Bacaan Harian 22 - 28 Oktober 2012

Bacaan Harian 22 - 28 Oktober 2012

Senin, 22 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).
Ef 2:1-10; Mzm 100:2.3.4.5; Luk 12: 13-21.

Tak bisa dipungkiri, pikiran kita sering berkutat untuk terus mengejar “harta duniawi”. Tak ada yang salah dengan itu! Namun Yesus menandaskan: “Berjaga-jagalah dan waspadalah dengan segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu.” Melalui perumpamaan tentang orang kaya yang berlimpah hasil tanahnya dan terus menumpuk untuk dirinya sendiri demi kepuasan jiwanya, Yesus dengan keras mengingatkan bahwa terhadap orang kaya seperti itu, Allah akan berkata: “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah itu nanti?” Begitulah kalau kita cuma asyik menumpuk “harta duniawi” dan lupa memberikan “harta” yang tepat bagi jiwa. Agaknya, kita memang harus berjuang untuk menjadi kaya di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia!

Selasa, 23 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 2:12-22; Mzm 85:9ab-10.11-12.13-14; Luk 12:35-38

Yesus mengajarkan supaya pinggang para murid-Nya tetap berikat (berjaga-jaga, siap sedia) dan pelita tetap menyala (hidup selalu bersinar), supaya saat tuan datang dan mengetok pintu, para murid segera membuka pintu bagi sang tuan. Yesus menyebut para hamba yang selalu berjaga-jaga dan siap sedia ini sebagai orang yang berbahagia, karena pada saat tuannya datang, sang tuan akan menjamu dan melayani mereka. Berjaga-jaga berarti semakin memperkuat diri dengan iman yang dalam, harapan yang pasti, dan kasih yang ikhlas. Itu semua akan menjadi perisai yang dapat membuat kita bertahan dalam cobaan dan godaan, yang kemudian mengantar kita pada kehidupan yang berkelimpahan.

Rabu, 24 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 3:2-12; MT Yes 12:2-3.4bcd.5-6; Luk 12:39-48

Sebagai murid-murid Yesus kita semua adalah pengurus rumah yang diangkat khusus untuk melaksanakan tugas memberikan makanan pada waktunya kepada hamba-hamba lain. Kita disebut berbahagia, jika pada saat Anak Manusia datang, nyatanya kita sedang menjalankan tugas itu. Sebaliknya, jika pada saat Anak Manusia datang, kita asyik bersenang-senang dan lupa akan tugas itu, kita akan senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Dan yang perlu diingat, kita tidak tahu kapan itu waktunya. Yesus mengatakan: ”Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.” Maka, jelas sudah, kalau mau sungguh berbahagia, ”pelita” kita harus menyala setiap saat, tugas ”memberi makan” itu harus senantiasa kita jalankan di sepanjang hidup kita. Nah, tengoklah di sekitar kita, adakah hamba-hamba-Nya yang membutuhkan ”makanan” dari kita? Selamat melaksanakan tugas!

Kamis, 25 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 3:14-21; Mzm 33:1-2.4-5.11-12.18-19; Luk 12:49-53

Yesus tidak menjanjikan damai dalam arti dunia. Menjadi murid Yesus bahkan bisa mendatangkan ”pertentangan” dari orang-orang sekitar atau ”perang” di mata dunia. Yesus menawarkan kebahagiaan sejati dan kebahagiaan itu dapat kita peroleh dengan keberanian untuk melawan arus dunia. Dibutuhkan sikap tegas untuk berpegang pada jalan Yesus, kendati bisa menimbulkan ”perang”. Inilah yang Yesus maksud saat Ia bicara: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.” Nah, tetap setiakah kita menjadi murid Yesus?

Jumat, 26 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 4:1-6; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; Luk 12:54-59.

Dengan segala kemampuan teknologi, manusia mampu meramalkan keadaan bumi cuaca, lalu mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasinya. Tetapi terhadap satu hal yang pasti, manusia seringkali lupa, yaitu: kehidupan hanyalah perjiarahan menuju tempat tinggal abadi. Apa yang sudah kita siapkan? Yesus mengumpamakan, jika kita dengan lawan kita dipanggil oleh pejabat yang berwenang, kita akan berusaha mengatur strategi supaya kita tidak terseret ke pengadilan. Nah, mengapa kita juga tidak mengatur strategi supaya kita tidak masuk ke ”penjara” kehidupan yang sesungguhnya? Ayo, atur strategi hidup kita, supaya kita dapat menghirup ”alam bebas” sejati dalam surga bahagia.

Sabtu, 27 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 4:7-16; Mzm. 122:1-2.3-4a.4b-5; Luk 13:1-9.

Seperti pohon ara yang masih diberi waktu dan kesempatan untuk berbuah, kepada kita juga diberi waktu dan kesempatan untuk bertobat dan menghasilkan buah. Memang, tidak ada kata terlambat, tapi bukan berarti selalu boleh menunda. Sekarang waktunya sebelum tidak ada lagi waktu. Mari berbuah! Biarkan banyak orang menikmati buah-buah kita, karena kalau begitu pada gilirannya kitalah yang akan mendapatkan ”buah yang termanis” untuk kita kecap selama-lamanya.

Minggu, 28 Oktober: Hari Minggu Biasa XXX (H).

Yer 31:7-9; Mzm 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Ibr 5:1-6; Mrk 10:46-52.

Bartimeus buta. Ia duduk di pinggir jalan. Ketika Yesus lewat, dia berteriak “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Orang-orang menghalanginya, tapi ia berteriak lebih kencang lagi sampai tiga kali. Lalu Yesus pun memenuhi harapannya untuk dapat melihat. Nah, seperti Bartimeus, kita pun mungkin berada dalam keadaan “buta rohani”, tak mampu melihat kebenaran. Kita hanya diam dan masih asyik duduk di “pinggir jalan”. Tengoklah, Yesus pun sedang lewat dalam jalan kehidupan kita. Maukah kita berteriak kepadanya untuk mohon belas kasih-Nya seperti yang dilakukan Bartimeus? Maukah kita untuk tidak mundur supaya dapat bertatap muka dengan Yesus meskipun menghadapi halangan? Jika kita dengan setia mau datang kepada-Nya dan mohon belas kasih-Nya, maka bersiaplah menerima rahmat-Nya untuk “melihat” kebenaran dan beroleh hidup dalam kelimpahan.

Oleh: M. Muliady Wijaya - Paroki Regina Caeli, Pantai Indah Kapuk

Senin, 22 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XXIX

Senin, 22 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXIX

Perzinahan, artinya ketidaksetiaan suami-istri --- Katekismus Gereja Katolik, 2380

Antifon Pembuka (Ef 2:4-5)

Allah yang kaya rahmat, telah menghidupkan kita bersama Kristus, sekalipun kita telah mati karena kesalahan-kesalahan kita. Jadi kita diselamatkan karena kasih karunia.

Doa Pagi

Ya Allah, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah membangunkan kami dan membawa terang matahari pagi. Terlebih Engkau membimbing kami kepada terang hati dengan sabda Putra-Mu. Semoga kami dapat mengalahkan kecenderungan kami yang kurang baik. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Kasih karunia Allah menyelamatkan kita dari keinginan-keinginan daging yang penuh pelanggaran dan dosa. Kristus menjadi bukti kebaikan dan cinta Allah pada kita. Oleh karena itu, kita hendaknya mau melakukan perbuatan-perbuatan baik Allah bagi sesama.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (2:1-10)

Saudara-saudara, kalian dahulu sudah mati karena pelanggaran dan dosamu. Kalian hidup di dalamnya karena kalian mengikuti jalan dunia ini, karena kalian mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang kini bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara orang-orang durhaka itu, ketika kami hidup dalam hawa nafsu daging, menuruti kehendak daging serta pikiran yang jahat. Jadi pada dasarnya kita ini orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti yang lain itu. Tetapi terdorong oleh kasih-Nya yang besar, yang telah dilimpahkan kepada kita, Allah yang kaya dengan rahmat telah menghidupkan kita bersama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati karena kesalahan kita. Jadi kalian diselamatkan berkat kasih karunia. Di dalam Kristus Yesus itu Allah telah membangkitkan kita juga dan meberi tempat di surga bersama dengan Dia. Dengan demikian Allah bermaksud di masa yang akan datang menyatakan kasih karunia-Nya yang berlimpah, sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab berkat kasih karunia kalian diselamatkan oleh iman. Keselamatan itu bukanlah usahamu, melainkan pemberian Allah. Jadi keselamatan itu bukanlah hasil pekerjaanmu. Maka jangan sampai ada yang memegahkan diri. Sebab sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 100:2-5; Ul: lh. 3c)
1. Bersorak-soraklah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
2. Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita; kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
3. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya, dan pujilah nama-Nya!
4. Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-menurun.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Alleluya.

Kekayaan dunia bukanlah jaminan untuk memperoleh keselamatan di dalam Allah. Harta yang melimpah dapat membuat kita menjadi tamak dan tidak dapat menyelamatkan jiwa dari murka Allah. Penyerahan diri kepada Allah itulah yang membahagiakan jiwa.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:13-21)

Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah seorang dari mereka berkata kepada Yesus, “Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku.” Tetapi Yesus menjawab, “Saudara, siapa yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?” Kata Yesus kepada orang banyak itu, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu.” Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, ‘Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku’. Lalu katanya, ‘Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum serta barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!’ Tetapi Allah bersabda kepadanya, ‘Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?’ Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami

Renungan

Tuhan mengizinkan kita untuk bekerja dan memiliki kekayaan. Namun, kita perlu ingat bahwa kekayaan itu bukan tujuan utama. Kekayaan hanya sekadar sarana untuk mencapai kebahagiaan hidup. Kekayaan itu adalah milik Tuhan yang dipercayakan kepada kita. Kita menjadi penyalur kekayaan Tuhan bagi kesejahteraan hidup bersama. Sudahkah kita berbagi dengan sesama? Atau sebaliknya, apakah hidup kita tidak bahagia karena pelit dan kikir?

Doa Malam

Allah yang kaya dengan rahmat, sebelum beristirahat, tak henti-hentinya kami bersyukur atas kasih-Mu yang telah kami terima sepanjang hari ini. Kasih-Mu yang menguatkan, meneguhkan, menyemangati dan mengobarkan semangat kami dalam melakukan segala kegiatan dan pelayanan kami hari ini. Kami juga mengucap syukur kepada-Mu atas bimbingan yang kami terima lewat firman-Mu. Bimbinglah kami selalu, ya Allah, agar kami tidak tergoda untuk mengejar kekayaan jasmani, sementara Engkau sendiri menawarkan kepada kami kekayaan rohani yang tidak dapat dimakan ngengat atau dicuri orang. Ajar kami terus, ya Allah, agar kami menjadi anak-anak-Mu yang kaya di hadapan-Mu, yang selama hidup di dunia ini tidak menimbun harta bagi diri sendiri melainkan mau berbagi dengan sesama yang membutuhkan dan berkekurangan. Jadikan kami sebagai penyalur kekayaan rahmat-Mu, ya Allah, sehingga kesejahteraan hidup semakin dirasakan oleh banyak orang. Doa ini kami mohon kepada-Mu, dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

RUAH

Pesan Bapa Suci, Paus Benediktus XVI untuk Hari Misi Sedunia 2012

“Dipanggil Untuk Memancarkan Sabda Kebenaran”
(Surat Apostolik Porta Fidei, no. 6)

Saudara-saudari yang terkasih,

Tahun ini perayaan Hari Misi Sedunia memiliki arti yang sangat khusus. Peringatan 50 tahun dimulainya Konsili Vatikan II dan pembukaan Tahun Iman serta Sinode para Uskup dengan tema Evangelisasi Baru, membantu menegaskan kembali keinginan Gereja untuk terlibat dengan keberanian dan semangat yang lebih besar dalam missio ad gentes (perutusan kepada bangsa-bangsa) agar Injil dapat mencapai seluruh ujung bumi.

Konsili Vatikan II, yang melibatkan para Uskup Katolik dari seluruh penjuru bumi, merupakan suatu tanda yang benar-benar memancarkan universalitas Gereja, karena untuk pertama kalinya konsili menyambut sejumlah besar Bapa-bapa Konsili dari Asia, Afrika, Amerika Latin dan Oseania. Mereka tersebar di tengah bangsa-bangsa non-Kristen: para uskup misionaris dan para uskup pribumi, serta para imam dari pelbagai jemaat Kristiani, hadir dalam Konsili Vatikan II sebagai suatu gambaran Gereja yang hadir di semua benua. Kehadiran mereka dipahami sebagai realitas yang sangat kompleks dari apa yang kemudian disebut “Dunia Ketiga”. Diperkaya oleh pengalaman-pengalaman mereka sebagai gembala-gembala Gereja, mereka yang masih muda dan yang sedang dalam proses pembinaan, digerakkan oleh semangat untuk menyebar-luaskan Kerajaan Allah. Mereka semua memberikan kontribusi yang sangat penting untuk menegaskan kembali kebutuhan dan urgensi penginjilan kepada bangsa-bangsa, dan dengan demikian menempatkan kodrat Gereja yang misioner sebagai pusat eklesiologinya.

Eklesiologi Misioner

Sesungguhnya, visi Eklesiologi Misioner tersebut hingga kini masih sahih berlaku, bahkan telah menghasilkan buah-buah refleksi teologis dan pastoral yang luar biasa. Dan pada saat yang sama, refleksi teologis-pastoral tersebut disajikan dengan urgensitas yang baru karena jumlah orang yang tidak mengenal Kristus semakin bertambah: “Jumlah orang yang menantikan Kristus masih sangat besar”, demikian kata Beato Yohanes Paulus II dalam Ensikliknya Redemptoris Missio (RM), yang berbicara tentang mandat (perintah) misioner yang kekal dan sahih, seraya menambahkan: “kita tidak boleh berpuas diri ketika kita melihat jutaan saudara-saudari kita, yang sama seperti kita telah ditebus oleh Darah Kristus, namun hidup dalam ketidaktahuan tentang Kasih Allah” (no. 86). Dalam mempromulgasikan Tahun Iman ini, saya juga menulis bahwa “hari ini, sama seperti di masa lalu, Dia (Kristus) mengutus kita melalui jalan-jalan raya dunia untuk mewartakan Injil-Nya kepada seluruh bangsa di bumi” (Surat Apostolik Porta Fidei, no. 7). Tugas perutusan tersebut, sebagaimana telah dikatakan oleh Hamba Allah, Paus Paulus VI, dalam Anjuran Apostolik-nya Evangelii Nuntiandi, “bukanlah sumbangsih mana-suka dari Gereja, melainkan merupakan tugas yang melekat pada dirinya oleh karena perintah Tuhan Yesus sendiri, supaya orang percaya dan diselamatkan. Pesan ini wajib dan unik. Pesan ini tak tergantikan” (no. 5). Oleh karena itu kita perlu menemukan kembali semangat kerasulan yang sama seperti yang dialami oleh Jemaat Kristen perdana, yang meskipun kecil dan tak berdaya, mampu – melalui pewartaan dan kesaksian mereka – menyebarkan Injil ke – yang pada waktu itu dikenal sebagai – seluruh dunia.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan, kalau Konsili Vatikan II dan Magisterium Gereja berikutnya menekankan mandat misioner ini dengan cara yang sangat istimewa, yaitu mandat yang dipercayakan oleh Kristus kepada para murid-Nya dan yang harus menjadi komitmen seluruh Jemaat Allah: para uskup, para imam, para diakon, para biarawan-biarawati dan kaum awam. Tugas mewartakan Injil di setiap sudut dunia, terutama bagi para uskup yang sedang memangku jabatannya, bertanggung-jawab secara langsung terhadap tugas penginjilan di dunia ini, baik sebagai anggota Konferensi Waligereja maupun sebagai gembala Gereja partikular. Bahkan, mereka itu “telah ditahbiskan bukan hanya untuk keuskupan tertentu saja, melainkan untuk keselamatan seluruh dunia” (Beato Yohanes Paulus II, Ensiklik Redemptoris Missio, no. 63), mereka adalah para “pewarta iman, yang membawa murid-murid baru kepada Kristus “(bdk. Ad Gentes, no. 20) dan mereka harus “menampilkan jiwa dan semangat misioner Umat Allah, sehingga seluruh jemaat keuskupan menjadi misioner” (ibid, no. 38).

Prioritas Penginjilan

Tugas memberitakan Injil bagi seorang gembala tidaklah selesai hanya dengan menaruh perhatian pada umat Allah yang reksa pastoralnya dipercayakan kepadanya atau cukup dengan mengutus para imamnya atau kaum awam Fidei Donum-nya. Melainkan tugas ini harus melibatkan seluruh aktivitas Gereja lokal, di semua sektornya, singkatnya, seluruh keberadaan dan aktivitas Gereja lokal. Konsili Vatikan II dengan jelas menunjukkan hal ini dan Magisterium berikutnya menegaskan kembali hal yang sama secara kuat. Hal ini memerlukan keselarasan gaya hidup, perencanaan pastoral dan organisasi keuskupan yang teratur karena dimensi yang paling fundamental dari keberadaan Gereja tersebut, khususnya di dalam dunia kita yang terus berubah. Dan ini juga berlaku bagi Lembaga-lembaga Hidup Bakti dan Serikat-serikat Hidup Kerasulan, serta bagi gerakan-gerakan gerejani lainnya. Artinya, seluruh bagian dari mosaik besar Gereja harus merasa dipanggil dan dihadapkan pada suatu pertanyaan yang berkaitan dengan tugas memberitakan Injil, agar Kristus dapat diwartakan di mana saja. Kami para pastor, para biarawan-biarawati dan seluruh umat beriman dalam Kristus, harus mengikuti jejak Rasul Paulus, sebagai “orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah” (Ef 3:1), yang bekerja, menderita dan berjuang untuk membawa Injil bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (cf. Kol 1:24-29), tanpa kenal lelah, tanpa kenal waktu atau tanpa sarana apapun untuk membuat Pesan Kristus semakin dikenal.

Juga dewasa ini tugas perutusan kepada bangsa-bangsa (missio ad gentes) harus menjadi horizon dan paradigma yang berkelanjutan bagi setiap usaha gerejani, karena jati diri Gereja itu sendiri dibangun oleh iman kepada Misteri Allah yang mewahyukan Diri-Nya dalam diri Kristus untuk membawa keselamatan bagi kita, dengan memberi kesaksian dan mewartakan tentang Dia kepada dunia sampai Dia datang. Sama seperti Santo Paulus, kita harus memberi perhatian kepada mereka yang jauh, kepada mereka yang belum mengenal Kristus atau yang belum mengalami kebapaan Allah, dengan kesadaran bahwa “kerjasama misioner itu meliputi bentuk-bentuk baru – bukan hanya bantuan ekonomis, tetapi juga partisipasi langsung” dalam pewartaan Injil (Beato Yohanes Paulus II, Ensiklik RM, no. 82). Perayaan Tahun Iman dan Sinode para Uskup dengan tema Evangelisasi Baru akan menjadi kesempatan yang paling cocok untuk meluncurkan kembali kerjasama misioner, terutama dalam dimensi kedua ini.

Iman dan Pewartaan

Semangat untuk mewartakan Kristus juga mendorong kita untuk membaca sejarah sehingga dapat memahami aneka persoalan, cita-cita dan harapan-harapan umat manusia yang harus disembuhkan, dimurnikan dan dipenuhi oleh Kristus dengan kehadiran-Nya. Pesan-Nya selalu tepat waktu, jatuh tepat di jantung sejarah dan mampu menjawabi kegelisahan yang paling dalam dari setiap manusia. Karena alasan inilah maka semua anggota Gereja harus menyadari bahwa “betapa luas cakrawala misi Gereja dan betapa kompleksnya kondisi dewasa ini untuk menemukan cara-cara baru untuk mengkomunikasikan Firman Allah secara efektif” (Paus Benediktus XVI, Pasca-sinode Anjuran Apostolik Verbum Domini, no. 97). Tuntutan ini, pertama-tama merupakan suatu kesetiaan kepada iman yang diperbaharui baik secara pribadi maupun secara komunitas terhadap Injil Yesus Kristus, “terutama pada era perubahan yang sangat mendalam dalam diri manusia sebagaimana yang sedang mereka alami dewasa ini” (Surat Apostolik, Porta Fidei, no. 8).


Sejatinya, salah satu kendala terhadap semangat untuk berevangelisasi adalah krisis iman. Krisis ini tidak hanya mendera dunia Barat, tapi juga ternyata telah mendera sebagian besar umat manusia, yang justru sedang mengalami lapar dan haus akan Allah. Karena itu haruslah dihadirkan dan dibawakan roti dan air hidup, seperti seorang perempuan Samaria yang pergi ke sumur Yakub dan bercakap-cakap dengan Kristus. Sebagaimana dikisahkan oleh Penginjil Yohanes, cerita tersebut sangat menarik (bdk. Yoh 4:1-30): perempuan itu bertemu dengan Kristus, yang meminta minum dari padanya. Tetapi kemudian Yesus berbicara kepadanya tentang air baru yang dapat memuaskan dahaga untuk selama-lamanya. Pada awalnya perempuan itu tidak memahami, karena dia berada pada tingkat makna material saja. Tetapi perlahan-lahan perempuan itu dibimbing oleh Tuhan untuk mengalami suatu peziarahan iman yang menghantar perempuan itu mengenal Diri-Nya sebagai Mesias. Dan St. Agustinus mengatakan tentang hal ini: “setelah menerima Kristus Tuhan dalam hatinya, apa lagi yang bisa dilakukan oleh perempuan tadi selain meninggalkan timbanya dan lari ke kampung untuk mewartakan kabar baik?” (Bdk. Homili 15, 30).

Perjumpaannya dengan Kristus sebagai seorang Pribadi yang hidup, yang mampu memuaskan dahaga batin, mau tidak mau menghantar orang kepada keinginan untuk berbagi dengan orang lain tentang sukacita atas kehadiran-Nya dan membuat Diri-Nya semakin dikenal, supaya semua orang dapat mengalami sukacita tersebut. Sangat perlulah untuk memperbarui semangat untuk mengkomunikasikan iman untuk mengembangkan suatu evangelisasi baru bagi jemaat-jemaat dan negara-negara dengan tradisi Kristen yang sangat kuat namun telah kehilangan rujukan dengan Allah sehingga mereka diharapkan dapat menemukan kembali kegembiraan dalam beriman. Perhatian untuk evangelisasi tidak boleh pernah ada di pinggiran kegiatan-kegiatan gerejawi dan kehidupan pribadi orang-orang Kristen. Sebaliknya, evangelisasi harus menjadi karakter utama dalam kesadaran bahwa mereka adalah tujuan dari pewartaan Injil tersebut dan pada saat yang sama, menjadi misionaris-misionaris Injil. Inti dari pewartaan Injil selalu sama: yaitu Kerygma tentang Kristus yang wafat dan bangkit kembali demi keselamatan dunia; Kerygma tentang kasih Allah yang mutlak dan total bagi setiap pria dan wanita, yang mencapai puncaknya pada perutusan Putera Tunggal yang kekal abadi, Tuhan Yesus, yang tidak merasa terhina untuk mengambil kerapuhan kodrat manusiawi kita, mencintai dan menebus kodrat manusiawi yang rapuh itu dari dosa dan kematian melalui pengurbanan Diri di kayu Salib.

Iman kepada Allah, dalam proyek cinta kasih yang terlaksana dalam Kristus, pertama-tama dan terutama adalah suatu hadiah dan rahasia (misteri) yang harus diterima dalam sanubari dan dalam kehidupan dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan. Namun, iman adalah karunia yang diberikan kepada kita untuk dibagikan. Iman adalah suatu bakat yang diterima supaya dapat menghasilkan buah. Iman adalah cahaya yang tidak boleh disembunyikan, melainkan harus menerangi seluruh rumah. Inilah karunia yang telah diperbuat bagi kita dalam kehidupan kita dan yang tidak boleh disimpan hanya untuk diri kita sendiri.

Pewartaan Menjadi Amal Kasih

“Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil!”, demikian seruan Rasul Paulus (1 Kor 9:16). Ayat ini memiliki gaung yang kuat bagi setiap orang Kristen dan bagi setiap jemaat Kristen di seluruh dunia. Kesadaran misioner ini juga telah menjadi unsur alamiah bagi Gereja-gereja di tanah-tanah misi, yang sebagian besar anggotanya masih muda, meskipun mereka sendiri masih membutuhkan para misionaris. Banyak imam, biarawan-biarawati dari berbagai belahan dunia, banyak kaum awam dan bahkan seluruh keluarga meninggalkan negara mereka dan komunitas lokal mereka pergi ke Gereja-gereja lain untuk bersaksi dan mewartakan nama Kristus, di mana manusia menemukan keselamatan di dalam nama-Nya. Perutusan semacam ini merupakan ungkapan persekutuan yang mendalam, berbagi dan beramal di antara Gereja-gereja, supaya setiap pria dan wanita dapat mendengar atau mendengarkan kembali pewartaan yang menyelamatkan dan merayakan sakramen-sakramen, sumber kehidupan sejati.

Bersama dengan tanda iman yang luhur-mulia ini dan yang telah diubah menjadi cinta, saya mengenang kembali dan berterima kasih kepada Serikat-serikat Misioner Kepausan, yang telah menjadi sarana-sarana kerjasama dalam misi universal Gereja di seluruh dunia. Melalui aktivitas Serikat-serikat Misioner Kepausan tersebut, pewartaan Injil menjadi suatu tindakan nyata demi sesama, keadilan bagi yang paling miskin dan pendidikan di kampung-kampung yang terpencil dimungkinkan. Demikian juga bantuan medis di daerah-daerah terpencil, pembebasan dari kemiskinan, rehabilitasi terhadap yang terpinggirkan, dukungan untuk pembangunan masyarakat, solusi terhadap perpecahan suku dan hormat terhadap kehidupan dalam semua tahap-nya, dimungkinkan.

Saudara-saudari yang terkasih, saya mohon pada hari misi evangelisasi bagi bangsa-bangsa (ad gentes), khususnya bagi para pelayan, suatu pencurahan Roh Kudus bagi mereka, agar rahmat Allah memampukan mereka untuk memajukan misi evangelisasi dengan teguh dalam sejarah dunia. Bersama dengan Beato John Henry Newman, saya berdoa: “Ya Tuhan, dampingilah para misionaris-Mu di tanah-tanah misi, taruhlah kata-kata yang benar di bibir mereka dan buatlah jerih payah mereka menghasilkan buah berlimpah.” Semoga Santa Perawan Maria, Bunda Gereja dan Bintang Evangelisasi, menyertai semua misionaris Kabar Sukacita (Injil).

Dari Vatikan, 6 Januari 2012, Pesta Penampakan Tuhan
Paus Benediktus XVI

Keterangan: Terjemahan resmi oleh Karya Kepausan Indonesia (KKI),
d.a. Kantor KWI Jl Cut Mutia 10 Jakarta Pusat.
Hari Minggu Misi Sedunia ke-86 ialah 21 Oktober 2012

MINGGU BIASA XXIX/B - 21 Oktober 2012



MINGGU BIASA XXIX/B - 21 Oktober 2012
Yes 53:10-11; Ibr 4:14-16; Mrk 10:35-45

Sejak zaman dahulu sampai sekarang, selalu saja ada orang yang berhasrat untuk memiliki kedudukan, kekuasaan dan kemuliaan. Kalau, kedudukan dan kekuasaan itu sudah dimiliki, kencenderungannya adalah minta dilayani, bukan melayani. Para rasul, yg sudah mendapat tempat istimewa di hadapan Yesus pun tidak terluput dari kecenderungan ini. Injil hari ini mengisahkan Yohanes dan Yakobus yang menginginkan duduk sebelah-menyebelah dengan Yesus apabila Ia kelak bertahta dalam kemuliaan.

Permintaan dua bersaudara ini kiranya mengacu pada apa yang dikatakan Yesus sebelumnya, bahwa kelak, setelah menderita sengsara, wafat, bangkit dan naik ke surga, Ia akan datang kembali dengan kemuliaan (Mrk 8:28; bdk. Mrk 13:26; 20:22). Selain itu, mereka sendiri pernah menyaksikan bagaimana Yesus dipermuliakan di atas gunung (Mrk 9:2-8). Maka, wajar jika mereka berangan-angan untuk ikut menikmati kemuliaan sorgawi yang dimiliki Yesus. Bukankah kita juga mengharapkan hal yang sama, yakni kelak diperkenankan mengalami kemuliaan abadi di surga?

Yesus sendiri sangat mengerti permintaan Yohanes dan Yakobus tersebut. Tentu saja, Ia juga mengerti harapan kita akan hal yang sama. Maka, Yesus kemudian “ndunungke” permintaan tersebut. Pertama, Ia menegaskan bahwa hal memperoleh kemuliaan abadi itu bukanlah upah tetapi anugerah yang tergantung secara mutlak pada kehendak Bapa (Mrk 10:40). Kita tidak bisa mengandalkan kebaikan dan jasa-jasa kita atau pun amal baik kita untuk mendapatkan kemuliaan surgawi. Bukankah amal kita tidak akan pernah mencukupi – karena ngomelnya lebih banyak daripada ngamalnya? Sekali lagi, kemuliaan abadi adalah anugerah Allah yang diberikan kepada kita, bukan atas dasar jasa dan perjuangan kita tetapi atas dasar kebaikan dan belas kasih Allah kepada kita.

Kedua, Yesus hendak menekankan bahwa masuk surga dan memperoleh kemuliaan surgawi itu tidak boleh dijadikan tujuan dari perjuangan dan amal baik kita. Perjuangan para murid untuk meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Yesus, serta kesediaan untuk menderita demi Dia (Mrk 10:28), pasti akan diganjar dengan kehidupan kekal yang penuh kemuliaan (Mrk 10:30). Namun, janganlah itu dijadikan tujuan. Sebab, kalau demikian halnya, perjuangan dan hal-hal baik yang kita lakukan ujung-ujungnya hanya untuk kepentingan diri kita sendiri.

Misalnya, kita membantu orang lain dengan tujuan supaya masuk surga. Bukanlah itu sama saja kita menjadikan orang lain yang kita bantu itu sebagai kendaraan ke surga bagi kita? Maka, yang ideal adalah kita membantu orang lain sungguh dengan tulus, tanpa diboncengi kepentingan pribadi, sekalipun itu kepentingan rohani (masuk sorga). Sebab, jika demikian halnya, apa bedanya kita dengan orang-orang yang rajin berderma atau membagi-bagikan uang untuk menarik simpati masyarakat sehingga mendukungnya untuk meraih jabatan tertentu? Bukankah itu berarti menjadikan orang lain sebagai kendaraan untuk meraih kedudukan?

Maka, kalau kita membantu/menolong orang lain, hendaknya didorong oleh hati yang tergerak oleh belas kasih dan diarahkan oleh tujuan demi kebaikan orang yang kita tolong itu. Soal masuk surga, itu bisa kita andaikan, bahkan kita pastikan karena sudah dijamin oleh Yesus sendiri. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (Mrk 10:29-30). Karena kehidupan kekal itu sudah dijamin oleh Yesus, maka janganlah kita jadikan tujuan.

Ketiga, Yesus menekankan semangat pelayanan. Karena kemuliaan surgawi adalah anugerah, bukan upah sehingga tidak boleh kita jadikan sebagai tujuan, maka kita harus mengembangkan semangat pelayanan seperti Yesus sendiri. Ia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, bahkan menjadi tebusan bagi banyak orang (Mrk 10:45; bdk. Yes 53:10-11; Ibr 4:15). Dengan karya pelayanan-Nya yang berpuncak pada salib, Yesus menebus kita. Artinya, Ia membebaskan kita dari kuasa dosa dan kematian kekal, serta menjamin kehidupan abadi kita.

Semangat pelayanan yang ditekankan oleh Yesus ini marilah kita hayati dalam setiap sisi kehidupan kita, baik dalam keluarga, di tempat kerja, di tengah masyarakat, dan tentu saja dalam kehidupan menggereja. Kalau semangat pelayanan ini kita terapkan, di mana pun kita berada, kita percaya dunia kita akan menjadi lebih baik. Suasana kemuliaan dan kebahagiaan surgawi yang kita impikan dengan penuh pengharapan, akan terwujud di dunia ini sebelum akhirnya kelak kita mengalaminya setelah kehidupan di dunia ini berakhir. Dengan kata lain, kalau kita menghayati semangat pelayan dengan sungguh-sungguh, itu berarti kita menghadirkan surga dalam keluarga kita, tempat kerja kita, masyarakat kita, dan lingkungan Gereja kita. 

RD. Ag. Agus Widodo

Kobus: Pemerintah yang Melayani (Mrk 10:35-45)




silahkan klik gambar untuk memperbesar

Minggu, 21 Oktober 2012 Hari Minggu Biasa XXIX/B - Hari Minggu Evangelisasi

Minggu, 21 Oktober 2012
Hari Minggu Biasa XXIX/B - Hari Minggu Evangelisasi

Komunitas-komunitas basis Gerejani merupakan daya kekuatan evangelisasi ---- Paus Paulus VI


Antifon Pembuka (Mzm 17:6.8)

Aku berseru kepada-Mu sebab Engkau mendengarkan daku, ya Allah. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah kata-kataku. Jagalah aku bagaikan biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu.

Doa Pagi


Allah Bapa yang Maharahim, Putra-Mu telah rela memanggul kesalahan-kesalahan kami dan rela pula menderita untuk menyelamatkan semua orang. Jiwailah kami dengan semangat-Nya, agar kami pun bersedia memikul beban sesama kami, seperti yang telah dilakukan oleh Dia, Hamba kami sekalian, Tuhan, Pengantara kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa. Amin.


Bacaan dari Kitab Yesaya (53:10-11)

"Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai kurban silih, ia akan melihat keturunannya, dan umurnya akan lanjut."

Tuhan berkehendak meremukkan hamba-Nya dengan kesakitan. Tetapi apabila ia menyerahkan dirinya sebagai kurban penebus silih, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana karena dia. Sesudah kesusahan jiwanya, ia akan melihat terang dan menjadi puas. Sebab Tuhan berfirman: Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, mi = cis, 4/4, PS 815
Ref. Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 33:4-5.18-19.20-22)
1. Sebab Firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan, Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh kasih setia-Nya.
2. Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang bertakwa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya. Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.
3. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan. Dialah Penolong kita dan perisai kita! Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.

Bacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani (4:14-16)

"Marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian."

Saudara-saudara, kita sekarang mempunyai seorang Imam Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Agung yang kita punya, bukanlah imam agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya Ia sama dengan kita! Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do=a, 4/4, Pelog Bem, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mrk 10:45)
Anak manusia datang untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (10:35-45) Singkat: 10:42-45

"Anak manusia datang untuk melayani dan untuk memberanikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang."

Sekali peristiwa Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya, "Guru, kami harap Engkau mengabulkan suatu permohonan kami!" Jawab Yesus kepada mereka, "Apa yang hendak Kuperbuat bagimu?" Mereka menjawab, "Perkenankanlah kami ini duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, seorang di sebelah kanan-Mu dan seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi kata Yesus kepada mereka, "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Sanggupkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" Jawab mereka, "Kami sanggup." Yesus lalu berkata kepada mereka, "Memang, kamu harus meminum cawan yang harus Kuminum, dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan atau kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang yang baginya telah disediakan." Mendengar itu, kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Tetapi Yesus memanggil murid-murid-Nya lalu berkata, "Kamu tahu bahwa orang-orang yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tetapi janganlah demikian di antara kamu! Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Sebab Anak Manusia pun datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami
 
 Renungan

“Saudara-saudari yang terkasih, saya mohon pada hari misi evangelisasi bagi bangsa-bangsa (ad gentes), khususnya bagi para pelayan, suatu pencurahan Roh Kudus bagi mereka, agar rahmat Allah memampukan mereka untuk memajukan misi evangelisasi dengan teguh dalam sejarah manusia. Bersama dengan Beato John Henry Newman, saya berdoa :’Ya Tuhan, dampingilah para misionaris-Mu di tanah-tanah misi, taruhlah kata-kata yang benar di bibir mereka dan buatlah jerih payah mereka menghasilkan buah berlimpah’. Semoga Santa Perawan Maria, Bunda Gereja dan Bintang Evangelisasi, menyertai semua misionaris Kabar Sukacita” (kutipan dari Pesan Paus Benediktus XVI dalam rangka mengenangkan Minggu Evangelisasi atau Misi Sedunia, 6 Januari 2012).

“Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mrk 10:45)

Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan-Nya, Sang Penyelamat Dunia telah rela dengan rendah hati dalam “melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Untuk itu Ia rela menderita, disiksa dan dihina sampai wafat disalibkan di kayu salib, menjadi tontonan banyak orang. Penyaliban merupakan hukuman terberat bagi para penjahat, maka dengan demikian Sang Penyelamat Dunia, meskipun baik, rela diperlakukan sebagai penjahat, tidak mengeluh dan menggerutu. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita memiliki tugas missioner untuk mewartakan kabar baik, apa-apa yang baik, dengan semangat melayani dan rendah hati. Maka marilah kita hidup dan bertindak dengan saling melayani, mempersembahkan tenaga dan waktu kita bagi orang lain, demi kebahagiaan dan keselamatan mereka, tentu saja pertama-tama dan terutama adalah keselamatan jiwa.

“Nyawa” adalah semangat atau gairah, cita-cita dan harapan yang membuat kita bersemangat dan bergairah. Arahkan cita-cita, harapan dan dambaan anda bagi ‘tebusan banyak orang’ atau keselamatan dan kebahagiaan semua orang, tanpa pandang bulu. Kami percaya bahwa anda para suami dan isteri pasti memiliki pengalaman untuk saling menyerahkan ‘nyawa’, saling berbagi cita-cita, harapan dan dambaan serta kemudian bersama-sama melangkah maju untuk mewujudkan cita-cita, harapan dan dambaan yang telah disatukan. Maka kami berharap anda mendidik dan membina anak-anak anda sedini mungkin untuk saling mempersembahkan diri kepada saudara-saudarinya dalam satu keluarga, kakak-adik, dan kemudian diperluas kepada para sahabat dan rekan tetangga maupun rekan belajar atau bekerja.

Sikap mental ‘melayani’ hendaknya juga kita hayati, perdalam dan perkembangkan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Melayani berarti senantiasa berusaha membahagiakan, sebagaimana terjadi dalam diri pelayan yang baik dalam komunitas, keluarga maupun tempat kerja atau tempat tugas. Pelayan yang baik juga tidak pernah mengeluh atau menggerutu ketika mengalami kesulitan, menghadapi tantangan maupun tegoran keras dari orang lain yang harus dilayani. Mengeluh atau menggerutu hemat kami berarti melecehkan atau merendahkan yang lain, dan merasa dirinya yang terbaik. Marilah kita belajar dan meneladan Yesus yang dalam puncak penderitaan-Nya tidak mengeluh dan menggerutu, bahkan mendoakan mereka yang telah membuat-Nya menderita. Kami percaya dalam kehidupan sehari-hari kita pasti menghadapi apa-apa yang tidak sesuai dengan selera pribadi kita, maka hendaknya hal itu dihadapi dan disikapi dengan rendah hati seraya mendoakan mereka yang telah mempersulit hidup dan pelayanan kita. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa mendoakan mereka yang memusuhi kita atau membuat kita tidak enak, menderita, dst… Itulah kiranya salah satu penghayatan panggilan missioner yang dapat dilakukan oleh siapapun dan kapan pun: kerasulan doa. Maka sisipkan doa khusus bagi orang lain dalam doa-doa harian anda, demikian juga dalam Perayaan Ekaristi para imam hendaknya mendoakan orang lain, lebih-lebih mereka yang sedang mengalami kesulitan dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusannya.

“Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibr 4:14-16)

Kutipan di atas ini secara khusus kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi rekan-rekan imam, dan secara umum bagi segenap umat beriman yang juga memiliki panggilan imamat umum. Salah satu ciri khas panggilan imamat adalah sebagai ‘penyalur’: menyalurkan rahmat atau berkat Tuhan bagi sesamanya dan menyalurkan doa, dambaan, kerinduan, harapan dst.. sesamanya kepada Tuhan. Dalam anggota tubuh kita yang kelihatan hemat saya fungsi penyalur yang baik adalah ‘leher’, dimana melalui leher apa yang dibutuhkan oleh seluruh anggota tubuh, yaitu makanan dan minuman serta udara segar lewat. Apa yang diterima oleh leher langsung diteruskan semuanya, tiada sedikitpun yang diambil alias dikorupsi. Leher juga tidak pernah dapat menikmati makanan dan minuman yang lewat, tak pernah berfungsi menyakiti. Sementara anggota tubuh lain yang kelihatan beristirahat, leher tetap bekerja atau berfungsi sebagai penyalur, yaitu penyalur udara segar.

Marilah kita berpartisipasi dalam kelemahan-kelemahan saudara-saudari kita, dan senantiasa siap sedia untuk dicobai dalam rangka berfungsi sebagai penyalur rahmat atau berkat Allah maupun doa, dambaan dan kerinduan umat Allah. Biarlah kehadiran dan sepak terjang kita di antara saudara-saudari kita dapat menjadi kasih karunia bagi mereka. Memang untuk itu kita senantiasa diharapkan hidup bersatu dan bersama dengan Allah dalam situasi dan kondisi macam apapun dan dimana pun. Menghayati panggilan imamat hemat saya kita harus sungguh hadir dalam kebersamaan hidup umat Allah, seraya mendengarkan dengan rendah hati suka-duka umat Allah, dan kemudian kita tanggapi suka-duka umat Allah sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada pada diri kita.

“TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul” (Yes 53:10-11).
Setia menghayati panggilan imamat hemat saya tak akan terlepas dari hati dan jiwa yang disakiti oleh orang lain atau hati dan jiwa kita harus bersusah karena dosa dan kekurangan orang lain. Hati dan jiwa kita akan segera puas dan bahagia jika kita juga segera membantu orang-orang berdosa dan berkekurangan, sebaliknya jika kita diam saja berarti kita akan tetap sedih hati dan hancur jiwa kita. Kami harapkan kita lebih baik disakiti hati dan jiwa kita karena kesetiaan pada panggilan imamat daripada menyakiti hati dan jiwa orang lain karena egoisme dan kemunafikan kita. Ciri khas seorang utusan antara lain memang disakiti, dicemooh dan mungkin juga kurang diperhatikan.

“Aku mau menyanyikan syukur kepada-Mu dalam jemaah yang besar, di tengah-tengah rakyat yang banyak aku mau memuji-muji Engkau. Janganlah sekali-kali bersukacita atas aku orang-orang yang memusuhi aku tanpa sebab, atau mengedip-ngedipkan mata orang-orang yang membenci aku tanpa alasan.Karena mereka tidak membicarakan damai, dan terhadap orang-orang yang rukun di negeri mereka merancangkan penipuan,” (Mzm 35:18-20)

21 Oktober 2012 - Ign Sumarya, SJ

Sabtu, 20 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XXVIII

Sabtu, 20 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXVIII

Ketika Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, Putera Allah yang hidup, berkatalah Yesus kepadanya: "Bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang ada di surga" (Mat 16:17) Bdk. Gal 1:15; Mat 11:25.. Iman adalah satu anugerah Allah, satu kebajikan adikodrati yang dicurahkan oleh-Nya. "Supaya orang dapat percaya seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan 'pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran'" (DV 5). ~ Katekismus Gereja Katolik, 153

Antifon Pembuka (Mzm 8:2)

Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulia nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu luhur mengatasi langit.

Doa Pagi

Allah Bapa yang Mahamulia, berilah kami Roh Hikmat untuk mengenal Engkau dengan benar. Semoga mata kami melihat Terang-Mu menerangi langkah laku hidup kami sepanjang hari ini. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Rasul Paulus mendoakan kita dalam rasa syukur kepada-Nya. Doa dari seorang saudara memberikan kekuatan untuk berkembang sebagai tubuh Kristus. Bersyukurlah senantiasa dalam kesatuan dengan Kristus yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (1:15-23)

"Allah mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya dalam surga."

Saudara-saudara, aku telah mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu kepada semua orang kudus. Maka aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kalian, dan dalam doaku kalian selalu kukenangkan. Kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mahamulia, aku mohon supaya kalian diberi-Nya Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar; supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kalian mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya, yaitu betapa kaya kemuliaan yang dijanjikan akan diwarisi oleh orang-orang kudus dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya. Kekuatan itu sesuai dengan daya kuasa Allah yang berkarya dalam Kristus, yakni kuasa yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati serta menempatkan Dia di sisi kanan Allah dalam surga. Di situ Kristus jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa, kekuasaan dan kerajaan serta tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan saja di dunia ini, melainkan juga di dunia yang akan datang. Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan Allah kepada Jemaat sebagai kepala dari segala yang ada. Jemaat itulah tubuh-Nya, yakni kepenuhan diri-Nya, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 832.
Ref. Betapa megah nama-Mu, Tuhan, di seluruh bumi.
Ayat. (Mzm 8:4-5.6-7.8-9; R: 2a)
1. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau pasang. Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kau mahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan dibawah kakinya.
3. Domba, sapi, dan ternak semuanya, hewan di padang dan margasatwa, burung di udara dan ikan di laut, dari semua yang melintasi arus lautan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. Roh Kebenaran akan memberi kesaksian tentang Aku, dan kalian pun harus memberi kesaksian, sabda Tuhan.

Kesaksian akan Allah Tritunggal adalah panggilan hidup kita. Janganlah kita mengorbankan iman kita demi tawaran dunia yang menggoda kita. Janganlah takut membela iman karena Roh Kudus ada di dalam diri kita.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:8-12)

"Roh Kudus akan mengajarkan kepadamu apa yang harus kamu katakan."

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Barangsiapa mengakui Aku di depan manusia, akan diakui pula oleh Anak Manusia di depan para malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal pula di depan para malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni. Tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, tidak akan diampuni. Apabila kalian dihadapkan kepada majelis atau pemerintah, atau penguasa, janganlah kalian kuatir bagaimana dan apa yang harus kalian katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajarkan kepadamu apa yang harus kalian katakan.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Orang tua merasa sedih bila kita tidak mengakuinya sebagai orang tua kita. Barangkali kita merasa malu, takut, atau merasa terancam. Lebih parah bila kita menjauh dan menutup pintu komunikasi dengan mereka. Putusnya komunikasi akan mengakibatkan hubungan tidak sehat. Demikian juga halnya hubungan kita dengan Tuhan. Mengapa kita mesti malu mengakui iman kita dalam hidup sehari-hari? Mari kita kalahkan rasa takut dan kemalasan kita!

Doa Malam

Yesus, jauhkanlah dariku untuk menyangkal Engkau di depan manusia. Jagalah pintu bibirku supaya hanya yang baik, benar dan suci yang kuucapkan. Sebab Engkaulah Juruselamatku. Amin.


RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy