| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kamis, 25 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XXIX

Kamis, 25 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXIX

“Roh Kudus sungguh merupakan pelaku utama dari seluruh tugas perutusan Gereja” (Paus Paulus VI)

Antifon Pembuka (Mzm 33:11-12)

Rencana Tuhan tetap selamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya.

Doa Pagi

Bapa yang Mahapengasih, dalam semangat syukur, kami turut berdoa bersama St. Paulus bagi kesejahteraan umat-Mu yang memulai kegiatan dalam hidup mereka. Semoga kami semua semakin kuat berakar dalam Putera-Mu dan mewujudnyatakan lewat hidup kami. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.

Rasul Paulus menegaskan bahwa kasih Tuhan menguatkan dan meneguhkan iman kita. Kasih terungkap dengan saling mendoakan satu sama lain. Dengan demikian kasih-Nya hadir dan menyertai hidup kita. Muliakanlah Allah dengan berbuat kasih kepada sesama.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (Ef 3:14-21)

"Semoga kalian berakar dan beralas dalam kasih, dan dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah."

Saudara-saudara, aku bersujud di hadapan Bapa, pokok segala keturunan di surga dan di bumi. Aku berdoa supaya seturut kekayaan kemuliaan-Nya Ia menguatkan dan meneguhkan kalian oleh Roh yang di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu, Kristus diam di dalam hatimu, dan kalian berakar dan beralas dalam kasih. Aku berdoa supaya kalian bersama dengan semua orang kudus dapat memahami betapa lebarnya dan panjangnya, dan betapa tinggi dan dalamnya kasih Kristus; juga supaya kalian dapat mengenal kasih itu, sekalipun melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa semoga kalian dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Dia sanggup melakukan jauh lebih banyak daripada yang dapat kita doakan atau kita pikirkan, seperti ternyata dari kuasa yang bekerja dalam diri kita. Bagi Dialah kemuliaan di dalam Jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun temurun sampai selama-lamanya. Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 833
Ref. Kita memuji Allah kar'na besar cinta-Nya.
Ayat. (Mzm 33:1-2.4-5.11-12.18-19; R: 22)
1. Bersorak-sorailah dalam Tuhan, hai orang-orang benar! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang jujur. Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali!
2. Sebab firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia-Nya.
3. Tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya!
4.Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takwa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya; Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.

Bait Pengantar Injil, do = g, 4.4, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Segala sesuatu kuanggap sebagai sampah, supaya aku memperoleh Kristus dan berada dalam Dia.

Kristus menegaskan bahwa rahmat baptis menuntun orang untuk mengutamakan kehendak Allah dan bukan kehendak pribadi. Iman Kristen memurnikan ego agar kita setia pada-Nya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:49-53)

"Aku datang bukannya membawa damai, melainkan pertentangan."

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala! Aku harus menerima baptisan dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu berlangsung! Kalian sangka Aku datang membawa damai ke bumi? Bukan! Bukan damai, melainkan pertentangan! Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, bapa melawan puteranya, dan putera melawan bapanya, ibu melawan puterinya, dan puteri melawan ibunya, ibu mertua melawan menantu, dan menantu melawan ibu mertuanya."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Besi baja bisa meleleh karena panas api. Panas air yang mendidih mampu melunakkan wortel yang keras. Jadi, api mempunyai daya pengubah yang luar biasa. Panas nyala api bisa juga memberikan semangat yang berkobar-kobar. Itulah misi Yesus datang ke tengah dunia. Kehadiran Yesus menjadi api yang membarui cara hidup orang beriman. Orang yang taat kepada-Nya akan selamat. Sebaliknya, mereka yang tidak menaati-Nya akan terbakar dan binasa.

Doa Malam

Yesus, hari ini Engkau menyadarkan aku bahwa hidup ini merupakan perjuangan yang mesti aku tanggapi dan lalui dalam semangat Injil laksana api. Ampunilah ya Yesus, atas kelambanan hatiku yang kurang berjuang membela kasih dan syukur atas bimbingan-Mu hari ini. Amin.


RUAH

Rabu, 24 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XXIX

Rabu, 24 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXIX

Setiap doa yang otentik itu didorong oleh Roh Kudus, yang hadir secara ajaib di dalam hati setiap manusia --- Paus Yohanes Paulus II


Antifon Pembuka (Yes 12:4)

Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya, beritahukanlah karya-Nya di antara para bangsa, masyhurkanlah bahwa nama-Nya tinggi luhur.

Doa Pagi

Allah Bapa kami di surga, kami bersyukur karena Engkau selalu mendengarkan doa kami. Berilah kami semakin hari semakin mamahami kehendak-Mu. Jadikanlah kami umat-Mu yang saling membahagiakan satu sama lain serta tidak buta terhadap penderitaan di sekitar kami demi Yesus Putra-Mu, penuntun kehidupan kami sepanjang masa.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (3:2-12)

"Rahasia Kristus kini telah diwahyukan dan para bangsa menjadi pewaris perjanjian."

Saudara-saudara, kalian telah mendengar, tentang tugas penyelenggaran kasih karunia Allah yang telah dipercayakan kepadaku demi kalian, yaitu bagaimana rahasianya telah dinyatakan kepadaku melalui wahyu seperti yang pernah kutulis dengan singkat. Apabila kalian membacanya, kalian dapat mengetahui pengertianku mengenai rahasia Kristus. Pada zaman angkatan-angkatan dahulu rahasia itu tidak diberitakan kepada umat manusia, tetapi sekarang dinyatakan dalam Roh kepada para rasul dan para nabi-Nya yang kudus. Berkat pewartaan Injil orang-orang bukan Yahudi pun turut menjadi ahli waris, menjadi anggota-anggota tubuh serta peserta dalam janji yang diberikan Kristus Yesus. Dan aku telah menjadi pelayan Injil itu menurut pemberian kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan karya kekuasaan-Nya. Sebenarnya aku ini orang yang paling hina di antara segala orang kudus. Tetapi kepadaku telah dianugerahkan kasih karunia untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus yang tidak terduga itu. Aku diutus menyatakan apa isi rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, pencipta segala sesuatu. Maksudnya supaya sekarang ini pelbagai ragam hikmat Allah diberitahukan oleh jemaat kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di surga, sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan Allah dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan menghadap kepada Bapa dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = c, 4/4, PS 864.
Ref. Tuhan Dikaulah sumber air hidup.
Ayat. (Yes 12:2-3.4bcd.5-6)
1. Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya denagn tidak gemetar; sebab Tuhan Allah itu kekuatan dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.
2. Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya, beritahukanlah karya-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah bahwa nama-Nya tinggi luhur!
3. Bermazmurlah bagi Tuhan, sebab mulialah karya-Nya! Baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi! Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung ditengah-tengahmu!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Mat 24:44)
Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:39-48)

"Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut darinya."

Pada suatu ketika berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, "Camkanlah ini baik-baik! Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kalian juga siap sedia, karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tak kalian sangka-sangka." Petrus bertanya, "Tuhan, kami sajakah yang Kaumaksud dengan perumpamaan ini ataukah juga semua orang?" Tuhan menjawab, "Siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk membagikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya, ketika tuan itu datang. Aku berkata kepadamu: Sungguh, tuan itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Tetapi jika hamba itu jahat dan berkata dan berkata dalam hatinya, 'Tuanku tidak datang-datang.' Lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, pria maupun wanita, dan makan minum serta mabuk, maka tuannya akan datang pada hari yang tidak disangka-sangkanya dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan tuan itu akan membunuh dia serta membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut daripadanya. Dan barangsiapa dipercaya banyak, lebih banyak lagi yang dituntut daripadanya."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Bayangkan kalau kita sebagai orangtua yang mempunyai seorang anak yang sangat pandai, mempunyai banyak bakat dan keahlian yang kita sekolahkan sampai setinggi-tingginya, pasti kita akan berharap sangat banyak dari padanya untuk bisa berbuat banyak untuk hidupnya sendiri dan untuk orangtua dan saudara-saudaranya. Berlawanan dengan bila kita mempunyai seorang anak yang penuh keterbatasan baik secara fisik maupun intelektual ataupun emosional, pasti kita tidak akan berharap banyak atau bahkan tidak berharap apa-apa padanya.

Bapa di surga-pun akan demikian, Dia akan berharap pada setiap anak-Nya sesuai dengan kemampuan mereka dalam menyerap kehidupan, mengolah kehidupan. Dia tidak menuntut lebih dari yang kita mampu usahakan, tetapi satu yang Dia minta dari kita adalah KESETIAAN dalam menjalankan tugas kita "Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang".

Bagaimana dengan Anda dan saya? Sudahkah kita 'setia' dengan tugas kita sehari-hari? Sudahkah kita akan menjadi hamba yang berbahagia ketika Dia datang? Mari kita merenungkannya.

Allah Bapa, mampukan aku untuk menuntaskan semua tugasku di dunia ini dengan sungguh baik. Amin.

Renungan Harian Mutiara Iman 2012

Selasa, 23 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XXIX

Selasa, 23 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXIX

“Kalau saya akan menggantungkan diri kepada-Mu dengan seluruh kepribadianku, maka tidak akan ada lagi kesedihan dan kesusahan yang meresahkan aku” (St. Agustinus)

Antifon Pembuka (Ef 2:20)

Kalian dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

Doa Pagi

Tuhan Yesus, syukur atas hari baru, semangat baru dan kesehatan yang boleh kami alami. Terlebih atas siraman kasih-Mu yang telah mendamaikan kami dengan Bapa melalui pengorbanan-Mu di salib, sehingga kami boleh memanggil Allah menjadi Bapa kami. Tambahkanlah iman kami menuju hidup kekal dalam kasih Bapa, Engkau dan Roh Kudus. Amin.

Karena dosa, orang dijauhkan dari keselamatan. Akan tetapi, berkat darah Kristus yang ditumpahkan untuk menebus dosa manusia, orang tersebut memperoleh kembali tawaran kasih Allah.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus ( 2:12-22)

"Kristuslah damai sejahtera kita yang mempersatukan kedua belah pihak."

Saudara-saudara, ingatlah bahwa kalian dahulu tanpa Kristus. Waktu itu kalian tidak termasuk warga umat Allah dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan. Waktu itu kalian tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dunia. Tetapi sekarang dalam Kristus Yesus, kalian yang dahulu jauh, sudah menjadi dekat oleh darah Kristus. Dialah damai sejahtera kita, yang mempersatukan kedua belah pihak, dan yang telah merobohkan tembok pemisah, yaitu permusuhan. Sebab dengan wafat-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru dalam diri-Nya. Dengan demikian Ia mengadakan damai sejahtera. Dalam satu tubuh Ia memperdamaikan keduanya dengan Allah oleh salib dan mengakhiri permusuhan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kalian yang jauh dan kepada mereka yang dekat. Sebab oleh Dia kita, kedua pihak, beroleh jalan masuk kepada Bapa dalam satu Roh. Demikianlah kalian bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan sewarga dengan orang kudus dan anggota keluarga Allah. Kalian dibangun atas dasar para rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di atas Dia tumbuhlah seluruh bangunan yang rapih tersusun menjadi bait Allah yang kudus dalam Tuhan. Di atas Dia pula kalian turut dibangun menjadi kediaman Allah dalam Roh.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya.
Ayat. (Mzm 85:9ab-10.11-12.13-14)
1. Aku ingin mendengar apa yang hendak difirmankan Allah! Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya? Sungguh, keselamatan dari Tuhan dekat pada orang-orang takwa, dan kemuliaan-Nya diam di negeri kita.
2. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan berpelukan. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan merunduk dari langit.
3. Tuhan sendiri akan memberikan kesejahteraan, dan negeri kita akan memberikan hasil. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan damai akan menyusul di belakang-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, agar kalian tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.

Kesiapsediaan itu tak kenal kompromi. Kita diingatkan untuk siap sedia menyambut kedatangan Tuhan. Kesediaan diri yang total dan setia pada Allah, akan mendatangkan berkat bagi hidup kita.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:35-38)

"Berbahagialah hamba yang didapati tuannya sedang berjaga."

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Hendaklah kalian seperti orang yang menanti-nantikan tuannya pulang dari pesta nikah, supaya jika tuannya datang dan mengetuk pintu, segera dapat dibukakan pintu. Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang berjaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu, Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah para hamba itu.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Hidup kita itu dinamis dan mengalami perkembangan. Hari ini lebih baik dari hari kemarin. Besok lebih baik dari hari ini. Perjuangan ini perlu kita usahakan dengan sekuat tenaga. Tuhan tidak terlalu menuntut hasil yang cemerlang. Tuhan lebih menghargai usaha keras kita dan kesetiaan untuk mengembangkan diri dan sesama. Jadi, kita mesti terus berusaha proaktif membarui diri. Inilah semangat pertobatan terus menerus yang disukai Tuhan.

Doa Malam

Bapa, hari ini akan berlalu dan kami hendak beristirahat malam. Namun buatlah hati kami tetap berjaga untuk menyongsong kedatangan Putera-Mu di setiap saat. Semoga kasih-Mu menguatkan iman, harapan dan kasih kami kepada-Mu. Amin.


RUAH

Bacaan Harian 22 - 28 Oktober 2012

Bacaan Harian 22 - 28 Oktober 2012

Senin, 22 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).
Ef 2:1-10; Mzm 100:2.3.4.5; Luk 12: 13-21.

Tak bisa dipungkiri, pikiran kita sering berkutat untuk terus mengejar “harta duniawi”. Tak ada yang salah dengan itu! Namun Yesus menandaskan: “Berjaga-jagalah dan waspadalah dengan segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu.” Melalui perumpamaan tentang orang kaya yang berlimpah hasil tanahnya dan terus menumpuk untuk dirinya sendiri demi kepuasan jiwanya, Yesus dengan keras mengingatkan bahwa terhadap orang kaya seperti itu, Allah akan berkata: “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah itu nanti?” Begitulah kalau kita cuma asyik menumpuk “harta duniawi” dan lupa memberikan “harta” yang tepat bagi jiwa. Agaknya, kita memang harus berjuang untuk menjadi kaya di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia!

Selasa, 23 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 2:12-22; Mzm 85:9ab-10.11-12.13-14; Luk 12:35-38

Yesus mengajarkan supaya pinggang para murid-Nya tetap berikat (berjaga-jaga, siap sedia) dan pelita tetap menyala (hidup selalu bersinar), supaya saat tuan datang dan mengetok pintu, para murid segera membuka pintu bagi sang tuan. Yesus menyebut para hamba yang selalu berjaga-jaga dan siap sedia ini sebagai orang yang berbahagia, karena pada saat tuannya datang, sang tuan akan menjamu dan melayani mereka. Berjaga-jaga berarti semakin memperkuat diri dengan iman yang dalam, harapan yang pasti, dan kasih yang ikhlas. Itu semua akan menjadi perisai yang dapat membuat kita bertahan dalam cobaan dan godaan, yang kemudian mengantar kita pada kehidupan yang berkelimpahan.

Rabu, 24 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 3:2-12; MT Yes 12:2-3.4bcd.5-6; Luk 12:39-48

Sebagai murid-murid Yesus kita semua adalah pengurus rumah yang diangkat khusus untuk melaksanakan tugas memberikan makanan pada waktunya kepada hamba-hamba lain. Kita disebut berbahagia, jika pada saat Anak Manusia datang, nyatanya kita sedang menjalankan tugas itu. Sebaliknya, jika pada saat Anak Manusia datang, kita asyik bersenang-senang dan lupa akan tugas itu, kita akan senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Dan yang perlu diingat, kita tidak tahu kapan itu waktunya. Yesus mengatakan: ”Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.” Maka, jelas sudah, kalau mau sungguh berbahagia, ”pelita” kita harus menyala setiap saat, tugas ”memberi makan” itu harus senantiasa kita jalankan di sepanjang hidup kita. Nah, tengoklah di sekitar kita, adakah hamba-hamba-Nya yang membutuhkan ”makanan” dari kita? Selamat melaksanakan tugas!

Kamis, 25 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 3:14-21; Mzm 33:1-2.4-5.11-12.18-19; Luk 12:49-53

Yesus tidak menjanjikan damai dalam arti dunia. Menjadi murid Yesus bahkan bisa mendatangkan ”pertentangan” dari orang-orang sekitar atau ”perang” di mata dunia. Yesus menawarkan kebahagiaan sejati dan kebahagiaan itu dapat kita peroleh dengan keberanian untuk melawan arus dunia. Dibutuhkan sikap tegas untuk berpegang pada jalan Yesus, kendati bisa menimbulkan ”perang”. Inilah yang Yesus maksud saat Ia bicara: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.” Nah, tetap setiakah kita menjadi murid Yesus?

Jumat, 26 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 4:1-6; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; Luk 12:54-59.

Dengan segala kemampuan teknologi, manusia mampu meramalkan keadaan bumi cuaca, lalu mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasinya. Tetapi terhadap satu hal yang pasti, manusia seringkali lupa, yaitu: kehidupan hanyalah perjiarahan menuju tempat tinggal abadi. Apa yang sudah kita siapkan? Yesus mengumpamakan, jika kita dengan lawan kita dipanggil oleh pejabat yang berwenang, kita akan berusaha mengatur strategi supaya kita tidak terseret ke pengadilan. Nah, mengapa kita juga tidak mengatur strategi supaya kita tidak masuk ke ”penjara” kehidupan yang sesungguhnya? Ayo, atur strategi hidup kita, supaya kita dapat menghirup ”alam bebas” sejati dalam surga bahagia.

Sabtu, 27 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 4:7-16; Mzm. 122:1-2.3-4a.4b-5; Luk 13:1-9.

Seperti pohon ara yang masih diberi waktu dan kesempatan untuk berbuah, kepada kita juga diberi waktu dan kesempatan untuk bertobat dan menghasilkan buah. Memang, tidak ada kata terlambat, tapi bukan berarti selalu boleh menunda. Sekarang waktunya sebelum tidak ada lagi waktu. Mari berbuah! Biarkan banyak orang menikmati buah-buah kita, karena kalau begitu pada gilirannya kitalah yang akan mendapatkan ”buah yang termanis” untuk kita kecap selama-lamanya.

Minggu, 28 Oktober: Hari Minggu Biasa XXX (H).

Yer 31:7-9; Mzm 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Ibr 5:1-6; Mrk 10:46-52.

Bartimeus buta. Ia duduk di pinggir jalan. Ketika Yesus lewat, dia berteriak “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Orang-orang menghalanginya, tapi ia berteriak lebih kencang lagi sampai tiga kali. Lalu Yesus pun memenuhi harapannya untuk dapat melihat. Nah, seperti Bartimeus, kita pun mungkin berada dalam keadaan “buta rohani”, tak mampu melihat kebenaran. Kita hanya diam dan masih asyik duduk di “pinggir jalan”. Tengoklah, Yesus pun sedang lewat dalam jalan kehidupan kita. Maukah kita berteriak kepadanya untuk mohon belas kasih-Nya seperti yang dilakukan Bartimeus? Maukah kita untuk tidak mundur supaya dapat bertatap muka dengan Yesus meskipun menghadapi halangan? Jika kita dengan setia mau datang kepada-Nya dan mohon belas kasih-Nya, maka bersiaplah menerima rahmat-Nya untuk “melihat” kebenaran dan beroleh hidup dalam kelimpahan.

Oleh: M. Muliady Wijaya - Paroki Regina Caeli, Pantai Indah Kapuk

Senin, 22 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XXIX

Senin, 22 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXIX

Perzinahan, artinya ketidaksetiaan suami-istri --- Katekismus Gereja Katolik, 2380

Antifon Pembuka (Ef 2:4-5)

Allah yang kaya rahmat, telah menghidupkan kita bersama Kristus, sekalipun kita telah mati karena kesalahan-kesalahan kita. Jadi kita diselamatkan karena kasih karunia.

Doa Pagi

Ya Allah, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah membangunkan kami dan membawa terang matahari pagi. Terlebih Engkau membimbing kami kepada terang hati dengan sabda Putra-Mu. Semoga kami dapat mengalahkan kecenderungan kami yang kurang baik. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Kasih karunia Allah menyelamatkan kita dari keinginan-keinginan daging yang penuh pelanggaran dan dosa. Kristus menjadi bukti kebaikan dan cinta Allah pada kita. Oleh karena itu, kita hendaknya mau melakukan perbuatan-perbuatan baik Allah bagi sesama.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (2:1-10)

Saudara-saudara, kalian dahulu sudah mati karena pelanggaran dan dosamu. Kalian hidup di dalamnya karena kalian mengikuti jalan dunia ini, karena kalian mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang kini bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara orang-orang durhaka itu, ketika kami hidup dalam hawa nafsu daging, menuruti kehendak daging serta pikiran yang jahat. Jadi pada dasarnya kita ini orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti yang lain itu. Tetapi terdorong oleh kasih-Nya yang besar, yang telah dilimpahkan kepada kita, Allah yang kaya dengan rahmat telah menghidupkan kita bersama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati karena kesalahan kita. Jadi kalian diselamatkan berkat kasih karunia. Di dalam Kristus Yesus itu Allah telah membangkitkan kita juga dan meberi tempat di surga bersama dengan Dia. Dengan demikian Allah bermaksud di masa yang akan datang menyatakan kasih karunia-Nya yang berlimpah, sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab berkat kasih karunia kalian diselamatkan oleh iman. Keselamatan itu bukanlah usahamu, melainkan pemberian Allah. Jadi keselamatan itu bukanlah hasil pekerjaanmu. Maka jangan sampai ada yang memegahkan diri. Sebab sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 100:2-5; Ul: lh. 3c)
1. Bersorak-soraklah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
2. Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita; kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
3. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya, dan pujilah nama-Nya!
4. Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-menurun.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Alleluya.

Kekayaan dunia bukanlah jaminan untuk memperoleh keselamatan di dalam Allah. Harta yang melimpah dapat membuat kita menjadi tamak dan tidak dapat menyelamatkan jiwa dari murka Allah. Penyerahan diri kepada Allah itulah yang membahagiakan jiwa.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:13-21)

Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah seorang dari mereka berkata kepada Yesus, “Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku.” Tetapi Yesus menjawab, “Saudara, siapa yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?” Kata Yesus kepada orang banyak itu, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu.” Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, ‘Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku’. Lalu katanya, ‘Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum serta barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!’ Tetapi Allah bersabda kepadanya, ‘Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?’ Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami

Renungan

Tuhan mengizinkan kita untuk bekerja dan memiliki kekayaan. Namun, kita perlu ingat bahwa kekayaan itu bukan tujuan utama. Kekayaan hanya sekadar sarana untuk mencapai kebahagiaan hidup. Kekayaan itu adalah milik Tuhan yang dipercayakan kepada kita. Kita menjadi penyalur kekayaan Tuhan bagi kesejahteraan hidup bersama. Sudahkah kita berbagi dengan sesama? Atau sebaliknya, apakah hidup kita tidak bahagia karena pelit dan kikir?

Doa Malam

Allah yang kaya dengan rahmat, sebelum beristirahat, tak henti-hentinya kami bersyukur atas kasih-Mu yang telah kami terima sepanjang hari ini. Kasih-Mu yang menguatkan, meneguhkan, menyemangati dan mengobarkan semangat kami dalam melakukan segala kegiatan dan pelayanan kami hari ini. Kami juga mengucap syukur kepada-Mu atas bimbingan yang kami terima lewat firman-Mu. Bimbinglah kami selalu, ya Allah, agar kami tidak tergoda untuk mengejar kekayaan jasmani, sementara Engkau sendiri menawarkan kepada kami kekayaan rohani yang tidak dapat dimakan ngengat atau dicuri orang. Ajar kami terus, ya Allah, agar kami menjadi anak-anak-Mu yang kaya di hadapan-Mu, yang selama hidup di dunia ini tidak menimbun harta bagi diri sendiri melainkan mau berbagi dengan sesama yang membutuhkan dan berkekurangan. Jadikan kami sebagai penyalur kekayaan rahmat-Mu, ya Allah, sehingga kesejahteraan hidup semakin dirasakan oleh banyak orang. Doa ini kami mohon kepada-Mu, dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

RUAH

Pesan Bapa Suci, Paus Benediktus XVI untuk Hari Misi Sedunia 2012

“Dipanggil Untuk Memancarkan Sabda Kebenaran”
(Surat Apostolik Porta Fidei, no. 6)

Saudara-saudari yang terkasih,

Tahun ini perayaan Hari Misi Sedunia memiliki arti yang sangat khusus. Peringatan 50 tahun dimulainya Konsili Vatikan II dan pembukaan Tahun Iman serta Sinode para Uskup dengan tema Evangelisasi Baru, membantu menegaskan kembali keinginan Gereja untuk terlibat dengan keberanian dan semangat yang lebih besar dalam missio ad gentes (perutusan kepada bangsa-bangsa) agar Injil dapat mencapai seluruh ujung bumi.

Konsili Vatikan II, yang melibatkan para Uskup Katolik dari seluruh penjuru bumi, merupakan suatu tanda yang benar-benar memancarkan universalitas Gereja, karena untuk pertama kalinya konsili menyambut sejumlah besar Bapa-bapa Konsili dari Asia, Afrika, Amerika Latin dan Oseania. Mereka tersebar di tengah bangsa-bangsa non-Kristen: para uskup misionaris dan para uskup pribumi, serta para imam dari pelbagai jemaat Kristiani, hadir dalam Konsili Vatikan II sebagai suatu gambaran Gereja yang hadir di semua benua. Kehadiran mereka dipahami sebagai realitas yang sangat kompleks dari apa yang kemudian disebut “Dunia Ketiga”. Diperkaya oleh pengalaman-pengalaman mereka sebagai gembala-gembala Gereja, mereka yang masih muda dan yang sedang dalam proses pembinaan, digerakkan oleh semangat untuk menyebar-luaskan Kerajaan Allah. Mereka semua memberikan kontribusi yang sangat penting untuk menegaskan kembali kebutuhan dan urgensi penginjilan kepada bangsa-bangsa, dan dengan demikian menempatkan kodrat Gereja yang misioner sebagai pusat eklesiologinya.

Eklesiologi Misioner

Sesungguhnya, visi Eklesiologi Misioner tersebut hingga kini masih sahih berlaku, bahkan telah menghasilkan buah-buah refleksi teologis dan pastoral yang luar biasa. Dan pada saat yang sama, refleksi teologis-pastoral tersebut disajikan dengan urgensitas yang baru karena jumlah orang yang tidak mengenal Kristus semakin bertambah: “Jumlah orang yang menantikan Kristus masih sangat besar”, demikian kata Beato Yohanes Paulus II dalam Ensikliknya Redemptoris Missio (RM), yang berbicara tentang mandat (perintah) misioner yang kekal dan sahih, seraya menambahkan: “kita tidak boleh berpuas diri ketika kita melihat jutaan saudara-saudari kita, yang sama seperti kita telah ditebus oleh Darah Kristus, namun hidup dalam ketidaktahuan tentang Kasih Allah” (no. 86). Dalam mempromulgasikan Tahun Iman ini, saya juga menulis bahwa “hari ini, sama seperti di masa lalu, Dia (Kristus) mengutus kita melalui jalan-jalan raya dunia untuk mewartakan Injil-Nya kepada seluruh bangsa di bumi” (Surat Apostolik Porta Fidei, no. 7). Tugas perutusan tersebut, sebagaimana telah dikatakan oleh Hamba Allah, Paus Paulus VI, dalam Anjuran Apostolik-nya Evangelii Nuntiandi, “bukanlah sumbangsih mana-suka dari Gereja, melainkan merupakan tugas yang melekat pada dirinya oleh karena perintah Tuhan Yesus sendiri, supaya orang percaya dan diselamatkan. Pesan ini wajib dan unik. Pesan ini tak tergantikan” (no. 5). Oleh karena itu kita perlu menemukan kembali semangat kerasulan yang sama seperti yang dialami oleh Jemaat Kristen perdana, yang meskipun kecil dan tak berdaya, mampu – melalui pewartaan dan kesaksian mereka – menyebarkan Injil ke – yang pada waktu itu dikenal sebagai – seluruh dunia.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan, kalau Konsili Vatikan II dan Magisterium Gereja berikutnya menekankan mandat misioner ini dengan cara yang sangat istimewa, yaitu mandat yang dipercayakan oleh Kristus kepada para murid-Nya dan yang harus menjadi komitmen seluruh Jemaat Allah: para uskup, para imam, para diakon, para biarawan-biarawati dan kaum awam. Tugas mewartakan Injil di setiap sudut dunia, terutama bagi para uskup yang sedang memangku jabatannya, bertanggung-jawab secara langsung terhadap tugas penginjilan di dunia ini, baik sebagai anggota Konferensi Waligereja maupun sebagai gembala Gereja partikular. Bahkan, mereka itu “telah ditahbiskan bukan hanya untuk keuskupan tertentu saja, melainkan untuk keselamatan seluruh dunia” (Beato Yohanes Paulus II, Ensiklik Redemptoris Missio, no. 63), mereka adalah para “pewarta iman, yang membawa murid-murid baru kepada Kristus “(bdk. Ad Gentes, no. 20) dan mereka harus “menampilkan jiwa dan semangat misioner Umat Allah, sehingga seluruh jemaat keuskupan menjadi misioner” (ibid, no. 38).

Prioritas Penginjilan

Tugas memberitakan Injil bagi seorang gembala tidaklah selesai hanya dengan menaruh perhatian pada umat Allah yang reksa pastoralnya dipercayakan kepadanya atau cukup dengan mengutus para imamnya atau kaum awam Fidei Donum-nya. Melainkan tugas ini harus melibatkan seluruh aktivitas Gereja lokal, di semua sektornya, singkatnya, seluruh keberadaan dan aktivitas Gereja lokal. Konsili Vatikan II dengan jelas menunjukkan hal ini dan Magisterium berikutnya menegaskan kembali hal yang sama secara kuat. Hal ini memerlukan keselarasan gaya hidup, perencanaan pastoral dan organisasi keuskupan yang teratur karena dimensi yang paling fundamental dari keberadaan Gereja tersebut, khususnya di dalam dunia kita yang terus berubah. Dan ini juga berlaku bagi Lembaga-lembaga Hidup Bakti dan Serikat-serikat Hidup Kerasulan, serta bagi gerakan-gerakan gerejani lainnya. Artinya, seluruh bagian dari mosaik besar Gereja harus merasa dipanggil dan dihadapkan pada suatu pertanyaan yang berkaitan dengan tugas memberitakan Injil, agar Kristus dapat diwartakan di mana saja. Kami para pastor, para biarawan-biarawati dan seluruh umat beriman dalam Kristus, harus mengikuti jejak Rasul Paulus, sebagai “orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah” (Ef 3:1), yang bekerja, menderita dan berjuang untuk membawa Injil bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (cf. Kol 1:24-29), tanpa kenal lelah, tanpa kenal waktu atau tanpa sarana apapun untuk membuat Pesan Kristus semakin dikenal.

Juga dewasa ini tugas perutusan kepada bangsa-bangsa (missio ad gentes) harus menjadi horizon dan paradigma yang berkelanjutan bagi setiap usaha gerejani, karena jati diri Gereja itu sendiri dibangun oleh iman kepada Misteri Allah yang mewahyukan Diri-Nya dalam diri Kristus untuk membawa keselamatan bagi kita, dengan memberi kesaksian dan mewartakan tentang Dia kepada dunia sampai Dia datang. Sama seperti Santo Paulus, kita harus memberi perhatian kepada mereka yang jauh, kepada mereka yang belum mengenal Kristus atau yang belum mengalami kebapaan Allah, dengan kesadaran bahwa “kerjasama misioner itu meliputi bentuk-bentuk baru – bukan hanya bantuan ekonomis, tetapi juga partisipasi langsung” dalam pewartaan Injil (Beato Yohanes Paulus II, Ensiklik RM, no. 82). Perayaan Tahun Iman dan Sinode para Uskup dengan tema Evangelisasi Baru akan menjadi kesempatan yang paling cocok untuk meluncurkan kembali kerjasama misioner, terutama dalam dimensi kedua ini.

Iman dan Pewartaan

Semangat untuk mewartakan Kristus juga mendorong kita untuk membaca sejarah sehingga dapat memahami aneka persoalan, cita-cita dan harapan-harapan umat manusia yang harus disembuhkan, dimurnikan dan dipenuhi oleh Kristus dengan kehadiran-Nya. Pesan-Nya selalu tepat waktu, jatuh tepat di jantung sejarah dan mampu menjawabi kegelisahan yang paling dalam dari setiap manusia. Karena alasan inilah maka semua anggota Gereja harus menyadari bahwa “betapa luas cakrawala misi Gereja dan betapa kompleksnya kondisi dewasa ini untuk menemukan cara-cara baru untuk mengkomunikasikan Firman Allah secara efektif” (Paus Benediktus XVI, Pasca-sinode Anjuran Apostolik Verbum Domini, no. 97). Tuntutan ini, pertama-tama merupakan suatu kesetiaan kepada iman yang diperbaharui baik secara pribadi maupun secara komunitas terhadap Injil Yesus Kristus, “terutama pada era perubahan yang sangat mendalam dalam diri manusia sebagaimana yang sedang mereka alami dewasa ini” (Surat Apostolik, Porta Fidei, no. 8).


Sejatinya, salah satu kendala terhadap semangat untuk berevangelisasi adalah krisis iman. Krisis ini tidak hanya mendera dunia Barat, tapi juga ternyata telah mendera sebagian besar umat manusia, yang justru sedang mengalami lapar dan haus akan Allah. Karena itu haruslah dihadirkan dan dibawakan roti dan air hidup, seperti seorang perempuan Samaria yang pergi ke sumur Yakub dan bercakap-cakap dengan Kristus. Sebagaimana dikisahkan oleh Penginjil Yohanes, cerita tersebut sangat menarik (bdk. Yoh 4:1-30): perempuan itu bertemu dengan Kristus, yang meminta minum dari padanya. Tetapi kemudian Yesus berbicara kepadanya tentang air baru yang dapat memuaskan dahaga untuk selama-lamanya. Pada awalnya perempuan itu tidak memahami, karena dia berada pada tingkat makna material saja. Tetapi perlahan-lahan perempuan itu dibimbing oleh Tuhan untuk mengalami suatu peziarahan iman yang menghantar perempuan itu mengenal Diri-Nya sebagai Mesias. Dan St. Agustinus mengatakan tentang hal ini: “setelah menerima Kristus Tuhan dalam hatinya, apa lagi yang bisa dilakukan oleh perempuan tadi selain meninggalkan timbanya dan lari ke kampung untuk mewartakan kabar baik?” (Bdk. Homili 15, 30).

Perjumpaannya dengan Kristus sebagai seorang Pribadi yang hidup, yang mampu memuaskan dahaga batin, mau tidak mau menghantar orang kepada keinginan untuk berbagi dengan orang lain tentang sukacita atas kehadiran-Nya dan membuat Diri-Nya semakin dikenal, supaya semua orang dapat mengalami sukacita tersebut. Sangat perlulah untuk memperbarui semangat untuk mengkomunikasikan iman untuk mengembangkan suatu evangelisasi baru bagi jemaat-jemaat dan negara-negara dengan tradisi Kristen yang sangat kuat namun telah kehilangan rujukan dengan Allah sehingga mereka diharapkan dapat menemukan kembali kegembiraan dalam beriman. Perhatian untuk evangelisasi tidak boleh pernah ada di pinggiran kegiatan-kegiatan gerejawi dan kehidupan pribadi orang-orang Kristen. Sebaliknya, evangelisasi harus menjadi karakter utama dalam kesadaran bahwa mereka adalah tujuan dari pewartaan Injil tersebut dan pada saat yang sama, menjadi misionaris-misionaris Injil. Inti dari pewartaan Injil selalu sama: yaitu Kerygma tentang Kristus yang wafat dan bangkit kembali demi keselamatan dunia; Kerygma tentang kasih Allah yang mutlak dan total bagi setiap pria dan wanita, yang mencapai puncaknya pada perutusan Putera Tunggal yang kekal abadi, Tuhan Yesus, yang tidak merasa terhina untuk mengambil kerapuhan kodrat manusiawi kita, mencintai dan menebus kodrat manusiawi yang rapuh itu dari dosa dan kematian melalui pengurbanan Diri di kayu Salib.

Iman kepada Allah, dalam proyek cinta kasih yang terlaksana dalam Kristus, pertama-tama dan terutama adalah suatu hadiah dan rahasia (misteri) yang harus diterima dalam sanubari dan dalam kehidupan dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan. Namun, iman adalah karunia yang diberikan kepada kita untuk dibagikan. Iman adalah suatu bakat yang diterima supaya dapat menghasilkan buah. Iman adalah cahaya yang tidak boleh disembunyikan, melainkan harus menerangi seluruh rumah. Inilah karunia yang telah diperbuat bagi kita dalam kehidupan kita dan yang tidak boleh disimpan hanya untuk diri kita sendiri.

Pewartaan Menjadi Amal Kasih

“Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil!”, demikian seruan Rasul Paulus (1 Kor 9:16). Ayat ini memiliki gaung yang kuat bagi setiap orang Kristen dan bagi setiap jemaat Kristen di seluruh dunia. Kesadaran misioner ini juga telah menjadi unsur alamiah bagi Gereja-gereja di tanah-tanah misi, yang sebagian besar anggotanya masih muda, meskipun mereka sendiri masih membutuhkan para misionaris. Banyak imam, biarawan-biarawati dari berbagai belahan dunia, banyak kaum awam dan bahkan seluruh keluarga meninggalkan negara mereka dan komunitas lokal mereka pergi ke Gereja-gereja lain untuk bersaksi dan mewartakan nama Kristus, di mana manusia menemukan keselamatan di dalam nama-Nya. Perutusan semacam ini merupakan ungkapan persekutuan yang mendalam, berbagi dan beramal di antara Gereja-gereja, supaya setiap pria dan wanita dapat mendengar atau mendengarkan kembali pewartaan yang menyelamatkan dan merayakan sakramen-sakramen, sumber kehidupan sejati.

Bersama dengan tanda iman yang luhur-mulia ini dan yang telah diubah menjadi cinta, saya mengenang kembali dan berterima kasih kepada Serikat-serikat Misioner Kepausan, yang telah menjadi sarana-sarana kerjasama dalam misi universal Gereja di seluruh dunia. Melalui aktivitas Serikat-serikat Misioner Kepausan tersebut, pewartaan Injil menjadi suatu tindakan nyata demi sesama, keadilan bagi yang paling miskin dan pendidikan di kampung-kampung yang terpencil dimungkinkan. Demikian juga bantuan medis di daerah-daerah terpencil, pembebasan dari kemiskinan, rehabilitasi terhadap yang terpinggirkan, dukungan untuk pembangunan masyarakat, solusi terhadap perpecahan suku dan hormat terhadap kehidupan dalam semua tahap-nya, dimungkinkan.

Saudara-saudari yang terkasih, saya mohon pada hari misi evangelisasi bagi bangsa-bangsa (ad gentes), khususnya bagi para pelayan, suatu pencurahan Roh Kudus bagi mereka, agar rahmat Allah memampukan mereka untuk memajukan misi evangelisasi dengan teguh dalam sejarah dunia. Bersama dengan Beato John Henry Newman, saya berdoa: “Ya Tuhan, dampingilah para misionaris-Mu di tanah-tanah misi, taruhlah kata-kata yang benar di bibir mereka dan buatlah jerih payah mereka menghasilkan buah berlimpah.” Semoga Santa Perawan Maria, Bunda Gereja dan Bintang Evangelisasi, menyertai semua misionaris Kabar Sukacita (Injil).

Dari Vatikan, 6 Januari 2012, Pesta Penampakan Tuhan
Paus Benediktus XVI

Keterangan: Terjemahan resmi oleh Karya Kepausan Indonesia (KKI),
d.a. Kantor KWI Jl Cut Mutia 10 Jakarta Pusat.
Hari Minggu Misi Sedunia ke-86 ialah 21 Oktober 2012

MINGGU BIASA XXIX/B - 21 Oktober 2012



MINGGU BIASA XXIX/B - 21 Oktober 2012
Yes 53:10-11; Ibr 4:14-16; Mrk 10:35-45

Sejak zaman dahulu sampai sekarang, selalu saja ada orang yang berhasrat untuk memiliki kedudukan, kekuasaan dan kemuliaan. Kalau, kedudukan dan kekuasaan itu sudah dimiliki, kencenderungannya adalah minta dilayani, bukan melayani. Para rasul, yg sudah mendapat tempat istimewa di hadapan Yesus pun tidak terluput dari kecenderungan ini. Injil hari ini mengisahkan Yohanes dan Yakobus yang menginginkan duduk sebelah-menyebelah dengan Yesus apabila Ia kelak bertahta dalam kemuliaan.

Permintaan dua bersaudara ini kiranya mengacu pada apa yang dikatakan Yesus sebelumnya, bahwa kelak, setelah menderita sengsara, wafat, bangkit dan naik ke surga, Ia akan datang kembali dengan kemuliaan (Mrk 8:28; bdk. Mrk 13:26; 20:22). Selain itu, mereka sendiri pernah menyaksikan bagaimana Yesus dipermuliakan di atas gunung (Mrk 9:2-8). Maka, wajar jika mereka berangan-angan untuk ikut menikmati kemuliaan sorgawi yang dimiliki Yesus. Bukankah kita juga mengharapkan hal yang sama, yakni kelak diperkenankan mengalami kemuliaan abadi di surga?

Yesus sendiri sangat mengerti permintaan Yohanes dan Yakobus tersebut. Tentu saja, Ia juga mengerti harapan kita akan hal yang sama. Maka, Yesus kemudian “ndunungke” permintaan tersebut. Pertama, Ia menegaskan bahwa hal memperoleh kemuliaan abadi itu bukanlah upah tetapi anugerah yang tergantung secara mutlak pada kehendak Bapa (Mrk 10:40). Kita tidak bisa mengandalkan kebaikan dan jasa-jasa kita atau pun amal baik kita untuk mendapatkan kemuliaan surgawi. Bukankah amal kita tidak akan pernah mencukupi – karena ngomelnya lebih banyak daripada ngamalnya? Sekali lagi, kemuliaan abadi adalah anugerah Allah yang diberikan kepada kita, bukan atas dasar jasa dan perjuangan kita tetapi atas dasar kebaikan dan belas kasih Allah kepada kita.

Kedua, Yesus hendak menekankan bahwa masuk surga dan memperoleh kemuliaan surgawi itu tidak boleh dijadikan tujuan dari perjuangan dan amal baik kita. Perjuangan para murid untuk meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Yesus, serta kesediaan untuk menderita demi Dia (Mrk 10:28), pasti akan diganjar dengan kehidupan kekal yang penuh kemuliaan (Mrk 10:30). Namun, janganlah itu dijadikan tujuan. Sebab, kalau demikian halnya, perjuangan dan hal-hal baik yang kita lakukan ujung-ujungnya hanya untuk kepentingan diri kita sendiri.

Misalnya, kita membantu orang lain dengan tujuan supaya masuk surga. Bukanlah itu sama saja kita menjadikan orang lain yang kita bantu itu sebagai kendaraan ke surga bagi kita? Maka, yang ideal adalah kita membantu orang lain sungguh dengan tulus, tanpa diboncengi kepentingan pribadi, sekalipun itu kepentingan rohani (masuk sorga). Sebab, jika demikian halnya, apa bedanya kita dengan orang-orang yang rajin berderma atau membagi-bagikan uang untuk menarik simpati masyarakat sehingga mendukungnya untuk meraih jabatan tertentu? Bukankah itu berarti menjadikan orang lain sebagai kendaraan untuk meraih kedudukan?

Maka, kalau kita membantu/menolong orang lain, hendaknya didorong oleh hati yang tergerak oleh belas kasih dan diarahkan oleh tujuan demi kebaikan orang yang kita tolong itu. Soal masuk surga, itu bisa kita andaikan, bahkan kita pastikan karena sudah dijamin oleh Yesus sendiri. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (Mrk 10:29-30). Karena kehidupan kekal itu sudah dijamin oleh Yesus, maka janganlah kita jadikan tujuan.

Ketiga, Yesus menekankan semangat pelayanan. Karena kemuliaan surgawi adalah anugerah, bukan upah sehingga tidak boleh kita jadikan sebagai tujuan, maka kita harus mengembangkan semangat pelayanan seperti Yesus sendiri. Ia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, bahkan menjadi tebusan bagi banyak orang (Mrk 10:45; bdk. Yes 53:10-11; Ibr 4:15). Dengan karya pelayanan-Nya yang berpuncak pada salib, Yesus menebus kita. Artinya, Ia membebaskan kita dari kuasa dosa dan kematian kekal, serta menjamin kehidupan abadi kita.

Semangat pelayanan yang ditekankan oleh Yesus ini marilah kita hayati dalam setiap sisi kehidupan kita, baik dalam keluarga, di tempat kerja, di tengah masyarakat, dan tentu saja dalam kehidupan menggereja. Kalau semangat pelayanan ini kita terapkan, di mana pun kita berada, kita percaya dunia kita akan menjadi lebih baik. Suasana kemuliaan dan kebahagiaan surgawi yang kita impikan dengan penuh pengharapan, akan terwujud di dunia ini sebelum akhirnya kelak kita mengalaminya setelah kehidupan di dunia ini berakhir. Dengan kata lain, kalau kita menghayati semangat pelayan dengan sungguh-sungguh, itu berarti kita menghadirkan surga dalam keluarga kita, tempat kerja kita, masyarakat kita, dan lingkungan Gereja kita. 

RD. Ag. Agus Widodo

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy