruk? Kalau begitu, kita menyerahkan diri pada pekerjaan iblis yang memang selalu ingin mematahkan segala pekerjaan baik. Yesus tak pernah berhenti! Sampai sekarang pun Ia terus menaburkan kebaikan melalui Roh Kudus-Nya, meskipun pekerjaan Roh Kudus itu sering ditolak dan disepelekan. Ayo, tetap lakukan pekerjaan baik, kendati mendapatkan tanggapan buruk!

Sabtu, 04 Agustus: Peringatan Wajib St. Yohanes Maria Vianney, Imam (P).
Yer 26:11-16.24; Mzm 69:15-16.30-31.33-34; Mat 14:1-12.
BUAH KEBENCIAN. Agaknya mesti hati-hati kalau kita keasyikan memupuk rasa benci dan dendam! Lihatlah Herodias! Dia menyimpan rasa benci dan dendam terhadap Yohanes Pembaptis karena Yohanes pernah menegur Herodes yang memperistri dirinya. Maka, pada saat yang menurutnya tepat, rasa benci itu ‘keluar’ menjadi hasutan terhadap anaknya untuk meminta ‘kepala Yohanes’ kepada Herodes. Alhasil, tamatlah riwayat Yohanes! Jelas, buah kebencian dan dendam pastilah ‘pengrusakan’. Yang ‘dirusak’ bukan saja orang-orang yang kita benci, tapi juga orang-orang sekitar kita, dan (jangan lupa) sudah pasti diri sendiri juga, terutama!

Minggu, 05 Agustus: Hari Biasa Pekan XVIII (H).
Kel 16:2-4.12-15; Mzm 78:3.4bc.23-25.54; Ef 4:17.20-24; Yoh 6:24-35.
SANTAPAN JIWA. Kita mempunyai banyak cara kreatif dan rutin untuk memanjakan tubuh: makan enak, olahraga, rekreasi, pijat, mengkonsumsi suplemen penyegar tubuh, segera berobat saat sakit, dan sebagainya. Tapi alangkah sulitnya menekuni cara supaya jiwa selalu sehat. Padahal, apalah artinya tubuh tanpa jiwa? Alangkah sia-sianya jika jiwa tak terurus dan ’lapar’ terus! Kata Yesus: ”Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Itulah makanan jiwa yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Dialah roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia. Mari kita bersatu dengan-Nya, sambut dan santap Dia dalam Ekaristi kudus.

M. Muliady Wijaya, Paroki Regina Caeli Pantai Indah Kapuk

Kobus: Rejeki (Yoh 6:1-15) Hari Minggu Biasa XVII/B

Minggu, 29 Juli 2012 Hari Minggu Biasa XVII/B

Minggu, 29 Juli 2012
Hari Minggu Biasa XVII/B

"Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." --- Yoh 6:27

Antifon Pembuka (Mzm 68:6.7.36)

Allah bersemayam di tempat-Nya yang kudus.

Di dalam rumah-Nya Ia menghimpun semua orang.
Dia sendiri akan memberi kekuatan dan keberanian kepada umat-Nya.

Doa Pagi


Allah Bapa yang Maharahim, milik tak seberapa yang ada pada kami rupanya tak mencukupi untuk sekian banyak orang yang ada di sekitar kami. Tetapi Engkau selalu menyelenggarakan segala yang kami perlukan. Datanglah di tengah-tengah kami, ucapkanlah sabda-mu dan bagikanlah rezeki-Mu. Jadikanlah rezeki tak seberapa yang kami perlukan tanda kelimpahan dan kemurahan hati-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.


Bacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja (4:42-44)


"Orang akan makan, dan bahkan akan ada sisanya."

Sekali peristiwa datanglah seseorang dari Baal-Salisa dengan membawa bagi Elisa, abdi Allah, roti-hulu-hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong. Lalu berkatalah Elisa, "Berikanlah roti itu kepada orang-orang ini, supaya mereka makan." Tetapi pelayan abdi Allah itu berkata, "Bagaimanakah aku dapat menghidangkannya di depan seratus orang?" Jawab abdi Allah itu, "Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman Tuhan: Orang akan makan, dan bahkan akan ada sisanya." Lalu dihidangkannyalah roti itu di depan mereka. Maka makanlah mereka, dan masih ada sisa, sesuai dengan firman Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 3/4, PS 857

Ref. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan, Kecaplah betapa sedapnya Tuhan.
Ayat. (Mzm 145:10-11.15-16.17-18; Ul: lh.16)

1. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
2. Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya; Engkau membuka tangan-Mu dan berkenan mengenyangkan segala yang hidup.
3. Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (4:1-6)


"Satu tubuh, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan."

Saudara-saudara, aku, orang yang dipenjarakan demi Tuhan, menasihati kamu, supaya sebagai orang-orang yang terpanggil, kamu hidup berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera: Satu tubuh, satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu. Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa kita semua, yang mengatasi semua, menyertai semua dan menjiwai semua.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 7:16)
Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita, dan Allah telah melawat umat-Nya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:1-15)


"Yesus membagi-bagikan roti kepada orang banyak, sebanyak yang mereka kehendaki."

Sekali peristiwa Yesus berangkat ke seberang Danau Galilea, yaitu Danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mukjizat-mukjizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Ketika itu Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya, dan melihat bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus, "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai Filipus, sebab Ia sendiri tahu apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya, "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja!" Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada Yesus, "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus, "Suruhlah orang-orang itu duduk!" Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ; demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih, supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari lima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mukjizat yang telah diadakan Yesus, mereka berkata, "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dunia." Karena Yesus tahu bahwa mereka akan datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk dijadikan raja, Ia menyingkir lagi ke gunung seorang diri.

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Pada Minggu Biasa ke XVII ini kita akan merenungkan Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan. Ada lelucon begini:

Pada saat Misa seorang pastor berkotbah tentang mukjizat penggandaan roti. Dalam kotbahnya, ia mengatakan, “saudara-saudari, hari ini Yesus mengadakan mukjizat. Ia memberi makan lima ribu orang dengan lima ribu roti dan dua ribu ikan”. Beberapa umat mulai saling pandang dan bergumam: wah kalau itu yang terjadi ya bukan mukjizat, akupun bisa melakukannya”. Setelah selesai misa, beberapa umat datang kepada pastor tersebut dan berkata: “pastor, tadi waktu kotbah, pastor keliru”. Kemudian mereka menjelaskan letak kekeliruannya. Pastor menyadari kesalahannya dan minta maaf.

Minggu berikutnya pastor itu mengulas kembali kotbah minggu lalu sebagai pengantar dengan mengatakan: “saudara-saudari, minggu lalu kita merenungkan bahwa Yesus mengadakan mukjizat memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan” Lalu pastor tersebut bertanya: siapa diantara kita yang bisa melakukannya?” Pastor yakin tidak akan ada yang menjawab, dan dia siap melanjutkan dengan mengatakan bahwa hanya Yesus yang bisa melakukannya. Di luar dugaan, seorang bapak tunjuk jari dan berseru: “saya bisa pastor”. “Bagaimana Anda melakukannya?” tanya sang pastor. Dan bapak itu menjawab: “Dari yang tersisa Minggu yang lalu.”

Bicara tentang mukjizat, kerap orang memahami mukjizat sebagai sesuatu yang luar biasa yang terjadi dalam hidup: misalnya orang yang sudah divonis dokter, bahwa penyakitnya tidak akan sembuh, setelah berupaya ternyata sembuh. Atau peristiwa-peristiwa hidup yang luar biasa. Maka tidak mengherankan kalau dalam bacaan Injil dikisahkan bahwa orang berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka ingin mukjizat-mukjizat penyembuhan, yang diadakanNya. Pada kesempatan ini, Yesus mengadakan mukjizat penggandaan roti.

Mukjizat ini bukanlah mukjizat yang pertama. Artinya, orang-orang pada jaman itu tentu akan ingat bahwa sebelum Yesus juga pernah ada mukjizat ini. Dalam bacaan pertama (2Raja-raja 4:42-44) dikisahkan bahwa Elisa juga mengadakan mukjizat penggandaan roti, tapi dalam jumlah yang lebih kecil dari yang dibuat oleh Yesus. Elisa menggandakan roti untuk memberi makan seratus orang, sementara Yesus menggandakan roti untuk memberi makan lima ribu orang. Dari situ, pernyataannya adalah: apa yang ingin Yesus sampaikan dengan tindakan mengadakan mukjizat itu? Mengapa yang digunakan untuk mengadakan mukjizat adalah roti dan bukan yang lain?

Dengan mukjizat diharapkan orang menjadi semakin percaya dan semakin dekat dengan Tuhan. Bahkan Yesus ingin menegaskan bahwa Tuhan tidak hanya dekat tapi sungguh menyatu dalam hidup manusia. Yesus ingin bahwa apa yang Ia wartakan yakni Kerajaan Allah, sungguh hadir secara nyata. Kecuali itu, mukjizat penggandaan roti mencerminkan Ekaristi. Mengapa roti? Roti adalah makanan pokok orang Yahudi. Roti adalah sumber kehidupan. Sehingga, dengan mengadakan mukjizat penggandaan roti mengingat Yesus semudah mengingat roti. Artinya, dengan mukjizat ini lalu orang menyadari bahwa Yesus adalah sumber kehidupan. Yesus terus memberikan kehidupan itu kepada manusia. Itulah yang terjadi dalam Ekaristi. Yesus bukan hanya menggandakan roti, tapi memberikan diriNya sebagai makanan yang meneguhkan, menyelamatkan. Dalam Ekaristi pemberian diri yang sempurna terjadi.

Maka dari itu, beberapa inspirasi iman bisa kita petik. Kita bisa belajar dari tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa itu: Yesus, para murid, orang banyak, seorang anak yang mempunyai lima roti dan dua ikan. Belajar dari Yesus; Yesus begitu memperhatikan kebutuhan sesama (dalam hal ini kebutuhan orang banyak akan makanan). Yesus sungguh hadir sebagai Allah yang menyelenggarakan kehidupan. Yesus adalah sumber keselamatan. Seberapa besar rasa syukur kita haturkan atas rahmat kehidupan dan penyelenggaraan hidup yang telah kita terima? Apakah rasa syukur itu juga mendorong diriku untuk dengan jeli memperhatikan kebutuhan sesama? Dari orang banyak yang berbondong-bondong, kita belajar untuk bertanya motivasi dasar apakah yang melatar belakangi kita untuk mengikuti Yesus? Apakah terpesona oleh mukjizat yang dibuat Yesus atau karena sadar bahwa Yesus adalah sumber kehidupan sejati? Masihkah kita ragu bahwa setiap merayakan Ekaristi, kita menyaksikan mukjizat yang sangat agung, yakni Yesus yang hadir secara nyata. Bukan hanya menyaksikan tapi juga menerima dan bersatu dengan Yesus Sang Sumber kehidupan? Masihkah kita mencari mukjizat-mukjizat lain?

Belajar dari Filipus: apakah kita juga bersikap seperti Filipus yang mempertanyakan permintaan Yesus sebagai sebuah kemustahilan: memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan? Ada banyak keterbatasan dalam kehidupan kita, apakah keterbatasan itu lalu menghambat kita untuk berkembang, untuk maju? Belajar dari anak kecil: ia rela memberikan lima roti dan dua ikan kepada Yesus, lalu Yesus mengambil, mengucap syukur dan membagi-bagikan roti itu. Relakah kita seperti anak kecil itu, memberikan sesuatu yang kecil, terbatas kepada Yesus? Kalau sikap ini ada, maka segala keterbatasan, ketidak berdayaan bila diserahkan kepada Yesus, akan menghasilkan sebuah perubahan yang luar biasa. Kita bisa membandingkan dengan lima roti dan dua ikan untuk lima ribu orang, bahkan masih sisa.

Kita juga bisa belajar, apa yang sebenarnya terjadi kalau kita mau berbagi seperti anak kecil itu? Tuhan sendirilah yang berbagi melalui kita. Ketika saya berbagi, Allah melakukan atau mengerjakan untuk orang lain. Tuhan menciptakan jauh lebih banyak daripada yang dipikirkan oleh manusia. Maka kita belajar: 1. Tidak perlu takut berbagi, karena Tuhan sendiri yang melakukan. 2. Berbagi membuat orang terbebas dari kesombongan rohani. 3. Berbagi membuat hidup kita berkelimpahan.

Salam dan berkat.

Pastor Antonius Purwono, SCJ

MINGGU, 29 JULI 2012 – MINGGU BIASA XVII/B


MINGGU, 29 JULI 2012 – MINGGU BIASA XVII/B
2Raj 4:42-44; Ef 4:1-6; Yoh 6:1-15

Setiap orang yang hidup dan masih ingin hidup, pasti membutuhkan makanan. Maka, tidak mengherankan kalau orang selalu berusaha untuk mendapatkan makanan. Yesus pun mengajarkan kalau kita berdoa, jangan lupa mohon makanan yang secukupnya.
Bacaan pertama dan bacaan Injil hari ini juga berbicara tentang kebutuhan dasar kita, yaitu soal makanan. Bacaan pertama mengisahkan Elisa, yang bertindak atas perintah Tuhan untuk memberi makan kepada orang-orang di sekitarnya. “Dihidangkannyalah roti itu di depan mereka. Maka makanlah mereka, dan masih ada sisa, sesuai dengan firman Tuhan” (2Raj 4:44). Bacaan Injil semakin mempertegas betapa Tuhan senantiasa menjamin para pengikutnya, termasuk dalam hal makanan. Yesus menggandakan 5 roti dan 2 ikan untuk memberi makan lebih dari 5000 orang.
Menarik sekali kalau kita mencermati alur bacaan Injil ini kemudian menarik pesannya bagi kita. Dikisahkan bahwa “orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mukjizat-mukjizat penyembuhan yang diadakannya terhadap orang-orang sakit. …  Ketika Yesus memandang sekelilingnya dan melihat bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya … Ia sendiri tahu apa yang hendak dilakukan-Nya. … Lalu, Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka” (ay. 2.5.6.11). Ada 3 hal penting yang pantas diperhatikan: pertama, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Yesus; kedua, Yesus melihat mereka dan tahu apa yang harus dilakukan-Nya; ketiga, Yesus mengambil roti, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka.
Dengan memperhatikan ketiga hal ini, kita tidak hanya mengagumi mukjizat penggandaan roti saja, tetapi lebih dari itu adalah sikap hati Yesus ketika melihat banyak orang datang mengikuti-Nya. Yesus dan para murid memang mencari pengikut. Melalui karya, pengajaran dan mukjizat-mukjizat yang dibuat-Nya, termasuk melalui perutusan para murid untuk pergi berdua-dua (bacaan Minggu Biasa XV dan XVI), Yesus menghendaki agar banyak orang percaya kepada-Nya dan menjadi pengikut-Nya. Nah, kini ada banyak orang mengikuti-Nya. Maka, Yesus sungguh bertanggung jawab atas nasib dan kebutuhan mereka termasuk dalam hal makanan.
Hal yang sama, pasti terjadi juga atas hidup kita. Kalau kita sungguh beriman kepada Tuhan, artinya menerima Yesus, kagum akan mukjizat-mukjizat-Nya dan percaya akan sabda-sabda-Nya, kita tentu juga akan seperti orang banyak itu: datang berbondong-bondong kepada-Nya. Kalau kita tekun dan setia datang kepada-Nya, entah melalui doa bersama dalam keluarga, kegiatan-kegiatan lingkungan (misa lingkungan, pendalaman iman, rosario, pertemuan BKSN, Adven, APP, dll), juga mengikuti  misa di Gereja, pasti kita akan mengalami dan menerima berkat-Nya secara melimpah. Mukjizat penggandaan roti, pasti akan terjadi juga dalam hidup kita sesuai dengan situasi dan kondisi kita masing-masing. Yang jelas, Tuhan pasti menjamin dan mencukupi kebutuhan kita. Maka, marilah kita mengikuti jejak orang banyak yang berbondong-bondong mencari, menemukan dan mengikuti Yesus.
Untuk mencukupi kebutuhan orang-orang yang mengikuti-Nya, Yesus mengajak para murid ikut bertanggung jawab. Ia tidak langsung bertindak, tetapi melibatkan para murid. Mula-mula, Ia minta pendapat Filipus, murid-Nya yang berasal dari Betsaida, dekat tempat mereka saat itu berada. “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” (ay.5). Kemungkinan dia mempunyai persediaan uang dua ratus dinar. Filipus kemudian menghitung, uang itu tidak mungkin cukup untuk orang sebanyak itu. Satu dinar itu upah buruh satu hari yang kira-kira cukup untuk makan anggota keluarga dengan empat sampai lima orang. Maka, dengan dua ratus dinar, paling banyak hanya dapat disediakan untuk seribu orang, bukan lima ribu! Kalau untuk lima ribu, masing-masing hanya mendapat sepotong kecil saja. Ini namanya bukan memberi makan. Pada saat Filipus mengalami jalan buntu, tiba-tiba Andreas nyletuk, “di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya untuk orang sebanyak ini?” (ay.9). Lha, dua ratus dinar yang berarti bisa untuk menyediakan seribu potong roti saja tidak cukup, apalagi hanya lima.
Kita pun seringkali mengalami hal yang sama. Tuhan melibatkan kita dalam karya pelayanan dan penyelamatan-Nya bagi umat manusia. Di tempat kita ada anak-anak, ada OMK, ada lansia, ada KLMTD, dll yang semuanya harus diperhatikan. Belum lagi keluraga kita juga membutuhan perhatian. Pekerjaan-pekerjaan kita juga harus kita kerjakan dengan profesional. Masyarakat mengharapkan kehadiran kita untuk terlibat dalam berbagai kegiatan. Menghadapi itu semua, kita seringkali juga mengalami kebuntuan seperti Filipus dan Andreas. Mentog. Merasa tidak bisa berbuat apa-apa, kemudian menyerah. Kita hanya mengandalkan kekuatan dan usaha kita yang hanya manusiawi belaka. Kita lupa bahwa ada Tuhan. Maka, kuncinya adalah menaladan apa yang dilakukan Yesus.
Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ; demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki” (ay.11). Dua ratus dinar tetap tersimpan, tidak jadi digunakan untuk membeli roti. Yesus menggunakan persembahan lima roti dan dua ikan dari seorang anak kecil. Tindakan kunci yang dilakukan Yesus di sini adalah mengucap syukur. Ucapan syukur Yesus kepada Allah Bapa di surga, menjadikan lima roti dan dua ikan dapat dibagi-bagikan dan cukup untuk lima ribu orang lebih. Masih sisa dua belas bakul yang dapat diberikan kepada siapa saja.
Pesannya bagi kita: sekecil apa pun kita dan sesedikit apa pun yang kita miliki (waktu, tenaga, pengetahuan, keterampilan, dana), kalau kita rela mempersembahkannya kepada Tuhan dengan disertai ucapan syukur, pasti akan menjadi berkah yang mencukupkan. Maka, bersyukurlah selalu akan apa yang kita miliki. Pasti kita tidak akan pernah merasa berkekurangan, malah kita bisa berbagi kepada sesama yang membutuhkan.
Mukjizat penggandaan roti mengajak kita untuk bergabung dengan orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti Yesus karena percaya kepada-Nya. Juga mengajak kita untuk selalu bersyukur atas semua dan apa pun yang kita miliki, entah sedikit entah banyak itu semua adalah anugerah Tuhan. Syukur menjadikan kita tidak pernah merasa berkekurangan tetapi selalu merasa cukup sehingga bisa berbagi dengan sukacita.

Rm. Ag. Agus Widodo, Pr

Sabtu 28 Juli 2012 Hari Biasa Pekan XVI

Sabtu 28 Juli 2012
Hari Biasa Pekan XVI

“Marta dan Maria adalah dua bersaudara, bukan hanya di dalam daging, tetapi mereka bersaudara juga di dalam kesucian” (St. Agustinus)


Antifon Pembuka (Mzm 84:5.6a)


Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti. Berbahagialah para peziarah yang mendapat kekuatan dari pada-Mu.


Doa Pagi


Ampunilah kami ya Tuhan, karena telah berpaling dari pada-Mu. Pada sepanjang hari ini, tariklah kami pada jalan-Mu yang membawa kepada hidup yang kekal. Amin.


Bertobat berarti memperbaiki tingkah langkah atau perbuatan yang salah. Ternyata menindas orang asing (baca
: pembantu) itu salah. Menindas yatim piatu dan janda, menumpahkan darah orang tak bersalah (membunuh), mencuri, berzinah adalah kekejian di mata Tuhan, yang tidak begitu saja dapat disembuhkan dengan ritus agama.

Bacaan dari Kitab Yeremia (7:1-11)


Tuhan bersabda kepada Yeremia, “Berdirilah di pintu gerbang rumah Tuhan. Serukanlah di sana sabda ini dan katakanlah, ‘Dengarkanlah sabda Tuhan, hai sekalian orang Yehuda yang masuk melalui semua pintu gerbang ini untuk sujud menyembah kepada Tuhan! Beginilah sabda Tuhan semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkah dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama kalian di tempat ini. Jangan percaya kepada perkataan dusta, ‘Ini bait Tuhan, bait Tuhan, bait Tuhan!’ Hanya apabila kalian sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkah dan perbuatanmu, apabila kalian sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kalian sendiri, tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain yang menjadi kemalanganmu sendiri, maka Aku mau diam bersama kalian di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, sejak dahulu kala sampai selama-lamanya. Tetapi ternyata kalian percaya kepada perkataan dusta yang tidak memberi faedah. Masakan kalian mencuri, membunuh, berzinah dan bersumpah palsu, membakar kurban kepada Baal dan mengikuti allah lain yang tidak kalian kenal, lalu kalian datang berdiri di hadapan-Ku di rumah yang atasnya nama-Ku diserukan, sambil berkata, ‘Kita selamat’, agar dapat melanjutkan segala perbuatan yang keji itu! Sudahkan menjadi sarang penyamun rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Aku, Aku melihat sendiri semuanya itu!”

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan

Ref. Betapa menyenangkan tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam.
Ayat. (Mzm 84:3.4.5-6a.8a.11)

1. Jiwaku merana karena merindukan pelataran rumah Tuhan; jiwa dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
2. Bahkan burung pipit mendapat tempat dan burung laying-layang mendapat sebuah sarang, tempat mereka menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
3. Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti. Berbahagialah para peziarah yang mendapat kekuatan dari pada-Mu. Langkah mereka makin lama makin tinggi.
4. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya
Ayat. Terimalah dengan lemah lembut sabda yang tertanam dalam hatimu, yang mampu menyelamatkan jiwamu. Alelluya.

Tidak semua kejahatan dalam diri seseorang segera ditumpas atau sekurang-kurangnya dihentikan oleh Tuhan. Kejahatan kerapkali tumbuh bersama kebaikan. Mencabut kejahatan bisa membahayakan kebaikan sebab keduanya tumbuh dalam ladang yang sama. Maka jangan pernah menyerah terhadap aneka kelemahan. Pusatkan seluruh energi untuk mengembangkan kebaikan.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:24-30)


Pada suatu hari Yesus membentangkan suatu perumpamaan kepada orang banyak, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya, menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu dan berkata kepadanya, ‘Tuan, bukankah benih baik yang Tuan taburkan di ladang Tuan? Dari manakah lalang itu?’ Jawab tuan itu, ‘seorang musuh yang melakukannya!’ Lalu berkatalah para hamba itu, ‘Maukah Tuan, supaya kami pergi mencabuti lalang itu?’ Tetapi ia menjawab, ‘Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kalian mencabut lalangnya. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai, ‘Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku’.”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Yesus menaburkan benih baik (Kerajaan Allah). Tapi musuh (kuasa kejahatan) juga tidak tinggal diam. Dia juga menaburkan benih lalang (kejahatan) yang bisa menghalangi pertumbuhan dan perkembangan Kerajaan Allah. Kita juga diminta hati-hati dan bijaksana dalam bersikap dan bertindak. Dari buahnyalah baru kita mengetahui mana yang berasal dari Allah (benih baik) dan mana yang berasal dari musuh (benih lalang). Namun pada akhirnya Tuhan mengganjar yang baik dan menghukum yang jahat.


Doa Malam


Yesus, kebaikan dan kejahatan selalu berebut untuk menempati lubuk hatiku. Bantulah aku dengan rahmat-Mu agar dapat memilah keduanya dan memilih yang baik, benar dan berkenan kepada Allah. Amin.



RUAH

Jumat, 27 Juli 2012 Hari Biasa Pekan XVI

Jumat, 27 Juli 2012
Hari Biasa Pekan XVI

Janji yang diberikan kepada seseorang atas nama Allah mempertaruhkan kehormatan, kesetiaan, kebenaran, dan wewenang Allah. Mereka harus dipatuhi tanpa syarat. Siapa yang tidak mematuhinya, menyalahgunakan nama Allah dan seakan-akan menyatakan Allah seorang pendusta (Bdk. 1 Yoh 1:10). --- Katekismus Gereja Katolik 2147


Antifon Pembuka (Yer 31:13c)

Aku akan mengubah duka mereka menjadi sukacita, akan menghibur dan menyukakan mereka sesudah kedukaan.

Doa Pagi

Allah Bapa kami, kami bersyukur Kauperkenankan ikut serta dalam hidup-Mu. Berilah kami kekuatan untuk hidup seperti Putra-Mu, setia juga dalam hal-hal kecil, dan selalu mematuhi kehendak-Mu. Engkau yang hidup dan bertakhta sepanjang segala masa.
Amin.

Bacaan dari Kitab Yeremia (3:14-17)

Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman TUHAN, karena Aku telah menjadi tuan atas kamu! Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Sion. Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian. Apabila pada masa itu kamu bertambah banyak dan beranak cucu di negeri ini, demikianlah firman TUHAN, maka orang tidak lagi akan berbicara tentang tabut perjanjian TUHAN. Itu tidak lagi akan timbul dalam hati dan tidak lagi akan diingat orang; orang tidak lagi akan mencarinya atau membuatnya kembali. Pada waktu itu Yerusalem akan disebut takhta TUHAN, dan segala bangsa akan berkumpul ke sana, demi nama TUHAN ke Yerusalem, dan mereka tidak lagi akan bertingkah langkah menurut kedegilan hatinya yang jahat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan akan menjaga kita seperti gembala menjaga kawanannya.
Ayat. (Yer 31:10.11–12ab.13; R: 10d)

1. Dengarlah firman Tuhan, hai bangsa-bangsa, dan beritahukanlah di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan menghimpunnya kembali, dan menjaganya seperti gembala menjaga kawanan dombanya!
2. Sebab Tuhan telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat daripadanya. Mereka akan datang bersorak-sorai di atas Bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan Tuhan.
3. Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai, orang muda dan orang-orang tua akan bergembira. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur dan menyukakan mereka sesudah kedukaan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan tulus ikhlas, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:18-23)

"Orang yang mendengarkan sabda dan mengerti, menghasilkan buah."

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Dengarkanlah arti perumpamaan tentang penabur. Setiap orang yang mendengar sabda tentang Kerajaan Surga dan tidak mengerti, akan didatangi si jahat, yang akan merampas apa yang ditaburkan dalam hatinya. Itulah benih yang jatuh di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah berbatu-batu ialah orang yang mendengar sabda itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan hanya tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena sabda itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar sabda itu, lalu sabda itu terhimpit oleh kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan, sehingga tidak berbuah. Sedangkan yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengarkan sabda itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah ada yang seratus, ada yang enam puluh, ada yang tiga puluh ganda."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Pasar tradisional di Indonesia sering kali menjadi tempat perjumpaan yang menyenangkan. Di sana orang saling menyapa dan mengenal satu sama lain sambil berbelanja. Ada kehangatan di sana karena perjumpaan yang terjalin melibatkan seluruh diri mereka, tanpa embel-embel lain. Dengan demikian, relasi yang dibangun pun menjadi berkesan dan bertahan lama. Berbeda dengan pasar modern atau pasar tradisional yang dimodernkan saat ini, orang datang ke sana hanya untuk membeli. Keramahan di pasar modern menjadi abu-abu. Si pelayan memberikan sapaan manis hanya karena tuntutan pekerjaan dan uang.

Sabda Yesus menjadi menarik ketika diwartakan dengan cara sederhana. Sabda Yesus menjadi berkualitas apabila masing-masing orang meresapkannya dalam hati dan melaksanakannya dengan sepenuh hati. Dengan demikian, benih iman yang telah ditaburkan itu akan berurat akar dalam diri kita, menjadi dasar keberadaan kita, sekaligus mewarnai sikap dan tindakan kita. Maka, apa saja yang kita lakukan, menjadi kesaksian nyata akan iman kita. Hidup kita pun menjadi kokoh dan bermakna.

Iman yang sudah mengakar dalam diri kita pasti akan berbuah berlimpah, dan akan menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar. Jika tidak, kita hanya menjadi diri kita sendiri yang kerdil dan tak berkembang. Mati dalam himpitan ketakberdayaannya sendiri. Tentu kita sendiri tidak mau menjadi orang beriman yang sia-sia.

Ya Allah, semoga semakin hari imanku semakin menguat dan berurat akar dalam diriku. Amin

Ziarah Batin 2012, Renungan dan Catatan Harian

Kamis, 26 Juli 2012 Peringatan Wajib St. Yoakim dan Anna, Orang tua SP Maria.

Kamis, 26 Juli 2012
Peringatan Wajib St. Yoakim dan Anna, Orang tua SP Maria.

“O Suami-Istri bahagia, Yoakim dan Anna! Dari buah kedua tubuhmu kamu dikenal. Kamu mengambil cara hidup yang berkenan kepada Tuhan dan karena cara hidupmu yang suci murni, kamu menghasilkan permata keperawanan” (St. Yohanes Damasenus)


Antifon Pembuka


Marilah kita menghormati Santo Yoakim dan Santa Anna pada peringatan kelahiran mereka. Mereka telah menerima berkat dari Allah bagi segala bangsa.


Doa Pagi


Ya Tuhan bantulah aku untuk terus berkembang dalam kebajikan ilahi-Mu yakni: iman, harap dan kasih. Semoga sikap hidupku dapat menjadi puji-pujian bagi sesama dan kebajikan ilahi-Mu semakin berkembang turun temurun seperti telah dihayati oleh St. Yoakim dan St. Anna, orang tua Bunda Maria. Amin.


Leluhur dari Santa Perawan Maria adalah sumber dari kualitas hidup, baik bagi anak perempuannya (Santa Perawan Maria sendiri), maupun Yesus, Cucunya. Yoakim dan Anna termasuk tokoh yang dipuji oleh kebijaksanaan Kitab Putera Sirakh. Kehidupan mereka yang baik tak pernah mati. Namun justru hidup secara turun temurun dalam diri anak cucu mereka. Seperti peribahasa: Air pancuran atap, jatuhnya ke pelimbahan juga.


Bacaan dari Kitab Putera Sirakh (44:1.10-15)


"Nama mereka hidup terus turun-menurun."

Kami hendak memuji orang-orang termasyhur, para leluhur kita, menurut urut-urutannya. Mereka adalah orang-orang kesayangan, yang kebajikannya tidak sampai terlupa; semua itu tetap disimpan oleh keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka. Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian, dan anak-anak mereka pun demikian pula keadaannya. Keturunan mereka akan lestari untuk selama-lamanya, dan kemuliaannya tidak akan dihapus. Dengan tenteram jenazah mereka dimakamkan, dan nama mereka hidup terus turun temurun. Kebijaksanaan mereka diceritakan oleh bangsa-bangsa, dan para jemaah mewartakan pujian mereka.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan

Ref. Tuhan Allah akan memberi dia takhta Daud, bapa leluhurnya.
Ayat. (Mzm 132:11.13-14.17-18)

1. Tuhan telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya, “Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu.”
2. Sebab Tuhan telah memilih Sion, dan mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya, “Inilah tempat peristirahatan-Ku untuk selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya.
3. Di sanalah Aku akan menumbuhkan sebuah tanduk bagi Daud, dan menyediakan pelita bagi orang yang Kuurapi. Musuh-musuhnya akan Kutudungi pakaian keaiban, tetapi ia sendiri akan mengenakan mahkota yang semarak!”

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya
Ayat. Mereka menantikan penghiburan bagi Israel dan Roh Kudus ada di atas-Nya.

Tujuan penciptaan mata adalah untuk melihat. Telinga diciptakan untuk mendengar. Allah menciptakan segala sesuatu dengan menggunakan sabda-Nya. Maka mata dan telinga mencapai kita kepenuhan fungsinya, justru jika dikembalikan untuk melihat sang sabda, dan mendengarkannya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:16-17)


"Banyak nabi dan orang saleh telah rindu melihat yang kamu lihat."

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Berbahagialah matamu karena telah melihat, berbahagialah telingamu karena telah mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Yesus mengingatkan para murid-Nya bahwa banyak orang saleh pada zaman dulu ingin melihat Mesias dan mendengarkan sabda dari pada-Nya. Tetapi hal itu tidak terjadi. Para murid justru mempunyai kesempatan indah untuk hidup dan tinggal bersama Yesus. Itulah saat untuk boleh melihat sang Juruselamat dan mendengarkan sabda-Nya. Kita semua juga diundang untuk mengambil kesempatan bertatap muka dengan Tuhan dan mendengarkan suara-Nya. Hal itu dapat kita wujudkan dalam saat-saat doa kita.


Doa Malam


Terima kasih ya Allah, atas anugerah orang tua yang telah berjasa dalam hidupku. Berikanlah kepada mereka kesehatan badan dan jiwa, hidup dan pelayanan mereka. St. Yoakim dan St. Anna, doakanlah orang tua kami. Amin.


RUAH


terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy