| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 05 November 2012 Hari Biasa Pekan XXXI

Senin, 05 November 2012
Hari Biasa Pekan XXXI

“Roh Kudus adalah sumber dan pemberi segala kekudusan” (Katekismus Gereja Katolik, 749)

Antifon Pembuka (Flp 2:4)

Janganlah masing-masing hanya memperhatikan kepentingan sendiri, melainkan kepentingan orang lain.

Doa Pagi

Allah Bapa yang Mahabaik, aku bersyukur kepada-Mu karena Engkau berkenan memberikan Putra-Mu untuk menjadi manusia seperti aku, sehingga Ia dapat mengajarku sikap belas kasih. Aku hendak menghayati sikap ini terhadap siapa saja yang kujumpai sepanjang hari ini. Amin.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi (2:1-4)

"Lengkapilah sukacitaku, hendaklah kalian sehati sepikir."

Saudara-saudara dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasih. Maka sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kalian sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia. Sebaliknya dengan rendah hati anggaplah orang lain lebih utama daripada dirimu sendiri. Janganlah masing-masing hanya memperhatikan kepentingan sendiri, melainkan kepentingan orang lain juga.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, lindungilah aku dalam damai-Mu.
Ayat. (Mzm 131:1.2.3)
1. Tuhan, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
2. Sungguh, aku telah menenangkan dan mendirikan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
3. Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alelluya
Ayat. Jika kalian tetap dalam firman-Ku, kalian benar-benar murid-Ku, dan kalian akan mengetahui kebenaran.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:12-14)

"Janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, melainkan undanglah orang-orang miskin dan cacat."


Yesus bersabda kepada orang Farisi yang mengundang Dia makan, “Bila engkau mengadakan perjamuan siang atau malam, janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula, dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi bila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Maka engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Negeri kita sedang dilanda satu virus berbahaya. Dengan itu banyak otak manusia diracuni sehingga yakin bahwa perbedaan di antara kita selalu berarti peperangan dan pembuktian mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Perbedaan bukanlah barang baru. Masalahnya, bagaimana perbedaan itu diterima sebagai sebuah berkat atau kutuk. Hanya dengan bantuan rahmat Tuhan kita bisa membangun persatuan di atas berbagai perbedaan.

Maka kita diundang untuk tidak mencari kepentingan diri sendiri atau pujian yang sia-sia. Dengan itu pula kita bisa menjawab tantangan untuk merangkul sebanyak mungkin orang. Mereka yang tersingkir dan terlupakan, yang miskin, cacat, lumpuh, buta, justru perlu kita undang. Tindakan tulus dengan percaya pada balasan berkat dari Tuhan saja bisa mengubah warna hidup bersama menjadi lebih menyenangkan. Jika tidak demikian, kita akan menjadi ahli dalam menciptakan neraka bagi yang lain.

Yesus, Engkaulah Tuhanku. Bimbinglah aku untuk tidak tinggi hati dan berilah aku kesediaan dan sukacita dalam merangkul banyak orang. Amin.

Ziarah Batin 2012, Renungan dan Catatan Harian

Kobus: Minggu, 04 November 2012




silahkan klik gambar untuk memperbesar

Minggu, 04 November 2012 Hari Minggu Biasa XXXI

Minggu, 04 November 2012
Hari Minggu Biasa XXXI

Tuhan sebagai Yang Esa mewahyukan Diri kepada Israel, bangsa yang dipilih-Nya: "Dengarlah, hai orang Israel. Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (Ul 6:4-5). Dengan perantaraan para nabi, Allah mengajak Israel dan semua bangsa supaya berpaling kepada-Nya, Allah yang satu-satunya: "Berpalinglah kepada-Ku, dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi. Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain... semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa, sambil berkata: Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam Tuhan" (Yes 45:22-24) Bdk. Flp 2:10-11. -- Katekismus Gereja Katolik, 201


Antifon Pembuka (bdk. Mzm 38:22-23)


Jangan tinggalkan daku, ya Tuhan, Allahku, janganlah jauh dariku! Bersegeralah menolong aku, ya Tuhan, Penyelamatku.


Doa Pagi


Allah yang Mahakuasa dan Maharahim, hanya berkat rahmat-Mu umat beriman dapat mengabdi dan memuji Engkau dengan cara yang pantas dan terpuji. Singkirkanlah segala hambatan agar dengan leluasa kami bergegas menyongsong apa yang Engkau janjikan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.


Bacaan dari Kitab Ulangan (6:2-6)
  
“Dengarkanlah, hai orang Israel, kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu.”

Sekali peristiwa Musa berkata kepada bangsanya, “Seumur hidup hendaknya engkau dan anak cucumu takut akan Tuhan, Allahmu, serta berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu; dan supaya lanjut umurmu, dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah ketetapan dan perintah itu dengan setia supaya baiklah keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan Tuhan, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatanmu! Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan.”

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 839

Ref. Aku mengasihi Tuhan, Dia sumber kekuatan. Hidupku kan menjadi aman dalam lindungan-Nya.
Ayat. (Mzm 18:2-3a.3bc-4.47+51ab; Ul: 2)

1. Aku mengasih Engkau, ya Tuhan, kekuatanku; ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahanan dan penyelamatku.
2. Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah Tuhan, seruku; maka aku pun selamat dari para musuhku;
3. Tuhan itu hidup! Terpujilah Gunung Batuku, dan mulialah Allah Penyelamatku. Tuhan mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat-Nya, Ia menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya.

Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (7:23-28)
  
“Yesus tetap selama-lamanya, maka imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain.”

Saudara-saudara, dalam jumlah yang besar kaum Lewi telah menjadi imam karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. Tetapi Yesus tetap selama-lamanya; maka imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Yesus sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang demi Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup lestari untuk menjadi Pengantara mereka. Imam Agung seperti inilah yang kita perlukan; yakni saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang telah terpisah dari orang-orang berdosa dan ditinggikan mengatasi segala langit; yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan kurban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya. Hal itu telah dilakukan Yesus satu kali untuk selama-lamanya, yakni ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban. Hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi imam agung. Tetapi sesudah hukum Taurat itu, diucapkan sumpah, yang menetapkan Anak, yang sudah menjadi sempurna sampai selama-lamanya menjadi Imam Agung.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, gregorian, PS 959

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 14:33)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti Firman-Ku; Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepada-Nya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:28b-34)
    
“Inilah perintah yang paling utama, dan perintah yang kedua sama dengan yang pertama.”

Pada suatu hari, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus, dan bertanya, “Perintah manakah yang paling utama?” Yesus menjawab, “Perintah yang paling utama ialah: Dengarlah, hai orang Israel! Tuhan Allah kita itu Tuhan yang esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatanmu. Dan, perintah yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus, “Guru, tepat sekali apa yang Kaukatakan itu, bahwa Allah itu esa, dan tidak ada Allah lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri jauh lebih utama daripada semua kurban bakaran dan kurban sembelihan.” Yesus melihat, betapa bijaksananya jawab orang itu. Maka, Ia berkata kepadanya, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan tak seorang pun masih berani menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
 
 
Renungan


IBARAT CERMIN
 
  
Sifat cermin adalah memantulkan apa saja yang ada di depannya. Kiranya itu pula yang dimiliki manusia pada umumnya. Bila ia dikasihi, maka kasih pun akan dipantulkan kepada orang lain. Demikianlah manusia itu, ia dapat diibaratkan seperti cermin.

Baiklah bila kita mulai menyadari hal ini agar kita mampu mengasihi Allah dan sesama oleh karena telah lebih dulu mengalami sendiri dikasihi oleh Allah dan sesama. Lewat pengalaman kasih itu, kita akan memiliki kehendak yang kuat untuk berbagi kasih.


Akan tetapi, ketika perintah yang utama dan terutama itu dimengerti hanya sebatas sebagai perintah saja, kita cenderung untuk melanggar. Seperti halnya dengan perintah-perintah lainnya, kita cenderung tidak menaatinya. Sampai-sampai ada ungkapan, "Perintah itu ada untuk dilanggar." Dalam kehidupan bermasyarakat, melanggar itu sudah biasa. Seringnya, sudah tahu itu salah, tetapi karena banyak orang melakukannya, lalu dianggap bukan masalah karena sudah biasa begitu. Salah satu buktinya adalah orang tidak mentaati rambu-rambu lalu lintas dengan baik; orang tidak menggunakan sabuk pengaman bagi pengendara mobil atau helm bagi pengendara sepeda motor.


Kita lupa bahwa perintah atau hukum cinta kasih itu adalah hukum yang terutama. Ini jelas berbeda dengan perintah lainnya. Dan itulah yang dikatakan Yesus saat menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat, bahwa tidak ada hukum lain yang melebihi hukum kasih. Kata-Nya, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu, juga kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Maka, bila kita melanggarnya, bukankah itu pelanggaran yang paling utama juga?


Kita lupa bahwa dengan tidak menjalankan hukum cinta kasih, kita telah berada di dalam hukuman yang paling utama juga. Harusnya kita menghindari benci, dendam, menyimpan luka dan sakit hati, iri dan dengki, memusuhi, menindas, melecehkan, tidak mau pergi ke gereja karena marah dengan pastor parokinya atau malas ikut doa lingkungan karena tidak suka dengan salah satu warganya, tidak mudah akur (rukun), sombong, dan masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum cinta kasih itu. Dengan menghindari itu semua, kita dijauhkan dari kesulitan-kesulitan dan penderitaan-penderitaan hidup yang berat dan berkepanjangan, yang jauh dari kedamaian dan kebahagiaan sejati.


Mari kita kembali kepada pemahaman umum tentang karakteristik cermin tadi. Alangkah baiknya bahwa manusia itu lebih dahulu mengalami dikasihi Allah dan dicintai oleh sesamanya sehingga kita tidak cenderung untuk melanggarnya. Bahkan sebaliknya, kita memiliki kerinduan untuk mengasihi Allah dan sesama.


Dari sebagian besar kesaksian hidup, seorang yang dulunya jahat atau berdosa dan kemudian bertobat, atau bahkan mampu berbalik seratus delapan puluh derajat, ternyata dikarenakan telah mengalami dikasihi Allah lewat suatu peristiwa tertentu, entah saat melaksanakan kegiatan sehari-hari yang biasa atau mengikuti kegiatan rohani, atau terhindar dari peristiwa yang mengancam maut.


Ibarat cermin, semoga kita yang telah mengalami kasih Allah dapat memantulkan kasih-Nya terhadap sesama di sekitar kita dan kita memiliki kerinduan yang besar untuk melaksanakan hukum cinta kasih itu dengan baik.

Paulus Kristianto Puji Sutrisno, O.Carm / RUAH

MOHON AGAR HATI DIPENUHI DENGAN CINTA TUHAN


Tariklah saya kepada-Mu, ya Tuhan, dan masuk ke dalam nyala cinta-Mu seperti dialami oleh St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus. Ia begitu eratnya dengan Dikau, sehingga Engkau hidup dan berkarya sepenuhnya di dalam dirinya, terutama di dalam menghadirkan cinta-Mu kepada sesama.


Tariklah saya untuk masuk lebih dalam ke dalam samudra kasih-Mu. Penuhilah hatiku dengan cinta-Mu, sehingga aku dapat mengasihi sesama dengan cinta-Mu. AKu ingin tenggelam di dalam lautan cinta-Mu dan tinggal di dalam cinta-Mu, sehingga aku mampu menghayati panggilan hidupku dengan melakukan segala sesuatu, melayani ENgkau dan sesama dengan cinta yang besar dan semangat yang tak pernah pudar.


Terpujilah Engkau, ya Tuhanku dan Allahku. Amin.


(Dikutip dari: A. Ari Pawarto, O.Carm 2012. LUAPAN HATI, Doa-doa yang Terinspirasi dari Kata-kata St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Malang: Karmelindo, hlm 48).
   
Kebencian yang disengaja, melawan cinta kasih. Kebencian terhadap sesama adalah dosa, apabila orang dengan sengaja mengharapkan yang jahat, baginya. Adalah dosa berat, apabila orang mengharapkan kerugian yang besar setelah dipikirkan baik-baik. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu, karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang ada di surga" (Mat 5:44-45). -- Katekismus Gereja Katolik, 2303

Minggu Biasa XXXI/B – 4 November 2012



Minggu Biasa XXXI/B – 4 November 2012
Ul 6:2-6; Ibr 7:23-28; Mrk 12:28b-34

Tidak terasa, sekarang sudah awal November. Tahun 2012 hampir berakhir dan akan segera datang tahun 2013. Hari ini kita juga sudah memasuki Pekan Biasa XXXI. Dua pekan lagi, Tahun Liturgi B ini akan segera berakhir dan berganti dengan Tahun Liturgi baru, yaitu Tahun C, yang dimulai dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam (25 November 2012). Dalam dinamika waktu yang terus berjalan, kita diajak membangun harapan seperti yang dinyatakan dalam bacaan I, “supaya lanjut umurmu dan supaya baiklah keadaanmu” (bdk. Ul 6:2.3).
Supaya di sepanjang zaman, keadaan kita selalu baik dan umur kita berlanjut dalam kehidupan abadgi, haruslah kita “berpegang pada segala ketetapan dan perintah Tuhan ... dan mengasihi Dia dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan” (bdk. Ul 6:2.5). Inilah hukum utama yang pertama sebagaimana ditegaskan Yesus dalam bacaan Injil (Mrk 12:30). Kemudian, Yesus masih menambahkan satu lagi hukum utama yang kedua, yakni mengasihi sesama seperti diri sendiri (Mrk 12:31a).
Dua hukum kasih, sebagai hukum utama tersebut, disampaikan Yesus untuk menjawab seorang ahli Taurat yang bertanya, “Perintah manakah yang paling utama?” (Mrk 12:28). Pertanyaan ini bisa dimengerti mengingat dalam kitab Taurat, seluruhnya ada 613 hukum, 365 di antaranya berupa larangan dan yang 248 berupa perintah. Yesus menjawab pertanyaan tersebut dengan mengutip Ul 6:4-6 “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu!”. Kemudian, ditambahkan pula kutipan dari Im 19:18, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” Yesus masih menegaskan bahwa tidak ada perintah lain yang lebih utama dari pada kedua perintah itu (Mrk 12:31b).
Perintah yang pertama, yaitu kasih kepada Allah didahului dengan penegasan mengenai keesaan Allah (Ul 6:4; Mrk 12:29). Hal ini dimaksudkan untuk menekankan pentingnya komitmen penuh dalam mengasihi Tuhan. Dia adalah satu-satunya Allah yang harus kita kasihi dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Kita tidak boleh mengasihi sesuatu pun yang lain melebihi kasih kita kepada Allah.
Sekarang, apa artinya mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan? Berdasarkan keyakinan keagamaan Yahudi pada waktu itu – juga keyakinan kita sekarang – di dalam hati terletak pusat hidup manusia; di dalam jiwa ada dorongan kehendak; di dalam akal budi terletak kesadaran, pikiran, dan logika; dan kekuatan menunjuk pada bakat dan kemampuan dalam berbagai aspek (fisik, ekonomi, sosial, dll). Dengan menyebut secara lengkap daya batin dan daya fisik manusia dalam mencintai Allah, hendak ditekankan bahwa mengasihi Allah bukan sekedar emosi tetapi muncul dari pusat atau kedalaman hidup kita yang melibatkan kehendak, kesadaran dan tindakan nyata sekaligus. Dengan ungkapan dan wujud kasih yang total kepada Allah ini, secara tidak langsung terkandung suatu pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya Sumber, Kekuatan dan Tujuan dari kehidupan manusia.
Kasih kepada Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan tersebut harus pula diwujudkan dalam tindakan kasih kepada sesama. “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mrk 12:31a). Yang menarik di sini, Yesus menyatakan bahwa mengasihi sesama hendaknya dilakukan seperti kita mengasihi diri sendiri. Tindakan “mengasihi diri sendiri” dalam konteks ini tentu tidak berarti egois tetapi justru merupakan tindakan syukur kepada Allah yang telah lebih dahulu mengasihi kita. Jika Allah mengasihi kita, tidak ada alasan bagi kita untuk membenci diri. Menurut hukum yang kedua tersebut, kasih kepada sesama dan kepada diri sendiri dapat berjalan bersama, bahkan dapat dipakai sebagai ukuran penilaian: “semakin kita mengasihi diri sendiri, semakin kita mengasihi sesama; semakin kita mengasihi sesama, semakin kita mengasihi diri sendiri.”
Menurut Injil Markus, kedua hukum kasih ini mengatasi semua kurban bakaran dan kurban lainnya (Mrk 12:32-33). Kasih bukan hanya inti dari hukum Taurat dan ajaran para nabi, tetapi juga inti dari ajaran dan misi Yesus di dunia ini. Karya penebusan kita dari kuasa dosa dan kematian oleh Yesus merupakan perwujudan kasih yang tak terhingga dari Allah kepada umat-Nya. Kasih bukan sekedar upaya manusia tetapi juga anugerah yang berasal dari Allah (1Yoh 4:7). Karena berasal dari Allah, maka kasih mempunyai sifat “tak berkesudahan” (1Kor 13:8). Bahkan, kasih itu lebih besar daripada iman dan harapan.Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1Kor 13:13). Iman ada selesainya, yaitu ketika kita sudah melihat dan bersatu dengan Tuhan yang kita imani. Harapan juga ada selesainya ketika sudah terpenuhi. Berbeda dengan kasih. Kita ada dan lahir di dunia ini karena kasih. Selam kita hidup di dunia ini, kita membutuhkan kasih. Setelah, dipanggil Tuhan, kita pun masih membutuhkan kasih. Dan si surga pun kita akan hidup dalam persekutuan kasih yang abadi.
Tahun 2012 akan segera berakhir. Demikian pula Tahun Liturgi B ini. Namun kasih Tuhan kepada kita tidak berkesudahan. Demikian pula (hendaknya) kasih kita kepada Tuhan dan sesama.
RD. Ag. Agus Widodo

Sabtu, 03 November 2012 Hari Biasa Pekan XXX

Sabtu, 03 November 2012
Hari Biasa Pekan XXX

“Kefasikan dan kejahatan mana pun harus kita singkirkan jauh-jauh” (St. Klemens)

Antifon Pembuka (Mzm 43:3)

Jiwaku haus akan Allah, Allah hidup! Bilakah aku boleh datang menghadap Allah?

Doa Pagi

Allah Bapa kami yang mahamurah, semua yang kecil dan hina, Kaujunjung tinggi. Meskipun kami papa miskin, namun Kaupanggil juga ikut serta dalam perjamuan-Mu. Kami mohon, jadilah tuan rumah yang ramah bagi kami. Berikanlah perhatian serta kegembiraan-Mu kepada siapa pun yang Kauundang. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Dengan melihat sisi positif, Paulus mengatakan bahwa ia akan tetap bersukacita atas apa yang ia kerjakan dan alami. Terlebih ia bersukacita asal saja Kristus diwartakan. Ia rindu agar sebanyak mungkin orang mengenal Kristus dan percaya kepada-Nya. Inilah jiwa missioner Paulus.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (1:18b-26)

"Bersukacita dalam iman."

Saudara-saudara, asal saja Kristus diwartakan, aku bersukacita karenanya. Dan aku akan tetap bersukacita sebab aku tahu, bahwa akhir dari semuanya ini ialah keselamatanku berkat doamu dan berkat pertolongan Roh Yesus Kristus. Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan, ialah bahwa dalam segala hal aku tidak mendapat malu. Kuharapkan bahwa seperti dahulu, sekarang pun Kristus dengan nyata dimuliakan dalam tubuhku baik oleh hidup maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup ialah Kristus dan mati keuntungan. Hidup di dunia bagiku berarti bekerja dan menghasilkan buah. Maka aku tidak tahu, mana yang harus kupilih. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama Kristus, karena ini memang jauh lebih baik. Tetapi demi kalian, lebih perlu aku tetap tinggal di dunia ini. Dalam keyakinan ini tahulah aku bahwa aku akan tetap tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kalian semua, supaya kalian makin maju dan bersukacita dalam iman. Dengan demikian kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, yaitu apabila aku kembali kepadamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/2, PS 843.
Ref. Jiwaku haus pada-Mu, Tuhan ingin melihat wajah Allah.
Ayat. (Mzm 42:2.3.5bcd; R: 42:2, 2/4)
1. Seperti rusa yang merindukan sungai berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
2. Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup! Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
3. Bagaimana aku berjalan maju di tengah kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah di tengah suara sorak sorai dan nyanyian syukur, di tengah keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. Terimalah beban-Ku dan belajarlah pada-Ku, sebab Aku lemah lembut dan rendah hati.

Kehormatan duniawi sejatinya tidak perlu dicari dan dikejar, baik secara terus terang maupun secara sembunyi-sembunyi. Sebaliknya, yang diajarkan oleh Yesus adalah kerendahan hati. Barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan, bukan oleh manusia tetapi Tuhan sendiri.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:1.7-11)

"Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan; dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditinggikan."


Pada suatu hari Sabat Yesus masuk rumah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan seksama. Melihat tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat terhormat, Yesus lalu mengatakan perumpamaan berikut, “Kalau engkau diundang ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan. Sebab mungkin ada undangan yang lebih terhormat daripadamu. Jangan-jangan orang yang telah mengundang engkau dan tamu itu berkata kepadamu, ‘Berikanlah tempat itu kepada orang ini’. Lalu dengan malu engkau harus pindah ke tempat yang paling rendah! Tetapi apabila engkau diundang, duduklah di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata, ‘Sahabat, silakan duduk di depan’. Dengan demikian engkau mendapat kehormatan di mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan; dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditinggikan.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Kita mengenal syair lagu ini, “Dia harus makin bertambah, ku harus makin berkurang; nama Kristus saja disembah, ku di tempat paling belakang.” Lagu ini barangkali diinspirasi dari kata-kata dan tindakan Yohanes Pembaptis tatkala Yesus muncul di tengah khalayak umum. Kerendahan hati Yohanes Pembaptis ini hendaknya menjadi napas hidup kita. Kita berani mendahulukan orang lain daripada kepentingan pribadi. Mampukah Anda melakukannya?

Doa Malam

Tuhan Yesus, teladan hidup-Mu dalam hal kerendahan hati, sering membuatku malu. Dalam diriku ada kesombongan, gengsi akan jabatan atau kekuasaan walau tak terucap. Sebab itu, sudilah Engkau membantu aku agar hidupku makin berkenan kepada-Mu. Amin.


RUAH

Jumat, 2 November 2012 Pw. Arwah Semua Orang Beriman

Jumat, 2 November 2012
Pw. Arwah Semua Orang Beriman
2Mak 12:43-46; Rm 5:5-11; Yoh 6:37-40

"Inilah kehendak Dia yg telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pad akhir zaman" (Yoh 6:)

Kemarin, kita merayakan Semua Orang Kudus, yakni saudara/i kita umat beriman yang telah mulia di surga. Hari ini, kita memperingati arwah semua org beriman, yakni saudara/i kita yang masih berada di api penyucian. Kedua perayaan ini menampakkan kesatuan Gereja sebagai communio sanctorum yang terdiri dari 3 kalompok, yakni: kita yang masih hidup dan berziarah di dunia ini; mereka yang sudah meninggal dan masih berada di api penyucian; mereka yang sudah meninggal dan sudah mulia di surga.

Pada peringatan arwah semua orang beriman ini, kita diajak untuk secara khusus mengenang dan mendoakan saudara/i kita yang sudah meninggal dan saat ini masih berada di api penyucian. Kita juga diajak menyadari makna kematian dalam terang iman kristiani. Kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Sebab, dengan kematian, hidup hanyalah diubah bukan dilenyapkan. Kematian justru merupakan awal dari kehidupan abadi di surga. Sebab, bagi kita telah disediakan kediaman abadi di surga, setelah hidup kita di dunia ini berakhir.

Surga adalah tempat orang kudus. Padahal, sebagian besar orang beriman, ketika berangkat dari dunia ini (mati) berada dalam keadaan dosa. Maka, sebelum masuk surga, harus disucikan/dikuduskan terlebih dahulu. Itulah yang terjadi di api penyucian. Bagi merekalah, kita berdoa supaya karena belas kasih Allah, mereka dikuduskan dan akhirnya diperkenankan masuk surga, bergabung dengan para kudus.

Dalam rangka "Peringatan Arwah Semua Orang Beriman" ini, kita dapat memperoleh indulgensi, yaitu penghapusan atas hukuman sementara dari dosa bagi org yang sudah meninggal. Caranya adalah dengan mengunjungi makan dan/atau mendoakan arwah orang yang ingin kita mohonkan indulgensi. Jika dilakukan tiap hari dari tanggal 1-8 Nov, maka akan diperoleh indulgensi penuh; jika dilakukan pada hari lain, akan diperoleh indulgensi sebagian.

Marilah, kita doakan arwah saudara/i kita yang sudah meninggal. Akan tiba saatnya kelak, kita pun menjadi arwah dan harus menjalani pemurnian di api penyucian. Pada saat itulah, kita butuh doa, baik dari saudara/i kita yang masih hidup di dunia ini maupun dari para kudus di surga. Demikianlah, di dalam communio sanctorum itu, semua anggota Gereja saling mendoakan dan bersatu dalam doa.

RD. Ag. Agus Widodo

Jumat, 02 November 2012 Jumat Pertama Dalam Bulan -- Peringatan Arwah Semua Orang Beriman

Jumat, 02 November 2012
Jumat Pertama Dalam Bulan -- Peringatan Arwah Semua Orang Beriman
  
“Penegasan Perjanjian Baru yang begitu sering tentang Yesus yang "bangkit dari antara orang mati" (Kis 3:15; Rm 8:11; 1 Kor 15:20) mengandaikan bahwa sebelum kebangkitan Ia tinggal di tempat penantian orang mati Bdk. Ibr 13:20.. Itulah arti pertama yang diberikan oleh pewartaan para Rasul mengenai turunnya Yesus ke dunia arwah: Yesus mengalami kematian seperti semua manusia dan masuk dengan jiwa-Nya ke tempat perhentian orang mati. Tetapi Ia turun ke tempat ini sebagai Penyelamat dan memaklumkan warta gembira kepada jiwa-jiwa yang tertahan di sana Bdk. 1 Ptr 3:18-19..” --- Katekismus Gereja Katolik, 632.

  

Antifon Pembuka (bdk. 1Tes 4:14; 1Kor 15:22)

  
Sebagaimana Yesus telah wafat dan bangkit, demikian semua orang yang meninggal dalam Dia, akan dijemput Allah bersama Yesus. Dan seperti semua manusia mati dalam Adam, demikian semua orang dihidupkan kembali dalam Kristus.

  
Doa Pagi

  
Ya Allah, kami mohon, berkenanlah mendengarkan doa-doa kami. Engkau telah menganugerahkan kepada kami iman yang kokoh akan Putra-Mu yang bangkit dari antara orang mati. Semoga Engkau meneguhkan harapan kami bahwa bersama hamba-hamba-Mu yang telah meninggal kami pun akan bangkit untuk hidup abadi. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, kini sepanjang segala masa. Amin.

   

Bacaan dari Kitab Kedua Makabe (12:43-46)

"Kami yakin bahwa orang yang meninggal dengan saleh akan menerima pahala yang indah."

Setelah menguburkan tentara yang gugur dalam pertempuran, Yudas, panglima Israel, menyuruh mengumpulkan uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan kurban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = c, 4/4, PS 801
Ref. Aku percaya kepada-Mu, Tuhanlah pengharapanku. Tuhan, pada-Mu kuberserah, dan mengharap kerahiman-Mu.
Ayat. (Mzm 130:1b-2.3-4.5-6ab; Ul:lh.5)
1. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku.
2. Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, maka orang-orang takwa kepada-Mu.
3. Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih daripada pengawal mengharapkan pagi.
4. Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. Dialah yang akan membebaskan Israel dan segala kesalahannya.
 
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (2Kor 4:14 -5:1)

"Yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."

Saudara-saudara, kami yakin bahwa Allah, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Allah itu akan menghadapkan kami bersama dengan kamu ke hadirat-Nya. Sebab semuanya itu terjadi demi kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar karena semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menghasilkan ucapan syukur yang semakin melimpah bagi kemuliaan Allah. Sebab itu kami tidak tawar hati! Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari hari ke hari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan, karena yang kelihatan itu sementara, sedangkan yang tak kelihatan itu kekal. Kami tahu, jika kemah kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu kediaman di surga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang bukan buatan tangan manusia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
  
atau
  
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (Singkat: 15:20-23)

"Semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus."


Saudara-saudara, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (Panjang: 15:12-34)
  

Saudara-saudara, jika kami beritakan bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau kebangkitan orang mati tidak ada, maka Kristus pun tidak dibangkitkan. Dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah pula kepercayaanmu. Apalagi, andaikata betul demikian, kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan bahwa Ia telah membangkitkan Kristus, padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, andaikata benar bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab andaikata benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus pun tidak dibangkitkan. Dan kalau Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu, dan kamu masih hidup dalam dosamu. Dengan demikian binasa pulalah orang-orang yang mati dalam Kristus. Dan jikalau kita berharap pada Kristus dalam hidup ini saja, maka kita adalah orang-orang yang paling malang di antara semua manusia. Namun ternyata Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa “segala sesuatu telah ditaklukkan”, maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk didalamnya. Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya dibawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua. Jika demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal? Dan kami juga—mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah. 
  
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 6:40)
Inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku, jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
  
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:37-40)
  
"Inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak beroleh hidup yang kekal."

Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, "Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
  
Renungan

  
Hari ini kita berdoa bagi saudara-saudari kita yang telah meninggal dunia. Cinta kita kepada mereka tidak berhenti kendati kematian membuat kita dan mereka hidup dalam dunia yang berbeda. Kematian tidak memisahkan kita. Kematian orang yang kita cintai bahkan membuat kita terdorong untuk makin mencintai. Kalau kita berdoa, itulah ungkapan kasih kita, secara khusus dalam bulan November ini yang selalu dipersembahkan untuk mendoakan arwah-arwah dari semua orang beriman yang sudah dipanggil menghadap Tuhan.
   
Gereja Katolik mengajarkan bahwa kita diselamatkan karena kasih karunia Allah oleh iman (lih. Ef 2:8, Tit 2:11; 3:7). Dan iman ini harus dinyatakan dan disertai dengan perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka iman kita itu mati (lih. Yak 2:17, 24, 26). Perbuatan kasih yang didasari iman inilah yang menjadi ukuran pada hari Penghakiman, apakah kasih kita sudah sempurna sehingga kita dapat masuk surga atau sebaliknya, ke neraka. Ataukah karena kasih kita belum sempurna, maka kita perlu disempurnakan dahulu di dalam suatu tempat/ kondisi yang ketiga, yaitu yang kita kenal sebagai Api Penyucian.
  
Sedangkan pada saat kita masih hidup, perbuatan kasih ini dapat dinyatakan dalam bentuk tindakan langsung, kata-kata atau dengan doa. Doa syafaat yang dipanjatkan dapat dinyatakan dengan mendoakan sesama yang masih hidup di dunia, maupun mendoakan mereka yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu, maka Gereja Katolik mengajarkan akan adanya Api Penyucian, dan bahwa kita boleh, atau bahkan harus mendoakan jiwa-jiwa yang masih berada di dalamnya, agar mereka dapat segera masuk dalam kebahagiaan surgawi. Api Penyucian adalah ‘tempat’/ proses kita disucikan. Catatan: ‘Disucikan’ bukan ‘dicuci’, oleh sebab itu disebut Api Penyucian (bukan Api Pencucian).
  
Katekismus Gereja Katolik, no 1030-1032, menjelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
  
1030 Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga.
  
1031 (1954, 1472) Gereja menamakan penyucian akhir para terpilih, yang sangat berbeda dengan siksa para terkutuk, purgatorium [api penyucian]. Ia telah merumuskan ajaran-ajaran iman yang berhubungan dengan api penyucian terutama dalam Konsili Firence Bdk. DS 1304. dan Trente Bdk. DS 1820; 1580.. Tradisi Gereja berbicara tentang api penyucian dengan berpedoman pada teks-teks tertentu dari Kitab Suci Bdk. misalnya 1 Kor 3:15; 1 Ptr 1:7.:
  
"Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa, kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, 'di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak' (Mat 12:32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, yang lain di dunia lain" (Gregorius Agung, dial. 4,39).
  
1032 Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: "Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya" (2 Mak 12:45). Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi Bdk. DS 856. untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati.
 
"Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya Bdk. Ayb 1:5., bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka"
(Yohanes Krisostomus, hom. in 1 Cor 41,5).

Ayat terakhir dari bacaan pertama hari ini yang jatuh pada hari Jumat pertama dalam bulan ini justru yang dikutipkan oleh dokumen penting dari Konsili Vatikan II tadi sebagai salah satu dasar alkitabiah untuk memohonkan pengampunan dosa terutama lewat Ekaristi untuk mereka yang sudah wafat. Bacaan kedua membawa suatu peringatan iman dari St. Paulus tentang kenyataan hidup duniawi ini, “kemah tempat kediaman kita di bumi” dibongkar, untuk menuju “suatu tempat kediaman di surga” yang kekal (2Kor 5:1). Oleh karena itu, janganlah kita hidup meraup segala kemungkinan dan kenikmatan seakan dunia ini milik kita dan kita akan tetap selamanya ada di atas dunia ini. Manusia dapat meninggal dunia karena sesuatu yang kelihatannya tiba-tiba dan tak terduga, seperti kecelakaan lalu lintas atau bencana alam. Baiklah kita sadar, demikian nasihat St. Paulus, bahwa manusia lahiriah kita semua akan merosot (2Kor 4:16), namun demikian Paulus juga memberikan penghiburan supaya kita yang semakin hari, semakin merosot ini tidak putus harapan. Karena manusia batiniah kita akan dibaharui dari hari kesehari.
 
Injil hari ini mengingatkan kita, bahwa percaya dan beriman kepada Allah, Tuhan kita dan Bapa kita. Berarti berani menyerahkan diri kepada rencana dan kehendak-Nya. Itulah yang disampaikan Yesus: "Supaya dari semua yang telah diberikan kepada-Ku jangan ada yang hilang." (Yoh 6:39) Tuhan menghendaki supaya dari semua yang telah menjadi murid-Nya, jangan sampai ada yang hilang. Kehendak Tuhan Yesus ini menjadi tugas kita semua bahwa: hendaklah kita semua saling memperhatikan, menasehati, menjaga dan meneguhkan iman sesama saudara kita. Mulai dari dalam keluarga kita sendiri, agar tidak satu pun anggotanya pergi meninggalkan Tuhan Yesus, hanya karena: harta kekayaan, jabatan dalam pekerjaan atau pun wanita atau pria yang hendak dinikahinya. Sanggupkah kita melakukan tugas dari Tuhan Yesus ini? Suatu pertanyaan yang meminta jawaban, maka jangan kita menunda-nunda memberi jawaban pasti, sebab dengan menunda-nunda, persoalan kita tidak akan bisa segera diselesaikan bahkan akan menjadi semakin rumit dan sulit. Inilah resiko serta konsekuensi dari baptis kita. Kita berjanji, akan setia pada janji baptis kita. Akan menolak setan dan kita akan setia kepada Allah, Tuhan kita. Kita menjawab: "Ya, kami sanggup!" Beranikah sekarang ini kita membuktikan janji baptis kita itu?
  
Ingatlah, mencicipi kebaikan dan kasih Tuhan tidak ada tandingannya di dunia ini. Yesus berjanji bahwa kita tidak akan lagi pernah mengalami kelaparan dan rasa dahaga sekali kita datang kepada-Nya. Apabila itu halnya, mengapa daya tarik dunia masih begitu memikat hati kita? Bukankah Yesus sudah cukup? Tentu saja! Sesungguhnya Yesus adalah satu-satunya Pribadi yang kita butuhkan agar dapat hidup dalam kepenuhan. Namun sayangnya, kita-manusia memiliki kecenderungan untuk berdosa. Ketertarikan kita pada dosa dalam dunia dan godaan-godaan Iblis dinamakan “concupiscentia” (lihat Katekismus Gereja Katolik, 405).
  
RENUNGAN PAGI @BLOGSPOT/FORKAT WG

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy