| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Malam Natal 2012



Malam Natal - 25 Desember 2012
Yes 9:1-6; Tit 2:11-14; Luk 2:1-14

Saudara-saudari yang terkasih,
Tema Natal kita saat ini adalah “Allah telah mengasihi kita!” Betuuul? Setuju? Apakah Anda sungguh merasakan dan mengalami dikasihi oleh Allah? Kita tidak usah berpikir mengenai peristiwa-peristiwa besar dan fenomenal tetapi mari kita menyadari bahwa peristiwa-peristiwa kecil dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari itu merupakan wujud nyata kasih Allah. Setiap hari, saat kita tidur, makan, mandi, bekerja, menempuh perjalanan, dan melayani orang lain, kita dilindungi-Nya. Bahkan, saat kita sedang jengkel, emosi, dan marah pun, Tuhan melindungi. Setiap hari kita diberi sinar matahari, yang membuat kita mengalami terang sehingga bisa melihat. Berkat sinar matahari pula tanaman dan hewan bisa hidup sehingga selalu ada persediaan makanan bagi kita. Setiap saat, udara selalu disediakan bagi kita secara cuma-cuma sehingga kita bisa bernafas dan tetap hidup.

Pada saat kita menderita dan mengalami pengalaman pahit, apakah Allah tetap mengasihi kita? Jelas. Misalnya, melalui sakit yang kita derita, kita justru diberi kesempatan untuk beristirahat dan sungguh menyadari kerapuhan kita kemudian merendahkan diri di hadapan Tuhan seraya berserah diri dan mengandalkan Dia. Bukankah saat sakit, kita justru mengalami kasih yang berlebih dari orang-orang di sekitar kita? Seandainya saudara kita sakit cukup lama, sudah diupayakan berbagai macam pengobatan tetapi tidak kunjung sembuh, malah semakin memburuk dan akhirnya meninggal, di manakah kasih Allah? Justru di situlah Allah yang mengasihi saudara kita itu membebaskannya dari segala macam derita secara total dan sekaligus menganugerahi hidup baru di surga yang sudah tidak dapat lagi disentuh oleh derita?

Sekarang, seandainya kita berbuat dosa atau menjadi jahat, apakah Allah juga tetap mengasihi kita? Iya. Sebab, Allah adalah kasih (bdk. 1Yoh 4:8.16b). Tuhan “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45). Kalau kita tersesat seperti domba yang hilang, Ia akan mencari dan menemukan kita kemudian membawa dan menyatukan kita kembali dengan kawanan domba-Nya (Luk 15:1-7). Kalau kita meninggalkan Dia bagaikan anak yang hilang, Ia selalu mengharapkan kita kembali dan setia menunggu kita; dan ketika kita sudah kembali, Ia segera berlari mendapatkan kita dan merangkul serta memeluknya dengan penuh kasih (Luk 15:11-32).

Puncaknya, ketika kita berkubang dalam lumpur dosa dan tidak bisa bangkit sehinga nyaris binasa, Allah mengutus Putera-Nya, Yesus Kristus, untuk menyelamatkan kita. Kita tahu bahwa “upah dosa adalah maut” (Rm 6:23). Maka, dengan berdosa, seharusnya kita dihukum dan dibinasakan – seperti Allah telah membinasakan umat-Nya yang berdosa dengan air bah (Kej 6-7). Namun, karena belas kasih Allah, hukuman itu tidak ditimpakan kepada kita tetapi ditanggung oleh Tuhan kita Yesus Kristus yang datang “untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:45). Demikianlah, Allah telah “mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:16-17).

Saudara-saudari yang terkasih,
Perutusan Sang Putera untuk menyelamatkan kita itu diawali dengan misteri penjelmaan-Nya. Ia dikandung dan dilahirkan oleh Perawan Maria berkat kuasa Roh Kudus. Inilah yang kita kenangkan dan kita syukuri dalam perayaan Malam Natal ini. Kita merayakan peristiwa agung yang diwartakan oleh para malaikat, “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:11). Melalui peristiwa kelahiran Yesus ini, “Sudah nyatalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia” (Tit 2:11).

Dialah: “Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai” (Yes 9:5). Yesus adalah penasihat ajaib karena Dia sungguh Allah dan sungguh manusia; melalui nasihat-nasihat-Nya Ia menuntun kita, umat manusia, untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah dan akhirnya bersatu dengan Allah. Dia juga Allah perkasa, yang dengan keperkasan-Nya akan mengalahkan musuh-musuh-Nya, yakni kuasa setan, dan “musuh yang terakhir yang dibinasakan ialah maut” (2Kor 15:26). Dengan mengalahkan kuasa setan dan membinasakan maut, Yesus menganugerahkan hidup kekal kepada kita sehingga Ia juga diberi gelar Bapa yang kekal. Dialah Raja Damai yang akan menganugerahkan damai sejahtera kepada kita, baik di surga maupun di bumi untuk selama-lamanya (Yes 9:6).

Saudara-saudara yang terkasih,
Melalui perayaan agung kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, Sang Penyelamat dunia, kita diajak untuk merayakan dan mensyukuri kasih karunia Allah yang begitu besar kepada kita. “Kasih karunia itu mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan agar kita hidup bijaksana, adil dan beribadat, di dunia sekarang ini, sambil menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia” (Tit 2:12-13), yaitu keselamatan yang abadi.

Dengan merayakan natal, kita merayakan dan masyukuri kasih Allah yang tiada tara. Maka, marilah kita juga belajar mengasihi sebagaimana Allah telah mengasihi kita dengan meninggalkan kefasikan, mengatur keinginan-keinginan duniawi, dan semakin mengupayakan hidup yang bijaksana, adil dan beribadat.

Ag. Agus Widodo, Pr

Natal - Misa Sore Menjelang Hari Raya



MISA SORE MENJELANG HARI RAYA NATAL
Yes 62:1-5; Kis 13:16-17.22-25; Mat 1:(1-17).18-25

Saudara-saudari terkasih,
Allah kita adalah Allah yang peduli, penuh perhatian dan solider terhadap kita, umat-Nya. Ia “tidak dapat berdiam diri dan ... tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh” (Yes 62:1). Ia sendiri telah memperkenalkan namanya sebagai YHWH (Yahwe), lengkapnya “Ehyeh Ashyer Ehyeh” yang dalam Alkitab diterjemahkan sebagai “Aku adalah Aku” (Kel 3:14). Kata “Ehyeh” ini merupakan bentuk Imperfectum dari kata kerja “hayah” yang berarti: berada, menjadi dan bekerja (to be, to become dan to work). Maka, nama Yahwe menunjuk pada realitas bahwa Allah selalu hadir dan terlibat aktif dalam sejarah hidup dan pergulatan umat-Nya.

Perhatian dan solidaritas Allah terhadap umat-Nya ini, diuraikan dengan singkat, padat dan jelas oleh St. Paulus (Kis 13:16-17.22-25).  “Allah umat Israel telah memilih nenek moyang kita, dan membuat umat itu menjadi besar, ketika mereka tinggal di Mesir sebagai orang asing. Dengan tangan-Nya yang perkasa, Ia telah memimpin mereka keluar dari negeri itu” (ay.17). Kesaksian Paulus ini didasarkan pada Sabda Tuhan sendiri kepada Musa, “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar seruan mereka ..., Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka dari negeri itu ke negeri yang baik ...” (Kel 3:7-8).

Dalam perjalan waktu selanjutnya, Allah selalu mengutus orang-orang pilihan-Nya untuk menyertai dan memimbing umat-Nya. Ia mengutus para hakim, para raja, dan para nabi, sampai akhirnya mengutus Anak-Nya sendiri. Inilah yang diungkapkan oleh panulis surat Ibrani, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada” (Ibr 1:1-2). Perutusan Sang Putera, yakni Tuhan kita Yesus Kristus - yang kelahirannya kita rayakan, kita kenangkan dan kita syukuri pada Natal ini – merupakan puncak dari kasih dan perhatian Allah kepada kita. Dialah Juru Selamat bagi kita (bdk. Kis 13:23). “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat 1:21). Dialah “Immanuel, yang berarti Allah menyertai kita” (Mat 1:23).

Bacaan Injil tadi menegaskan bahwa kehadiran Yesus di dunia ini membutuhkan kesediaan manusia untuk menjadi sarana bagi kelahiran-Nya. Maka, Allah memilih Maria untuk mengandung dan melahirkan Yesus (Mat 1:18.20). Ia juga memilih Yusuf untuk mengambil Maria sebagai istrinya (Mat 1:20). Dengan demikian, melalui kesediaan Maria dan Yusuf untuk dipilih dan dipakai oleh Allah sebagai “orangtua” yang mengandung, melahirkan, mengasuh dan mempersiapkan Yesus, terlaksanalah karya keselamatan Allah.

Kehendak Allah untuk menyelamatkan umat manusia dengan menghadirkan Sang Juru Selamat di tengah-tengah dunia berlangsung selama-lamanya. Kalau 2000 tahun yang lalu, Allah memilih Maria (dan Yusuf) untuk menjadi sarana kehadiran Yesus, Sang Juru Selamat, pada zaman sekarang ini, Allah memanggil, memilih, dan mengutus kita untuk melakukan hal yang sama. Allah memanggil, memilih dan mengutus kita untuk menghadirkan Yesus, Sang Juru Selamat dunia. Maka, warta Natal ini mengajak kita untuk berusaha tekun dan setia menjadi tanda dan sarana kehadiran Yesus yang mengasihi dan mengampuni sehingga di mana-nama terciptalah damai sejahtera.

Ag. Agus Widodo, Pr

Minggu Adven IV/C – 23 Desember 2012



Minggu Adven IV/C – 23 Desember 2012

Mi 5:1-5a; Ibr 10:5-10; Luk 1:39-45



Saudara-saudari terkasih,

Hari ini, kita sudah memasuki Minggu Adven IV, Minggu terakhir bagi kita untuk persiapan Natal. Apalagi, Minggu Adven IV ini jatuh pada tanggal 23 Desember. Itu berarti, besuk sudah tanggal 24 Desember dan sore/malam harinya kita sudah akan merayakan Ekaristi Malam Natal. Pada persiapan akhir menjelang perayaan Natal ini, kita diajak untuk belajar dari tokoh-tokoh iman: Maria, Elisabeth, dan Yohanes Pembaptis.



Pertama, Bunda Maria. Maria, setelah menerima kadatangan Malaikat Gabriel bergegas mengunjungi Elisabet saudarananya (Luk 1:39). Jarak yang ditempuh paling sedikit 150 km di daerah perbukitan. Bayangkan, seorang gadis harus naik-turun perbukitan menempuh jarak sejauh itu, seorang diri lagi! Tentu, ada semangat yang luar biasa dalam diri Maria. Dari manakah datangnya semangat itu?



Tentu saja dari kunjungan Malaikat Gabriel yang membawa kabar gembira baginya. Baru saja, ia menerima kasih karunia Allah (Luk 1:28). Berkat kuasa Allah dan karunia Roh Kudus yang turun atasnya, ia dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus, Sang Anak Allah Yang Mahatinggi (Luk 1:30-35). Mungkin, ia tidak sepenuhnya memahami kehendak Allah atas dirinya itu. Namun, keterbukaan dan kepasrahannya untuk melaksanakan kehendak Allah menjadikan ia mempunyai semangat baru. Ia telah menerima warta gembira, maka dengan penuh semangat hendak berbagi kegembiraan kepada Elisabet, saudaranya. Dari sini, kita belajar bahwa warta gembira, berkat dan kasih karunia yang kita terima, tidak untuk kita simpan bagi diri kita sendiri tetapi untuk kita bagikan kepada sesama. Maka, marilah kita saling berbagi berkat, kasih karunia dan sukacita.



Untuk berbagi berkat, kasih karunia dan sukacita, Maria harus mau berlelah-lelah, mengorbankan waktu dan tenaga, juga siap menghadapi resiko di perjalanan. Jarak 150 km kemungkinan hanya ditempuh dengan jalan kaki. Kalau kecepatan rata-rata 5 km/jam, paling tidak memakan waktu 30 jam (sehari semalam lebih). Pasti melelahkan dan berisiko, apalagi pada malam hari. Namun, ia berani menghadapi semua itu karena ia percaya penuh bahwa Tuhan selalu menyertainya (Luk 1:28). Maka, dalam berbagi berkat, kasih karunia dan sukacita, hendaknya kita juga berani berkorban, berani berjerih lelah, dan berani menghadapi risiko karena yakin bahwa Tuhan selalu menyertai kita.



Kedua, Elisabet. Sebagai tanggapan atas kehadiran Maria yang membawa sukacita dan berkat, Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus sehingga hatinya bersukacita dan mulutnya mengucapkan berkat (Luk 1:42). Dengan demikian, perjumpaan antara Maria dan Elisabet merupakan perjumpaan yang membuahkan sukacita dalam Roh Kudus. Juga merupakan perjumpaan yang saling berbagi berkat. Mari kita belajar dari Elisabet untuk menerima kehadiran setiap orang dengan penuh sukacita. Kalau kita selalu menerima kehadiran setiap orang – keluarga (suami/istri, anak, saudara/i), tetangga, rekan kerja, dll – dengan penuh sukacita, apa pun keadaan mereka, pasti perjumpaan-perjumpaan dan hidup bersama kita akan diwarnai sukacita. Dalam suasana itulah, kita tidak akan saling memaki dan mengutuk, mencaci dan membenci, tetapi saling memberkati, memuji, menghormati, dan menghargai.



Ketiga, Yohanes Pembaptis. Sewaktu Maria berkunjung ke rumah Elisabet, usia Yesus dalam rahimnya, baru beberapa waktu (Luk 1:39). Sementara itu, usia Yohanes di rahim Elisabet sudah 6 bulan lebih. Janin berusia 6 bulan sudah mampu mendengarkan suara-suara dari luar, dan mampu merasakan apa yang dirasakan oleh sang ibu. Artinya, Yohanes sudah bisa mendengarkan suara dari luar, yaitu percakapan Maria dan Elisabet yang saling berbagi salam dan berkat. Ia juga bisa ikut merasakan kegembiraan dan sukacita ibunya sehingga melonjak kegirangan (Luk 1:44). Namun, yang lebih penting dari semua itu adalah, Yohanes melonjak kegirangan karena ia mampu menangkap kehadiran Tuhan yang tidak kelihatan karena tersembunyi dalam rahim Maria. Maka, belajar dari Yohanes Pembaptis, kita pun diharapkan peka dan mampu menangkap/menyadari kehadiran Tuhan yang tidak kelihatan dan tersembunyi dibalik berbagai macam peristiwa yang kita lihat, kita dengar dan kita alami.



Saudara-saudari terkasih,

Besuk malam, kita sudah akan merayakan Natal. Marilah, pesan-pesan bacaan hari ini kita bawa dan kita satukan dengan sukacita Natal untuk kemudian kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Pertama, kita diundang untuk saling berbagi berkat, kasih karunia dan sukacita, sekalipun harus disertai pengorbanan, kelelahan dan berbagai macam risiko yang harus kita tanggung. Kita percaya bahwa Tuhan selalu menyertai kita. Kedua, kita diajak untuk berani menerima setiap orang dengan penuh sukacita, apa pun keadaan mereka. Dengan demikian, kehidupan bersama kita akan mengalami damai sejahtera karena tidak ada lagi saling memaki dan mengutuk, mencaci dan membenci, tetapi saling memberkati, memuji, menghormati, dan menghargai. Ketiga, kita diajak untuk semakin peka menyadari kehadiran Tuhan yang tidak kelihatan dan tersembunyi dibalik berbagai macam peristiwa yang kita lihat, kita dengar dan kita alami. Kalau Natal berarti “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yakni Kristus Tuhan” (Luk 2:11), maka sebenarnya Yesus setiap hari hadir dalam kehidupan kita. Semoga, kita semakin peka untuk menyadari dan merasakannya. 



Ag. Agus Widodo, Pr

Kobus: Minggu Adven IV




silahkan klik gambar untuk memperbesar

Minggu, 23 Desember 2012 Hari Minggu Adven IV

Minggu, 23 Desember 2012
Hari Minggu Adven IV

Ada satu Tuhan, dan kita hanya dapat mengenal-Nya lewat Kitab Suci ---- St. Hipolitus


Antifon Pembuka (Yes 45:8)

Hai langit, turunkanlah Embun, hai awan, curahkanlah yang adil, hai bumi bukalah dirimu dan tumbuhkanlah Sang Penyelamat.


Doa Pagi

Allah Bapa kami yang mahaagung, kami bersyukur kepada-Mu bahwasanya Engkau tidak menganggap hina menggunakan yang kurang berarti guna menyatakan kasih setia-Mu kepada kami. Kami mohon Kauperkenankan selalu mengarahkan harapan kami pada Yesus, Putra Bunda Maria, serta tetap mengikuti jejak-Nya memasuki kehidupan sejati. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami,
yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Nubuat Mikha (5:2-5a)
 
  
"Dari Bethlehem akan tampil seorang penguasa Israel."
 
Beginilah firman Tuhan Allah, “Hai Betlehem di wialayah Efrata, hai engkau yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudaj sejak purbakala, yang sudah ada sejak dahulu kala. Ia akan membiarkan mereka sampai saatnya perempuan yang mengandung itu telah melahirkan; lalu saudara-saudaranya yang masih ada akan kembali kepada orang Israel. Maka ia akan bertindak, dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan Tuhan, yaitu dalam kemegahan nama Tuhan Allahnya. Mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, dan dia menjadi damai sejahtera.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS No. 802
Ref. Bangkitkanlah, ya Tuhan, kegagahan-Mu, dan datanglah menyelamatkan kami.
Ayat. (Mzm: 80: 2ac,3b,15-16,18-19; Ul: lh.6)
1. Hai gembala Israel, pasanglah telinga-Mu, dengarkan kami, Engkau yang menggiring Yusuf sebagai kawanan! Bangkitkanlah keperkasaan-Mu, dan datanglah menyelamatkan kami.
2. Ya Allah semesta alam, kembalilah, pandanglah dari langit dan lihatlah! Tengoklah pohon anggur ini, lindungilah batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu.
3. Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang ada di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan. Maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu; biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu.

Bacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani (10:5-10)
  
"Lihat, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu."
  
Saudara-saudara, ketika Kristus masuk ke dunia, Ia berkata, “Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki! Sebagai gantinya Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada kurban bakaran dan kurban penghapus dosa Engkau juga tidak berkenan. Maka Aku berkata, Lihatlah Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku, sebagaimana tertulis dalam gulungan kitab tentang Aku.” Jadui mula-mula Yesus berkata Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki, kepada kurban bakaran dan kurban penghapus dosa Engkau tidak berkenan – meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat; - dan kemudaian Ia berkata Lihat, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu. Jadi yang pertama Ia hapuskan untuk mengekkan yang kedua. Dan karena kehendak Allah inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan Tubuh Yesus Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/2, PS 951
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 1:38)
Aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:39-45)
  
"Siapakah aku ini sampai Ibu Tuhanku mengunjungi aku?"
  
Beberapa waktu sesudah kedatangan Malaikat Gabriel, bergegaslah Maria ke pegunungan, menuju sebuah koa di wilayah Yehuda. Ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya, dan elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring, “Diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai ke telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Sungguh, berbahagialah ia yang telah percayam sebab firman Tuhan yang diktakan kepadanya akan terlaksana.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Antifon Komuni (Yes 7:14)

Seorang perawan akan mengandung dan melahirkan. Anaknya akan diberi nama: Emanuel, artinya: Allah – Beserta – Kita.


 Renungan

Suatu hari terjadi percakapan antara sebuah bintang dan sebatang lilin. Lilin itu berkata, “Bintang, mengapa aku hanya ada untuk diletakkan di suatu ruangan sempit sampai batangku habis terbakar dan mati? Jika beruntung saya akan berada di ruangan pesta atau restoran mewah. Namun, jika tidak beruntung, aku hanya diletakkan di kamar kecil. Sedangkan engkau, cahayamu bisa menyinari langit malam yang luas.”

Sambil tersenyum sang bintang pun menjawab, “Aku memang bersinar di langit yang luas, namun sinarku hanya akan tampak di malam hari, sedangkan engkau dapat bersinar kapan pun diperlukan.”

Seperti lilin, kita seringkali mengeluhkan mengenai kondisi yang kita alami. Sebagai manusia, kita sering membanding-bandingkan. “Aku tidak seberuntung dia.” Misalnya. Intinya kita tidak bisa menerima situasi diri kita. Sebagai orang beriman mestinya kita berani memilih bersyukur daripada mengeluh. Sebab semua yang kita terima saat ini, walaupun tidak sesuai dengan harapan kita, itu semua ada dalam rencana-Nya. Dia tahu apa yang terbaik buat kita, dan Tuhan pasti mengingat apa yang sudah kita perbuat (lih. Ibr 6:10).
Dari Injil hari ini, kita melihat atau mendengarkan teladan dua orang wanita bijaksana dan sungguh beriman. Mereka, Perawan Maria dan Elisabet, adalah orang-orang yang hebat, tidak mudah mengeluh. Belajar dari dua wanita tersebut, ternyata kehebatan hidup itu tidak ditentukan oleh umur seseorang. Kehebatan seseorang justru dari iman yang sungguh mereka hayati. Apa yang dihadapi selalu dihayati dari perspektif kehendak Tuhan. Bagi mereka, Tuhan mempunyai rencana dalam setiap manusia. Elisabet harus cukup lama sampai tua menunggu punya anak. Bahkan orang-orang sudah mengatakan mandul. Bagi orang Israel, mandul (tidak mempunyai anak) itu aib. Tetapi bagi orang beriman, indah pada waktunya. Di usia yang sudah senja, di mana seturut pikiran manusia mustahil, dia dibuat oleh Allah mengandung. Ini karya kasih Allah.

Sementara Perawan Maria harus mengandung di usia yang sangat belia. Tetapi yang hebat dia tetap mengatakan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu. Kendati Perawan Maria tahu banyak resiko. Itu semua tidak membuat dia takut dan mengeluh pada Allah. Kenapa itu bisa terjadi? Karena mereka mempunyai iman yang hidup. Artinya, Perawan Maria percaya dan mengandalkan Allah, maka semua akan menjadi yang terbaik.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana dengan kita sendiri? Apakah kita mudah marah dan mengeluh menjalani hidup dan pekerjaan kita setiap hari? Bila ya, tentu hidup Anda tidak pernah menemukan keindahan, kedamaian dan kebahagiaan. Harapan saya, Anda semua menjalani hidup ini dengan iman. Inilah yang membuat hidup Anda menjadi benar; hidup yang penuh makna, keindahan, damai dan bahagia.

Mari kita meneladan St. Maria dan St. Elisabet. Mereka sungguh orang-orang beriman. Kita juga demikian akan menyertakan iman kita dalam menghayati liku-liku dan pernak-pernik hidup ini. Percayalah, Tuhan akan membimbing kita. Selamat menyongsong hari raya Natal.

 Rm. Andreas Yudhi Wiyadi, O.Carm / RUAH

Sabtu, 22 Desember 2012 Hari Biasa Khusus Adven

Sabtu, 22 Desember 2012
Hari Biasa Khusus Adven

“Aku adalah Ibu dan Ratu seluruh Gereja” (Our Lady, 8 Desember 1989)

Antifon Pembuka (Mzm 24:7)

Tinggikanlah tiangmu, hai gapura-gapura, dan lebarkanlah dirimu, hai gerbang abadi, supaya masuklah Raja Mulia.

Doa Pagi

Tuhan, berkatilah aku dan atas apa yang telah saya jalani hingga hari ini. Semoga aku selalu menghidupi apa yang telah menjadi keputusanku dalam mempertanggungjawabkan kehidupan yang Engkau anugerahkan kepadaku. Amin.

Samuel diserahkan oleh Hana, ibundanya, ke rumah Tuhan di Silo. Sebagai imam yang bertugas, Eli menerimanya dengan senang hati. Rupanya, keluarga Hana cukup kaya, sehingga mampu membawa persembahan seekor lembu jantan berumur 3 tahun, satu efa tepung, dan sebuyung anggur. Kata “Samuel” berarti “ia yang berasal dari Allah”. Bukankah setiap manusia berasal dari Allah, dan harus kembali kepada-Nya?

Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (1:24-28)

"Hana bersyukur atas kelahiran Samuel."

Sekali peristiwa, setelah Samuel disapih oleh ibunya, Hana, ia dihantar ke rumah Tuhan di Silo, dan bersama dia dibawalah seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur. Waktu itu Samuel masih kecil betul. Setelah menyembelih lembu, mereka mengantar kanak-kanak itu kepada Eli. Lalu Hana berkata kepada Eli, “Mohon bicara, Tuanku! Demi Tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini, dekat Tuanku untuk berdoa kepada Tuhan. Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidupnya terserahlah anak ini kepada Tuhan.” Lalu sujudlah mereka semua menyembah Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Hatiku bersyukur karena Tuhan, penyelamatku.
Ayat. (1Samuel 2:1. 4-5. 6-7, 8abcd; Ul: 1a)
1. Hatiku bersukacita karena Tuhan, aku bermegah-megah karena Allahku. Mulutku mencemoohkan musuhku, aku bersukacita karena pertolongan-Mu.
2. Busur para pahlawan telah patah, tetapi orang-orang lemah dipersenjatai kekuatan. Orang yang dulu kenyang kini harus mencari nafkah tetapi yang dulu lapar kini boleh beristirahat. Orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi ibu yang banyak anaknya menjadi layu.
3. Tuhan berkuasa mematikan dan menghidupkan. Ia berkuasa menurunkan ke dalam maut dan mengangkat dari sana. Tuhan membuat miskin dan membuat kaya. Ia merendahkan dan meninggikan juga.
4. Ia menegakkan orang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia di antara para bangsawan, dan memberi dia kursi kehormatan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. O Tuhan, Raja segala bangsa dan batu penjuru Gereja, datanglah, dan selamatkanlah manusia yang Kaubentuk dari tanah. Alleluya.

Kidung Maria adalah pujian setiap wanita yang dikaruniai seorang anak. Pujian itu merangkum semua keutamaan yang harus dimiliki oleh seorang ibu, yaitu kegembiraan, rendah hati, kebahagiaan, takwa (takut akan Allah). Sekaligus menghindari “cacat jiwa” seperti ini: congkak hati, sok kuasa dan tamak. Seorang ibu adalah kesemarakan kehidupan rumah tangga. Tanpa ibu, adakah rumah tangga menjadi hidup?

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:46-56)

"Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku."
Dalam kunjungannya kepada Elisabet, ketika dipuji bahagia, Maria memuliakan Allah dan berkata, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memerhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku, dan nama-Nya adalah kudus. Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya, dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya, dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” Kira-kira tiga bulan lamanya Maria tinggal bersama Elisabet, lalu pulang ke rumahnya.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

“Qui Bene Cantat bis Orat”, artinya kurang lebih, bila bernyanyi dengan baik, sama dengan kita berdoa dua kali. Pernyataan ini mau menandaskan bahwa sebuah syair lagu mempunyai kekuatan yang luar biasa. Kita bisa memuji sesama dan memuliakan Tuhan melalui sebuah syair lagu. Bunda Maria juga mengungkapkan sukacita hatinya melalui madah syair pujian kepada Tuhan. Bersama Gereja universal, kita mengulang madah(kidung) Maria ini setiap ibadat sore.

Doa Malam

Bantulah aku ya Tuhan, untuk semakin menyadari bahwa segala sesuatu adalah dari-Mu. Dampingilah langkah hidupku sehingga manakala kudapati sanjung-puji, aku dapat segera berpaling kepada-Mu serta memuji Engkau, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

RUAH

Surat kepada Keluarga bulan Desember 2012

SURAT KELUARGA DESEMBER 2012

Natal dan “Season Greeting”

Keluarga-keluarga KAJ terkasih,

Natal adalah peristiwa keluarga. Setiap hari menjelang Natal adalah hari yang “memorable” bagi mereka yang “sadar Natal” (=merindukan Natal). Setiap hari mendengar lagu-lagu Natal. Setiap hari menulis kartu-kartu Natal yang bagus untuk orang-orang yang dikasihi dan menikmatinya seakan Natal tinggal satu hari lagi. Memang, Natal memberi suasana tersendiri yang membuat indah.

Memasang pohon Natal; menghias dan membetulkan rumah, atau menyiapkan hadiah Natal di rumah sungguh membuat suasana Natal menjadi makin terasa dan “memorable” untuk keluarga. Sudahkah Anda mengalaminya? Sebaliknya bisa jadi Natal menjadi saat-saat sedih dan mengecewakan karena mengingat anak-anak yang bermasalah, pasangan yang tidak bicara, atau orangtua yang tidak rukun.

Mempersiapkan Natal ternyata bukan hanya menghias rumah dan membuatnya indah dipandang mata. Natal sungguh adalah suatu saat bertemu, saat bersilaturahmi keluarga. Ketika kita merasakan cinta kasih dari pasangan kita yang penuh perhatian, hati kita bersukacita, hidup menjadi penuh, dan perasaan kita seperti sedang berpesta. Kita merasa ada banyak alasan untuk bergembira, bernyanyi dan membagikan kabar gembira.

Keluarga terkasih, kalau kita melihat anak-anak kita yang masih memberi kabar, memberi salam dan mengucapkan kata-kata sayang pada kita, sebagai orangtua tentu hati akan berbunga-bunga dan terharu. Saat seperti itu akan membuat patung-patung Natal tidak lagi menjadi benda-benda kosong, tetapi berjiwa, mengabarkan kabar sukacita Sang Keluarga Kudus yang sedang berpesta bersama kita.

Ketika saya kecil, orangtua memberi kesempatan pada saya saudara-saudara saya untuk berekspresi dan membuat gua Natal dan pohon Natal bersama-sama. Saya bersemangat, meskipun gua Natal kami hanyalah kumpulan kertas semen dan patung kecil-kecil. Saya membuatnya bersama kakak-adik dan ibu. Saat saya dewasa saya ternyata merindukan saat itu.

Masih banyak pengalaman yang bisa kita ambil bersama orangtua kita di masa Natal seperti sekarang ini. Bayangkan Anda mempersiapkan Natal sementara merasakan perasaan sayang orangtua, mungkin Anda akan membuat hiasan-hiasan, dan menulis pesan-pesan yang manis dengan penuh perasaan bahagia. Inilah jiwa Natal, jiwa keluarga yang saling mengasihi.

Persiapkanlah pesta setelah kita membicarakannya dengan orang-orang yang kita kasihi. Istilah ini saya ambil supaya kita tidak hanya membayangkan sebuah Natal yang berisi teori dan cita-cita melulu, tetapi aktivitas kasih di dalam keluarga. Lagu-lagu Natal akan lebih bersemarak ketika seorang anak dan ibu menyanyikannya bersama. Memasang lampu Natal akan lebih mengasikkan kalau dilakukan bersama ayah dan saudara.

Natal adalah peristiwa keluarga. Pengalaman Keluarga Kudus menjadi pusat perhatian semua orang di dunia. Ikon-ikon para pelaku Natal menjadi gambaran betapa Natal menjadi acara impian setiap keluarga. Melihat gambar dan patung Keluarga Kudus yang sedang bersama-sama mengalirkan suasana hangat dalam hati kita, bukan?

Mengucapkan salam, menyampaikan pujian, memberikan dukungan, memberikan senyuman ramah, adalah bagian yang harus menjadi acara menjelang Natal dan perayaannya. Tanpa senyuman dan tawa bersama, Natal hanyalah kartu-kartu kosong tanpa makna. Semua berawal dari kerinduan untuk memberi salam dan berkat kekeluargaan. “Season greeting” bagi kita adalah saat silaturahmi hati.

Bulan Keluarga di masa Adven adalah salah satu cara mewujudkannya. Seluruh keluarga diundang untuk hadir dalam pertemuan yang biasanya dihadiri oleh salah satu anggota keluarga saja. Konsep aktivitas dalam pertemuan dirancang untuk memberi ruang bagi keluarga, orangtua – anak, pasutri untuk saling berkomunikasi dan berbicara. Tema “Kembali Ke Nazareth” diambil agar kita mengingat betapa pentingnya mempersiapkan Natal-an bersama keluarga.

Selamat Natal, Papa dan Mama!, Tuhan memberkati Papa dan Mama, Tuhan memberkati Rudi dan Anastasia, Tuhan Yesus yang datang ke dunia memberkati keluarga kita semua. Salam sayang untuk kalian semua yang aku sayangi. Kalian adalah hadiah Natal terindah dalam hidupku. Terima kasih telah menjadi sukacita dari Tuhan buatku!

Seandainya semua keluarga mengirimkan salam Natal yang mesra dan indah seperti itu, banyak keluarga akan mengalami Natal sesungguhnya. Seandainya kita semua berani mengambil bagian untuk merayakan Natal melalui rekonsiliasi bersama keluarga, maka kita akan menemukan sebuah Keluarga Nazareth yang baru, yang meskipun kadang dalam kesulitan, tetapi menanggungnya bersama dalam cinta kasih.

Malam Natal akan segera datang

Malam kita adalah terang seterang-terangnya

Sebab cinta kasihku mengembang bersama senyum kita

Dan aku tahu aku adalah bagian dari jiwa-jiwa bahagia

Dalam keluarga kita ini.

Selamat Natal !

Salam Keluarga Kudus

Rm.Alexander Erwin Santoso MSF

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy