Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Gagasan Dasar APP Tahun 2013
Pengantar
Hidup
sejahtera merupakan harapan semua orang. Pendapat umum mengatakan bahwa orang
dikatakan sudah hidup sejahtera bila cukup sandang, pangan, papan, terjamin
kesehatan dan pendidikannya. Namun demikian kesejahteraan tentu tidak hanya
diukur dari sisi duniawi saja. Kesejahteraan juga menyangkut segi batin seseorang. Kedekatan seseorang
dengan Allah sebagai sumber kehidupan juga merupakan salah satu sisi ukuran
kesejahteraan seseorang. Manusia diharapkan sungguh-sungguh menyadari bahwa
segala yang duniawi itu berasal dari Allah yang diberikan kepada kita secara
cuma-cuma.
Untuk
mencukupi kebutuhan hidup manusia, Allah menciptakan barang-barang duniawi
berupa alam semesta dan segala isinya. Allah memberi tugas kepada
manusia,”penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas segala yang merayap di bumi” (Kej
1:28). Manusia dipanggil oleh Allah untuk “berkuasa” atas alam semesta demi
kesejahteraan hidupnya. Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab mengolah
bumi dan segala isinya melalui kerjanya. Karena itu dalam mengerjakan alam
ciptaan itu manusia ditentukan Allah sebagai penjaga yang bijaksana dan adil (bdk. Redemptor Hominis, art.15)
Melalui
kerjanya manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber-sumber
alam pemberian Tuhan. Tantangan yang kita hadapi saat ini berkaitan dengan
kerja manusia adalah pudarnya atau bahkan hilangnya kebijaksanaan. Manusia
menjadi menjadi serakah. Kerja hanya melulu mengejar materi sehingga untuk
memenuhi materi itu manusia mengorbankan harga dirinya. Manusia sebagian sudah
kehilangan kendali kebijaksanaan, budaya korupsi, merampas harta orang lain
sudah dianggap hal yang wajar. Orang tidak tahu malu lagi, mereka bekerja tidak
semestinya. Sudah saatnya kita kembali memaknai kerja sebagai upaya kita
bersama untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam “menguasai” alam semesta. Hasil
bumi dan alam sekitar yang melimpah bukan untuk memperkaya diri sendiri tetapi
untuk membangun kesejahteraan kita bersama. Melalui pekerjaan yang kita tekuni
apapun pekerjaan kita, kita ingin memberi kesaksian bahwa kerja itu suci. Kerja
itu suci jika dilaksanakan dengan jujur, gembira, bijaksana dan mensejahterkan
kehidupan bersama.
Makna Kerja
Secara Biblis dan Teologis
Sebagai orang beriman, hal-hal yang
berkaitan dengan kerja sudah semestinya jika kita tempatkan dalam terang Kitab
Suci. “Perjanjian Lama menampilkan Allah sebagai Pencipta
mahakuasa (bdk. Kej 2:2; Ayb 38-41; Mzm 104; Mzm 147) yang
membentuk manusia seturut citra-Nya dan mengundang dia untuk mengolah
tanah (bdk. Kej 2:5-6) serta mengusahakan dan memelihara taman
Eden di mana Allah telah menempatkannya. Kepada pasangan manusia pertama
Allah mempercayakan tugas untuk menaklukkan bumi dan berkuasa atas semua
makhluk hidup (bdk. Kej 1:28). Namun kekuasaan yang dilaksanakan manusia atas
semua makhluk hidup yang lain, bukanlah sesuatu yang lalim atau
sewenang-wenang; sebaliknya, ia harus “mengusahakan dan memelihara” (Kej 2:15)
harta benda yang telah diciptakan Allah. Harta benda ini tidak diciptakan
manusia, tetapi telah diterimanya sebagai suatu karunia berharga yang
ditempatkan Sang Pencipta di bawah tanggung jawabnya. Mengusahakan bumi berarti
tidak membiarkan dan menelantarkannya; menaklukkannya berarti memeliharanya,
seperti seorang raja arif yang mengayomi rakyatnya dan seorang gembala yang
menjaga kawanan dombanya.” (Kompendium
ASG No.255).
Gereja
sungguh menghargai setiap pekerjaan dan menempatkan manusia sebagai subyek atas
pekerjaan. Sebagai ciptaan yang sungguh amat baik, ciptaan yang mempunyai akal
budi, manusia sungguh-sungguh dipercaya oleh Allah dalam meneruskan karya Allah
yang begitu agung dan mulia. Kita diharapkan dapat menemukan nilai-nilai dalam
setiap pekerjaan untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan dan sesama. Sebab
sering kali masih kita jumpai dimana orang begitu sibuk dengan pekerjaannya
sehingga melupakan Tuhan dan sesama.
Mungkin masih ada di antara kita yang tidak sempat ikut kegiatan lingkungan
karena alasan pekerjaan. Bisa jadi kesibukan kerja dapat menjauhkan kita dengan
Tuhan dan sesama. “Dalam khotbah-Nya, Yesus mengajarkan agar manusia jangan
diperbudak oleh kerja. Sebelum segala sesuatu yang lain, ia mesti peduli dengan
jiwanya; memperoleh seluruh dunia bukanlah tujuan hidupnya (bdk. Mrk 8:36).
Harta benda duniawi malah fana, sedangkan harta milik surgawi tidak
dapat binasa. Pada harta milik yang terakhir itulah manusia mesti
menaruh hati mereka (bdk. Mat 6:19-21). Maka, kerja tidak boleh menjadi
sumber kecemasan (bdk. Mat 6:25,31,34). Kalau orang khawatir dan
menyusahkan dirinya dengan banyak hal, mereka menanggung risiko akan
mengabaikan Kerajaan Allah beserta kebenaran-Nya (bdk. Mat 6:33), yang
sebenarnya mereka butuhkan. Segala sesuatu yang lain, termasuk kerja,
akan menemukan tempat, makna dan nilainya yang tepat jika diarahkan
kepada hanya satu yang perlu dan yang tidak akan diambil darinya (bdk.
Luk 10:40-42) (Kompendium ASG
No.260)
Yesus
sendiri adalah seorang pekerja. Ia hidup di keluarga Nasareth bersama dengan
Yusup, seorang tukang kayu dan bersama dengan Maria. Yesus juga mencela
perilaku hamba yang tidak berguna, yang menyembunyikan talentanya di dalam
tanah (bdk. Mat 25:14-30) dan memuji hamba yang setia lagi bijaksana yang
didapati sang Tuan sedang melakukan tugas yang telah dipercayakan kepadanya
(bdk. Mat 24:46). Yesus menerangkan misiNya sendiri sebagai ihwal
bekerja:”BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yoh 5:17)
(Kompendium ASG No.259)
Martabat Kerja
dan Martabat Manusia
Kerja manusia memiliki dua makna
ganda: obyektif dan subyektif. Dalam arti obyektif, kerja merupakan jumlah aneka
kegiatan, sumber daya, sarana serta teknologi yang digunakan menusia untuk menghasilkan
barang-barang. Kerja dalam arti objektif
merupakan segi yang dapat berubah dari kegiatan manusia, yang senantiasa bervariasi dalam bentuk ungkapannya sesuai dengan kondisi-kondisi teknologi,
budaya, sosial dan politik yang tengah
berubah.
Dalam
arti subyektif, kerja adalah kegiatan
pribadi manusia sebagai makluk dinamis yang mampu melaksanakan aneka ragam
tindakan yang merupakan bagian dari proses kerja dan yang bersepadanan dengan
panggilan pribadinya. Kerja
dalam arti subjektif adalah matranya yang stabil, karena tidak bergantung pada orang-orang yang menghasilkannya atau pada
jenis kegiatan yang mereka lakukan, tetapi hanya dan semata-mata pada martabat
mereka sebagai manusia. Pemilahan ini penting, baik untuk memahami apa yang
menjadi landasan paling tinggi nilai dan martabat kerja, maupun yang berkenaan
dengan berbagai kesukaran dalam menata sistem ekonomi dan sistem sosial yang
menghormati hak asasi manusia. (Kompendium
ASG No.270)
Memang
harus diakui bahwa antara kerja dan kehidupan ekonomi ada kaitan yang
begitu erat. Kebanyakan orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Singkatnya, orang bekerja untuk mendapatkan uang. Fakta ini tidak dapat
disangkal. Dengan bekerja orang berharap kesejahteraan hidupnya meningkat dan
akhirnya tidak jatuh dalam kemiskinan. Sebab saat ini masalah kemiskinan
manusiawi cukup menonjol dan masih dirasakan oleh banyak orang. Di satu pihak
bisa diamati bahwa belum semua jenis pekerjaan menguntungkan semua orang, dan
dari lain pihak disadari bahwa sikap manusia terhadap kerja cukup berbeda.
Namun demikian kerja harus dipandang dan diperlakukan sebagai kunci seluruh
persoalan sosial (bdk. Laborem Exercens
art.3). Karena itu makna dan nilai kerja pertama-tama harus diarahkan
sebagai suatu tindakan yang membebaskan manusia dari kemiskinan dan
keterbelakangan. Unsur non ekonomis dalam kerja manusia tidak boleh diabaikan
atau dimatikan oleh unsur yang semata-mata bercorak ekonomis, antara lain
mendapatkan keuntungan stinggi-tingginya, konsumsi sampai habis, penghisapan
dan penindasan manusia lain. Dalam setiap pekerjaan martabat manusia tetap
harus dijunjung tinggi sebab mereka adalah pribadi yang luhur, citra Allah
sendiri. Maka dari itu setiap orang apapun pekerjaannya harus diperlakukan
secara manusiawi.
Dalam setiap pekerjaan, manusia
harus mendapat kesempatan untuk mengungkapkan kepribadiannya; hasil kerjanya
hendaknya memampukan manusia untuk mengembangkan harga diri. Dengan bekerja,
manusia mengungkapkan dan menyempurnakan diri. Sekaligus kerja mempunyai dimensi
sosial karena hubungannya dengan keluarga maupun dengan kesejahteraan sosial (Centesimus Anus art.6). Kerja, baik
kerja di kantoran, buruh pabrik, penjual rokok di pinggir jalan, pemulung,
petani, nelayan sampai kerja yang dilakukan oleh ibu rumah tangga, merupakan
ungkapan hakiki dari kepenuhan pribadi manusia yang adalah Gambar dan Citra
Allah. Landasan untuk menetapkan makna
dan nilai kerja manusia bukanlah pertama-tama corak kerja yang sedang
dijalankan, melainkan kenyataan bahwa pelakunya adalah pribadi manusia (Laborem Exercens art. 6).
Kenyataannya, masih banyak terjadi
bahwa kerja manusia lebih diukur oleh pengalaman yang coraknya terlalu
materialistik. Hal seperti ini dapat kita maklumi karena kerja dan penghidupan
yang layak berkaitan erat sekali. Sebagaimana ditegaskan dalam Ajaran Sosial
Gereja,”Kerja mempunyai suatu
tempat terhormat karena kerja merupakan sumber berbagai kekayaan, atau
setidak-tidaknya syarat bagi suatu kehidupan yang layak, dan pada prinsipnya
merupakan sebuah sarana yang efektif melawan kemiskinan (bdk. Ams 10:4). Namun
orang tidak boleh jatuh ke dalam godaan menjadikan kerja sebagai berhala, sebab
makna kehidupan yang paling tinggi dan menentukan tidak boleh dicari dan
ditemukan dalam kerja. Kerja itu hakiki, namun Allah itulah – dan bukan kerja –
yang merupakan sumber kehidupan serta tujuan akhir manusia” (Kompendium ASG
257).
Ajaran
Gereja mencita-citakan hal seperti itu. Namun cita-cita kadang berbeda dengan
kenyataan.
Kemiskinan masih mewarnai kehidupan kita. Orang membutuhkan makan, orang
membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Tidak jarang kita
masih menjumpai seorang anak harus bekerja membantu orang tuanya karena
himpitan ekonomi. Ada yang menjadi pemulung, pengamen atau bahkan menjadi buruh.
Kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak dan memadai menjadi hilang.
Orang menjadi tidak peduli lagi apakah kerjanya menjadikannya semakin seorang
manusia menurut gambar pencipta-Nya atau tidak.
Pekerjaan apapun harus diarahkan
untuk menjunjung tinggi martabat manusia sebab manusia adalah subyek atas
pekerjaannya. Gereja menegaskan bahwa,” Kerja manusia tidak hanya berasal dari pribadi, tetapi juga secara hakiki
ditata menuju dan memiliki sasaran akhirnya pada pribadi manusia. Terlepas dari muatan objektifnya, kerja mesti
diarahkan kepada subjek yang melaksanakannya, karena tujuan kerja, jenis
kerja yang mana pun, adalah selalu manusia. Bahkan walaupun orang tidak dapat
mengabaikan komponen objektif kerja yang berkenaan dengan kualitasnya, namun bagaimanapun
juga unsur tersebut mesti dikebawahkan pada perwujudan diri pribadi, dan
karenanya pada matra subjektif, dan berkat itu pula menjadi mungkinlah untuk
menegaskan bahwa kerja untuk manusia dan bukan manusia untuk kerja.
“Selalu manusia itulah yang merupakan tujuan kerja, entah kerja mana pun yang
dijalankannya – juga kalau tatanan nilai pada umumnya menganggapnya sebagai
sekadar ‘pengabdian’ belaka, sebagai kerja yang sangat monoton, bahkan kerja
yang paling
mengasingkan.” (Kompendium
ASG no.272).
Spiritualitas Kerja
Spiritualitas kerja manusia ha rus digali dari semangat hidup Yesus sendiri. Yesus juga seorang
pekerja keras. Siang malam Dia terus bekerja melalui sabda dan karyaNya
sehingga makanpun tidak sempat (bdk. Mrk 6:31). Selama pelayananNya di atas
bumi, Yesus bekerja tiada heti-hentinya, seraya melakukan perbuatan-perbuatan
menakjubkan untuk membebaskan manusia dari penyakit, penderitaan dan kematian.
Bahkan hari Sabat yang menjadi larangan dalam tradisi Yahudi untuk bekerja
tetap dijadikan sarana bagi Yesus untuk berbuat baik. “Hari Sabat diadakan
untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat” (Mrk 2:27). Dengan
menyembuhkan orang pada hari Sabat Ia berkehendak menunjukkan bahwa hari Sabat
adalah milikNya, karena sesungguhnya Ia adalah Putra Allah, dan bahwa inilah
hari ketika manusia hendaknya membaktikan diri mereka kepada Allah dan kepada
sesama (Kompendium ASG No.261). Dan satu hal yang menarik adalah bahwa
di dalam Yesus Kristus, dunia yang telah rusak oleh dosa manusia, melalui karyaNya
telah dipulihkan kembali hubungannya dengan Allah sumber ilahi Kebijaksanaan
dan Cinta Kasih. Dengan cara ini, artinya, seraya menerangkan dalam takaran
yang semakin besar “kekayaan Kristus yang tak terduga” (Ef 3:8) dalam ciptaan,
kerja manusia menjadi sebuah pelayanan yang diangkat ke kemuliaan Allah.
Sebagai umat beriman, kitapun sudah semestinya dalam
bekerja selalu berpegang pada semangat dan perintah Kristus. Dalam kisah
panggilan murid-murid yang pertama dikisahkan amat bagus oleh Lukas. Ketika itu
Simon dan kawan-kawannya sudah bekerja sepanjang malam namun tidak mendapatkan
apa-apa. “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak
menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala
juga. Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan,
sehingga jala mereka mulai koyak” (Luk 5:5-6). Kerja dalam bentuk apapun harus
dimengerti sebagai keikutsertaan pribadi Yesus Kristus, manusia pekerja (Laborem
Exercens art.25). Orang beriman kristiani yang melaksanakan
pekerjaannya berdasarkan prinsip iman kristiani mewujudkan kemuridan Kristus
dalam hidupnya. Keutamaan-keutamaan yang mesti
dihidupi dalam kerja adalah tanggung jawab, disiplin, kerja keras, inisiatif
dan kreatif, jujur, cermat, tertib, tekun dan teliti.
Selain keutamaan-keutamaan tersebut
di atas, sebagai murid-murid Yesus Kristus, spriritualitas salib juga
harus ditempatkan dalam setiap pekerjaan kita. Berulang kali Yesus menegaskan
bahwa Anak Manusia harus menderita sengsara dan pada hari ketiga dibangkitkan
dari alam maut (bdk. Mrk 8:31). Sejak awal karyaNya, Yesus menegaskan bahwa
pekerjaanNya adalah melaksanakan kehendak Bapa (bdk. Yoh 4:34). Kehendak Bapa
tersebut dituntaskan oleh Yesus saat Dia ditinggikan dan wafat di kayu salib
(bdk. Yoh 20:30). Yesus setia dan taat kepada kehendak Bapa sampai wafat. Ini
mengandung arti yang sangat dalam bahwa bekerja membutuhkan totalitas atau
kterlibatan sepenuh hati dan harus dapat menyelesaikan sampai tuntas. Kerja mewakili satu matra
hakiki dari keberadaan manusia sebagai keterlibatan tidak saja dalam tindakan
penciptaan tetapi juga tindakan penebusan.
Orang-orang yang menerima tanpa mengeluh keras dan sulitnya kerja dalam persatuan dengan Yesus, dalam arti
tertentu mereka bekerja sama dengan
Sang Putra Allah dalam karya penebusan-Nya, dan menunjukkan bahwa mereka adalah para murid Kristus seraya
memikul salib-Nya setiap hari,
dalam kegiatan baginya mereka dipanggil untuk melaksanakannya. Seturut perspektif ini, kerja dapat dipandang
sebagai sebuah sarana
pengudusan serta menerangi aneka realitas duniawi dengan Roh Kristus (Kompendium
ASG No.263)
Disusun oleh: APP PSE Keuskupan Agung Semarang
Minggu Biasa V/C – 10 Februari 2013 : SURAT GEMBALA PRAPASKA 2013
Minggu Biasa V/C – 10 Februari 2013
Yes 6:1-2a;3-8; 1Kor 15:1-11; Luk 5:1-11
SURAT GEMBALA
PRAPASKA 2013
“Bertolak ke
tempat yang dalam,
mengemban
perutusan dan berbuah”
Saudari-saudaraku terkasih,
Suasana sukacita perayaan Natal dan
tahun baru 2013 yang menggembirakan hidup beriman dan pengalaman sehari-hari, baru saja berlalu. Kini kita sudah akan memasuki masa prapaska, waktu dan
kesempatan yang penuh rahmat untuk mempersiapkan perayaan Paska. Masa prapaska
tahun ini terasa begitu istimewa karena kita jalani di tengah-tengah
kegembiraan kita menjalani Tahun Iman (11 Oktober 2012 – 24 November 2013). Kita
bersyukur atas karunia iman yang dilimpahkan kepada kita yang dinyatakan saat
kita menerima sakramen baptis. Masa prapaska merupakan saat yang tepat untuk
mengenangkan dan menyiapkan baptis dan membina pertobatan. Masa itu secara
intensif mengajak umat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa, dan
dengan demikian menyiapkan diri untuk merayakan misteri Paska (SC 109). Meskipun
disebut masa intensif bukan berarti kita hanya berdiam diri tidak melakukan
kegiatan dan aktivitas. Justru sebaliknya, kita tetap giat menjalani
tugas-tugas, kegiatan-kegiatan dan pekerjaan-pekerjaan rutin kita setiap hari. Dalam
pekerjaan-pekerjaan itu kita menghayati panggilan dan perutusan kita
masing-masing.
Saudari-saudara terkasih,
Sebagai umat beriman kita bersyukur, bahwa Allah terus bekerja untuk kesejahteraan
dan kebahagiaan kita. Dalam karyaNya itu Allah melibatkan banyak orang agar
cinta kasihNya dapat dirasakan secara nyata dalam kehidupan. Panggilan dan
perutusan Nabi Yesaya menegaskan akan kesungguhan hati Allah untuk kebahagiaan
umatNya, ”Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”
Ketika itu Yesaya menjawab, ”Ini aku utuslah aku!” (Yes 6:8). Kesanggupan dan
keberanian Yesaya ini juga kita temukan dalam diri Simon Petrus yang berani
bertolak ke tempat yang dalam. Keberanian Simon Petrus ini bukanlah kesanggupan
dan keberanian tanpa dasar, namun sebuah kesanggupan dan keberanian berdasarkan
iman, didasarkan atas perintah Yesus, ”Bertolaklah
ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan” (Luk 5:4)
Simon Petrus yang telah putus harapan
karena sepanjang malam bekerja keras namun tidak mendapat seekor ikan pun
akhirnya berani menebarkan jala kembali ketika ada sentuhan hati dari Yesus
yang memberikan semangat “tebarkanlah jalamu” (bdk. Luk 5:5). Kutipan ini
menyadarkan kita bahwa di saat-saat kita mengalami kelesuan, kegagalan, keputus-asaan,
ketidakberdayaan, keterpurukan, merasakan kekecilan diri kita, kita perlu
kembali kepada Yesus pokok iman kita dan mendengarkan sabdaNya. Kesadaran akan
kekecilan diri kita terungkap dalam kata-kata Simon Petrus, ”Tuhan, pergilah
dari padaku sebab aku ini seorang berdosa” (Luk 5:8). Akan tetapi justru ketika
Simon Petrus menyadari akan kelemahan dan kerapuhan dirinya, Yesus meneguhkan
dan menguatkan,”Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia” (Luk
5:10). Dalam kelemahan dan kerapuhan, kita dipanggil dan diutus supaya menjadi
nyata kekuatan Allah bagi kita. Kita menjadi semakin rendah hati dan tidak
menyombongkan diri dengan mengandalkan kekuatan diri kita sendiri. Kita semakin
yakin bahwa kasih karunia yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita tidak
sia-sia (bdk. 1Kor 15:10).
Saudari-saudara yang terkasih,
Masa prapaska adalah masa yang sangat tepat
untuk menyadari segala kelemahan dan kerapuhan kita. Masa ini menjadi masa yang
penuh rahmat untuk membangun sikap tobat, memperbarui diri dan membangun masa
depan yang penuh harapan. Meski kita lemah dan rapuh, kita tidak boleh terpuruk
dalam keputus-asaan. Saatnya kita bangkit bersama dengan Kristus sebagaimana
juga dialami oleh Paulus. Ia merasa diri yang paling hina, namun karena kasih
karunia Allah, ia bekerja lebih keras bagi karya kerasulannya mewartakan Yesus
Kristus (bdk. 1Kor 15:10).
Kesadaran bahwa kita lemah dan rapuh,
mendorong kita untuk membangun hidup berlandaskan iman dan mewujudkannya dalam
pekerjaan-pekerjaan kita sehari-hari. Melalui tema APP 2013 “Semakin
Beriman Dengan Bekerja Keras dan Menghayati Misteri Salib Tuhan” kita
ingin mendasari seluruh hidup kita dengan iman yang kokoh. Iman menjadi
landasan pokok untuk menekuni setiap panggilan dan perutusan kita. Kalau kita
dipanggil dan diutus menjadi guru, karyawan, pedagang, pegawai kantor,
pengusaha, ibu rumah tangga, tukang sapu dan profesi apa pun, harus disadari
bahwa melalui pelayanan-pelayanan itu kita mewujudkan iman kita. Harapan kita,
melalui karya-karya dan kerja keras kita seperti itu, hidup beriman kita semakin
mendalam dan tangguh dan akhirnya menghasilkan banyak buah. Kita dapat belajar
dari Simon Petrus, setelah mendapat semangat dari Yesus, kerja keras Simon
Petrus menghasilkan tangkapan yang banyak seperti dikatakan dalam Injil, ”Dan
setelah mereka malakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga
jala mereka mulai koyak” (Luk 5:6).
Saudari-saudara yang terkasih,
Kita bersyukur atas panggilan dan
perutusan yang kita terima dari Tuhan. Melalui karya-karya dan
pekerjaan-pekerjaan kita, kita ingin mempersembahkan diri kita kepada Tuhan
yang telah memberikan segala kasih karuniaNya kepada kita. Dengan gembira kita
senantiasa bertolak ke tempat yang dalam, agar seluruh hidup kita berbuah bagi
banyak orang.
Buah-buah itu kita petik dari setiap pekerjaan
yang kita jalani dalam ketekunan, kesetiaan dan kesabaran. Melalui pekerjaan-pekerjaan
tersebut kita tidak hanya ingin mengupayakan berkat dan rejeki bagi kita, namun
sekaligus kita ingin menyelaraskan seluruh kehidupan kita dengan misteri salib Tuhan. Rahmat yang
kita terima dari salib Tuhan adalah penebusan atas dosa-dosa kita. Setiap pekerjaan
yang kita jalani adalah juga salib kehidupan kita karena menghasilkan banyak
buah bagi keluarga, sesama dan banyak orang lain di sekitar kita. Sabda Yesus
yang senantiasa kita dengar semakin meneguhkan kita, ”Setiap orang yang mau
mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan
mengikuti Aku” (Luk 9:23).
Saudari-saudara yang terkasih,
Sudah
bertahun-tahun selama masa prapaska, kita menyisihkan sebagian rejeki dari
hasil pekerjaan dan jerih lelah kita sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian kepada
sanak-saudara yang miskin dan menderita. Solidaritas itu kita wujudkan dalam gerakan
Aksi Puasa Pembangunan. Gerakan APP sebagai wujud konkret dari laku tobat,
puasa dan pantang kita, bukan hanya gerakan mengumpulkan uang, tetapi sarana
mengumpulkan orang dalam paguyuban yang berlandaskan kasih. Maka dari itu dalam semangat solidaritas dan
persaudaraan yang penuh kasih, marilah kita terus bertolak ke tempat yang
dalam, bekerja keras dan bertindak, mengemban perutusan, mewujudkan iman kita agar
hidup kita berbuah dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Akhirnya, secara tulus saya menghaturkan
banyak terima kasih kepada saudari-saudara semua yang dengan caranya
masing-masing terlibat mengembangkan Gereja Keuskupan Agung Semarang. Semoga
Tuhan senantiasa melimpahkan berkat bagi saudari-saudara, keluarga-keluarga dan
komunitas-komunitas Anda.
Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, 25 Januari 2013
Pada Pesta Bertobatnya Santo Paulus
† Mgr. Johannes Pujasumarta
Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang
Bacaan Harian 04 - 10 Februari 2013
Bacaan Harian 04 - 10 Februari 2013
Renungan oleh: Bernardus Gunawan Y. Surya
Senin, 04 Februari 2013: Hari Biasa Pekan IV (H).
Ibr 11:32-40; Mzm 31:20.21.22.23.24; Mrk 5:1-20.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan, iblis yang kejam menguasai seseorang yang siang malam berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Begitulah jadinya manusia kalau akal budinya direndahkan dan iblis ditinggikan. Kristus melepaskan orang-orang itu dari roh-roh najis. Sebuah ungkapan iman bagi kita, maukah kita memberikan diri untuk dimasuki Roh Kudus dan tidak lagi hidup dalam belenggu iblis?
Selasa, 05 Februari 2013: Peringatan Wajib Sta. Agatha, Perawan dan Martir (M).
Ibr 12:1-4; Mzm 22:26b-27.28.30.31-32; Mrk 5:21-43.
Yairus pada awalnya memiliki iman yang luar biasa, karena ia hanya meminta Tuhan untuk menumpangkan tangan dan anaknya akan sembuh. Namun pada saat tiba di rumah Yairus, orang banyak sudah meratap dan menangis karena anak perempuan Yairus sudah meninggal. Ketika Yesus mengatakan bahwa putri Yairus tidak mati tetapi tidur, semua orang di rumah tersebut menertawakan Yesus. Menertawakan atau merendahkan seseorang dapat membuat imannya menjadi goyah. Maka sebaiknya kita saling mendukung satu dengan yang lain supaya tidak seorangpun goyah karena sikap kita.
Rabu, 06 Februari 2013: Peringatan Wajib St Paulus Miki, Imam, dkk - Martir (M).
Ibr 12:4-7.11-15; Mzm 103:1-2.13-14.17-18a; Mrk 6:1-6.
Injil hari ini menceritakan kisah penolakan orang-orang Nazaret terhadap Yesus. Ketidaktahuan dan ketidakmengertian orang-orang Nazaret tentang siapa Yesus yang sesungguhnya membuat mereka tega menolak Yesus. Orang-orang yang sekampung dengan Yesus tidak tahu bahwa Yesus bukan manusia biasa. Orang yang mampu mengolah pengalaman pahit ketika ditolak, dapat menolong orang lain yang mengalami hal yang sama. Kita belajar dari Yesus, yang tidak menyimpan dendam meskipun ditolak oleh orang sekampung-Nya.
Kamis, 07 Februari 2013: Hari Biasa Pekan IV (H).
Ibr 12:18-19.21-24; Mzm 48:2-3a.3b-4.9.10.11; Mrk 6:7-13.
Injil pada hari ini mengisahkan Yesus yang memanggil kedua belas murid-Nya dan mengutus mereka berdua-dua.Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat dan dalam perjalanan mereka tidak boleh membawa bekal kecuali tongkat. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak maumenerima atau mendengar mereka, Yesus menyarankan keluar dan mengebaskan debu yang ada pada kaki mereka. Kebasan debu sendiri bisa dimaknai sebagai menghilangkan kotoran atau melupakan segala perlakuan yang tidak menyenangkan. Marilah kita berbesar hati melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dalam setiap tugas perutusan kita.
Jumat, 08 Februari 2013: Hari Biasa Pekan IV (H).
Ibr 13:1-8; Mzm 27:1.3.5.8b-9abc; Mrk 6:14-29.
Yohanes Pembaptis berani menegor raja Herodes yang merebut isteri Filipus, sehingga akhirnya ia menjadi korban kemurkaan raja Herodes. Teladan yang sangat luar biasa baik dari St. Yohanes Pembaptis, karena adakalanya kita takut menyuarakan SUARA KENABIAN. Marilah kita menjadi pembawa dan pewarta kebenaran-kebenaran seperti St. Yohanes Pembapatis.
Sabtu, 09 Februari 2013: Hari Biasa Pekan IV (H).
Ibr 13:15-17.20-21; Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6; Mrk 6:30-34.
Banyak orang terjebak dalam pemenuhan keinginan yang bersifat jasmani, namun lupa memperhatikan kebutuhan rohaninya. Bisa-bisa kebutuhan rohani menjadi terbengkalai akibat terlena mengurus kesenangan badan sehingga tidak ada waktu untuk hening dalam kesunyian. Kesunyian menjadi waktu jedah di tengah berbagai kesibukan kita, untuk menyapa diri sendiri dan menimba semangat baru. Dalam keheningan batin itulah kita berdialog dengan Tuhan dan menyelaraskan kembali keinginan kita dengan kehendak Tuhan sendiri.
Minggu, 10 Februari 2013: Hari Minggu Biasa V (H).
Yes 6:1-2a.3-8; Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.7c-8; 1Kor 15:1-11; Luk 5:1-11.
Semalam-malaman murid-murid Yesus menjala ikan tetapi tidak berhasil, baru ketika Yesus menyuruh mereka menebarkan jala ke tempat yang lebih dalam, mereka berhasil menangkap ikan sebanyak-banyaknya. Dalam menjala manusia, tentu kita sering merasa jemu, karena lama sekali tidak mendapat tambahan jiwa yang bertobat, tetapi Tuhan dapat menambah jiwa-jiwa dalam waktu singkat.Yang kita perlukan adalah ketekunan dan mendengarkan perintah Tuhan. Pekerjaan menjala manusia adalah pekerjaan seumur hidup, maka janganlah menggunakan kemampuan diri sendiri, bersandarlah kepada Tuhan.
Renungan oleh: Bernardus Gunawan Y. Surya
Senin, 04 Februari 2013: Hari Biasa Pekan IV (H).
Ibr 11:32-40; Mzm 31:20.21.22.23.24; Mrk 5:1-20.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan, iblis yang kejam menguasai seseorang yang siang malam berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Begitulah jadinya manusia kalau akal budinya direndahkan dan iblis ditinggikan. Kristus melepaskan orang-orang itu dari roh-roh najis. Sebuah ungkapan iman bagi kita, maukah kita memberikan diri untuk dimasuki Roh Kudus dan tidak lagi hidup dalam belenggu iblis?
Selasa, 05 Februari 2013: Peringatan Wajib Sta. Agatha, Perawan dan Martir (M).
Ibr 12:1-4; Mzm 22:26b-27.28.30.31-32; Mrk 5:21-43.
Yairus pada awalnya memiliki iman yang luar biasa, karena ia hanya meminta Tuhan untuk menumpangkan tangan dan anaknya akan sembuh. Namun pada saat tiba di rumah Yairus, orang banyak sudah meratap dan menangis karena anak perempuan Yairus sudah meninggal. Ketika Yesus mengatakan bahwa putri Yairus tidak mati tetapi tidur, semua orang di rumah tersebut menertawakan Yesus. Menertawakan atau merendahkan seseorang dapat membuat imannya menjadi goyah. Maka sebaiknya kita saling mendukung satu dengan yang lain supaya tidak seorangpun goyah karena sikap kita.
Rabu, 06 Februari 2013: Peringatan Wajib St Paulus Miki, Imam, dkk - Martir (M).
Ibr 12:4-7.11-15; Mzm 103:1-2.13-14.17-18a; Mrk 6:1-6.
Injil hari ini menceritakan kisah penolakan orang-orang Nazaret terhadap Yesus. Ketidaktahuan dan ketidakmengertian orang-orang Nazaret tentang siapa Yesus yang sesungguhnya membuat mereka tega menolak Yesus. Orang-orang yang sekampung dengan Yesus tidak tahu bahwa Yesus bukan manusia biasa. Orang yang mampu mengolah pengalaman pahit ketika ditolak, dapat menolong orang lain yang mengalami hal yang sama. Kita belajar dari Yesus, yang tidak menyimpan dendam meskipun ditolak oleh orang sekampung-Nya.
Kamis, 07 Februari 2013: Hari Biasa Pekan IV (H).
Ibr 12:18-19.21-24; Mzm 48:2-3a.3b-4.9.10.11; Mrk 6:7-13.
Injil pada hari ini mengisahkan Yesus yang memanggil kedua belas murid-Nya dan mengutus mereka berdua-dua.Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat dan dalam perjalanan mereka tidak boleh membawa bekal kecuali tongkat. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak maumenerima atau mendengar mereka, Yesus menyarankan keluar dan mengebaskan debu yang ada pada kaki mereka. Kebasan debu sendiri bisa dimaknai sebagai menghilangkan kotoran atau melupakan segala perlakuan yang tidak menyenangkan. Marilah kita berbesar hati melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dalam setiap tugas perutusan kita.
Jumat, 08 Februari 2013: Hari Biasa Pekan IV (H).
Ibr 13:1-8; Mzm 27:1.3.5.8b-9abc; Mrk 6:14-29.
Yohanes Pembaptis berani menegor raja Herodes yang merebut isteri Filipus, sehingga akhirnya ia menjadi korban kemurkaan raja Herodes. Teladan yang sangat luar biasa baik dari St. Yohanes Pembaptis, karena adakalanya kita takut menyuarakan SUARA KENABIAN. Marilah kita menjadi pembawa dan pewarta kebenaran-kebenaran seperti St. Yohanes Pembapatis.
Sabtu, 09 Februari 2013: Hari Biasa Pekan IV (H).
Ibr 13:15-17.20-21; Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6; Mrk 6:30-34.
Banyak orang terjebak dalam pemenuhan keinginan yang bersifat jasmani, namun lupa memperhatikan kebutuhan rohaninya. Bisa-bisa kebutuhan rohani menjadi terbengkalai akibat terlena mengurus kesenangan badan sehingga tidak ada waktu untuk hening dalam kesunyian. Kesunyian menjadi waktu jedah di tengah berbagai kesibukan kita, untuk menyapa diri sendiri dan menimba semangat baru. Dalam keheningan batin itulah kita berdialog dengan Tuhan dan menyelaraskan kembali keinginan kita dengan kehendak Tuhan sendiri.
Minggu, 10 Februari 2013: Hari Minggu Biasa V (H).
Yes 6:1-2a.3-8; Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.7c-8; 1Kor 15:1-11; Luk 5:1-11.
Semalam-malaman murid-murid Yesus menjala ikan tetapi tidak berhasil, baru ketika Yesus menyuruh mereka menebarkan jala ke tempat yang lebih dalam, mereka berhasil menangkap ikan sebanyak-banyaknya. Dalam menjala manusia, tentu kita sering merasa jemu, karena lama sekali tidak mendapat tambahan jiwa yang bertobat, tetapi Tuhan dapat menambah jiwa-jiwa dalam waktu singkat.Yang kita perlukan adalah ketekunan dan mendengarkan perintah Tuhan. Pekerjaan menjala manusia adalah pekerjaan seumur hidup, maka janganlah menggunakan kemampuan diri sendiri, bersandarlah kepada Tuhan.
Senin, 04 Februari 2013 Hari Biasa Pekan IV
Senin, 04 Februari 2013
Hari Biasa Pekan IV
Allah adalah Bapa yang maha kuasa. Kebapaan-Nya dan kekuasaan-Nya saling menerangkan. Ia menunjukkan kekuasaan-Nya sebagai Bapa dengan memelihara kita Bdk. Mat 6:32., dengan menerima kita sebagai anak-anak-Nya (Aku mau "menjadi bapa-Mu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan perempuan, demikianlah firman Tuhan yang maha kuasa" 2 Kor 6:18); Ia menunjukkan kekuasaan-Nya juga melalui belas kasihan-Nya yang tidak terbatas, karena Ia menyatakannya terutama dengan mengampuni dosa-dosa kita secara bebas. --- Katekismus Gereja Katolik, 270
Antifon Pembuka (Mzm 31:20)
Alangkah berlimpah-limpah kebaikan-Mu, ya Tuhan, yang telah Kaulakukan di hadapan manusia bagi orang yang berlindung pada-Mu.
Doa Pagi
Bangkitkanlah semangatku dan baruilah pengharapanku ya Bapa, agar aku beroleh kekuatan dari pada-Mu dalam menjalani hidup ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (11:32-40)
Hari Biasa Pekan IV
Allah adalah Bapa yang maha kuasa. Kebapaan-Nya dan kekuasaan-Nya saling menerangkan. Ia menunjukkan kekuasaan-Nya sebagai Bapa dengan memelihara kita Bdk. Mat 6:32., dengan menerima kita sebagai anak-anak-Nya (Aku mau "menjadi bapa-Mu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan perempuan, demikianlah firman Tuhan yang maha kuasa" 2 Kor 6:18); Ia menunjukkan kekuasaan-Nya juga melalui belas kasihan-Nya yang tidak terbatas, karena Ia menyatakannya terutama dengan mengampuni dosa-dosa kita secara bebas. --- Katekismus Gereja Katolik, 270
Antifon Pembuka (Mzm 31:20)
Alangkah berlimpah-limpah kebaikan-Mu, ya Tuhan, yang telah Kaulakukan di hadapan manusia bagi orang yang berlindung pada-Mu.
Doa Pagi
Bangkitkanlah semangatku dan baruilah pengharapanku ya Bapa, agar aku beroleh kekuatan dari pada-Mu dalam menjalani hidup ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (11:32-40)
"Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita, tanpa kita."
Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing. Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, kalian semua yang berharap kepada Tuhan.
Ayat. (Mzm 31:20.21.22.23.24)
1. Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kaulakukan di hadapan manusia bagi orang yang berlindung pada-Mu.
2. Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persengkongkolan orang-orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap pembantahan lidah.
3. Terpujilah Tuhan! Ia telah menunjukkan kasih setia-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan!
4. Dalam kebingunganku aku menyangka, "Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu." Tetapi ternyata Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong.
5. Kasihilah Tuhan, hai semua orang yang dikasihi-Nya! Tuhan menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang yang congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung.
Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. oleh solis Lukas 7:2/4
Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita, dan Allah mengunjungi umat-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (5:1-20)
"Hai roh jahat, keluarlah dari orang ini!"
Sekali peristiwa, sampailah Yesus dan murid-murid-Nya di seberang danau Galilea, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah kepada-Nya seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan. Orang itu diam di sana dan tidak ada lagi yang sanggup mengikatnya, dengan rantai sekali pun! Sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantai itu diputuskannya dan belenggu itu dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli diri dengan batu. Ketika melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya. Ia lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak, “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya, “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Yesus bertanya kepada orang itu, “Siapa namamu?” Jawabnya, “Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana , di lereng bukit, sekawanan babi sedang mencari makan. Lalu roh-roh itu meminta kepada Yesus, katanya, “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, dan biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu, dan memasuki babi-babi itu. Maka kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu! Mereka menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk; orang yang tadinya kerasukan legion itu, kini berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceritakan apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka. Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Yesus. Tetapi Yesus tidak memperkenankannya. Yesus berkata kepada orang itu, “Pulanglah ke rumahnu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala yang telah diperbuat Tuhan atasmu, dan ceritakan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” Orang itu pun pergi, dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala yang telah diperbuat Yesus atas dirinya, dan mereka semua menjadi heran.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Injil mengisahkan bagaimana Yesus mengusir roh jahat di daerah orang Gerasa. Menarik bahwa dalam peristiwa pengusiran itu, roh jahat mengenal siapa Yesus. Ia mengaku Yesus sebagai Anak Allah dan memohon agar Yesus jangan menyiksa dia. Barangkali ini adalah sebuah jebakan agar Yesus terlena dan lengah. Akan tetapi, Yesus tidak mau kompromi dengan si jahat itu. Dia segera mengusir roh jahat dari orang itu. Setelah sembuh, orang itu mengungkapkan keinginannya untuk mengikuti Yesus. Akan tetapi, Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan mewartakan apa yang telah diperbuat Yesus kepada dirinya.
Setiap hari kita mengalami mukjizat dari Tuhan. Kita diberikan kehidupan, kesehatan, kekuatan, alam yang indah, makan, minum, keluarga, teman, dst. Sadarkah kita akan mukjizat-mukjizat itu? Maukah kita mewartakan karya dan kasih Tuhan dalam hidup kita kepada sesama, terutama orang-orang yang berada di dekat kita?
Ya Tuhan, terima kasih atas mukjizat-mukjizat-Mu dalam kehidupanku. Kuatkanlah aku agar mau mewartakan mukjizat dan kebaikan-Mu kepada sesamaku. Amin.
Ziarah Batin 2013, Renungan dan Catatan Harian
Surat Keluarga Januari 2013: Porta Fidei untuk Keluarga-keluarga
“Kita perlu
menemukan kembali perjalanan iman, supaya keluarga menemukan kembali sukacita
dalam percaya dan kegairahan untuk mengkomunikasikan iman” (Porta Fidei,
Benedictus XVI)
Keluarga Katolik di Keuskupan Agung
Jakarta, Selamat Tahun Baru 2013, selamat menjalani Tahun Iman juga. Tahun iman
telah berjalan bersama keluarga sedunia. Tahun iman yang dicanangkan oleh Paus
Benedictus membawa pesan bagi keluarga-keluarga juga untuk memasuki pintu iman
(porta fidei). Setiap keluarga diajak
untuk bersama sama mengalami dan menemukan kembali jalan menuju Allah dalam
situasi yang serba menantang di masa kini.
Paus Benedictus mengajak setiap keluarga
untuk menemukan kembali kegairahan dalam hidup beriman melalui apa saja yang
dapat mendukung hidup beriman yang semakin menghidupkan iman bersama itu. Kita
sebagai orangtua maupun anak-anak diajak untuk mengusahakan dengan sekuat
tenaga “menemukan kembali” iman kita yang tampaknya biasa, supaya mengimani
sama dengan mengenal Tuhan lebih dekat dan dalam suasana yang lebih personal.
“Tak kenal, maka tak sayang”. Demikianlah
ungkapan yang terkenal di telinga kita. Semakin mengenal, rasa sayang akan
semakin mudah ditumbuhkan. Hal yang sama terjadi juga dalam rangka hidup
beriman kita. Suatu evangelisasi baru mesti diusahakan bersama, agar seluruh
keluarga memperoleh manfaat dari tahun iman ini bersama sama.
Dalam masa yang serba modern, cepat,
instan, rasional, material, individual, popularity
minded (ingin terkenal), kuasa, rekayasa, dan uang, kita menemukan semakin
menantangnya Kristus diwartakan. Belum lagi situasi minoritas yang memaksa kita
untuk bersifat represif (tidak berani terbuka) akan hidup beriman kita memaksa
kita untuk mengesampingkan hidup beriman sedemikian rupa, sehingga Allah makin
dipinggirkan dan dunia semakin didahulukan.
Barangkali Anda menemui kesulitan
meneguhkan anak-anak untuk rajin berdoa dan berhenti main games. Barangkali juga kita menemui kendala untuk sekedar
meyakinkan anggota keluarga bahwa doa mempunyai kuasa yang lebih besar dari
apapun juga, termasuk teknologi, misalnya. Hidup beriman jadi terasa sesuatu
yang “melayang” dan tidak “mendarat” bagi kita sekeluarga. Iman hanya tinggal aktivitas di dalam Gereja
saja.
Sebagai orangtua, setiap pasutri diundang
untuk meneruskan Iman Kristiani pada seluruh anggota keluarga. Demikian juga
untuk anak-anak yang mempunyai kesadaran akan hidup beriman yang baik, mendapat
kewajiban yang sama untuk meyakinkan orangtua dan saudara-saudarinya
mempelajari kembali hidup rohani, sampai menemukan bersama-sama iman yang hidup
dan segar.
Adalah suatu kewajiban bagi setiap orang
untuk semakin aktif mempelajari Iman Kristiani, khususnya yang terdapat dalam
firman Tuhan. “Supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan” (2Tes 3:1):
Mengajak anak-anak dengan tulus berdoa, meskipun singkat, akan sangat membantu
mereka ketika mereka berdoa secara pribadi untuk masalah pelik di kemudian
hari.
Ketika keluarga saling berbicara, akan
lebih indah kalau di dalamnya ada acara berbagi (sharing) iman juga. Jangan malu menceritakan keajaiban doa yang
memang Anda rasakan; jangan ragu mengatakan “Semua ini berkat Tuhan”. Tuhan
memang harus dapat kita temukan dalam hal-hal setiap hari yang membuat seluruh
keluarga makin akrab dengan Tuhan. Buatlah hati mereka “tidak nyaman” kalau
belum berdoa, sehingga iman menjadi kebutuhan pribadi setiap anggota keluarga.
Porta Fidei mengajak kita berevangelisasi
secara baru. Kita diajak untuk mewartakan Allah dengan cara yang kreatif dan
selalu segar. Iman orang yang selalu segar dan trendy (mengikuti jaman) adalah iman yang dibutuhkan pada jaman
ini. Kalau teknologi dan informasi demikian kompetitif, maka katekese
(pengajaran iman) juga harus mengimbanginya.
Sekarang ini amat banyak buku-buku rohani
diterbitkan, CD dan DVD mengenai iman, hidup orang-orang kudus, maupun
lagu-lagu rohani juga banyak dijual di toko-toko dan mal. Apakah Anda tertarik
untuk membelinya? Apakah Anda juga memberi kesempatan pada anak-anak untuk belajar
beriman melalui Alkitab bergambar dan buku Katekismus
Gereja Katolik? Atau sudahkah Anda memutar lagu-lagu rohani di mobil maupun
di rumah, ketika keluarga berkumpul?
Keluarga-keluarga KAJ, waktu saya kecil,
gambar-gambar kudus bisa membuat saya senang untuk datang ke sekolah minggu.
Gambar-gambar itu saya simpan menjadi pembatas buku dan alkitab saya. Saya
tidak mengerti sepenuhnya, tetapi saya tahu itu gambar siapa, karena kakak
pengajar menjelaskan seperlunya. Saya juga ingat beberapa lagu (beberapa diambil
dari gereja saudara-saudari Protestan) yang bagus dan menyenangkan. Kenangan
akan gambar-gambar dan lagu-lagu itu masih teringat sampai sekarang.
Mengajarkan iman; mendekatkan iman pada
anggota keluarga; menemukan kembali iman yang benar adalah tugas bersama kita,
kami para imam, guru-guru agama, koordinator wilayah dan lingkungan, dan
terutama para orangtua di rumah. Dalam suasana keterbukaan Gereja seperti
sekarang ini, tentu saja boleh diciptakan lagu-lagu anak-anak Katolik yang
manis, yang menjelaskan kebaikan Allah, cinta kasih Allah, Kebaikan Tuhan
Yesus, maupun cinta sesama.
Kerjasama yang baik, tidak akan membuat
kita tersesat. Komunikasi yang terbangun antara Gereja Paroki sampai ke
tiap-tiap keluarga, tentu akan membuat suasana Gereja tidak hanya formal dan
ikut pakem, tetapi mengembalikan keramahan Tuhan pada siapa saja yang ingin
belajar dari kebaikan-Nya. Barangkali inilah yang dapat kita lakukan bersama
sebagai usaha pertobatan Gereja di tempat kita, khususnya di dalam keluarga
Semoga kita semua bersemangat menghidupi
tahun iman (11 Oktober 2011 – 24 November 2013) seperti yang diharapkan oleh
Paus Benediktus dalam Porta Fidei melalui
semangat pertobatan yang nyata, mengusahakan pelayanan katekese bagi
keluarga-keluarga, dan mengantar keluarga memasuki kehidupan baru bersama
imannya kepada Tuhan Yesus Kristus. Amin
Salam Keluarga Kudus
Rm.Alexander Erwin Santoso MSF
Langganan:
Postingan (Atom)
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati