Minggu, 04 November 2012
Hari Minggu Biasa XXXI
Tuhan sebagai Yang Esa mewahyukan Diri kepada Israel, bangsa yang dipilih-Nya:
"Dengarlah, hai orang Israel. Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!
Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap kekuatanmu" (Ul 6:4-5). Dengan perantaraan
para nabi, Allah mengajak Israel dan semua bangsa supaya berpaling
kepada-Nya, Allah yang satu-satunya: "Berpalinglah kepada-Ku, dan
biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi. Sebab Akulah Allah
dan tidak ada yang lain... semua orang akan bertekuk lutut di
hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa, sambil
berkata: Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam Tuhan" (Yes 45:22-24) Bdk. Flp 2:10-11. -- Katekismus Gereja Katolik, 201
Antifon Pembuka (bdk. Mzm 38:22-23)
Jangan tinggalkan daku, ya Tuhan, Allahku, janganlah jauh dariku! Bersegeralah menolong aku, ya Tuhan, Penyelamatku.
Doa Pagi
Allah yang Mahakuasa dan Maharahim, hanya berkat rahmat-Mu umat beriman
dapat mengabdi dan memuji Engkau dengan cara yang pantas dan terpuji.
Singkirkanlah segala hambatan agar dengan leluasa kami bergegas
menyongsong apa yang Engkau janjikan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus,
Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh
Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Ulangan (6:2-6)
“Dengarkanlah, hai orang Israel, kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu.”
Sekali peristiwa Musa berkata kepada bangsanya, “Seumur hidup hendaknya
engkau dan anak cucumu takut akan Tuhan, Allahmu, serta berpegang pada
segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu; dan
supaya lanjut umurmu, dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah
ketetapan dan perintah itu dengan setia supaya baiklah keadaanmu, dan
supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan Tuhan,
Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah
susu dan madunya. Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita,
Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati, dengan
segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatanmu! Apa yang kuperintahkan
kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 839
Ref. Aku mengasihi Tuhan, Dia sumber kekuatan. Hidupku kan menjadi aman dalam lindungan-Nya.
Ayat. (Mzm 18:2-3a.3bc-4.47+51ab; Ul: 2)
1. Aku mengasih Engkau, ya Tuhan, kekuatanku; ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahanan dan penyelamatku.
2. Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk
keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah Tuhan, seruku; maka aku pun
selamat dari para musuhku;
3. Tuhan itu hidup! Terpujilah Gunung Batuku, dan mulialah Allah
Penyelamatku. Tuhan mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja
yang diangkat-Nya, Ia menunjukkan kasih setia kepada orang yang
diurapi-Nya.
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (7:23-28)
“Yesus tetap selama-lamanya, maka imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain.”
Saudara-saudara, dalam jumlah yang besar kaum Lewi telah menjadi imam
karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. Tetapi Yesus
tetap selama-lamanya; maka imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang
lain. Karena itu Yesus sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna
semua orang yang demi Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup lestari
untuk menjadi Pengantara mereka. Imam Agung seperti inilah yang kita
perlukan; yakni saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang telah terpisah
dari orang-orang berdosa dan ditinggikan mengatasi segala langit; yang
tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus
mempersembahkan kurban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah
untuk dosa umatnya. Hal itu telah dilakukan Yesus satu kali untuk
selama-lamanya, yakni ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri
sebagai kurban. Hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi
kelemahan menjadi imam agung. Tetapi sesudah hukum Taurat itu,
diucapkan sumpah, yang menetapkan Anak, yang sudah menjadi sempurna
sampai selama-lamanya menjadi Imam Agung.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, gregorian, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 14:33)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti Firman-Ku; Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepada-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:28b-34)
“Inilah perintah yang paling utama, dan perintah yang kedua sama dengan yang pertama.”
Pada suatu hari, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus, dan
bertanya, “Perintah manakah yang paling utama?” Yesus menjawab,
“Perintah yang paling utama ialah: Dengarlah, hai orang Israel! Tuhan
Allah kita itu Tuhan yang esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan dengan
segenap kekuatanmu. Dan, perintah yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah lain yang lebih
utama dari pada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada
Yesus, “Guru, tepat sekali apa yang Kaukatakan itu, bahwa Allah itu
esa, dan tidak ada Allah lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan
segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap
kekuatan, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri jauh
lebih utama daripada semua kurban bakaran dan kurban sembelihan.”
Yesus melihat, betapa bijaksananya jawab orang itu. Maka, Ia berkata
kepadanya, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan tak seorang
pun masih berani menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
IBARAT CERMIN
Sifat cermin adalah memantulkan apa saja yang ada di depannya. Kiranya
itu pula yang dimiliki manusia pada umumnya. Bila ia dikasihi, maka
kasih pun akan dipantulkan kepada orang lain. Demikianlah manusia itu,
ia dapat diibaratkan seperti cermin.
Baiklah bila kita mulai menyadari hal ini agar kita mampu mengasihi
Allah dan sesama oleh karena telah lebih dulu mengalami sendiri dikasihi
oleh Allah dan sesama. Lewat pengalaman kasih itu, kita akan memiliki
kehendak yang kuat untuk berbagi kasih.
Akan tetapi, ketika perintah yang utama dan terutama itu dimengerti
hanya sebatas sebagai perintah saja, kita cenderung untuk melanggar.
Seperti halnya dengan perintah-perintah lainnya, kita cenderung tidak
menaatinya. Sampai-sampai ada ungkapan, "Perintah itu ada untuk
dilanggar." Dalam kehidupan bermasyarakat, melanggar itu sudah biasa.
Seringnya, sudah tahu itu salah, tetapi karena banyak orang
melakukannya, lalu dianggap bukan masalah karena sudah biasa begitu.
Salah satu buktinya adalah orang tidak mentaati rambu-rambu lalu lintas
dengan baik; orang tidak menggunakan sabuk pengaman bagi pengendara
mobil atau helm bagi pengendara sepeda motor.
Kita lupa bahwa perintah atau hukum cinta kasih itu adalah hukum yang
terutama. Ini jelas berbeda dengan perintah lainnya. Dan itulah yang
dikatakan Yesus saat menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat, bahwa
tidak ada hukum lain yang melebihi hukum kasih. Kata-Nya, "Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu, juga kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Maka, bila kita melanggarnya,
bukankah itu pelanggaran yang paling utama juga?
Kita lupa bahwa dengan tidak menjalankan hukum cinta kasih, kita telah
berada di dalam hukuman yang paling utama juga. Harusnya kita
menghindari benci, dendam, menyimpan luka dan sakit hati, iri dan
dengki, memusuhi, menindas, melecehkan, tidak mau pergi ke gereja karena
marah dengan pastor parokinya atau malas ikut doa lingkungan karena
tidak suka dengan salah satu warganya, tidak mudah akur (rukun),
sombong, dan masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum
cinta kasih itu. Dengan menghindari itu semua, kita dijauhkan dari
kesulitan-kesulitan dan penderitaan-penderitaan hidup yang berat dan
berkepanjangan, yang jauh dari kedamaian dan kebahagiaan sejati.
Mari kita kembali kepada pemahaman umum tentang karakteristik cermin
tadi. Alangkah baiknya bahwa manusia itu lebih dahulu mengalami dikasihi
Allah dan dicintai oleh sesamanya sehingga kita tidak cenderung untuk
melanggarnya. Bahkan sebaliknya, kita memiliki kerinduan untuk mengasihi
Allah dan sesama.
Dari sebagian besar kesaksian hidup, seorang yang dulunya jahat atau
berdosa dan kemudian bertobat, atau bahkan mampu berbalik seratus
delapan puluh derajat, ternyata dikarenakan telah mengalami dikasihi
Allah lewat suatu peristiwa tertentu, entah saat melaksanakan kegiatan
sehari-hari yang biasa atau mengikuti kegiatan rohani, atau terhindar
dari peristiwa yang mengancam maut.
Ibarat cermin, semoga kita yang telah mengalami kasih Allah dapat
memantulkan kasih-Nya terhadap sesama di sekitar kita dan kita memiliki
kerinduan yang besar untuk melaksanakan hukum cinta kasih itu dengan
baik.
Paulus Kristianto Puji Sutrisno, O.Carm / RUAH
MOHON AGAR HATI DIPENUHI DENGAN CINTA TUHAN
Tariklah saya kepada-Mu, ya Tuhan, dan masuk ke dalam nyala cinta-Mu
seperti dialami oleh St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus. Ia begitu
eratnya dengan Dikau, sehingga Engkau hidup dan berkarya sepenuhnya di
dalam dirinya, terutama di dalam menghadirkan cinta-Mu kepada sesama.
Tariklah saya untuk masuk lebih dalam ke dalam samudra kasih-Mu.
Penuhilah hatiku dengan cinta-Mu, sehingga aku dapat mengasihi sesama
dengan cinta-Mu. AKu ingin tenggelam di dalam lautan cinta-Mu dan
tinggal di dalam cinta-Mu, sehingga aku mampu menghayati panggilan
hidupku dengan melakukan segala sesuatu, melayani ENgkau dan sesama
dengan cinta yang besar dan semangat yang tak pernah pudar.
Terpujilah Engkau, ya Tuhanku dan Allahku. Amin.
(Dikutip dari: A. Ari Pawarto, O.Carm 2012. LUAPAN HATI, Doa-doa yang
Terinspirasi dari Kata-kata St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Malang:
Karmelindo, hlm 48).
Kebencian
yang disengaja, melawan cinta kasih. Kebencian terhadap sesama adalah
dosa, apabila orang dengan sengaja mengharapkan yang jahat, baginya.
Adalah dosa berat, apabila orang mengharapkan kerugian yang besar
setelah dipikirkan baik-baik. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu, karena dengan
demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang ada di surga" (Mat
5:44-45). -- Katekismus Gereja Katolik, 2303