| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Surat Gembala Tahun Iman Bagi Umat Katolik Keuskupan Amboina

Menyongsong Tahun Iman yang secara resmi akan dicanangkan oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 14 Oktober 2012, Uskup Diosis Amboina Mgr P.C. Mandagi MSC menerbitkan “Surat Gembala Tahun Iman”. Di dalamnya tersurat pesan dan ajakan sang Gembala bagi seluruh Umat Katolik Keuskupan Amboina. Berikut kutipan selengkapnya dari surat bernomor 008.02-KA/PCM/IX/2012.


Umat katolik seluruh Keuskupan Amboina yang sangat dikasihi oleh Allah.
Dengan Surat Apostolik “Pintu Kepada Iman” (Porta Fidei) telah dicanangkan oleh Paus Benediktus XVI Tahun Iman. Tahun Iman ini berlangsung dari tanggal 11 Oktober 2012 sampai dengan 24 November 2013.
Apakah arti Tahun Iman ini bagi kita umat Katolik? Surat Apostolik “Pintu Kepada Iman” membantu kita untuk memahami arti Tahun Iman ini. Saya ingin menyampaikan kepada anda sekalian beberapa pesan, yang terungkap dalam Surat Apostolik itu.

  1. I.Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik
Secara khusus Tahun Iman ini dicanangkan untuk merayakan Hari Ulang Tahun ke-50 Pembukaan Konsili Vatikan II dan Hari Ulang Tahun ke-20 Terbitnya Buku Katekismus Gereja Katolik. Buku ini dipromulgasikan oleh Beato Yohanes Paulus II. Buku ini merupakan buah asli dari Konsili Vatikan II. Digambarkan dalam buku ini kekuatan dan keindahan dari iman kepercayaan. Kata Beato Yohanes Paulus II: “Katekismus ini akan menjadi suatu kontribusi yang sangat penting bagi karya pembaharuan seluruh kehidupan Gereja... Maka, saya menyatakan Katekismus ini menjadi suatu sarana bantu yang sah dan benar bagi persekutuan Gerejani dan menjadi patokan yang pasti bagi pengajaran iman.”

  1. II.Penemuan Kembali akan Iman Kepercayaan
Memang secara khusus Tahun Iman ini dicanangkan untuk merayakan Hari Ulang Tahun ke-50 Pembukaan Konsili Vatikan II dan Hari Ulang Tahun ke-20 Publikasi Buku Katekismus Gereja Katolik. Namun, secara umum Tahun Iman adalah waktu yang khusus dan istimewa untuk menemukan kembali iman kepercayaan kita. Kata Paus Benediktus ke-16: “Pintu Kepada Iman (Kis. 14:27) senantiasa terbuka bagi kita untuk memasukkan kita ke dalam persekutuan hidup dengan Allah dan untuk menawarkan kepada kita masuk ke dalam Gereja-Nya.”
Iman kepercayaan merupakan sebuah perjalanan. Dan perjalanan itu bergerak keluar dari padang gurun kehidupan, yang diwarnai kekosongan dan kekeringan karena dosa-dosa, menuju kepada persahabatan dengan Yesus, Putera Allah. Dialah Sang Pemberi kehidupan; bahkan Dialah Sang Pemberi kehidupan yang berlimpah.
Betapa penting kita menemukan kembali iman kepercayaan kita. Mengapa? Pertama, Iman itu memberikan pencerahan lebih jelas mengapa kita hidup dalam kegembiraan dan semangat yang berkobar-kobar. Harus kita akui bahwa hanya dalam iman atau persekutuan dengan Yesus Kristus seseorang akan mengalami kegembiraan sejati dan hidup dalam semangat yang penuh. Kedua, iman kita tak jarang mengalami krisis. Tak jarang karena dikuasai oleh materialisme, hedonisme dan egoisme kita menjadi garam yang tawar dan pelita yang ditaruh di bawah gantang.
Memang, ketika dipermandikan kita telah memiliki Iman dan menyatakan iman itu dengan lantang. Namun, benarlah apa yang dikatakan oleh Santo Agustinus dalam sebuah homili kepada umatnya:
“Kalian telah menerima iman, namun kalian harus tetap memeliharanya di dalam akal budi dan hati sanubari kalian; kalian harus tetap mengulang-ulangnya di ranjang tempat tidur kalian, tetap mengingat-ingatnya di pasar-pasar, tidak melupakannya sementara kalian makan-
makan; bahkan ketika kalian sedang tidur pun kalian harus tetap memperhatikannya dengan hati kalian.”

  1. III.Pengakuan Iman, Pembaharuan Diri dan Evangelisasi
Dalam Tahun Iman ini, kita ingin menemukan kembali iman kepercayaan kita. Apakah yang merupakan tanda-tanda bahwa kita sudah menemukan kembali iman kepercayaan kita? Ada tiga tanda, yang dapat kami sebut:

  1. 1.Pengakuan iman
Dalam hal pengakuan iman, kita harus mengambil contoh pada Rasul Petrus dan Paulus. Hendaknya kita melaksanakan pengakuan iman baik secara pribadi, maupun secara bersama-sama. Pengakuan iman itu juga hendaknya dilaksanakan secara bebas, namun bertanggung jawab, baik secara lahiriah, maupun secara batiniah, baik secara rendah hati, maupun secara terus terang.

  1. 2.Pembaharuan diri
Memang, seorang beriman adalah suci, namun sekaligus harus selalu dibersihkan dan terus menerus menjalankan pertobatan atau pembaharuan diri.
Tahun Iman ini adalah saat yang istimewa untuk melaksanakan pertobatan yakni “kembali kepada Tuhan, satu-satunya Juruselamat melalui pengakuan dosa dan kemudian masuk dalam kepenuhan kasih Allah yang menyelamatkan, atau masuk dalam kehidupan baru”.
Dalam kehidupan baru itu, pikiran, perasaan, mentalita dan perilaku kita sedikit demi sedikit dimurnikan dan mengalami transformasi.

  1. 3.Evangelisasi
Seorang beriman yang telah menemukan kembali imannya, dengan sendirinya melaksanakan Evangelisasi atau pewartaan. Kasih Kristus mendorong orang beriman untuk menjalankan pewartaan (bdk. 2Kor. 5:14). Ke lorong-lorong dunia Yesus mengutus kita untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa di bumi (bdk. Mat. 28:16).
Memang, tak gampang untuk melaksanakan evangelisasi atau pewartaan. Namun, janganlah takut. Kita Gereja memperoleh kekuatan dan kegairahan, yang tak pernah pudar, dari penemuan kembali akan kasih Allah dari hari ke hari.

  1. IV.Beberapa Ajakan bagi Pelaksanaan Tahun Iman
    1. 1.Marilah kita memandang Yesus Kristus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan (bdk. Ibr. 12:2).
    2. 2.Marilah kita mengikuti teladan Bunda Maria dalam hal beriman.
    3. 3.Marilah kita mengikuti contoh Para Rasul dalam hal beriman. Demi iman, Para Rasul telah meninggalkan semuanya dan mengikuti Tuhan Yesus (bdk. Mat. 10:28).
    4. 4.Marilah kita meneladan Para Kudus dalam Gereja. Demi iman, Para Kudus itu telah membaktikan hidup mereka kepada Kristus.
    5. 5.Marilah kita memberikan kesaksian iman kita dengan amal kasih yang lebih intensif. Iman tanpa kasih tak akan menghasilkan buah, sedangkan kasih tanpa iman hanya akan merupakan sebuah perasaan, yang senantiasa berada di bawah kuasa kebimbangan.
    6. 6.Akhirnya, marilah kita mengejar iman kepercayaan dengan kesetiaan (bdk. 2Tim. 2:22). Janganlah ada di antara kita, yang bersikap malas di dalam beriman.

Umat yang terkasih, semoga dalam Tahun Iman ini hubungan kita dengan Kristus, Tuhan, semakin bertambah erat dan kuat. Kita percaya dengan kepastian yang kokoh bahwa Tuhan Yesus telah mengalahkan kejahatan dan kematian.
Kepada anda sekalian, umat yang terkasih, saya ucapkan “Selamat menjalankan Tahun Iman ini”.

                                                                   Ambon, 18 September 2012.

Hormat dan salamku,
Mgr. P.C. Mandagi, MSC,
Uskupmu.

Selasa, 09 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XXVII

Selasa, 09 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXVII

“Dosa adalah satu tindakan pribadi. Tetapi kita juga mempunyai tanggung jawab untuk dosa orang lain kalau kita turut di dalamnya” (Katekismus Gereja Katolik, 1868)

Antifon Pembuka (Mzm 139:13)

Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku.

Doa Pagi

Allah yang Mahabaik, kami bersyukur atas iman yang telah Engkau tanam dalam hati kami. Semoga kami berani berpegang teguh kepada janji-Mu, sekalipun tidak jarang mendapat ejekan atau hinaan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Keputusan untuk berbalik kepada Tuhan adalah langkah hidup yang mengantar kita menjadi berkat bagi sesama. Rasul Paulus menjadi teladan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (1:13-24)

"Allah berkenan menyatakan Anak-Nya dalam diriku agar aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa."

Saudara-saudara, kalian tentu telah mendengar tentang hidupku dalam agama Yahudi dulu. Tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dalam agama Yahudi itu aku jauh lebih maju dari banyak teman sebaya di antara bangsaku, karena aku sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku. Tetapi Allah telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh karena kasih karunia-Nya. Ia berkenan menyatakan Anak-Nya dalam diriku, agar aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa lain. Pada waktu itu sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia. Aku juga tidak pergi ke Yerusalem untuk mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku. Tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. Baru tiga tahun kemudian aku pergi ke Yerusalem untuk menemui Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. Tetapi rasul-rasul yang lain tak seorang pun yang kulihat, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus. Di hadapan Allah kutegaskan: Apa yang kutulis kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. Tetapi aku tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. Mereka hanya mendengar, bahwa orang yang dahulu menganiaya mereka sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. Dan mereka memuliakan Allah karena aku.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 2/4, PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu, Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat. (Mzm 139:1-3.13-14ab.14c-15; R:13b)
1. Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku. Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan atau berbaring segala jalanku Kaumaklumi.
2. Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkaulah yang menenun aku dalam kandunagn ibuku. Aku bersyukur kepada_mu oleh karena misteri kejadianku; ajaiblah apa yang Kaubuat.
3. Jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aaku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya.

Kekhawatiran dalam karya pelayanan kerapkali menyurutkan tekad untuk mengikuti Yesus. Orang yang demikian akan susah dalam hidupnya. Sebaliknya, orang yang setia mendengarkan kehendak-Nya akan memperoleh kebahagiaan di dalam Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:38-42)

"Marta menerima Yesus di rumahnya. Maria telah memilih bagian yang terbaik."

Dalam perjalanan ke Yerusalem Yesus dan murid-murid-Nya tiba di sebuah kampung. Seorang wanita bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Wanita itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria itu duduk di dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan sabda-Nya. Tetapi Marta sangat sibuk melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, “Tuhan, tidakkah Tuhan peduli, bahwa saudariku membiarkan daku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Yesus menjawabnya, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Hidup yang seimbang itu akan membuat kita tenteram dan bahagia. Harmonisasi antara jasmani dan rohani mencerminkan hidup kita yang bahagia. Maria dan Marta menjadi cermin hidup kita. Kedua sifat itu selalu mewarnai hidup kita. Sudahkah hidup kita seimbang antara jasmani dan rohani?

Doa Malam

Yesus yang bijaksana, terima kasih atas teladan Maria yang dengan setia mendengarkan sabda-Mu. Semoga aku berani memilih Engkau di atas segala-galanya dan tawaran akan hal-hal duniawi tidak menggoyahkan imanku. Sebab Engkaulah sumber hidupku, kini dan sepanjang masa. Amin.

RUAH

Surat Kepada Keluarga bulan Oktober 2012: Menghargai Saat-Saat Tuhan

Tuhan ada di mana-mana.
Tuhan ada dalam setiap langkah hidup kita.
Ia selalu ada ketika kita berdoa,
menyembuhkan dan memberkati setiap saat
dengan cinta-Nya yang tanpa syarat.

Keluarga-keluarga Katolik yang terkasih, setiap doa mempunyai kuasa yang besar kalau diimani dengan sungguh. Santo Yakobus, dalam tulisannya, mengatakan “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”(Yak.5:16). Seberapa banyak Anda menghargai doa-doa? Dan bagaimana Anda berdoa?
Beberapa orang mengalami kesulitan dalam hidup doanya. Mereka merasa doa-doa mereka kering dalam rutinitas dan kumpulan-kumpulan doa terumus. Beberapa lain lagi berjuang untuk setia duduk diam di hadapan tabernakel, dalam Gereja, atau di hadapan salib suci. Para orangtua menemui kesulitan untuk mengajak anak-anaknya berdoa bersama. Akan tetapi, beberapa yang lain terus berdoa, dalam ketaatan dan kerinduan, meskipun mengalami kekeringan dan kebosanan juga.

Apakah Allah sulit ditemui? Apakah bagi keluarga kita Tuhan adalah pribadi yang membingungkan? Keluarga-keluarga terkasih, bulan ini kita diajak untuk bersama Maria berdoa kepada Allah. Kita diingatkan untuk membangkitkan lagi semangat hidup rohani bersama Maria, Bunda yang selalu berdoa bersama dan untuk kita semua.

Ketika kita mengalami kesulitan berdoa, tengoklah apa yang ditempuh Maria untuk mengatasi kesulitan hidupnya. Ia mendekatkan diri pada Allah. Peristiwa hidup Maria bukanlah suatu tantangan yang ringan, tetapi Maria malah membuatnya menjadi cara memuliakan Allah. Doa bagi Maria adalah hidup itu sendiri. Ketika keluarga bercerita dan berkisah, Maria menyampaikannya pada Sang Bapa. Ketika hidup membawa “bunga-bunga”, Maria dengan ketulusannya membuat itu semua sebagai acara berbincang-bincang dengan Allah dalam tanya dan sikap terbuka (bandingkan Lukas 1:26-38).

Ada begitu banyak alasan untuk berdoa. Sayangnya, kita terlalu formal menyapa Allah. Lihatlah sekeliling dan pandang wajah anak-anak kita. Apakah mereka sudah cukup aman berada dalam keluarga yang beriman mendalam? Tawuran, kenakalan remaja, free-sex, narkoba, kehamilan di luar nikah, gagal studi, dan kesulitan komunikasi, tentu saja dapat menjadi alasan kita berdoa. Mengapa kita sulit berkata-kata dengan Allah? Apakah Dia amat sulit didekati? Ataukah kita yang terlalu sibuk dengan acara dunia ini?

St. Monika berdoa buat anaknya, Agustinus, dengan segala kepercayaan, dalam kesulitan hidup keluarga, mengembalikan anaknya ke jalan Tuhan. Bukankah banyak orangtua pun sebenarnya mampu melakukan tugas mulia mendoakan anak-anaknya? Kalau orangtua sudah kehilangan pengharapan, putus asa, bahkan tidak lagi percaya, apa yang bisa diberikan untuk anak-anaknya sebagai bekal rohani? Dunia sudah semakin duniawi, padahal yang surgawi selalu ditawarkan dengan murah. Kita tidak akan dapat membeli dunia ini, kecuali kita mencukupkannya dalam hati yang bersyukur dan percaya pada Allah, Bapa yang Mahamurah itu.

Setiap kesempatan adalah doa. Berdoalah senantiasa, karena dunia mulai menjauhkan kita dari hidup rohani. Keheningan jadi amat menyeramkan, karena dikaitkan dengan kesepian. Pendapat ini adalah bohong. Justru kalau kita mencintai keheningan di hadapan Allah, dalam bimbingan Roh Kudus, kita akan menemukan kebijaksanaan yang membebaskan kita dari tindakan ceroboh dan menyesatkan. Ajakan doa bersama dan hening barangkali sulit untuk keluarga Anda, tetapi ini adalah kebutuhan setiap anak-anak Allah: menemukan Dia dalam ketersembunyian-Nya.

Sapalah Tuhan dengan bahasa yang paling intim, dengan hati, dengan kelegaan, supaya kuasa-Nya menjadi semakin nyata. Sebutkan nama pasangan dan anak-anak kita satu persatu, dan mulailah berdoa. Muliakanlah Tuhan dan bersyukurlah atas keluarga kita. Syukuri apa saja yang membuat kita semakin beriman kepada-Nya. Sangat baik kalau kita mencoba merumuskan berkat apa yang telah kita terima. Lalu sampaikanlah permohonan rohani dengan yakin. Misalnya, memohon kesabaran, ketekukan, kebijaksanaan, cinta kasih, atau sukacita. Sampaikan dengan suara cukup terdengar agar pasangan dan anak-anak dapat mendengarnya. Jadikan doa menjadi milik bersama.

Adalah baik mengajar anak-anak sejak kecil untuk berdoa. Berilah kesempatan mereka memimpin acara doa bersama, tanpa evaluasi apapun. Sesingkat apapun, hargailah itu.Silakan menambahkan usulan isi doa tanpa nada mengejek, misalnya beberapa kata, seperti “..dalam nama Yesus, Tuhan kami,..amin”, atau kalimat-kalimat baru lainnya, sehingga pembelajaran iman terjadi dan Anda sebagai orangtua pun semakin kreatif menjadi pengajar-pengajar iman pada anak-anak.

Keluarga-keluarga di KAJ yang terkasih. Maria adalah teladan sempurna dalam hal doa. Ia adalah ibu yang mendoakan setiap keluarga. Meskipun tidak mudah, ajaklah anak-anak untuk sesekali datang dalam doa-doa Rosario lingkungan. Betapapun terbatasnya, anak-anak berhak untuk menikmati hidup rohaninya. Andalah yang bertanggungjawab untuk itu. Jangan jadikan waktu doa hanya sebagai milik orang-orang dewasa, karena anak-anak pun semakin memerlukan Tuhan dalam hidup mereka. Semoga Allah semakin dimuliakan dalam keluarga Anda semua.. amin

Selamat merenungkan..
Keluarga Kudus memberkati kita semua.

Rm. Alexander Erwin, MSF

Bacaan Harian 08 - 14 Oktober 2012

Bacaan Harian 08 - 14 Oktober 2012

Senin, 08 Oktober: Hari Biasa Pekan XXVII (H).
Gal 1:6-12; Mzm 111:1-2.7-8.9.10c; Luk 10:25-37.

Si ahli Taurat bertanya: “Siapakah sesamaku?” Lalu Yesus mengisahkan tentang seorang yang dirampok dalam perjalanan dari Yeriko ke Yerusalem. Dua orang terhormat di masyarakat Yahudi (imam dan orang Lewi) tidak memberikan pertolongan, tetapi menyingkir karena kuatir najis; sedangkan seorang Samaria (yang tidak bergaul dengan orang Yahudi) mengulurkan tangan dan menolong secara tuntas. Orang Samaria itu telah bertindak sebagai sesama bagi orang yang sedang sekarat. Jadi, ketimbang bertanya ‘Siapakah sesamaku?’, Yesus malah mengundang diri kitalah yang harus bertindak menjadi sesama bagi orang yang sedang menderita, lemah dan tak berdaya. Jelas di sini, Yesus menginginkan iman bukan saja berpusat pada altar, tetapi berbuah dalam tuntutan “pasar” di kehidupan nyata. Orang Samaria itu lebih berarti ketimbang imam dan orang Lewi yang sibuk dengan ibadah tapi lepas dari kehidupan nyata.

Selasa, 09 Oktober: Hari Biasa Pekan XXVII (H).

Gal 1:13-24; Mzm 139:1-3.13-14ab.14c-15; Luk 10:38-42.

Marta menerima Yesus di rumahnya. Saudara Marta, yaitu Maria, duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku,” ujar Marta kepada Yesus. Jawab Yesus: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Seringkali kita lebih sibuk dengan berbagai pelayanan, tetapi lupa 'mendengarkan' Yesus. Yesus memang butuh tangan-tangan untuk melayani, tetapi pelayanan itu harus bersumber dari sabda-Nya. Kalau tidak, bisa jadi unsur manusia dalam pelayanan lebih menguasai, lalu jadi mudah kecewa atau pun berselisih.

Rabu, 10 Oktober: Hari Biasa Pekan XXVII (H).

Gal 2:1-2.7-14; Mzm 117:1.2; Luk 11:1-4.

Yesus mengajarkan murid-murid-Nya berdoa dengan menyapa Allah sebagai Bapa. Ia juga mengajarkan supaya kita terlebih dahulu mengutamakan perkara-perkara Allah sebelum perkara-perkara kita. Inilah yang harus selalu kita ingat dalam doa-doa yang kita panjatkan, supaya kita tidak dikuasai oleh keinginan-keinginan diri yang mencelakakan. Ya, datanglah kepada Bapa kita, mohonlah pada-Nya, tetapi dasarkanlah segala permohonan itu pada perkara-perkara Bapa: pada Kerajaan-Nya, pada kehendak-Nya. Bukan sekedar pada apa yang aku mau.

Kamis, 11 Oktober: Hari Biasa Pekan XXVII (H).

Gal 3:1-5; MT Luk 1:69-70.71-72.73-75; Luk 11:5-13.

Jangan pernah lelah untuk terus meminta kepada Bapa kita sendiri. Yesus sendiri mengajarkan kepada kita untuk selalu berdoa tidak jemu-jemu, menjalin relasi dengan Bapa, mengetuk pintu hati-Nya. Dia adalah Bapa kita yang pasti mendengar apa yang kita sampaikan. Tak ada satu pun doa yang kita panjatkan dengan sungguh-sungguh akan sia-sia. Dia pasti memenuhinya. Mungkin sekarang, mungkin nanti. Mungkin juga tak selalu sesuai dengan harapan kita. Yang pasti, indah dan baik buat kita. Dia adalah Allah yang peduli dan datang tepat pada waktunya untuk memberi yang kita butuhkan untuk sebuah kehidupan yang sesungguhnya.

Jumat, 12 Oktober: Hari Biasa Pekan XXVII (H).

Gal 3:7-14; Mzm 111: 1-2.3-4.5-6; Luk 11:15-26.

Bila kita menyediakan tempat dalam hidup kita untuk bercokolnya iblis, maka iblis akan mengajak teman-temannya untuk pesta di dalam diri kita dan mereka akan semakin menguasai kita. Maka, berhati-hatilah terhadap tawaran-tawaran iblis dengan segala kemasan duniawinya. Sekali terjerumus, bersiaplah untuk tenggelam. Pun pula, jika “suara Tuhan” yang bergema dalam batin kita selalu kita matikan, niscaya suara itu akan kehilangan kekuatannya. Jadi, sekecil apa pun tawaran iblis, kita harus berjuang keras untuk menolaknya. Tidak gampang memang! Tapi, inilah suatu bentuk “menyangkal diri” yang dituntut oleh Yesus untuk menjadi murid-Nya demi tidak “kehilangan nyawa”.

Sabtu, 13 Oktober: Hari Biasa Pekan XXVII (H).

Gal 3:22-29; Mzm 105:2-3.4-5.6-7; Luk 11:27-28.

Orang yang hanya digerakkan oleh keinginan-keinginan pribadinya adalah orang yang sedang merintis jalan menuju hutan belantara penuh kegelapan. Jangan biarkan diri kita tersesat! Pegang kompas Firman Allah dan ikuti, maka kita pasti akan sampai pada tempat yang terang, damai dan sukacita. Jangan menunggu “tanda-tanda” baru untuk sungguh percaya dan hidup di dalam Tuhan, karena tanda-tanda itu sesungguhnya sudah diberikan-Nya dalam sabda-Nya, dalam ciptaan-Nya, dalam sejarah kehidupan kita sendiri.

Minggu, 14 Oktober: Hari Minggu Biasa XXVIII (H).

Keb 7:7-11; Mzm 90:12-13.14-15.16-17; Ibr 4:12-13; Mrk 10:17-30 (Mrk 10:17-27).

Uang dan harta adalah sesuatu yang memang dibutuhkan untuk dapat hidup di tengah dunia. Namun, jika orientasi hidup dan ukuran penilaian terhadap segala sesuatu melulu berpusat pada uang dan harta, orang akan sulit untuk mendapatkan kelimpahan hidup dalam arti sebenarnya. Keterikatan seperti itu menjadi penghalang untuk mendekatkan diri dengan Allah dan hidup dalam ajaran-Nya. Maka menjadi murid Yesus berarti menempatkan Kerajaan Allah dan semua ajaran-Nya di atas segalanya. Inilah sikap yang berani “menjual harta” yang dituntut Yesus dari orang muda yang kaya itu.

Oleh: M. Muliady Wijaya - Paroki Regina Caeli, PIK

Senin, 08 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XVII

Senin, 08 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXVII

Satu pelanggaran terhadap kebenaran atau kejujuran menuntut pemulihan kembali -- Katekismus Gereja Katolik, 2509

SP Maria Ratu Rosario

Setiap 7 Oktober, Gereja memperingati Santa Maria Ratu Rosario. Paus Pius V (1566-1572) menyerukan agar seluruh umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Bunda Maria bagi Gereja, sejak subuh hingga petang doa Rosario dipanjatkan untuk pertempuran di Lepanto. Akhirnya, dalam pertempuran itu, pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Sebagai ungkapan syukur, Paus Pius V lalu menetapkan 7 Oktober sebagai hari pesta Bunda Maria Ratu Rosario. Paus Klemens IX (1667-1669) mengukuhkan pesta itu berlaku di seluruh Gereja di dunia. Akhirnya Paus Leo XIII (1878-1903) menetapkan seluruh bulan Oktober sebagai bulan Rosario untuk menghormati Bunda Maria.


Antifon Pembuka (Luk 10:36.37)

"Siapakah sesama orang yang jatuh ke tangan penyamun?" 'Orang yang telah menunjukkan belas kasih kepadanya.' "Pergilah dan lakukanlah demikian."

Doa Pagi

Allah yang mahabaik. Engkau telah menanamkan kebaikan dalam diri kami sejak awal mula. Semoga kami mampu melihat bahwa semua orang adalah sesama kami. Sehingga bukan lagi kami bertanya siapakah sesamaku manusia, melainkan bagaimana kami dapat menjadi sesama bagi yang lain. Dengan bekal kepekaan hati, rasa kemanusiaan, ketulusan hati dan siap menghadapi resiko iriilah akhirnya kami mampu menjadi sesama bagi semua orang. Semoga keutamaan ini kami miliki dalam hidup sehari-hari kami, Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Rasul Paulus mengingatkan kita untuk percaya dan mengimani Injil Yesus Kristus. Dengan begitu hidup kita tidak terpusat pada diri sendiri melainkan kepada Allah.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (1:6-12)

"Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima, terkutuklah dia."

Saudara-saudara, aku heran, bahwa kalian begitu cepat berbalik dari Allah, yang telah memanggil kalian oleh kasih karunia Kristus, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil; hanya ada orang-orang yang mengacaukan kalian dan yang bermaksud memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi seandainya kami sendiri atau pun seorang malaikat dari surga mewartakan kepada kalian suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi, "Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima, terkutuklah dia." Jadi bagaimana sekarang? Adakah aku mencari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah aku mencoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencari perkenanan manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku menerimanya bukan dari manusia, dan bukan pula manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh pernyataan Yesus Kristus.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan selalu ingat akan perjanjian-Nya.
Ayat. (Mzm 111:1-2.7-8.9.10c)

1. Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan di tengah jemaat. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
2. Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh; perintah-Nya lestari untuk selama-lamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.
3. Ia memberikan kebebasan kepada umat-Nya, Ia menetapkan perjanjian untuk selama-lamanya; kudus dan dahsyatlah nama-Nya! Dia akan disanjung sepanjang masa.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952.
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 13:34)
Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.

Belas kasihan merupakan kunci untuk melaksanakan hukum Tuhan. Kasih kita kepada tuhan dan sesama membuka mata hati kita untuk tergerak menolong sesama, tanpa peduli pada jabatan dalam Gereja atau masyarakat.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:25-37)

"Siapakah sesamaku?"

Pada suatu ketika, seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus, "Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya, "Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus, "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasih. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, 'Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.' Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu, "Orang yang telah menunjukkan belas kasih kepadanya." Yesus berkata kepadanya, "Pergilah, dan lakukanlah demikian!"
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Hidup terasa kaku dan hambar tanpa kasih. Kasih menjadi kekuatan yang luar biasa dalam hidup bersama. Bahkan karya pelayanan akan makin berdaya guna bila didasari oleh kasih yang tulus ikhlas. Yesus menekankan aspek belas kasih dalam melaksanakan segala perintah Allah. Orang yang memiliki belas kasih dalam dirinya, hidupnya sudah diarahkan pada hidup yang kekal. Kita pun bisa meraih hidup kekal bila menaruh belas kasih kepada sesama.

Doa Malam

Allah Bapa yang Maharahim, pengalaman orang Samaria membuat aku malu karena dalam hidupku sering kurang peduli terhadap orang lain. Mataku yang melihat bahwa orang lain perlu ditolong tidak disertai dengan hati yang didorong oleh kasih dan tangan terulur untuk membantu sesama. Ampunilah aku, ya Allah, dan mampukanlah aku untuk mencintai sesama tanpa pandang bulu. Jadikan hidupku berarti bagi sesama, siapa pun mereka, dan terlebih bagi yang menderita, sakit, teraniaya, terpinggirkan, tidak diperlakukan secara manusiawi dan yang menghadapi ajal. Doa ini kami unjukkan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

RUAH

MINGGU BIASA XXVII/B – Minggu, 7 Oktober 2012

MINGGU BIASA XXVII/B – Minggu, 7 Oktober 2012
Kej 2:18-24; Ibr 9:9-11; Mrk 10:2-12

Bacaan-bacaan hari ini cukup sering dipakai dalam Perayaan Perkawinan karena memang secara umum berisi tentang persatuan pria dan wanita sebagai pasangan hidup (suami – istri). Meskipun demikian, sebenarnya ada pesan lain yang dapat kita timba, lebih-lebih kalau dikaitkan peristiwa Tahun Iman yang dimulai bulan Oktober 2012 sampai Oktober 2013. Dengan tahun iman ini, kita diajak bersyukur atas anugerah iman yang telah kita terima dan dengan iman itu kita telah memperoleh rahmat keselamatan.

Dalam rangka Tahun Iman itu, Gereja menyadari panggilan dan perutusannya untuk menyalurkan rahmat keselamatan yang telah diperoleh secara cuma-cuma dari Tuhan. Dalam terang bacaan-bacaan hari ini, panggilan dan perutusan Gereja tersebut dihayati melalui kehadiran Gereja sebagai tanda kasih yang menyatukan, seperti halnya persatuan kasih yang dihayati oleh suami istri (Injil - Mrk 10:7-8); juga melalui tindakan nyata untuk melindungi kehidupan dan berpihak kepada yang lemah karena manusia diciptakan sebagai pemelihara ciptaan-ciptaan yang lain (bacaan pertama - Kej 2:19-20); sekaligus keberanian untuk berkorban demi keselamatan sesama, sebagaimana Yesus telah mengalami penderitaan maut lalu dimuliakan supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi keselamatan semua manusia (bacaan kedua - Ibr 2:9).

Untuk mempersiapkan diri menyambut Tahun Iman yang akan dibuka tanggal 11 Oktober mendatang, Bapak Uskup kita, Mgr. Johannes Pujasumarta, telah menulis Surat Gembala dan akan dibacacakan dalam Perayaan Ekaristi ini, sebagai pengganti Homili.

Para Ibu, Bapak, Suster, Bruder, Frater, Rama, Kaum muda, Remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus.

Patut kita syukuri bersama, bahwa Tuhan kita Yesus Kristus telah diimani oleh ratusan juta orang di dunia ini sejak para rasul. Ia kita diimani sebagai jalan, kebenaran dan kehidupan. Iman akan Yesus Kristus itu setiap kali dibarui dalam Syahadat para rasul, dirayakan dalam Ekaristi, diwujudkan dalam tindakan dan akhirnya diperdalam terus-menerus melalui doa.

Sebagai rasa syukur atas iman yang berkembang itu, Bapa Suci Paus Benedictus XVI mencanangkan Tahun Iman, 11 Oktober 2012 - 24 Oktober 2013. Tahun Iman itu diharapkan menjadi kesempatan bagi semua umat beriman untuk melihat pentingnya iman di dalam kehidupan yang terus berubah dan bergejolak. Tahun Iman itu diadakan juga untuk memperingati 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II dan 20 tahun penerbitan Katekismus Gereja Katolik.

Seperti kita ketahui pada tahun 1962-1965 telah diselenggarakan Sidang Konsili Vatikan II yang menghasilkan dokumen-dokumen penting bagi kehidupan Gereja. Dokumen itu mengungkapkan jati diri Gereja yang lahir dari iman akan Yesus Kristus, yang hidup di tengah dunia dan berelasi dengan semua orang dengan segala latar belakang suku, agama, budaya, situasi sosial dan politik. Di tengah dunia itu Gereja dipanggil untuk menjadi sakramen keselamatan, tanda kehadiran Kristus yang adalah terang bagi bangsa-bangsa.

Gereja menyadari bahwa untuk menghayati jati diri dan perutusannya itu, pewartaan iman menjadi penting. Untuk itu pada tanggal 11 Oktober 1992, Paus Yohanes Paulus II menyerahkan Katekismus Gereja Katolik kepada umat beriman seluruh dunia. Ia menegaskan, bahwa buku itu menjadi naskah acuan untuk pewartaan yang bersumber pada hidup iman dan sekaligus menjadi sarana yang penuh dan lengkap untuk mengkomunikasikan ajaran Katolik tentang iman dan moral. Dengan mempelajari Katekismus itu diharapkan setiap orang dapat mengetahui apa yang sesungguhnya diimani, dirayakan, dihayati dan didoakan oleh Gereja dalam kehidupan sehari-harinya.

Kini, kita, umat beriman Keuskupan Agung Semarang, sebagai bagian dari umat beriman di seluruh dunia telah merasakan buah-buah dari kedua dokumen itu. Katekismus Gereja Katolik telah menyegarkan, membarui dan meneguhkan penghayatan iman kita akan akan Yesus Kristus. Kita semakin percaya bahwa Yesus Kristus, telah mengalami maut bagi semua orang, kemudian bangkit mulia untuk mengantar semua orang kepada kemuliaan (bdk. Ibr 2:10). Demikian pula Dokumen-dokumen Konsili Vatikan II telah menyadarkan jati diri dan perutusan kita sebagai umat beriman di dalam dunia. Kita bukan hanya bagian dari dunia, tetapi menjadi garam, ragi dan terang bagi dunia. Oleh karena itu, kita tidak diam terhadap persoalan-persoalan dunia seperti kedegilan, kekerasan, perceraian, perusakan lingkungan hidup dan bahaya kelaparan di berbagai negara atau daerah karena kemiskinan dan kemarau panjang. Di tengah persoalan-persoalan itu, kita dipanggil untuk hadir sebagai tanda kasih yang menyatukan (Mrk 10:7-8), yang berpihak pada yang lemah, yang melindungi kehidupan (Kej 2:19-20) dan yang berani berkorban untuk keselamatan (Ibr 2:9). Satu hal baik yang juga kita peringati pada bulan Oktober ini adalah Hari Pangan Sedunia. Gereja dipanggil dan diutus untuk menjadi komunitas berbagi pangan. Dengan demikian iman menjadi tindakan dan aksi mewujudkan kesejahteraan umum.

Agar Tahun Iman memiliki makna bagi kita, saya mengharapkan paroki-paroki, kelompok, komunitas-komunitas bahkan keluarga-keluarga mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengembangkan iman dan meneguhkan perutusan di tengah dunia. Kita ingin menjadi seperti Wanita Samaria. Seperti dikatakan oleh Bapa Suci Paus Benediktus XVI dalam surat apostolik Porta Fidei (Pintu Kepada Iman), Wanita Samaria adalah orang yang bertemu Yesus di pinggir sumur dan menimba sumber air hidup yang memancar keluar dari diri Yesus. Setelah itu ia pergi mewartakan perjumpaan itu kepada orang-orang di kampungnya. Berkat pewartaan wanita itu, orang-orang di kampungnya datang kepada Yesus dan mengakui, bahwa Yesus adalah Juru Selamat. Berkat perjumpaannya dengan Yesus Wanita Samaria itu menemukan kegembiraan dalam beriman dan kegairahan dalam meng-komunikasi-kan imannya kepada orang lain.

Pengalaman Wanita Samaria itu bukan pengalaman sesaat, tetapi pengalaman yang dipupuk dari waktu ke waktu dan diasah oleh pergulatan hidup yang keras di padang gurun. Maka untuk zaman sekarang, untuk menjadi seperti Wanita Samaria, kita juga harus pergi ke sumur, tidak hanya sekali tetapi berkali-kali untuk berjumpa dengan Yesus yang siap mengajar dan menawarkan air hidup kepada kita. Sumur itu adalah dokumen-dokumen ajaran Gereja dan peristiwa-peristiwa yang menyimpan kekayaan iman kita. Dokumen-dokumen Ajaran Gereja itu diantaranya Kitab Suci, Konsili Vatikan II, (Kompendium) Katekismus Gereja Katolik dan ajaran-ajaran iman lainnya. Sedangkan peristiwa-peristiwa iman diantaranya adalah perayaan-perayaan liturgi, devosi dan doa yang menjadi saat penuh rahmat untuk mengenal dan mengalami kehadiran Yesus yang menyapa dan meneguhkan.

Oleh karena itu, saya mengharapkan paroki, kelompok dan komunitas mengadakan pembelajaran ajaran-ajaran Gereja untuk menggali kekayaan iman Gereja. Saya berharap pula, agar diusahakan pendalaman seeara sungguh-sungguh terhadap perayaan iman dalam liturgi. Bagi kaum muda, remaja dan anak-anak perlu dirancang adanya katekese khusus, agar mereka menemukan keindahan dan kesaksian iman. Semua umat beriman dipanggil untuk senantiasa memperbarui rahmat iman, membagikan pengalaman iman dan kasih kepada sesama. Sangat baik kalau sekali waktu umat berkunjung ke Museum Misi Muntilan untuk memahami sejarah kekatolikan di Jawa dan mengobarkan semangat misioner.

Komisi-komisi dalam Dewan Karya Pastoral maupun komisi-komisi di kevikepan hendaknya membantu mempermudah pembelajaran iman dan katekese dengan menawarkan kegiatan, modul atau penyediaan sarana-sarana lain yang mendukung.

Di Tahun Iman ini kita semua ingin menjadikan iman sebagai peristiwa hidup, artinya menjadi suatu kesibukan pertama dan utama dalam kehidupan menggereja. Hal itu kita lakukan sejalan dengan Arah Dasar KAS 2011-2015, yang mengajak kita untuk beriman semakin mendalam-tangguh, dan semakin terlibat mewujudkan kasih di tengah masyarakat, khususnya mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel dan kasih terhadap alam ciptaan demi terwujudnya Gereja yang signifikan dan relevan. Dengan demikian kita semakin bergembira dalam beriman, bergairah dalam pewartaan.

Akhirnya, saya berterimakasih kepada semua saja yang dengan sepenuh hati, tanpa pamrih, tanpa lelah, telah dan akan, dengan caranya masing-masing melibatkan diri dalam pengembangan iman dan peneguhan hidup umat di Keuskupan Agung Semarang.

Semoga Tahun Iman ini menjadikan semua gerak kita bermakna bagi semakin banyak orang dalam peziarahan menuju Bapa.

Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, Pesta St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus
1 Oktober 2012

† Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang

Marilah kita sambut Tahun Iman ini dengan: mesyukuri anugerah iman yang telah kita terima; memperdalam iman kita melalui Kitab Suci dan ajaran-ajaran Gereja serta perayaan-perayaan iman, terutama Ekaristi; dan mewujudkan iman kita dalam kehidupan sehari-hari melalui kehadiran kita yang menyatukan (Mrk 10:7-8), yang berpihak pada yang lemah, yang melindungi kehidupan (Kej 2:19-20) dan yang berani berkorban untuk keselamatan sesama (Ibr 2:9).

Kegiatan yang baik kita lakukan di Tahun Iman ini adalah menjadi seperti anak-anak dan mengajak anak-anak kita untuk datang kepada Tuhan sesering mungkin melalui doa-doa, renungan akan sabda Tuhan (Kitab Suci), Pendalaman Iman, Ekaristi, dll. Tuhan selalu terbuka menyambut, memeluk dan memberkati kita. Satu tawaran yang saya sampaikan: Marilah kita meluangkan waktu barang 5 - 10 menit setiap hari untuk membaca Kitab Suci. Di dalamnya kita akan menemukan sumber air kehidupan yang dapat kita timba untuk memuaskan dahaga dan memberikan kesegaran bagi hidup kita. Melalui ketekunan membaca Kitab Suci, kita akan berjumpa dengan Yesus dan menimba air kehidupa sejati dari-Nya.

RD. Ag. Agus Widodo







Kobus: Dipersatukan Allah (Mrk 10:2-16)




silahkan klik gambar untuk memperbesar

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy