| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Surat Kepada Keluarga bulan September 2012

Membaca Kitab Suci Bersama Keluarga

  
Keluarga yang terkasih,
      
September telah tiba, dengan banyak kesibukan kembali terasa. Bulan ini Gereja mengajak kita membaca Kitab Suci dengan lebih bersungguh-sungguh. Kita diajak menemukan kegembiraan sabda Tuhan melalui mujizat-mujizat yang dibuat-Nya.  Apakah bagi keluarga kita ini kabar gembira? 
 
Keluarga-keluarga yang terkasih, seperangkat alat rohani berupa Kitab Suci, rosario, buku doa, dan Puji Syukur kadang tergeletak dan jarang tersentuh. Kita memilikinya sebagai kelengkapan “asset” sebagai orang Kristiani-Katolik. “Yang penting sudah ada di rumah.”, begitu kita berpikir. Sangat sayang, kalau sarana rohani, sarana Tuhan menyampaikan kehendak dan kebijaksanaan-Nya hanya menjadi tumpukan barang saja. Apakah kita memang membutuhkan Sabda Tuhan dalam hidup keluarga kita?
   
Menurut tuntunan Bulan Kitab Suci, membaca Kitab Suci yang baik salah satunya adalah dengan cara Lectio Divina. Melalui pembacaan (Lectio), usaha memahami (meditatio), menanggapi dengan doa (oratio), memperdalam lagi secara rohani (contemplatio), untuk kemudian kita lakukan dalam kehidupan (Actio). Semua itu mempunyai satu tujuan, agar Sabda Allah menjadi bagian yang menyatu dengan hidup kita, dan bukan hanya menjadi pengetahuan akal budi saja.
   
Memahami mukjizat dalam keluarga barangkali dapat kita tempuh dengan memahami begitu banyaknya berkat yang kita terima di dalam keluarga kita masing-masing. Bukankah berkat Tuhan sangat melimpah dalam hidup kita yang nyata sehari-hari? Penyembuhan demi penyembuhan dari penyakit kecil sampai penyakit besar dan berat pun kita alami. Penerangan batin, melalui pertobatan salah satu anggota keluarga juga menjadi kegembiraan tersendiri. Anda semua pasti juga pernah mengalami bagaimana keluarga diselamatkan dari suatu marabahaya, bukan? 
  
Bertambahnya ilmu pengetahuan dan meluasnya penjelasan-penjelasan masuk akal dan logis membuat segala sesuatu menjadi lebih transparan sekarang ini. Hal-hal yang sebelumnya benar-benar luar biasa dan aneh, sekarang menjadi hal biasa, karena “bisa dijelaskan”. Beberapa hal yang luar biasa biasanya justru membuat kita mudah menjadi percaya pada Tuhan, akan tetapi, kalau hal-hal itu makin dirasionalisasi, tentu mengurangi kemudahan kita bertemu Tuhan. Penjelasan akan kenyataan dunia kita pun sebenarnya tidak sepenuhnya jelas. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya (Yohanes 20:29)
  
Keluarga-keluarga KAJ yang terkasih, seiring dengan pola rasional dan logis itu, beberapa keluarga di antara kita begitu sulit menemukan jalan keluar bagi permasalahan keluarganya. Tuhan memberi begitu banyak kemungkinan bagi kita untuk berharap kepada-Nya, Allah Yang Maharahim itu, untuk diikutsertakan, diberi tempat untuk campur tangan, dan memberkati. Jika kita memberi tempat di hati kita untuk semakin percaya adanya Tuhan yang mengasihi kita mengatasi segala kesulitan dan masalah. Melalui doa, kita selalu bisa berkomunikasi dengan-Nya.
  
Bukan hanya meminta yang kita ajukan sebagai doa, melainkan terutama rasa syukur. Sebab melalui rasa syukur, kita telah menerima dan mengembalikan rasa itu kepada Allah yang memberi. Iman yang dewasa bukan hanya ditandai dengan kepandaian meminta, melainkan ketulusan dan kesadaran untuk berterima kasih atas Allah yang menyediakan semuanya bagi keluarga kita. Paulus berdoa bagi kita “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu,.., dan bersyukurlah.”(Kolose 3:15)
  
Mengajak bersyukur atas berkat-berkat kecil adalah satu cara mujarab untuk belajar mengenali kehadiran-Nya. Meskipun tampaknya alami, bisa dijelaskan dan biasa, kalau anak-anak dan seluruh keluarga diajak bersyukur, mereka akan tahu bahwa semua kegembiraan dan tantangan itu ada dalam rencana baik Allah kita. Semakin banyak alasan untuk bersyukur, semakin kuat iman dalam keluarga kita juga. Jika Anda menemui kesulitan berdoa, barangkali karena Anda ingin sesuatu yang spektakuler, luarbiasa. Tuhan kita hadir dalam keluarga melalui hal-hal yang biasa dan sederhana
  
Mari mengajak pasangan kita, anak-anak, dan sanak keluarga untuk mengalami mukjizat Allah melalui pendalaman mujizat Yesus yang ditulis dalam Kitab Suci. Kiranya iman kita bersama ditumbuhkan, didewasakan, melalui pengenalan kan Allah-Imanuel, yang menyertai kita setiap saat.
   
Salam Keluarga Kudus Nazareth
Rm. Alexander Erwin MSF

Selasa, 25 September 2012 Hari Biasa Pekan XXV

Selasa, 25 September 2012
Hari Biasa Pekan XXV

“Dalam keramahan-Nya terhadap manusia, Bapa telah menjanjikan kehidupan abadi secara pasti kepada kita manusia” (St. Sirilus dari Yerusalem)

Antifon Pembuka (Mzm 119:34)

Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu; dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.

Doa Pagi

Ya Yesus, tanamkanlah sabda-Mu dalam hati kami agar kami hidup oleh sabda-Mu dan selanjutnya kami wartakan dengan mulut kami. Semoga kami mampu melaksanakannya selama hidup kami. Amin.

Kumpulan kebijaksanaan Amsal Salomo hari ini dirangkum dalam: Tuhanlah yang menguji hati. Yang dikehendaki Tuhan adalah hati yang mencintai kebenaran dan keadilan. Hati yang tidak menutup telinga pada jeritan orang lemah. Bukan hati yang congkak dan sombong, yang menggerakkan lidah pendusta. Bukan seperti hati orang fasik yang selalu mengingini dan merancang kejahatan.

Bacaan dari Kitab Amsal (21:1-6.10-13)

"Bermacam-macam pepatah."

Hati raja laksana batang air di tangan Tuhan, yang Dia alirkan ke mana saja Ia kehendaki. Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. Melakukan kebenaran dan keadilan lebih berkenan di hati Tuhan daripada kurban. Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang jahat, adalah dosa. Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan. Memperoleh harta benda dengan lidah dusta adalah kesia-siaan yang lenyap dari orang yang mencari maut. Hati orang fasik mengingini kejahatan dan tidak menaruh belas kasih kepada sesamanya. Jikalau si pencemooh dihukum, orang yang tak berpengalaman menjadi bijak, dan jikalau orang bijak diberi pengajaran, ia akan memperoleh pengetahuan. Yang Mahaadil mengawasi rumah orang fasik, dan menjerumuskan orang fasik ke dalam kecelakaan. Siapa yang menutup telinga bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Bimbinglah hidupku, ya Tuhan, menurut petunjuk perintah-Mu.
Ayat. (Mzm 119:1.27.30.34.35.44)
1. Berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan.
2. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.
3. Aku telah memilih jalan kebenaran, dan menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku.
4. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu; dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.
5. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu sebab aku menyukainya.
6. Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan melakukannya. Alleluya.

Keibuan dan persaudaraan Yesus didasarkan pada sabda. Hal ini tidak saja memperluas cakrawala, melainkan menempatkan hubungan akrab pada dasar yang paling kokoh, yakni sabda Allah. Sebab, sabda Allah itu abadi. Sedangkan hubungan kekeluargaan itu putus setelah seseorang mati.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (8:19-21)

"Ibu dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya."


Pada suatu hari datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus hendak bertemu dengan Dia. Tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Maka diberitahukan kepada Yesus, “Ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Dikau.” Tetapi Yesus menjawab, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Yesus sungguh terbuka hati-Nya untuk kita manusia. Ia berkenan menjadikan kita anggota keluarga-Nya. Ia hanya menunjukkan syaratnya, yaitu apakah kita mau mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan. Apakah syarat ini dirasa berat?

Doa Malam

Puji dan syukur bagi-Mu ya Yesus, atas sabda-Mu yang menuntun kami di jalan-Mu, jalan kebenaran. Semoga sabda-Mu senantiasa tinggal dalam hati kami dan membuat istirahat kami malam ini menyegarkan jiwa dan raga. Amin.


RUAH

Bacaan Harian 24 - 30 September 2012

Bacaan Harian 24 - 30 September 2012

Senin, 24 September: Hari Biasa Pekan XXV (H).

Ams 3:27-34; Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5; Luk 8:16-18.

Menunda pemberian pada waktu kita mampu melakukannya, melawan cinta kasih. Lebih buruk lagi apabila kita tidak memberi kepada orang yang berhak menerima pemberian itu. Dari nasihat-nasihat Amsal ini kita belajar hidup dalam hikmat Tuhan.

Selasa, 25 September: Hari Biasa Pekan XXV (H).

Ams.21:1-6,10-13; Mzm. 119:1.27.30.34.35.44; Luk 8:19-21.

Secara sepintas, perkataan Yesus hari ini kasar dan tidak sopan. Namun, kalau kita renungkan, justru tidak sama sekali. Yesus menggunakan pemahaman kita untuk mengerti bagaimana seharusnya hubungan kita dengan-Nya. Dengan istilah keluarga yang sudah akrab di telinga kita, Yesus menegaskan bahwa hubungan kita dengan-Nya adalah hubungan yang sangat mendalam, hubungan sebagai keluarga. Hubungan ini terjadi kalau kita melaksanakan kehendak Allah. Melalui hidup kita yang selaras dengan kehendak Allah, kita menjadi satu keluarga dengan Yesus sendiri. Kita menjadi saudara dan saudari Yesus.

Rabu, 26 September: Hari Biasa Pekan XXV (H).

Ams 30:5-9; Mzm 119:29.72.89.101.104.163; Luk 9:1-6.

Yesus dan Injil-Nya perlu diwartakan seturut kehendak Allah. Pewartaan kabar keselamatan bukanlah hobi, proyek atau berdasarkan rencana kita sendiri. Karenanya di tengah aneka tantangan, perkiraan, dan perencanaan kita, panggilan/kehendak Tuhan harus mendapat tempat yang pertama. Perutusan-Nya mengatasi ketidakmungkinan dan kekuatiran kita.

Kamis, 27 September: Peringatan Wajib St Vinsensius a Paulo, Imam (P).

Pkh 1:2-11; Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17; Luk 9:7-9.

Bertemu dengan Yesus adalah harapan yang bisa menghasilkan rahmat. Sayangnya tidak semua orang ingin menjumpai Dia dalam motivasi yang tepat. Keinginan Herodes dalam Injil hari ini menjadi salah satu contohnya. Ia ingin bertemu sekadar karena ia merasa cemas dan terancam.

Jumat, 28 September: Hari Biasa Pekan XXV (H).

Pkh 3:1-11; Mzm. 144:1a,2abc,3-4; Luk. 9:18-22.

Menurut Petrus, Yesus adalah Mesias. Akan tetapi, Yesus bukanlah Mesias seperti dipikirkan dan diharapkan oleh banyak orang, yang bersumber pada patriotisme nasional untuk mengusir penjajah Roma. Ia akan menderita, dibunuh namun bangkit pada hari ketiga.

Sabtu, 29 September: Pesta St Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung (P).

Dan 7:9-10,13-14 atau Why 12:7-12a; Mzm 138:1-2a.2bc3.4-5; Yoh 1:47-51.

Hari ini Gereja Katolik merayakan pesta Santo Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung. Pada ketiga Malaikat Agung Allah ini, kita mendapatkan keterangan. Mereka adalah utusan Allah. Mereka mengabdi Allah di surga dan malaksanakan perintah-Nya di dunia ini. Sebagai utusan Allah, mereka menyatakan firman Tuhan kepada kita, melindungi dan menyampaikan permohonan kita kepada Allah. Nama mereka mencerminkan tugas yang diemban. Mikael, artinya siapa menyemai Allah? Gabriel, artinya Utusan Allah. Rafael artinya Allah menyembuhkan. Dalam Injil, Yesus melukiskan Natanael melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia. Yesus mempersatukan yang di atas dan yang dibawah, yang ilahi dan yang duniawi. Para malaikat Allah memuji dan mewartakan keagungan Allah. Jika hidup kita murni, Allah akan memperkenankan kita mengalami sorga abadi, tempat tinggal para penghuni sorga. Kita tahu, bahwa berada di dunia ini tidaklah selamanya, tetapi hanyalah sementara saja. Namun ada banyak orang lupa, termasuk kita orang- orang Kristiani.

Minggu, 30 September: Hari Minggu Biasa XXVI (H).

Bil 11:25-29; Mzm 19:8.10.12-13.14; Yak 5:1-6; Mrk 9:38-43.45.47-48.

Yesus mencegah para murid-Nya menghalangi karya orang di luar kelompok mereka. Sejauh tindakan mereka tidak bertentangan dengan yang dibuat Yesus, mereka tidaklah melawan Yesus.

Senin, 24 September 2012 Hari Biasa Pekan XXV

Senin, 24 September 2012
Hari Biasa Pekan XXV

Sakramen tidak dilaksanakan oleh kesucian manusia yang memberi atau menerima (Sakramen), tetapi oleh kekuasaan Allah --- St Thomas Aquinas


Antifon Pembuka (Ams 3:27)

Jangan menahan kebaikan terhadap orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.

Doa Pagi


Allah yang mahamurah, bantulah kami dengan rahmat-Mu. Kami rindu memiliki kepekaan terhadap kebutuhan sesama dan dengan rela hati membantunya. Semoga kerinduan ini Engkau mampukan untuk kami wujudkan dalam hidup kami sehari-hari. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Penulis kebijaksanaan Kitab Amsal selalu memberikan nasihat praktis. Tuhan bergaul erat dengan orang-orang yang baik, murah hati, jujur, menghindari pertengkaran, bukan pencemooh, tidak iri hati terhadap orang yang melakukan kejahatan. Nasihat bijak ini langsung bisa dihayati dan segera dilaksanakan dalam praktik kehidupan.


Bacaan dari Kitab Amsal (3:27-34)

"Orang yang sesat adalah hujatan bagi Tuhan."

Anakku, janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada padamu. Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau. Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang, jikalau ia tidak berbuat jahat kepadamu. Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman, dan janganlah memilih satupun dari jalannya, karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar diberkati-Nya. Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do = f, 3/4, PS 848
Ref. Tuhan siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci?
Ayat. (Mzm 15:2-3a.3cd-4ab.5; Ul: 1a)
1. Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatina; yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya.
2. Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tercela, tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang bertakwa.
3. Yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba, dan tidak menerima suap melawan orang yang bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuji Bapamu yang di surga.

Nasihat Yesus yang dikumpulkan Lukas sungguh menarik. Perbuatan baik harus menjadi cahaya bagi banyak orang, tak perlu disembunyikan, tak perlu dirahasiakan. Namun, perbuatan baik tersebut harus dilakukan demi kemuliaan Allah, bukan demi popularitas diri. Sumber perbuatan baik adalah kehendak yang tumbuh dari cara yang baik mendengarkan sabda Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (8:16-18)

"Pelita ditempatkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk dapat melihat cahayanya."

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Pelita sungguh penting dalam kehidupan kita. Ia menerangi kita yang berada dalam kegelapan. Pelita itu sabda Tuhan yang menerangi langkah hidup kita. Kita juga bisa menjadi pelita bagi sesama bila kita mampu menjadi pendengar dan pelaksana sabda Tuhan. Rasul Yakobus berkata, "Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yak 1:22)

Doa Malam

Ya Yesus, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau senantiasa menerangi setiap langkah hidup kami. Jadikanlah kami pelita yang mampu menerangi sesama kami yang sedang mengalami kegelapan hati. Amin.

RUAH

Minggu, 23 September 2012 Hari Minggu Biasa XXV

Minggu, 23 September 2012
Hari Minggu Biasa XXV

Perayaan hari Minggu memenuhi perintah yang berlaku dalam Perjanjian Lama, yang irama dan artinya ia ambil alih, kalau ia merayakan Pencipta dan Penebus umat-Nya tiap minggu --- Katekismus Gereja Katolik, 2176

Antifon Pembuka


Tuhan bersabda, “Akulah keselamatan umat. Aku akan mendengarkan seruannya dalam segala kesulitan. Aku akan tetap menjadi Tuhan mereka sepanjang masa.”


Doa Pagi


Allah Bapa yang mahakuasa, bila para kuasa di dunia mengancam umat-Mu, maka Engkaulah yang menolong mereka. Pada diri Yesus kami lihat pembelaan-Mu terhadap orang kecil. Berilah kami iman yang mantap tak tergoyahkan, dan dalam suka maupun duka tetap mengakui bahwa Engkaulah Allah orang-orang hidup, yang selalu menyelamatkan hamba-hamba-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.


Bacaan dari Kitab Kebijaksanaan (2:12.17-20)



“Hendaklah kita menjatuhkan hukuman keji terhadapnya.”

Orang-orang fasik berkata satu sama lain, “Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan, serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita. Cobalah kita lihat apakah perkataannya benar, dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang. Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah, niscaya Allah akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya. Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya. Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan.”

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, re = a, 2/4, PS 810

Ref. Condongkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah bebaskan daku.
Ayat. (Mzm 54:3-4.5.6.8)

1. Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku!
2. Sebab orang-orang yang angkuh bangkit menyerang aku, orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku; mereka tidak mempedulikan Allah.
3. Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. Dengan rela hati aku akan mempersembahkan kurban kepada-Mu, aku akan bersyukur sebab baiklah nama-Mu, ya Tuhan.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (3:16-4:3)



“Buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.”

Saudara-saudaraku yang terkasih, di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas itu pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran itu ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai. Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah dari hawa nafsumu yang saling bergulat di dalam dirimu? Kamu mengingini sesuatu tetapi tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh. Kamu iri hati, tetapi tidak mencapai tujuan, lalu kamu bertengkar dan berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta akan kamu gunakan untuk memuaskan hawa nafsu.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (2Tes 2:14)
Sesudah ayat, Alleluya dinyanyikan dua kali.
Allah telah memanggil kita; sehingga kita boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus Tuhan kita.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:30-37)



“Anak Manusia akan diserahkan .... Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi pelayan dari semuanya.”

Setelah Yesus dimuliakan di atas gunung, Ia dan murid-murid-Nya melintas di Galilea. Yesus tidak mau hal itu diketahui orang, sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada Yesus. Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika sudah di rumah, Yesus bertanya kepada para murid itu, “Apa yang kamu perbincangkan tadi di jalan?” Tetapi mereka diam saja; sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya.” Yesus lalu mengambil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka. Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, “Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, ia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima, melainkan Dia yang mengutus Aku.”

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan


Rekan-rekan!
Injil bagi hari Minggu Biasa XXV tahun B kali ini (Mrk 9:30-37) memuat pernyataan Yesus yang kedua kalinya kepada murid-muridnya mengenai kesengsaraan, salib, serta kebangkitannya. Sesudah itu, ia juga memberi pengajaran agar dalam mengikutinya para murid tidak berpamrih bakal mendapat kedudukan. Sebelum mendalami pengajaran ini, marilah ditengok sejenak maksud serta makna pemberitahuan mengenai sengsara tadi bagi komunitas para murid waktu itu.

PERNYATAAN MENGENAI KESENGSARAAN


Walaupun diakui sebagai Mesias oleh orang-orang yang paling dekat dengannya, Yesus lebih memahami dirinya sebagai Anak Manusia. Ia bahkan menegaskan bahwa dirinya akan ditolak, disalibkan, tetapi akan dibangkitkan. (Lihat ulasan Injil Minggu lalu, Mrk 8:27-35). Pernyataan ini muncul sampai tiga kali dalam Injil Markus, Matius dan Lukas. Yang pertama, Mrk 8:31-33//Mat 16:13-23//Luk 9:22, yang kedua Mrk 9:30-32//Mat 17:22//Luk 9:43b-45 dan yang ketiga, Mrk 10:32-34//Mat 20:17-19//Luk 18:31-34. Pernyataan pertama diikuti pengajaran khusus bagi siapa saja yang mau mengikutinya, yakni agar mereka sedia "menyerahkan nyawa", maksudnya berdedikasi penuh Mrk 8:34-39//Mat 16:24-28//Luk 9:23-27. Pernyataan yang kedua dilanjutkan dengan pengajaran untuk tidak mencari kedudukan tinggi, melainkan bersikap seperti anak kecil Mrk 9:34-37//Mat 18:1-5//Luk 9:46-48. Pernyataan ketiga ditegaskan dengan pengajaran mengenai kesediaan melayani satu sama lain Mrk 10:35-45 Mat 20:20-28 (Lukas tidak menyertakan padanannya). Dari ikhtisar ini kelihatan bahwa arah ke salib dan kebangkitan itu memang sulit dipahami, bahkan oleh murid-murid terdekat yang sudah lama mengikutinya sekalipun. Jalan untuk memahami kenyataan salib dan kebangkitan itu ialah kesediaan untuk menerima tanpa mementingkan diri ataupun mencari kedudukan yang tinggi. Inilah yang diberikan dalam pengajaran yang mengikuti setiap pernyataan tadi.

Semakin dekat ke Yerusalem, Yesus semakin berusaha agar para murid terdekatnya memahami arah ke salib dan kebangkitan tadi dengan ikhlas. Murid-murid sulit memahami mengapa ia perlu mengalami penderitaan hingga kematian di salib. Mengapa Yang Maha Kuasa tidak menyertainya dengan bala tentara surga dan dunia untuk membangun kejayaan umat di hadapan para penentang-penentangnya. Pertanyaan seperti ini ada dalam lubuk hati mereka. Juga dalam hati kecil kita. Mengapa perlu sampai sejauh itu. Mengapa dia, dan juga kita, seolah-olah dibiarkan sendirian di hadapan kekuatan-kekuatan yang kini semakin mengancam kita.



SALIB DAN KEKUATAN YANG JAHAT

Kekuatan jahat perlu ditekuni dengan salib, seperti yang dilakukan Yesus. Baru dengan demikian daya gelap akan dapat dikuasai dan diubah menjadi kekuatan terang. Namun demikian, perlu disadari bahwa salib tidak identik dengan apa saja yang dirasa sebagai penderitaan. Ada banyak kesusahan yang bukan salib dan mestinya bisa dihindari dan diatasi dengan kebijaksanaan hidup dan ikhtiar. Pelbagai ketimpangan ekonomi dan ketakadilan di masyarakat bukan salib, melainkan musibah sosial yang mesti ditangani dengan serius. Menyebutnya sebagai salib tidak membawa manfaat apapun kecuali menutup mata pada kenyataan. Dan mengurangi makna salib yang sesungguhnya. Yang perlu diterima sebagai salib ialah yang dihadapi oleh Yesus sendiri, yakni penolakan manusia terhadap kebaikan ilahi. Inilah realitas yang jahat yang hanya dapat dihadapi dengan salib.

Penderitaan serta kematian Yesus itu akan berakhir dengan kebangkitan. Unsur yang paling membedakan salib dengan penderitaan biasa ialah ada tidaknya kaitan dengan kebangkitan. Bahkan salib dan kebangkitan ialah satu realitas dengan dua muka yang tak dapat saling dipisahkan. Bila tidak ada kebangkitan, maka tak dapat dikatakan penderitaannya mengalahkan yang jahat. Juga tidak dapat ditegaskan bahwa ada kebangkitan tanpa salib. Seperti dalam peristiwa pemberitahuan pertama, para murid juga kurang menangkap maksud pemberitahuan kedua.



SIAPAKAH YANG TERBESAR?

Adegan beralih dari sebuah tempat di Galilea yang namanya tidak disebut ke sebuah rumah di Kapernaum, juga di wilayah Galilea. Di rumah inilah Yesus menanyai para murid tentang apa yang mereka bicarakan di perjalanan. Mereka diam tak berani menjawab, karena mereka tadi bertengkar mengenai siapa di antara mereka yang terbesar. Mereka cukup tahu, tidak sepatutnyalah mereka berpikir demikian. Tetapi Yesus tidak memarahi, melainkan mengajak mereka untuk mengenal diri dengan lebih baik. Mereka kini bukan lagi orang luar dan pengikut baru. Mereka telah berjalan bersama dia dari tempat ke tempat, sudah melihat yang diperbuatnya bagi orang banyak dan ikut serta melayani mereka. Murid-murid ini ialah Yang Duabelas, kalangan paling dekat dengannya sendiri. Mereka inti umat yang baru yang akan memperkenalkan Yang Ilahi kepada segala bangsa. Inilah orang-orang yang memang mempunyai niat mengikuti Yesus. Kok malah kini memperebutkan kedudukan siapa yang lebih penting. Memang mereka masih butuh belajar membuat diri searah dengan dia yang mereka ikuti.

Yesus pun memberi mereka pengajaran khusus mengenai apa itu menjadi yang pertama. Ia tahu tiap orang mempunyai hasrat menjadi orang penting. Orang yang tidak memiliki dorongan ke arah itu juga sulit menemukan makna hidup. Tetapi yang membuat penting ada bermacam-macam. Dan tidak selalu benar dan cocok dengan pilihan hidup yang sudah mulai ditempuh. Inilah keadaan para murid waktu itu. Kini sang Guru membantu mereka untuk semakin menemukan diri.

Diajarkan bahwa yang ingin menjadi yang pertama, hendaklah menjadi yang berdiri paling belakang dan melayani semuanya. Jelas hendak ditunjukkannya bahwa mementingkan orang lain bakal membuat pengikut Yesus menjadi besar. Dia sendiri menjalankannya. Seluruh hidupnya ditujukan untuk mengusahakan kebahagiaan orang lain, memperoleh keselamatan bagi umat manusia. Perjalanannya ke salib dan kebangkitan itu sebuah ziarah yang bakal menyelamatkan umat manusia dari kungkungan kuasa yang jahat yang tak dapat dipecahkan kecuali dengan pengorbanan dan keikhlasan untuk itu.

Para murid diajar untuk menerima anak kecil, artinya menerimanya sebagai yang penting meski ia tak dapat menonjolkan diri pernah berbuat banyak dan berjasa, dst. Ia diterima bukan karena yang diperbuatnya melainkan karena berharga tanpa jasa sendiri. Itulah spiritualitas yang sepantasnya berkembang dalam diri para murid dalam mengikuti guru mereka.



SEBUAH PERBANDINGAN

Ada manfaatnya bila hal di atas dipahami bersama dengan pengajaran yang diberikan setelah pemberitahuan kesengsaraan yang pertama dan yang ketiga. Titik berat dalam pengajaran yang disampaikan setelah pemberitahuan sengsara yang pertama ialah kesediaan berdedikasi utuh dalam mengikuti Yesus (Mrk 8:34-38). Injil mengungkapkannya dengan "merelakan nyawa". Tetapi yang ditekankan bukan sisi pengorbanan melulu, melainkan sisi keuntungannya. Dikatakan, siapa yang kehilangan nyawanya "karena aku dan karena Injil" malah akan mendapatkan keselamatan bagi dirinya (Mrk 8:35). Jadi tekanan bukan pada kemartiran atau berani mati demi agama dan iman. Tafsiran ke arah itu kurang membantu dan malah bisa disebut meleset. Yang dituju ialah keberanian untuk menanggalkan serta meninggalkan pikiran-pikiran sendiri mengenai apa itu mengikut Yesus dan membiarkan diri dituntun olehnya dan dengan demikian dapat mengalami sendiri apa itu berjalan bersama dia. Jadi "kehilangan nyawa" di situ ialah membuka diri untuk menerima kekayaan batin yang sejati. Spiritualitas ini memberi arti pada "menyangkal diri dan memikul salib dan mengikuti dia" yang dikatakan sebelumnya (ay. 34). Bukan memikul salib apa saja, melainkan ikut ambil bagian dalam meringankan salib yang dipanggul Yesus. Itulah salib yang bermuara pada kebangkitan.

Nanti sesudah pemberitahuan kesengsaraan yang ketiga kalinya, diceritakan bagaimana Yakobus dan Yohanes meminta Yesus agar mereka dapat duduk di kanan dan kirinya dalam kemuliaannya kelak. Yesus menanyai mereka apa mereka bersedia minum dari cawan yang diminumnya dan dibaptis dengan baptisan yang diterimanya. Maksudnya, menjadi senasib sepenanggungan. Mereka menyatakan sanggup. Sekalipun demikian, Yesus menukas, ia tak berhak memberikan kedudukan yang mereka inginkan itu karena hanya diberikan kepada yang pantas menerimanya, siapa pun orang itu (Mrk 9:35-40). Kemudian Yesus menambahkan, siapa ingin menjadi besar hendaknya menjadi orang yang mau melayani, yang mau menjadi yang pertama hendaknya ada di bawah, sebagai hamba, seperti ia sendiri (Mrk 9:43-45).

Dari ketiga pengajaran tadi dapat dilihat apa artinya mengikuti Yesus. Pertama-tama, tentu bukan meniru-niru dia, melainkan membiarkan diri dibentuk olehnya sendiri. Kedua, alih-alih beragenda mau jadi orang besar, ada ajakan bersedia datang kepadanya tanpa apa-apa yang dapat diperhitungkan sebagai jasa yang patut mendapat ganjaran. Akhirnya, mengikuti dia itu berarti membiarkan diri dituntun oleh Yang Maha Kuasa sendiri ke tempat dan kedudukan yang sudah disediakan oleh-Nya. Memang kini belum dapat diduga macamnya namun Bapa yang Maha Baik tentunya akan memberikan yang terbaik Inilah iman yang ditumbuhkan Yesus dalam diri murid-muridnya.

Salam hangat,
A. Gianto

Kobus: Melayani (Mrk 9:30-37) Minggu, 23 September 2012 Hari Minggu Biasa XXV


silahkan klik gambar untuk memperbesar

MINGGU BIASA XXV-B / 23 September 2012



MINGGU BIASA XXV-B / 23 September 2012
Keb 2:12.17-20; Yak 3:16-4:3; Mrk 9:30-37

Berdasarkan Kisah Penciptaan (Kej 1), kita mengimani bahwa segala sesuatu diciptakan dalam keadaan baik. Setiap kali selesai menciptakan, selalu dikatakan, “Allah melihat bahwa semuanya itu baik” (ay.4.10.18.21.25). Bahkan, setelah manusia diciptakan, ditegaskan bahwa “Allah melihat segala sesuatu yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik” (ay.31). Jadi, Tuhan menciptakan kita dan segala sesuatu di dunia ini dalam keadaan yang baik, bahkan sungguh amat baik. Namun, ….. mengapa saat ini kita mengalami banyak sekali hal tidak baik? Salah satu jawabannya adalah karena nafsu yang dikuasai oleh roh jahat.

Rupanya, kejahatan itu sudah masuk dalam kehidupan manusia tidak lama setelah Tuhan menciptakannya.  Peristiwa jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam dosa (Kej 3) menunjukkan bahwa mereka dipengaruhi roh jahat yang mewujud dalam bentuk ular sehingga berani melanggar larangan Tuhan. Anak mereka, Kain, membunuh Habel, adiknya, karena iri hati (Kej 4). Selanjutnya, semakin manusia bertambah banyak, kejahatan semakin meraja-lela (Kej 6). Kitab Maleakhi, sebagai kitab terakhir dari Perjanjian Lama masih berkisah tentang kejahatan manusia yang mendatangkan murka Tuhan (Mal 1-2).

Bacaan pertama (Keb 2:12.17-20) yang berasal dari tradisi peralihan dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru (Intertestament) mengisahkan tentang rencana kejahatan yang dirancangkan oleh orang-orang jahat. “Marilah kita menghadang orang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan, serta menentang pekerjaan kita” (ay.12). Mereka ini menjadi jahat dan memusuhi orang-orang baik karena dikuasai oleh hawa nafsunya. Nafsu yang seharusnya dikuasai, dikendalikan dan dikelola tetapi malah sebaliknya yang terjadi.

Kejahatan manusia masih berlanjut sampai Perjanjian Baru. St. Yakobus, dalam bacaan kedua (Yak 3:16-4:3) menyampaikan refleksinya bahwa akar dari kejahatan adalah iri hati dan mementingkan diri sendiri. “Di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala perbuatan jahat” (ay.16). Sampai sekarang, aneka macam kejahatan karena iri hati dan mementingkan diri sendiri masih terjadi. Karena iri akan kekayaan, jabatan dan prestasi orang lain, banyak orang rela melakukan kecurangan, seperti misalnya tampak dengan maraknya kasus-kasus korupsi dan suap. Tidak sedikit orang menghalalkan segara cara untuk memperjuangkan kepentingan sendiri dan kelompok, entah itu kepentingan politik, ekonomi, bahkan kepentingan agama.

Di tengah situasi yang demikian ini, apa yang dapat kita lakukan? Setidaknya ada 3 hal, kalau kita mau mengambil inspirasi dari bacaan-bacaan hari ini. Pertama, kita harus tetap yakin pada pertolongan Allah. Kita semua adalah anak-anak Allah, dan kalau kita sungguh hidup secara benar sebagai anak-anak Allah, niscaya Allah akan menolong kita serta melepaskan kita dari tangan lawan-lawan kita (bdk.Ken 2:18). Jadi, kesulitan hidup dan tantangan serta hambatan untuk menjadi orang baik jangan sampai melemahkan iman kita tetapi sebaliknya justru semakin menjadikan kita beriman tangguh dengan mempercayakan diri sepenuhnya pada pertolongan Tuhan.

Kedua, sesuai ajakan St. Yakobus, kita harus berdoa dengan benar supaya doa-doa kita dikabulkan. Memang, hal pengabulan doa itu merupakan hak Allah secara mutlak. Namun, dari pihak kita harus selalu berupaya untuk berdoa secara benar. St. Yakobus tidak menjelaskan doa yang benar itu seperti apa, namun dengan menyebut bahwa doa yang salah adalah doa yang isinya permintaan untuk memuaskan hawa nafsu, maka dapat disimpulkan bahwa kriteria doa yang benar adalah memohon bukan untuk kepentingan diri sendiri, apalagi untuk memuaskan hawa nafsu. Maka, kalau kita berdoa, pertama-tama memohon supaya Tuhan dimuliakan dalam hidup kita dan supaya kita dapat mengabdi Tuhan serta melayani sesama dengan baik. Kita mohon kesehatan, rezeki yang cukup, umur panjang, keluarga sejahtera, dll supaya dengan itu semua kita semakin mengabdi Tuhan dan melayani sesama.

Ketiga, sebagai murid-murid Kristus, kita harus tetap setia mengikuti jejak Sang Guru, yang datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Dalam bacaan Injil (Mrk 9:30-37), Yesus menegaskan, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan bagi semuanya (ay. 35b). Mengikuti Yesus dan menjadi murid-Nya berarti mau merendahkan diri dan menjadi pelayan. Oleh karena itu, apa pun profesi, jabatan, dan pekerjaan kita, marilah kita maknai dan kita hayati sebagai wujud pengabdian kepada Tuhan dan pelayanan kepada sesama. Kita bekerja bukan pertama-tama dan melulu untuk mendapatkan upah dan nafkah – meskipun penting – tetapi lebih dari itu, kita bekerja untuk mengabdi Tuhan dan melayani sesama.

Melalui ketiga hal ini, kita dapat bertahan sebagai orang benar. Di tengah arus kehidupan yang tidak semuanya baik, kita bisa ngeli ning ora keli, bahkan kita bisa memberikan kontribusi positif bagi kehidupan bersama. Dengan demikian, semoga suasana kehidupan kita bisa kembali menjadi baik seperti pada saat Tuhan menciptakan segala sesuatu adalah baik adanya. 

RD. Ag. Agus Widodo

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy