Bacaan Harian 05 - 11 November 2012

Bacaan Harian 05 - 11 November 2012

Senin, 05 November: Hari Biasa Pekan XXXI (H).

Flp 2:1-4; Mzm 131:1.2.3; Luk 14:12-14.
JALAN BERBUAT BAIK.
Bila kita mengadakan suatu pesta atau perayaan, siapakah yang kita undang untuk datang ke pesta kita itu? Yang pasti kita akan mengundang kerabat dekat, kolega, rekanan bisnis dan pihak-pihak lain yang menurut kita wajib dan pantas untuk hadir. Jika kita mengundang mereka saat kita mengadakan pesta, demikian pula nanti mereka biasanya akan mengundang kita bila mereka berpesta. Ini adalah “hukum” duniawi. Namun Yesus berpesan lain di dalam bacaan Injil hari ini. Dia meminta kita justru mengundang orang-orang yang tergolong lemah, miskin dan papa, terpinggirkan dan cacat. Yesus mengingatkan kita bahwa di hadapan Allah semua manusia adalah sama. Pesan ini menyambung bahwa kita juga harus menaruh kepedulian dan belas kasih yang tulus kepada mereka yang kurang beruntung.

Selasa, 06 November: Hari Biasa Pekan XXXI (H).

Flp 2:5-11; Mzm 22:26b-27.28-30a.31-32; Luk 14:15-24.
UNDANGAN TUHAN.
Kita ini memang suka berdalih. Apapun profesi kita selalu ada saja alasan untuk menolak suatu ajakan yang menurut kita tidak nyaman untuk diikuti. Mungkin sah-sah saja apabila ajakan itu adalah ajakan untuk berbuat jahat. Namun ternyata bukan hanya itu. Bahkan saat Tuhan mengundang kita untuk datang ke pesta-Nya, kitapun berdalih macam-macam. Mulai dari urusan keluarga, urusan pekerjaan dan urusan-urusan yang “mendadak penting”. Kita meminta maaf kepada Tuhan, mohon Tuhan untuk memahami keadaan kita dan rengekan-rengekan lainnya. Kita sering menomorsekiankan undangan Tuhan. Tuan rumah berkata “rumahku harus penuh” (ayat 23b). Jadi saat kita menolak undangan Tuhan, maka jangan salahkan Dia bila Dia akan mengundang yang lain, karena kita tidak mau berkomitmen untuk hadir dalam undangan-Nya.

Rabu, 07 November: Hari Biasa Pekan XXXI (H).

Flp 2:12-18; Mzm 27:1.4.13-14; Luk 14:25-33.
KOMITMEN TOTAL.
Injil Lukas hari ini mengisahkan tentang dua perumpamaan yaitu (1) orang yang ingin membangun sebuah menara harus membuat anggaran belanja dan (2) raja yang ingin pergi berperang harus mempertimbangkan kekuatan pihaknya. Saat itu orang banyak mengikuti Yesus dalam perjalanan dari Galilea menuju Yerusalem. Ada pandangan yang keliru terhadap diri Yesus. Orang berpikir bahwa Dia adalah seorang penguasa dunia yang sedang berada di dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mendirikan kerajaan-Nya. Mereka ingin berada di sana bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Namun di Yerusalem Yesus justru menderita sengsara sampai wafat di kayu salib. Oleh karena itu Yesus memperingatkan para pengikut-Nya bahwa mereka harus menghitung “harga” pemuridan sebelum mereka menyerahkan hidup mereka kepada Yesus seperti kedua perumpamaan itu. Bagaimana dengan Anda?

Kamis, 08 November: Hari Biasa Pekan XXXI (H).

Flp 3:3-8a; Mzm 105:2-3.4-5.6-7; Luk 15:1-10.
SUKACITA SURGA.
Pernahkah anda kehilangan barang yang sangat berharga? Ada perasaan marah, sedih, bingung yang bercampur aduk. Namun saat barang itu ditemukan kembali maka timbullah perasaan sukacita yang luar biasa. Demikian juga dengan Bapa di surga. Dia akan mencari satu domba yang tersesat meskipun mempunyai domba-domba lainnya. Perhatian-Nya tertuju pada satu dirham yang lenyap dari antara sembilan dirham yang masih tersisa. Semua itu dilakukan-Nya karena kasih-Nya kepada kita semua. Yesus diutus untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Dialah jalan untuk sampai kepada Bapa. Kita sebagai murid Kristus mempunyai tugas yang sama yaitu mencari ‘domba’ dan ‘dirham’ yang hilang. Kita harus menunjukkan kepada mereka jalan kepada Allah melalui Yesus, agar sukacita yang besar terjadi di surga karena satu orang yang hilang telah ditemukan kembali. Karena satu orang berdosa telah bertobat dan datang kepada Bapa.

Jumat, 09 November: Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran (P).

Yeh 47:1-2.8-9.12 atau 1Kor 3:9b-11.16-17; Mzm 46:2-3.5-6.8-9; Yoh 2:13-22.
BAIT ALLAH.
Yesus marah. Mengapa? Apakah Dia sudah kehilangan belas kasihan? Kemarahan tidak selalu harus ditafsirkan sebagai wujud hilangnya belas kasihan. Yesus marah karena Bait Allah sudah menjadi tempat “perampasan terselubung” dalam peraturan dan kewajiban keagamaan. Para pejabatnya telah memanipulasi peraturan dan kewajiban keagamaan untuk memeras dan merampas uang demi keuntungan mereka pribadi. Oleh karena penyimpangan tersebut, maka Ibadat kurban dan penyembahan di Bait Allah yang dibuat dan diatur oleh manusia itu harus diakhiri. Yesus telah menggantikan dengan diri-Nya sebagai perantara manusia dengan Allah. Kita pun adalah Bait-Nya yang kudus.

Sabtu, 10 November: Peringatan Wajib St. Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja (P).

Flp. 4:10-19; Mzm. 112:1-2,56,8a,9; Luk. 16:9-15; atau dr RUybs
PERKARA KECIL.
Ingin dipakai Tuhan? Setialah pada perkara-perkara yang kecil (Luk 16:10). Apa maksudnya? Daud tidak diperhitungkan oleh Isai, ayahnya. Saat ada pesta besar di mana Nabi Tuhan datang, Daud malah disuruh menggembalakan kambing domba yang hanya dua tiga ekor saja (I Sam 17:28), tetapi dia setia melakukannya. Dan justru dia yang dipilih Tuhan untuk diurapi, bukan kakak-kakaknya. (I Sam 16:11-12). Dalam perjalanan karirnya Daud bekerja di istana raja yang megah yang tentunya mempunyai prestise tinggi, gaji besar dan fasilitas yg memadai. Namun dia masih pulang dari istana untuk menggembalakan domba ayahnya (I Saml 17:15). Setia pada perkara kecil akan berujung "promosi" dari Tuhan sendiri. Bersediakah Anda ?

Minggu, 11 November: Hari Minggu Biasa XXXII (H).

1Raj 17:10-16; Mzm 146:7.8-9a.9bc-10; Ibr 9:24-28; Mrk 12:38-44 (Mrk 12:41-44).
PERSEMBAHAN.
Setiap hari Minggu saat tangan kita menggenggam uang dan memasukkannya ke kantong kolekte, mungkin kita berpikir bahwa pemberian kita sudah cukup layak, sudah cukup banyak. Benarkah demikian? Yesus berkata lain. Seorang janda miskin yang memberikan persembahan dua peser disebutkan bahwa dia memberi lebih banyak dari yang lain, yang mungkin sebagian adalah orang kaya. Hati janda ini dipenuhi oleh ketulusan yang mendorong dia memberikan persembahannya. Baginya Allah jauh lebih berharga dari dua peser uang yang dipunyainya. Teladan dari sang janda miskin ini seharusnya menginsipirasi kita saat kita memberikan persembahan. Apakah ada ketulusan yang mengalir dari dalam hati kita saat memberikan persembahan?
URSULA ANN - PAROKI REGINA CAELI PANTAI INDAH KAPUK

Senin, 05 November 2012 Hari Biasa Pekan XXXI

Senin, 05 November 2012
Hari Biasa Pekan XXXI

“Roh Kudus adalah sumber dan pemberi segala kekudusan” (Katekismus Gereja Katolik, 749)

Antifon Pembuka (Flp 2:4)

Janganlah masing-masing hanya memperhatikan kepentingan sendiri, melainkan kepentingan orang lain.

Doa Pagi

Allah Bapa yang Mahabaik, aku bersyukur kepada-Mu karena Engkau berkenan memberikan Putra-Mu untuk menjadi manusia seperti aku, sehingga Ia dapat mengajarku sikap belas kasih. Aku hendak menghayati sikap ini terhadap siapa saja yang kujumpai sepanjang hari ini. Amin.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi (2:1-4)

"Lengkapilah sukacitaku, hendaklah kalian sehati sepikir."

Saudara-saudara dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasih. Maka sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kalian sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia. Sebaliknya dengan rendah hati anggaplah orang lain lebih utama daripada dirimu sendiri. Janganlah masing-masing hanya memperhatikan kepentingan sendiri, melainkan kepentingan orang lain juga.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, lindungilah aku dalam damai-Mu.
Ayat. (Mzm 131:1.2.3)
1. Tuhan, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
2. Sungguh, aku telah menenangkan dan mendirikan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
3. Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alelluya
Ayat. Jika kalian tetap dalam firman-Ku, kalian benar-benar murid-Ku, dan kalian akan mengetahui kebenaran.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:12-14)

"Janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, melainkan undanglah orang-orang miskin dan cacat."


Yesus bersabda kepada orang Farisi yang mengundang Dia makan, “Bila engkau mengadakan perjamuan siang atau malam, janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula, dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi bila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Maka engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Negeri kita sedang dilanda satu virus berbahaya. Dengan itu banyak otak manusia diracuni sehingga yakin bahwa perbedaan di antara kita selalu berarti peperangan dan pembuktian mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Perbedaan bukanlah barang baru. Masalahnya, bagaimana perbedaan itu diterima sebagai sebuah berkat atau kutuk. Hanya dengan bantuan rahmat Tuhan kita bisa membangun persatuan di atas berbagai perbedaan.

Maka kita diundang untuk tidak mencari kepentingan diri sendiri atau pujian yang sia-sia. Dengan itu pula kita bisa menjawab tantangan untuk merangkul sebanyak mungkin orang. Mereka yang tersingkir dan terlupakan, yang miskin, cacat, lumpuh, buta, justru perlu kita undang. Tindakan tulus dengan percaya pada balasan berkat dari Tuhan saja bisa mengubah warna hidup bersama menjadi lebih menyenangkan. Jika tidak demikian, kita akan menjadi ahli dalam menciptakan neraka bagi yang lain.

Yesus, Engkaulah Tuhanku. Bimbinglah aku untuk tidak tinggi hati dan berilah aku kesediaan dan sukacita dalam merangkul banyak orang. Amin.

Ziarah Batin 2012, Renungan dan Catatan Harian

Kobus: Minggu, 04 November 2012




silahkan klik gambar untuk memperbesar

Minggu, 04 November 2012 Hari Minggu Biasa XXXI

Minggu, 04 November 2012
Hari Minggu Biasa XXXI

Tuhan sebagai Yang Esa mewahyukan Diri kepada Israel, bangsa yang dipilih-Nya: "Dengarlah, hai orang Israel. Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (Ul 6:4-5). Dengan perantaraan para nabi, Allah mengajak Israel dan semua bangsa supaya berpaling kepada-Nya, Allah yang satu-satunya: "Berpalinglah kepada-Ku, dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi. Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain... semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa, sambil berkata: Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam Tuhan" (Yes 45:22-24) Bdk. Flp 2:10-11. -- Katekismus Gereja Katolik, 201


Antifon Pembuka (bdk. Mzm 38:22-23)


Jangan tinggalkan daku, ya Tuhan, Allahku, janganlah jauh dariku! Bersegeralah menolong aku, ya Tuhan, Penyelamatku.


Doa Pagi


Allah yang Mahakuasa dan Maharahim, hanya berkat rahmat-Mu umat beriman dapat mengabdi dan memuji Engkau dengan cara yang pantas dan terpuji. Singkirkanlah segala hambatan agar dengan leluasa kami bergegas menyongsong apa yang Engkau janjikan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.


Bacaan dari Kitab Ulangan (6:2-6)
  
“Dengarkanlah, hai orang Israel, kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu.”

Sekali peristiwa Musa berkata kepada bangsanya, “Seumur hidup hendaknya engkau dan anak cucumu takut akan Tuhan, Allahmu, serta berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu; dan supaya lanjut umurmu, dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah ketetapan dan perintah itu dengan setia supaya baiklah keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan Tuhan, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatanmu! Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan.”

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 839

Ref. Aku mengasihi Tuhan, Dia sumber kekuatan. Hidupku kan menjadi aman dalam lindungan-Nya.
Ayat. (Mzm 18:2-3a.3bc-4.47+51ab; Ul: 2)

1. Aku mengasih Engkau, ya Tuhan, kekuatanku; ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahanan dan penyelamatku.
2. Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah Tuhan, seruku; maka aku pun selamat dari para musuhku;
3. Tuhan itu hidup! Terpujilah Gunung Batuku, dan mulialah Allah Penyelamatku. Tuhan mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat-Nya, Ia menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya.

Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (7:23-28)
  
“Yesus tetap selama-lamanya, maka imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain.”

Saudara-saudara, dalam jumlah yang besar kaum Lewi telah menjadi imam karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. Tetapi Yesus tetap selama-lamanya; maka imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Yesus sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang demi Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup lestari untuk menjadi Pengantara mereka. Imam Agung seperti inilah yang kita perlukan; yakni saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang telah terpisah dari orang-orang berdosa dan ditinggikan mengatasi segala langit; yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan kurban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya. Hal itu telah dilakukan Yesus satu kali untuk selama-lamanya, yakni ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban. Hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi imam agung. Tetapi sesudah hukum Taurat itu, diucapkan sumpah, yang menetapkan Anak, yang sudah menjadi sempurna sampai selama-lamanya menjadi Imam Agung.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, gregorian, PS 959

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 14:33)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti Firman-Ku; Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepada-Nya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:28b-34)
    
“Inilah perintah yang paling utama, dan perintah yang kedua sama dengan yang pertama.”

Pada suatu hari, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus, dan bertanya, “Perintah manakah yang paling utama?” Yesus menjawab, “Perintah yang paling utama ialah: Dengarlah, hai orang Israel! Tuhan Allah kita itu Tuhan yang esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatanmu. Dan, perintah yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus, “Guru, tepat sekali apa yang Kaukatakan itu, bahwa Allah itu esa, dan tidak ada Allah lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri jauh lebih utama daripada semua kurban bakaran dan kurban sembelihan.” Yesus melihat, betapa bijaksananya jawab orang itu. Maka, Ia berkata kepadanya, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan tak seorang pun masih berani menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
 
 
Renungan


IBARAT CERMIN
 
  
Sifat cermin adalah memantulkan apa saja yang ada di depannya. Kiranya itu pula yang dimiliki manusia pada umumnya. Bila ia dikasihi, maka kasih pun akan dipantulkan kepada orang lain. Demikianlah manusia itu, ia dapat diibaratkan seperti cermin.

Baiklah bila kita mulai menyadari hal ini agar kita mampu mengasihi Allah dan sesama oleh karena telah lebih dulu mengalami sendiri dikasihi oleh Allah dan sesama. Lewat pengalaman kasih itu, kita akan memiliki kehendak yang kuat untuk berbagi kasih.


Akan tetapi, ketika perintah yang utama dan terutama itu dimengerti hanya sebatas sebagai perintah saja, kita cenderung untuk melanggar. Seperti halnya dengan perintah-perintah lainnya, kita cenderung tidak menaatinya. Sampai-sampai ada ungkapan, "Perintah itu ada untuk dilanggar." Dalam kehidupan bermasyarakat, melanggar itu sudah biasa. Seringnya, sudah tahu itu salah, tetapi karena banyak orang melakukannya, lalu dianggap bukan masalah karena sudah biasa begitu. Salah satu buktinya adalah orang tidak mentaati rambu-rambu lalu lintas dengan baik; orang tidak menggunakan sabuk pengaman bagi pengendara mobil atau helm bagi pengendara sepeda motor.


Kita lupa bahwa perintah atau hukum cinta kasih itu adalah hukum yang terutama. Ini jelas berbeda dengan perintah lainnya. Dan itulah yang dikatakan Yesus saat menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat, bahwa tidak ada hukum lain yang melebihi hukum kasih. Kata-Nya, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu, juga kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Maka, bila kita melanggarnya, bukankah itu pelanggaran yang paling utama juga?


Kita lupa bahwa dengan tidak menjalankan hukum cinta kasih, kita telah berada di dalam hukuman yang paling utama juga. Harusnya kita menghindari benci, dendam, menyimpan luka dan sakit hati, iri dan dengki, memusuhi, menindas, melecehkan, tidak mau pergi ke gereja karena marah dengan pastor parokinya atau malas ikut doa lingkungan karena tidak suka dengan salah satu warganya, tidak mudah akur (rukun), sombong, dan masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum cinta kasih itu. Dengan menghindari itu semua, kita dijauhkan dari kesulitan-kesulitan dan penderitaan-penderitaan hidup yang berat dan berkepanjangan, yang jauh dari kedamaian dan kebahagiaan sejati.


Mari kita kembali kepada pemahaman umum tentang karakteristik cermin tadi. Alangkah baiknya bahwa manusia itu lebih dahulu mengalami dikasihi Allah dan dicintai oleh sesamanya sehingga kita tidak cenderung untuk melanggarnya. Bahkan sebaliknya, kita memiliki kerinduan untuk mengasihi Allah dan sesama.


Dari sebagian besar kesaksian hidup, seorang yang dulunya jahat atau berdosa dan kemudian bertobat, atau bahkan mampu berbalik seratus delapan puluh derajat, ternyata dikarenakan telah mengalami dikasihi Allah lewat suatu peristiwa tertentu, entah saat melaksanakan kegiatan sehari-hari yang biasa atau mengikuti kegiatan rohani, atau terhindar dari peristiwa yang mengancam maut.


Ibarat cermin, semoga kita yang telah mengalami kasih Allah dapat memantulkan kasih-Nya terhadap sesama di sekitar kita dan kita memiliki kerinduan yang besar untuk melaksanakan hukum cinta kasih itu dengan baik.

Paulus Kristianto Puji Sutrisno, O.Carm / RUAH

MOHON AGAR HATI DIPENUHI DENGAN CINTA TUHAN


Tariklah saya kepada-Mu, ya Tuhan, dan masuk ke dalam nyala cinta-Mu seperti dialami oleh St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus. Ia begitu eratnya dengan Dikau, sehingga Engkau hidup dan berkarya sepenuhnya di dalam dirinya, terutama di dalam menghadirkan cinta-Mu kepada sesama.


Tariklah saya untuk masuk lebih dalam ke dalam samudra kasih-Mu. Penuhilah hatiku dengan cinta-Mu, sehingga aku dapat mengasihi sesama dengan cinta-Mu. AKu ingin tenggelam di dalam lautan cinta-Mu dan tinggal di dalam cinta-Mu, sehingga aku mampu menghayati panggilan hidupku dengan melakukan segala sesuatu, melayani ENgkau dan sesama dengan cinta yang besar dan semangat yang tak pernah pudar.


Terpujilah Engkau, ya Tuhanku dan Allahku. Amin.


(Dikutip dari: A. Ari Pawarto, O.Carm 2012. LUAPAN HATI, Doa-doa yang Terinspirasi dari Kata-kata St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Malang: Karmelindo, hlm 48).
   
Kebencian yang disengaja, melawan cinta kasih. Kebencian terhadap sesama adalah dosa, apabila orang dengan sengaja mengharapkan yang jahat, baginya. Adalah dosa berat, apabila orang mengharapkan kerugian yang besar setelah dipikirkan baik-baik. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu, karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang ada di surga" (Mat 5:44-45). -- Katekismus Gereja Katolik, 2303

Minggu Biasa XXXI/B – 4 November 2012



Minggu Biasa XXXI/B – 4 November 2012
Ul 6:2-6; Ibr 7:23-28; Mrk 12:28b-34

Tidak terasa, sekarang sudah awal November. Tahun 2012 hampir berakhir dan akan segera datang tahun 2013. Hari ini kita juga sudah memasuki Pekan Biasa XXXI. Dua pekan lagi, Tahun Liturgi B ini akan segera berakhir dan berganti dengan Tahun Liturgi baru, yaitu Tahun C, yang dimulai dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam (25 November 2012). Dalam dinamika waktu yang terus berjalan, kita diajak membangun harapan seperti yang dinyatakan dalam bacaan I, “supaya lanjut umurmu dan supaya baiklah keadaanmu” (bdk. Ul 6:2.3).
Supaya di sepanjang zaman, keadaan kita selalu baik dan umur kita berlanjut dalam kehidupan abadgi, haruslah kita “berpegang pada segala ketetapan dan perintah Tuhan ... dan mengasihi Dia dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan” (bdk. Ul 6:2.5). Inilah hukum utama yang pertama sebagaimana ditegaskan Yesus dalam bacaan Injil (Mrk 12:30). Kemudian, Yesus masih menambahkan satu lagi hukum utama yang kedua, yakni mengasihi sesama seperti diri sendiri (Mrk 12:31a).
Dua hukum kasih, sebagai hukum utama tersebut, disampaikan Yesus untuk menjawab seorang ahli Taurat yang bertanya, “Perintah manakah yang paling utama?” (Mrk 12:28). Pertanyaan ini bisa dimengerti mengingat dalam kitab Taurat, seluruhnya ada 613 hukum, 365 di antaranya berupa larangan dan yang 248 berupa perintah. Yesus menjawab pertanyaan tersebut dengan mengutip Ul 6:4-6 “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu!”. Kemudian, ditambahkan pula kutipan dari Im 19:18, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” Yesus masih menegaskan bahwa tidak ada perintah lain yang lebih utama dari pada kedua perintah itu (Mrk 12:31b).
Perintah yang pertama, yaitu kasih kepada Allah didahului dengan penegasan mengenai keesaan Allah (Ul 6:4; Mrk 12:29). Hal ini dimaksudkan untuk menekankan pentingnya komitmen penuh dalam mengasihi Tuhan. Dia adalah satu-satunya Allah yang harus kita kasihi dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Kita tidak boleh mengasihi sesuatu pun yang lain melebihi kasih kita kepada Allah.
Sekarang, apa artinya mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan? Berdasarkan keyakinan keagamaan Yahudi pada waktu itu – juga keyakinan kita sekarang – di dalam hati terletak pusat hidup manusia; di dalam jiwa ada dorongan kehendak; di dalam akal budi terletak kesadaran, pikiran, dan logika; dan kekuatan menunjuk pada bakat dan kemampuan dalam berbagai aspek (fisik, ekonomi, sosial, dll). Dengan menyebut secara lengkap daya batin dan daya fisik manusia dalam mencintai Allah, hendak ditekankan bahwa mengasihi Allah bukan sekedar emosi tetapi muncul dari pusat atau kedalaman hidup kita yang melibatkan kehendak, kesadaran dan tindakan nyata sekaligus. Dengan ungkapan dan wujud kasih yang total kepada Allah ini, secara tidak langsung terkandung suatu pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya Sumber, Kekuatan dan Tujuan dari kehidupan manusia.
Kasih kepada Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan tersebut harus pula diwujudkan dalam tindakan kasih kepada sesama. “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mrk 12:31a). Yang menarik di sini, Yesus menyatakan bahwa mengasihi sesama hendaknya dilakukan seperti kita mengasihi diri sendiri. Tindakan “mengasihi diri sendiri” dalam konteks ini tentu tidak berarti egois tetapi justru merupakan tindakan syukur kepada Allah yang telah lebih dahulu mengasihi kita. Jika Allah mengasihi kita, tidak ada alasan bagi kita untuk membenci diri. Menurut hukum yang kedua tersebut, kasih kepada sesama dan kepada diri sendiri dapat berjalan bersama, bahkan dapat dipakai sebagai ukuran penilaian: “semakin kita mengasihi diri sendiri, semakin kita mengasihi sesama; semakin kita mengasihi sesama, semakin kita mengasihi diri sendiri.”
Menurut Injil Markus, kedua hukum kasih ini mengatasi semua kurban bakaran dan kurban lainnya (Mrk 12:32-33). Kasih bukan hanya inti dari hukum Taurat dan ajaran para nabi, tetapi juga inti dari ajaran dan misi Yesus di dunia ini. Karya penebusan kita dari kuasa dosa dan kematian oleh Yesus merupakan perwujudan kasih yang tak terhingga dari Allah kepada umat-Nya. Kasih bukan sekedar upaya manusia tetapi juga anugerah yang berasal dari Allah (1Yoh 4:7). Karena berasal dari Allah, maka kasih mempunyai sifat “tak berkesudahan” (1Kor 13:8). Bahkan, kasih itu lebih besar daripada iman dan harapan.Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1Kor 13:13). Iman ada selesainya, yaitu ketika kita sudah melihat dan bersatu dengan Tuhan yang kita imani. Harapan juga ada selesainya ketika sudah terpenuhi. Berbeda dengan kasih. Kita ada dan lahir di dunia ini karena kasih. Selam kita hidup di dunia ini, kita membutuhkan kasih. Setelah, dipanggil Tuhan, kita pun masih membutuhkan kasih. Dan si surga pun kita akan hidup dalam persekutuan kasih yang abadi.
Tahun 2012 akan segera berakhir. Demikian pula Tahun Liturgi B ini. Namun kasih Tuhan kepada kita tidak berkesudahan. Demikian pula (hendaknya) kasih kita kepada Tuhan dan sesama.
RD. Ag. Agus Widodo

Sabtu, 03 November 2012 Hari Biasa Pekan XXX

Sabtu, 03 November 2012
Hari Biasa Pekan XXX

“Kefasikan dan kejahatan mana pun harus kita singkirkan jauh-jauh” (St. Klemens)

Antifon Pembuka (Mzm 43:3)

Jiwaku haus akan Allah, Allah hidup! Bilakah aku boleh datang menghadap Allah?

Doa Pagi

Allah Bapa kami yang mahamurah, semua yang kecil dan hina, Kaujunjung tinggi. Meskipun kami papa miskin, namun Kaupanggil juga ikut serta dalam perjamuan-Mu. Kami mohon, jadilah tuan rumah yang ramah bagi kami. Berikanlah perhatian serta kegembiraan-Mu kepada siapa pun yang Kauundang. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Dengan melihat sisi positif, Paulus mengatakan bahwa ia akan tetap bersukacita atas apa yang ia kerjakan dan alami. Terlebih ia bersukacita asal saja Kristus diwartakan. Ia rindu agar sebanyak mungkin orang mengenal Kristus dan percaya kepada-Nya. Inilah jiwa missioner Paulus.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (1:18b-26)

"Bersukacita dalam iman."

Saudara-saudara, asal saja Kristus diwartakan, aku bersukacita karenanya. Dan aku akan tetap bersukacita sebab aku tahu, bahwa akhir dari semuanya ini ialah keselamatanku berkat doamu dan berkat pertolongan Roh Yesus Kristus. Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan, ialah bahwa dalam segala hal aku tidak mendapat malu. Kuharapkan bahwa seperti dahulu, sekarang pun Kristus dengan nyata dimuliakan dalam tubuhku baik oleh hidup maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup ialah Kristus dan mati keuntungan. Hidup di dunia bagiku berarti bekerja dan menghasilkan buah. Maka aku tidak tahu, mana yang harus kupilih. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama Kristus, karena ini memang jauh lebih baik. Tetapi demi kalian, lebih perlu aku tetap tinggal di dunia ini. Dalam keyakinan ini tahulah aku bahwa aku akan tetap tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kalian semua, supaya kalian makin maju dan bersukacita dalam iman. Dengan demikian kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, yaitu apabila aku kembali kepadamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/2, PS 843.
Ref. Jiwaku haus pada-Mu, Tuhan ingin melihat wajah Allah.
Ayat. (Mzm 42:2.3.5bcd; R: 42:2, 2/4)
1. Seperti rusa yang merindukan sungai berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
2. Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup! Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
3. Bagaimana aku berjalan maju di tengah kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah di tengah suara sorak sorai dan nyanyian syukur, di tengah keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. Terimalah beban-Ku dan belajarlah pada-Ku, sebab Aku lemah lembut dan rendah hati.

Kehormatan duniawi sejatinya tidak perlu dicari dan dikejar, baik secara terus terang maupun secara sembunyi-sembunyi. Sebaliknya, yang diajarkan oleh Yesus adalah kerendahan hati. Barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan, bukan oleh manusia tetapi Tuhan sendiri.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:1.7-11)

"Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan; dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditinggikan."


Pada suatu hari Sabat Yesus masuk rumah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan seksama. Melihat tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat terhormat, Yesus lalu mengatakan perumpamaan berikut, “Kalau engkau diundang ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan. Sebab mungkin ada undangan yang lebih terhormat daripadamu. Jangan-jangan orang yang telah mengundang engkau dan tamu itu berkata kepadamu, ‘Berikanlah tempat itu kepada orang ini’. Lalu dengan malu engkau harus pindah ke tempat yang paling rendah! Tetapi apabila engkau diundang, duduklah di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata, ‘Sahabat, silakan duduk di depan’. Dengan demikian engkau mendapat kehormatan di mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan; dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditinggikan.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Kita mengenal syair lagu ini, “Dia harus makin bertambah, ku harus makin berkurang; nama Kristus saja disembah, ku di tempat paling belakang.” Lagu ini barangkali diinspirasi dari kata-kata dan tindakan Yohanes Pembaptis tatkala Yesus muncul di tengah khalayak umum. Kerendahan hati Yohanes Pembaptis ini hendaknya menjadi napas hidup kita. Kita berani mendahulukan orang lain daripada kepentingan pribadi. Mampukah Anda melakukannya?

Doa Malam

Tuhan Yesus, teladan hidup-Mu dalam hal kerendahan hati, sering membuatku malu. Dalam diriku ada kesombongan, gengsi akan jabatan atau kekuasaan walau tak terucap. Sebab itu, sudilah Engkau membantu aku agar hidupku makin berkenan kepada-Mu. Amin.


RUAH

Jumat, 2 November 2012 Pw. Arwah Semua Orang Beriman

Jumat, 2 November 2012
Pw. Arwah Semua Orang Beriman
2Mak 12:43-46; Rm 5:5-11; Yoh 6:37-40

"Inilah kehendak Dia yg telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pad akhir zaman" (Yoh 6:)

Kemarin, kita merayakan Semua Orang Kudus, yakni saudara/i kita umat beriman yang telah mulia di surga. Hari ini, kita memperingati arwah semua org beriman, yakni saudara/i kita yang masih berada di api penyucian. Kedua perayaan ini menampakkan kesatuan Gereja sebagai communio sanctorum yang terdiri dari 3 kalompok, yakni: kita yang masih hidup dan berziarah di dunia ini; mereka yang sudah meninggal dan masih berada di api penyucian; mereka yang sudah meninggal dan sudah mulia di surga.

Pada peringatan arwah semua orang beriman ini, kita diajak untuk secara khusus mengenang dan mendoakan saudara/i kita yang sudah meninggal dan saat ini masih berada di api penyucian. Kita juga diajak menyadari makna kematian dalam terang iman kristiani. Kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Sebab, dengan kematian, hidup hanyalah diubah bukan dilenyapkan. Kematian justru merupakan awal dari kehidupan abadi di surga. Sebab, bagi kita telah disediakan kediaman abadi di surga, setelah hidup kita di dunia ini berakhir.

Surga adalah tempat orang kudus. Padahal, sebagian besar orang beriman, ketika berangkat dari dunia ini (mati) berada dalam keadaan dosa. Maka, sebelum masuk surga, harus disucikan/dikuduskan terlebih dahulu. Itulah yang terjadi di api penyucian. Bagi merekalah, kita berdoa supaya karena belas kasih Allah, mereka dikuduskan dan akhirnya diperkenankan masuk surga, bergabung dengan para kudus.

Dalam rangka "Peringatan Arwah Semua Orang Beriman" ini, kita dapat memperoleh indulgensi, yaitu penghapusan atas hukuman sementara dari dosa bagi org yang sudah meninggal. Caranya adalah dengan mengunjungi makan dan/atau mendoakan arwah orang yang ingin kita mohonkan indulgensi. Jika dilakukan tiap hari dari tanggal 1-8 Nov, maka akan diperoleh indulgensi penuh; jika dilakukan pada hari lain, akan diperoleh indulgensi sebagian.

Marilah, kita doakan arwah saudara/i kita yang sudah meninggal. Akan tiba saatnya kelak, kita pun menjadi arwah dan harus menjalani pemurnian di api penyucian. Pada saat itulah, kita butuh doa, baik dari saudara/i kita yang masih hidup di dunia ini maupun dari para kudus di surga. Demikianlah, di dalam communio sanctorum itu, semua anggota Gereja saling mendoakan dan bersatu dalam doa.

RD. Ag. Agus Widodo

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy