| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Rabu, 19 September 2012 Hari Biasa Pekan XXIV

Rabu, 19 September 2012
Hari Biasa Pekan XXIV

Hal terkecil pun bila dikerjakan demi cinta akan Allah adalah tak ternilai harganya ---- St Teresa dari Avila


Antifon Pembuka (1Kor 12:7.8a)


Cinta kasih menerima segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Cinta kasih tidak berkesudahan.


Doa Pagi


Allah yang berbelas kasih, Engkau telah mengantar kami kepada pagi ini. Kuatkanlah kami dengan kuasa-Mu agar hari ini kami selalu berusaha untuk memperoleh karunia yang paling utama yaitu cinta kasih. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


Karunia-karunia itu penting. Ukuran praktis fungsi karunia adalah pembangunan jemaat. Buah-buahnya sangat positif untuk jemaat. Paulus menunjukkan bahwa karunia terbesar dalam hidup manusia adalah kasih. Iman yang bisa memindahkan gunung, atau harapan yang sekokoh batu karang pun, tak akan menandingi kasih. Tanpa kasih hidup menjadi hampa, karena kasih adalah kehidupan itu sendiri.


Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (12:31-13:13)


Saudara-saudara, berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi. Sekalipun aku dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan malaikat, tetapi tidak mempunyai kasih, aku seperti gong yang bergaung atau canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia bernubuat dan aku tahu segala rahasia serta memiliki seluruh pengetahuan; sekalipun aku memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. Kasih itu sabar, murah hati dan tidak cemburu. Kasih tidak memegahkan diri, tidak sombong dan tidak bertindak kurang sopan. Kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita atas kelaliman, tetapi atas kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan. Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, dan pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi bila yang sempurna tiba, hilanglah yang tidak sempurna. Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, mereka seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak pula. Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Sekarang ini kita melihat gambaran samar-samar seperti dalam cermin, tetapi nanti dari muka ke muka. Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal secara sempurna sebagaimana aku sendiri dikenal. Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan dan kasih. Namun yang terbesar di antaranya ialah kasih!

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan

Ref. Berbahagialah bangsa yang dipilih Tuhan menjadi milik-Nya.
Ayat. (Mzm 33:2-3.4-5.12.22)

1. Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya lagu yang baru; petiklah kecapi baik-baik mengiringi sorak-sorai.
2. Sebab firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-nya dengan kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia-Nya.
3. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya! Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat: Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.

Yesus menegur sikap apatis, sikap tanpa rasa. Sikap apatis itu tidak manusiawi, tidak memanusiakan orang lain. Namun, yang lebih parah adalah reaksi negatif. Orang yang selalu memiliki pandangan dari sudut buruknya. Tak ada yang baik dan benar dari orang lain. Yang terakhir ini parah. Tak ubahnya hanya mampu memandang selumbar di mata saudaranya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:31-35)


Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak, “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini? Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru. ‘Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.’ Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang, dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur, kalian berkata, ‘Ia kerasukan setan.’ Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kalian berkata, ‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.’ Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan


Yesus mengkritik orang-orang yang tertutup hatinya untuk melihat karya keselamatan Tuhan. Mereka mencari alasan untuk bisa menolak Yohanes, dan kemudian juga menolak Yesus. Namun, rencana dan kebijaksanaan ilahi terbukti dalam kehidupan mereka yang terbuka hatinya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita memiliki hati yang terbuka kepada-Nya?


Doa Malam


Allah yang murah hati, kami bersyukur atas kurnia cinta kasih-Mu. Lindungilah kami malam ini, agar esok hari kami dapat bangun dengan gembira hati dan semangat yang baru. Amin.

RUAH

Selasa, 18 September 2012 Hari Biasa Pekan XXIV

Selasa, 18 September 2012
Hari Biasa Pekan XXIV

“Bukalah bagiku pintu-pintu keluargamu, pintu parokimu, pintu biaramu dan biarkanlah terang kehadiranku yang tak bernoda memasukinya” (Our Lady 18 September 1988)


Antifon Pembuka (Mzm 100:3)


Ketahuilah bahwa Tuhan itu Allah. Dialah pencipta dan kita milik-Nya, kita ini umat-Nya, domba gembalaan-Nya.


Doa Pagi


Allah Bapa kami, pagi ini kami panjatkan doa ke hadirat-Mu. Semoga rahmat-Mu selalu mendahului dan mengikuti tingkah laku kami, sehingga setiap waktu kami dapat berbuat yang baik dan berkenan kepada-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


Nasihat Paulus untuk persatuan jemaat Korintus memuncak pada teologi tubuh (terinspirasi dari body culture). Jemaat bagaikan tubuh yang memiliki banyak organ. Setiap organ berperan seperti fungsinya masing-masing dan tak mungkin terpisah satu dengan lainnya. Ini suatu teologi praktis yang brilian, karena menempatkan setiap anggota jemaat pada porsi dan peran yang tepat.


Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (12:12-14.27-31a)


"Kalian semua adalah tubuh Kristus, dan masing-masing anggotanya."

Saudara-saudara, sebagaimana tubuh itu satu, meskipun anggotanya banyak, dan semua anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh saja, demikian pula Kristus. Sebab kita semua telah dibaptis dalam satu Roh menjadi satu tubuh, dan juga diberi minum dari satu Roh, entah kita orang Yahudi, entah bukan Yahudi, entah budak, entah orang merdeka. Sebab tubuh tidak terdiri atas satu anggota saja, tetapi atas banyak anggota. Kalian semua adalah tubuh Kristus, dan masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menentukan beberapa orang di dalam jemaat; pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya Ia menentukan mereka yang mendapat kurnia untuk mengadakan mukjizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berbicara dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah semua mendapat karunia untuk mengadakan mukjizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berbicara dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh? Maka berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang utama.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan

Ref. Kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
Ayat. (Mzm 100:2.3.4.5)

1. Beribadahlah kepada Tuhan dalam sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
2. Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita; kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
3. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya, daan pujilah nama-Nya!
4. Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya
Ayat. (Luk 7:16)
Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita, dan Allah mengunjungi umat-Nya. Alleluya.

Air mata janda yang ditinggal anak tunggalnya itu meruntuhkan belas kasih Tuhan. Peristiwa ini membuktikan kekuatan air mata (wanita). Kerap kali air mata menjadi bahasa khas wanita untuk mengungkapkan perasaan yang tak tertanggungkan, baik sedih atau gembira. Injil menjelaskan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang bersedih. Dia jatuh hati terhadap orang yang menderita.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:11-17)

"Hai pemuda, bangkitlah!"

Pada suatu ketika pergilah Yesus ke sebuah kota bernama Nain. Para murid serta banyak orang pergi bersama Dia. Ketika Ia mendekati pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, yaitu anak laki-laki tunggal seorang ibu yang sudah janda. Banyak orang kota itu menyertai janda tersebut. Melihat janda itu tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasih. Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Jangan menangis!” Dihampiri-Nya usungan jenazah itu dan disentuh-Nya. Maka para pengusung berhenti. Tuhan berkata, “Hai Pemuda, aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah pemuda itu, duduk, dan mulai berbicara. Yesus lalu menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan, dan mereka memuliakan Allah sambil berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah mengunjungi umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus ke seluruh Yudea dan ke seluruh daerah sekitarnya.

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Hati Yesus tergeraklah oleh belas kasihan kepada seorang janda. Janda itu kehilangan seorang putra satu-satunya. Dengan sendirinya, bahwa ia kehilangan masa depan, harapan. Yesus tidak tinggal diam. Selain memberikan peneguhan dan hiburan, Ia juga membangkitkan anak itu. Orang yang menderita selalu ada di sekitar kita. Kita diundang bukan hanya untuk menyatakan belas kasihan, tetapi terlebih untuk berbuat sesuatu yang bisa membantu mengatasi kesulitan mereka.


Doa Malam


Tuhan Yesus yang penuh kasih, Engkau telah membangkitkan pemuda di Nain dari kematiannya. Bangkitkan juga hati kami dari kematian cinta kasih yang membelenggu jiwa kami, sebab Engkaulah sumber kehidupan kami. Amin.



RUAH

PERTEMUAN II Mengusir Roh Jahat dari Anak yang Bisu (Markus 9:14-29) (BKSN-KAJ)

PERTEMUAN II
Mengusir Roh Jahat dari Anak yang Bisu (Markus 9:14-29)


DOA PEMBUKA


(Pemandu mengajak seluruh peserta berdoa memohon bimbingan Roh Kudus agar dapat memahami firman Allah yang hendak dibaca dan direnungkan)

LECTIO


Pemandu membacakan dan menjelaskan isi perikop. Bahan yang tersedia di bawah ini dapat membantu pemandu untuk memberikan penjelasan

Dalam perikop sebelumnya dikisahkan bagaimana Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di atas gunung. Tiga orang murid-Nya, yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes, menyaksikan Yesus yang berubah rupa dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau (Mrk 9:2-13). Ketika turun dari gunung, mereka melihat para murid lain sedang bersoal jawab dengan beberapa ahli Taurat. Ketika melihat Yesus, orang banyak yang mengerumuni para murid itu tercengang dan mereka bergegas menyambut Yesus. Ada yang berubah di wajah Yesus karena pancaran kemuliaan ilahi di atas gunung itu masih tampak di wajah-Nya, seperti waktu Musa turun dari Gunung Sinai (Kel 34:29).

Anak yang Kerasukan, Murid yang Gagal


Yesus bertanya kepada orang banyak tentang apa yang sedang mereka persoalkan dengan para murid-Nya. Salah seorang dari orang banyak itu menjelaskan kepada Yesus bahwa dia membawa anaknya yang kerasukan roh jahat yang telah menyebabkan anaknya bisu dan tuli (ayat. 17,25). Demikian jahatnya roh tersebut sehingga sering menyerang anaknya, membantingnya ke tanah; jika roh itu menyerang, mulut anak itu berbusa, giginya berkertakan, dan tubuhnya menjadi kejang. Ayah dari anak itu membawanya kepada murid-murid Yesus dan meminta mereka mengusir roh jahat yang menyerangnya, tetapi mereka tidak dapat. Inilah yang sedang dipersoalkan oleh orang banyak dan para ahli Taurat dengan para murid Yesus.

Bukankah para murid sebelumnya telah menerima kuasa mengusir setan dari Yesus (Mrk 3:14-15) dan orang banyak telah melihat mereka berhasil mengusir banyak setan (Mrk 6:6b-13)? Mengapa sekarang mereka tidak sanggup melakukannya? Para murid tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi, mereka bahkan menjadi pusat perhatian banyak orang yang percaya maupun para ahli Taurat yang selalu ingin melihat kegagalan Yesus dan murid-murid-Nya. Yesus tidak dapat menutupi kekecewaan-Nya terhadap murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka, “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Ia merasa kecewa karena murid-murid-Nya telah gagal mengusir roh jahat. Dari perkataan Yesus tersirat bahwa kegagalan mengusir roh itu karena ketidakpercayaan para murid. Lalu Yesus menyuruh mereka membawa anak yang kerasukan roh jahat itu kepada-Nya, karena Ia sendiri yang akan mengambil tindakan.

Yesus Mengusir Roh Jahat

Ketika melihat Yesus, roh itu kembali membuat penderitaan yang hebat kepada anak itu dengan mengguncang-guncangkannya; anak itu terpelanting ke tanah, terguling-guling, dan mulutnya berbusa, seperti seorang yang terkena penyakit ayan (epilepsi). Sang ayah menjelaskan bahwa sudah sejak kecil anak tersebut menderita akibat perbuatan roh itu; bahkan seringkali anak itu hampir binasa karena roh itu sering menyeretnya ke dalam api atau ke dalam air.

Setelah menjelaskan penderitaan yang dialami anaknya itu, ia mengharapkan pertolongan dari Yesus, “... jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Yesus tidak serta merta memenuhi permohonannya, namun berkata, “Katamu: jika Engkau dapat?” Yesus seolah-olah ingin menunjukkan padanya bahwa Dia memerlukan iman untuk mempercayai bahwa “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Orang yang percaya menjadikan kehendak dan kuasa Allah sebagai landasan hidupnya bukan pada kekuatan dan kehendak diri sendiri. Mendengar perkataan Yesus tersebut segera orang itu berteriak, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” Orang itu ingin sekali percaya namun dalam permohonannya, ia secara jujur di hadapan Yesus mengakui dan menyerahkan ketidakpercayaannya dan kebimbangannya serta berserah sepenuhnya kepada kebijaksanaan Yesus.

Melihat orang banyak semakin berkerumun, Yesus menegur keras roh jahat yang menyebabkan anak itu bisu dan tuli dan memerintahkan roh itu keluar dari anak itu dan melarangnya untuk memasukinya kembali. Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncangkan anak itu dengan hebat. Banyak orang mengira anak itu telah mati, kemudian Yesus memegang anak itu dan membangunkannya, lalu anak itu bangkit sendiri.

Kekuatan Doa


Sesampainya di rumah, murid-muridnya bertanya kepada Yesus, mengapa mereka tidak bisa memahami kegagalan mereka dalam mengusir roh itu. Yesus kemudian menjelaskan kepada mereka, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.” Dalam pandangan Yesus, jenis roh jahat ini lebih sulit diatasi daripada jenis roh-roh jahat lain. Doa yang dimaksud Yesus adalah bukanlah rangkaian kata yang harus diucapkan supaya roh jahat itu takut dan pergi. Doa adalah ungkapan iman dan kebergantungan pada kuasa Allah. Doa merupakan ungkapan keyakinan bahwa bukan kitayang memegang kendali, melainkan Yesus sendiri.

Kedua belas murid Yesus memang telah diberi kuasa untuk mengusir roh-roh jahat,tetapi bukanlah kuasa yang dapat digunakan secara mekanis seolah-olah kuasa itu milik mereka, melainkan pernyataan diri Allah yang bekerja melalui seseorang sehingga semua itu hanya dapat bekerja dalam kebergantungan pada kuasa Allah. Doa mengungkapkan ketergantungan manusia pada Allah dan kepercayaan pada-Nya. Kegagalan para murid sebelumnya dikarenakan terlalu percaya diri dan kurang menaruh kepercayaan kepada Allah, sehingga mereka gagal dalam mengusir roh jahat yang merasuki anak itu.

MEDITATIO


A. Pemandu mengajak peserta untuk masuk dalam suasana hening dengan mata terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta untuk mebayangkan peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini.
B. Pemandu mengajak peserta untuk merenungkan apa yang dapat diteladan dari Yesus (perilaku, sikap), apa yang dapat dipelajari dari Sabda Yesus, dan apa yang dapat dipelajari dari ayah yang anaknya disembuhkan oleh Yesus bagi dirinya sendiri. (bukan untuk mengajar orang lain).
C. Pemandu meminta peserta untuk menuliskan hasil renungannya.
D. Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan hasil renungan dalam meditasinya.

Hasil Renungan

.............................
.............................

ORATIO


Pemandu mengajak peserta untuk menuliskan doa sebagai tanggapan atas pesan yang telah terima dalam perikop tersebut.
Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan doa-doa yang ditulisnya. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami”.

DOA

DOA PENUTUP


Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan ini.

Sumber: Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Agung Jakarta


PERTEMUAN I: MENYEMBUHKAN ORANG BUSUNG AIR (Lukas 14:1-6) (BKSN-KAJ)

PERTEMUAN I
MENYEMBUHKAN ORANG BUSUNG AIR (Lukas 14:1-6)


DOA PEMBUKA

(Pemandu mengajak seluruh peserta berdoa memohon bimbingan Roh Kudus agar dapat memahami firman Allah yang hendak dibaca dan direnungkan)

LECTIO


Pemandu membacakan dan menjelaskan isi perikop. Bahan yang tersedia di bawah ini dapat membantu pemandu untuk memberikan penjelasan

Undangan Makan


Pada suatu hari Sabat, Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin Farisi yang kemungkinan adalah seorang kepala rumah ibadat (Luk 8:41), anggota Mahkamah Agama, atau tua-tua bangsa. Ia datang untuk makan bersama orang-orang Farisi. Makan bersama adalah tradisi orang Yahudi yang menandakan suatu persahabatan (bdk. Kej 26:30; 31:54). Namun, suasana persahabatan itu tidak tampak karena orang-orang Farisi mencari-cari kesalahan Yesus.

Hari itu adalah hari Sabat. Kata "Sabat" berarti "berhenti" atau "beristirahat". Seperti Allah beristirahat pada hari ketujuh, orang Israel diperintahkan untuk mengingat dan menguduskan hari Sabat. Ada enam hari untuk bekerja dan hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, hari yang dikuduskan oleh Tuhan (Kel 20:8-11). Hari ketujuh ini adalah anugerah Tuhan, setiap orang Farisi memahaminya hanya sebagai larangan: pada hari ini orang tidak boleh bekerja. Makanan pada perjamuan hari Sabat disiapkan dan dimasak pada hari sebelumnya dan kegiatan masak-memasak dihindari pada hari itu.


Perangkap untuk Yesus


Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang hadir di sana mengamat-amati Yesus dengan seksama kalau-kalau Ia kembali menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat seperti yang sudah-sudah. Mereka ingin mempersalahkan Yesus karena menganggap Yesus sebagai ancaman yang berbahaya. Banyak orang yang percaya kepada-Nya dan semakin banyak orang yang mengikuti-Nya; hal ini dapat merongrong kewibawaan mereka sebagai pemimpin agama Yahudi. Ini adalah konflik ketiga kalinya antara Yesus dengan para pemuka Yahudi setelah sebelumnya Yesus menyembuhkan orang yang mati tangannya (Luk 6:6-11) dan orang yang sakit punggungnya pada hari Sabat (Luk 13:10-17)

Pada saat perjamuan, tiba-tiba datanglah seorang sakit busung air berdiri di hadapan Yesus. Orang yang sakit busung air (edema/dropsy) adalah orang yang mengalami pembengkakan pada bagian-bagian tertentu seperti kaki, tangan, dan perut, karena cairan tubuh terkumpul dalam rongga-rongga badan, sela-sela jaringan, dan dalam sel akibat berbagai penyakit seperti penyakit: hati, jantung, dan ginjal. Kehadiran orang yang busung air itu sungguh aneh sebab pada umumnya orang segan memasuki rumah seorang tokoh masyarakat tanpa diundang, apalagi orang sakit! Seperti halnya penyakit kusta, pada zaman itu busung air dianggap sebagai hukuman bagi orang berdosa dan penderitanya dianggap najis. Keadaan tubuhnya sangat tidak nyaman untuk dilihat apalagi di saat perjamuan. Kehadiran tiba-tiba orang sakit busung air di hadapan yesus, di tengah-tengah para undangan, mengundang kecurigaan.

Bagaimana mungkin tiba-tiba datang dan berdiri seorang sakit busung air di hadapan Yesus saat makan bersama? Mengapa tidak ada yang melarangnya masuk? Apakah orang sakit busung air ini sengaja didatangkan dan dipersiapkan oleh musuh-musuh Yesus untuk menjebak-Nya? Mereka mengetahui bahwa Yesus akan berbelas kasihan dan menyembuhkan orang itu. Dengan demikian Yesus pasti terjebak melakukan pelanggaran terhadan hukum Taurat, karena menyembuhkan orang sakit dipandang sebagai bekerja dan hal ini dilarang pada hari Sabat. Apabila Yesus, yang juga dikenal sebagai tabib, melakukan penyembuhan pada hari Sabat, Ia adalah pelanggar hukum Allah yang dapat dipersalahkan.

Tanggapan Yesus


Mengetahui pikiran jahat mereka, Yesus kemudian berkata kepada mereka dengan bertanya, "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat tersebut tidak memberi jawaban apa pun, mereka hanya diam. Mungkin karena mereka takut salah jawab. Bila mereka menjawab "boleh" berarti mereka membenarkan pelanggaran hukum Taurat yang mereka junjung tinggi. Mereka juga tidak dapat menjawab "tidak boleh" karena berbuat baik tidak dapat dibatasi pada hari tertentu. Karena itu, mereka diam dan tidak menjawab pertanyaan Yesus. Lalu, Yesus memegang tangan orang sakit itu, menyembuhkannya, dan menyuruhnya pergi.

Setelah menyembuhkan orang sakit itu, Yesus mengajukan pertanyaan kepada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik keluar anaknya (terjemahan lain: keledainya) atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?" Yesus berkata demikian karena tahu mereka membawa hewan-hewan mereka ke tempat minuman pada hari Sabat. Kalau ada ternak yang jatuh ke dalam sumur, niscaya mereka akan menyelamatkannya (Luk 13:15). Mereka semua tidak sanggup membantah Yesus, sebab kalau seekor hewan saja segera ditolong atau diselamatkan pada hari Sabat, apalagi seorang manusia yang sedang sakit!

Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat gagal memahami tindakan Yesus, mereka memandang apa yang dilakukan-Nya sebagai pelanggaran hukum. Sedangkan Yesus sendiri lebih mengutamakan perbuatan kasih dan menyelamatkan manusia daripada sekedar ketaatan buta terhadap peraturan. Melalui tindakan-Nya, Yesus ingin menunjukkan kepada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat semangat hari Sabat yang sebenarnya, yakni Sabat merupakan anugerah Tuhan bagi umat manusia (Kel 16:21-30); dengan demikian hari Sabat bukanlah hambatan untuk berbuat kasih terhadap sesama manusia, yang merupakan hukum terutama dalam Taurat!

MEDITATIO


A. Pemandu mengajak peserta untuk masuk dalam suasana hening dengan mata terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta untuk mebayangkan peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini.
B. Pemandu mengajak peserta untuk merenungkan apa yang dapat diteladan dari Yesus (perilaku, sikap), apa yang dapat dipelajari dari Sabda Yesus, dan apa yang dapat dipelajari dari orang-orang Farisi serta para ahli Taurat bagi dirinya sendiri (bukan untuk mengajar orang lain).
C. Pemandu meminta peserta untuk menuliskan hasil renungannya.
D. Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan hasil renungan dalam meditasinya.

Hasil Renungan

.............................
.............................

ORATIO


  • Pemandu mengajak peserta untuk menuliskan doa sebagai tanggapan atas pesan yang telah terima dalam perikop tersebut.
  • Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan doa-doa yang ditulisnya. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami”.
DOA

DOA PENUTUP


Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan ini.


Sumber: Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Agung Jakarta

Bacaan Harian 17 - 23 September 2012

Bacaan Harian 17 - 23 September 2012

Senin, 17 September: Hari Biasa Pekan XXIV (H).
1Kor 11:17-26; Mzm 40:7-8a.8b-9.10.17; Luk 7:1-10.
Paulus mengingatkan akan kisah Ekaristi. Dalam Ekaristi itu, Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi kenangan akan Aku.” Demikian juga Yesus mengambil cawan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, sebagai kenangan akan Aku!” Perayaan Ekaristi ditetapkan dan diperintahkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri, yakni pada perjamuan malam terakhir. Tuhan Yesus sendirilah yang menetapkan Ekaristi sebagai kenangan akan Diri-Nya, yakni Dia dan karya penebusan-Nya yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya. Di situ kemenangan dan kejayaan Kristus atas maut dihadirkan.

Selasa, 18 September: Hari Biasa Pekan XXIV (H)
1Kor 12:12-14.27-31a; Mzm 100:2.3.4.5; Luk 7:11-17.
Tergerak oleh belas kasihan, Yesus membangkitkan anak muda dari Nain yang telah mati itu. Yesus berkuasa atas hidup dan mati. Ia menginginkan kita semua memperoleh kehidupan. Tetapi seringkali kita sendiri yang terus bergerak pada kematian dengan segala kegelapannya. Hari ini Yesus tergerak oleh belas kasihan untuk juga berkata kepada kita: Bangkitlah!

Rabu, 19 September: Hari Biasa Pekan XXIV (H).
1Kor 12:31-13:13; Mzm 33:2-3.4-5.12.22; Luk 7:31-35.
Orang yang hatinya tertutup sulit sekali bertumbuh dalam iman, karena seringkali hanya mengandalkan akal budi dan kekuatan sendiri. Padahal tanpa iman, hidup berada dalam kegelapan. Sikap kerendahan hati, mengakui kelemahan diri, dan bergantung pada kuasa Allah sangatlah diperlukan untuk bisa menerima rahmat iman.

Kamis, 20 September: Peringatan Wajib St. Andreas Kim Taegon dan St. Paulus Chong Hasang, dkk, Martir (M).
1Kor 15:1-11; Mzm. 118:1-2.16ab-17.28; Luk 7:36-50.
Karena mengalami cinta dan belas kasih Allah, perempuan itu bersimpuh di hadapan Yesus dan mengurapi kaki-Nya. Apakah kita juga menyadari bahwa kita pun banyak mengalami cinta dan belas kasih Allah. Lalu, apa yang telah kita lakukan untuk-Nya?

Jumat, 21 September: Pesta St. Matius, Rasul dan Penulis Injil (M).
Ef 4:1-7.11-13; Mzm 19:2-3.4-5; Mat 9:9-13.
Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Tentu saja orang yang merasa dirinya sehat-sehat saja tidak perlu mencari tabib atau dokter. Tetapi bukan saja tubuh yang harus sehat, jiwa (tubuh rohani) kita juga harus dipelihara supaya sehat. Yesus datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa. Ingatlah bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat 4:4). Nah, kalau kita masih merasa diri orang berdosa, Yesus ingin sekali datang kepada kita. Maukah kita menyambut-Nya supaya hidup kita dipulihkan, disegarkan dan dikuatkan oleh-Nya? Dia menunggu jawaban kita, orang berdosa ini.

Sabtu, 22 September: Hari Biasa Pekan XXIV (H).
1Kor 15:35-37.42-49; Mzm 56:10.11-12.13-14; Luk 8:4-15.
Yesus telah menaburkan sabda-Nya. Ia tentu berharap, sabda-Nya itu tinggal dalam hati yang baik, yang kemudian dapat berbuah, lalu menjadi benih baru bagi orang lain juga. Inilah tugas utama murid Yesus.

Minggu, 23 September: Hari Minggu Biasa XXV (H).
Keb 2:12.17-20; Mzm 54:3-4.5.6.8; Yak 3:16-4:3; Mrk 9:30-37.
Manusia cenderung menjalankan jabatan dengan unjuk kuasa. Yesus justru menghendaki sebaliknya, semakin tinggi jabatan kita semakin kita harus lebih dalam lagi melayani. Maka, orang terhormat di hadapan Yesus adalah orang yang siap melayani tanpa batas.

Senin, 17 September 2012 Hari Biasa Pekan XXIV

Senin, 17 September 2012
Hari Biasa Pekan XXIV


Kalau membantumu untuk kemuliaan Tuhan dan kebahagiaan kekalmu, hal-hal itu baik dan harus dicari; kalau merupakan rintangan, maka itu jahat dan harus dihindari --- St Robertus Bellarminus


Antifon Pembuka (1Kor 11:26)

Setiap kali kalian makan roti ini dan minum dari piala ini, kalian wartakan wafat Tuhan, sampai Ia datang.

Doa Pagi


Allah Bapa yang mahakuasa, kami mohon kepada-Mu, kuatkanlah iman, harapan dan kasih kami. Semoga karena kekuatan rahmat-Mu, hari ini kami mampu melaksanakan kehendak-Mu lewat perkataan dan perbuatan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Munculnya binih-benih perpecahan di dalam jemaat Korintus membuat acara perjamuan menjadi aneh. Banyak orang membawa makanan dan memakannya sendiri-sendiri di tempat perjamuan. Paulus meletakkan dasar tegurannya pada perjamuan Kristus. Jemaat yang makan roti dan minum piala anggur dalam pertemuan berarti mewartakan wafat Kristus. Perjamuan orang-orang beriman menjadi ritus suci, bukan sekadar mengisi perut.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (11:17-26)

"Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang."

Saudara-saudara, dalam peraturan-peraturan yang berikut aku tidak dapat memuji kamu, sebab pertemuan-pertemuanmu tidak mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan. Sebab pertama-tama aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai Jemaat, ada perpecahan di antara kamu, dan hal itu sedikit banyak aku percaya. Sebab di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji. Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan. Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk. Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji. Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan

Ref. Wartakanlah wafat Tuhan, sampai Ia datang.

Ayat. (Mzm 40:7-8a.8b-9.10.17)

1. Kurban dan persembahan tidak Kauinginkan, tetapi Engkau telah membuka telingaku; kurban bakar dan kurban silih tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata, 'Lihatlah Tuhan, aku datang.'
2. Dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku: "Aku senang melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada di dalam dadaku."
3. Aku mengabarkan keadilan di tengah jemaat yang besar, bibirku tidak kutahan terkatup; Engkau tahu itu, ya Tuhan.
4. Biarlah bergembira dan bersukacita semua orang yang mencari Engkau: Biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada-Mu tetap berkata, "Tuhan itu besar!"

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal

Perwira Romawi itu adalah donatur pembangunan rumah ibadat Yahudi. Selain murah hati, dia juga orang baik dan saleh. Lebih dari itu, kualitas imannya mengejutkan banyak orang dan mendatangkan pujian dari Yesus. Gaya beriman seorang militer, tidak membutuhkan banyak kata. Sepatah kata perintah seorang komandan harus dilaksanakan dan pasti menjadi kenyataan. Kata-kata Yesus dipandang sebagai perintah komandan. Bukankah seperti ini kualitas sabda sejak zaman Penciptaan?


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:1-10)

"Di Israel pun iman sebesar itu belum pernah Kujumpai."

Pada suatu ketika, setelah mengakhiri pengajaran-Nya kepada orang banyak, masuklah Yesus ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami." Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Seorang perwira kafir menyatakan imannya. Ia percaya akan kuasa kata-kata Yesus. Ia yakin bahwa hanya dengan sepatah kata saja, Yesus mampu menyembuhkan hambanya yang sakit keras dan hampir mati. Kedalaman iman kita itu, kita ungkapkan dalam penyerahan diri dan percaya akan kuasa kehadiran dan sabda Yesus yang menyembuhkan. Apakah aspek penyerahan diri ini juga terungkap dalam doa-doa harian kita?

Doa Malam


Terima kasih Tuhan atas teladan perwira Romawi yang menguatkan iman kami. Belajar dari dia, kami pun berseru, "Ya Tuhan saya tidak pantas Engkau datang pada saya, tetapi bersabdalah sepatah kata saja, maka saya akan sembuh." Engkaulah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

RUAH

MINGGU BIASA XXVI/B - 16 SEPTEMBER 2012

MINGGU BIASA XXVI/B - 16 SEPTEMBER 2012
Yes 50:5-9a; Yak 2:14-18; Mrk 8:27-35

"Engkau adalah Mesias ....."
Itulah jawaban Petrus atas pertanyaan Yesus, "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawaban Petrus ini tepat namun masih harus diperdalam maknanya. Orang Yahudi pada waktu itu, termasuk para murid, memahami bahwa Mesias sebagai tokoh politik yang di diutus Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel dari penjajahan bangsa lain. Apakah ini mesianitas Yesus? Bukan.

Yesus memang diutus Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Namun, Ia sama sekali tidak tertarik pada kekuasaan politis. Ia juga tidak mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Maka, Yesus bukanlah Mesias yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa lain dengan cara merebut kekuasaan politis dan kemudian memerintah di atas tahta.

Yesus membebaskan dan menyelamatkan bangsa manusia bukan dari penjajahan bangsa lain tetapi dari penjajahan setan dan perbudakan dosa. Caranya adalah dengan "Menanggung banyak penderitaan ... ditolak oleh tua-tua, oleh imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari". Salib adalah tahta Yesus, Sang Mesias, untuk menyelamatkan umat manusia.

Gambaran penderitaan Mesias ini disharingkan dengan amat gamblang dalam nubuat Yesaya (bac. pertama). Seorang Hamba Yahwe rela menderita demi keselamatan umat. Ia tidak melakukan kesalahan apa pun tetapi rela menanggung penderitaan untuk membebaskan umat dari hukuman. Tokoh Hamba Yahwe ini biasa dipahami sebagai antisipasi akan kehadiran Yesus yang rela menderita dan mati di salib untuk menyelamatkan kita.

Demikianlah iman kita akan Mesianitas Yesus. Selanjutnya, bagaimana kita menghayati iman kita. Tidak cukup hanya mengatakan bahwa Yesus adalah mesias. St. Yakobus (bac. kedua) menegaskan bahwa "jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya mati". Maka, iman harus diwujudkan dalam perbuatan.

Perbuatan macam apakah itu? "Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikuti Aku." Karena Yesus telah menderita dan menanggul salib-Nya demi keselamatan kita, maka kita juga harus menunjukkan kesetiaan kita untuk mengikuti dan mengimani-Nya dengan berani menderita dan memanggul salib kita masing-masing.
Nah, sekarang perlu dijernihkan makna penderitaan dan salib. Penderitaan Yesus di salib adalah penderitaan sebagai konsekuensi atas kerelaan-Nya untuk berkorban demi keselamatan kita. Maka, penderitaan salib itu bukanlah penderitaan karena kesalahan, kecerobohan, dan kesembronoan kita tetapi merupakan risiko yg harus kita tanggung karena kita mengikuti Yesus dan/atau karena kita menyelamatkan (menolong, membantu, mengasihi) sesama. Inilah perwujudan iman kita sesuai permintaan Yesus, untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti-Nya.

Pada bagian akhir Injil, Yesus menyampaikan bahwa penderitaan yang ditanggung sebagai konsekuensi mengikuti dan mengimani Yesus mempunyai perspektif masa depan, yakni kehidupan abadi. Penderitaan dan kematian di dunia ini, asal itu merupakan konsekuensi dari kesetiaan kita mengikuti dan mengimani Yesus serta pengorbanan kita untuk mengasihi sesama akan membuahkan keselamatan abadi. Maka, Yesus mengajak kita untuk berpikir, bersikap, dan berbuat, "tak apalah di dunia ini menderita karena mengikuti Yesus dan mengasihi sesama, karena akan mendapatkan keselamatan dalam kehidupan kekal".

RD. Ag. Agus Widodo

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy