| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Pesan Bapa Suci Paus Benediktus XVI untuk Hari Orang Sakit Sedunia Yang ke-21

“Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
(Lukas 10:37)




Saudara-saudari terkasih,

1. Pada tanggal 11 Februari 2013, perayaan liturgis Peringatan Bunda kita dari Lourdes, Hari Orang Sakit Sedunia Ke-21, akan dirayakan secara meriah di Gua Maria Altotting. Hari ini dipersembahkan bagi orang sakit, para perawat kesehatan, umat beriman dan bagi semua orang yang berkehendak baik “waktu yang khusus untuk berdoa, sharing, mempersembahkan penderitaan setiap orang demi kebaikan Gereja. Demikian juga, hari ini merupakan panggilan bagi semua orang untuk mengenali wajah-wajah saudara-saudari yang menderita. Wajah Kristus sendiri yang sedang menderita, wafat dan bangkit kembali, yang telah membawa keselamatan bagi umat manusia” Yohanes Paulus II, Surat untuk lembaga Hari Orang Sakit Sedunia, 13 Mei 1992,3). Pada kesempatan ini saya merasa sangat dekat sekali dengan Anda, para sahabatku yang terkasih, yang pada saat ini sedang dirawat di pusat-pusat perawatan kesehatan (rumah sakit, red) atau di rumah, yang sedang bergulat dengan pencobaan yang disebabkan oleh penyakit dan aneka penderitaan. Semoga Anda sekalian diteguhkan oleh kata-kata penghiburan dari Bapak-bapak Konsili Vatikan Il : “Anda tidak sendirian, dipisahkan, ditinggalkan atau seolah-olah tidak berguna. Anda semua telah dipanggil oleh Kristus dan Anda adalah hidup dan gambaran Diri-Nya secara nyata” (Pesan untuk Orang yang Miskin, Sakit dan menderita).

2. Dengan tetap memandang Anda sebagai sahabat dalam peziarahan rohani yang menghantar kita dari Lourdes, suatu tempat yang melambangkan harapan dan anugerah, menuju Gua Altotting, saya ingin mengusulkan untuk refleksi Anda suatu contoh gambaran tentang Orang Samaria yang baik hati (bdk. Luk.10:25-37). Perumpamaan Injil yang diceritakan kembali oleh St. Lukas adalah bagian dari serangkaian peristiwa dan kejadian-kejadian yang diambil dari kehidupan sehari-hari yang digunakan oleh Yesus untuk membantu kita memahami betapa dalam kasih Allah bagi setiap umat manusia, terutama mereka yang didera oleh penyakit atau penderitaan. Dengan kata-kata penutup dari perumpamaan Orang Samaria yang baik hati, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Lukas 10:37), Tuhan juga menunjukkan sikap yang harus dimiliki oleh setiap murid-Nya terhadap sesamanya, terutama mereka yang berkekurangan. Kita perlu menarik dari kasih Allah yang tanpa batas, lewat hubungan yang mendalam dengan-Nya dalam doa, kekuatan untuk menghayati hidup sehari-hari dalam bentuk perhatian yang konkrit, seperti yang dilakukan oleh Orang Samaria yang baik hati, bagi mereka yang menderita baik secara jasmani maupun rohani yang membutuhkan pertolongan kita, tidak peduli apakah kita mengenal mereka atau tidak dan bahkan mereka yang miskin sekalipun. Hal ini berlaku, tidak hanya bagi para pekerja pastoral atau perawat kesehatan, tetapi juga bagi setiap orang, bahkan bagi si penderita sakit itu sendiri, yang dapat mengalami kondisi seperti ini dari sudut pandang iman: “bukan dengan menghindar atau melarikan diri dari penderitaan kita menjadi sembuh, melainkan terutama oleh kemampuan kita menerima situasi tersebut, mendewasakan diri melalui penderitaan dan menemukan maknanya melalui persatuan dengan Kristus, yang rela menderita dengan kasih-Nya yang tak terbatas.” (Spe Salvi, 37).

3. Banyak Bapa Gereja melihat Yesus sendiri di dalam diri Orang Samaria yang baik hati; dan melihat Adam di dalam diri orang yang jatuh di tangan para perampok, jati diri kita yang terluka dan tersesat oleh karena dosa (bdk. Origenes, Homili pada Injil Lukas XXXIV,1-9; Ambrosius, Komentar terhadap Injil St. Lukas, 71-84; Agustinus, Khotbah 171). Yesus adalah Putera Allah, yang menghadirkan kasih Bapa, kasih yang setia, abadi dan tanpa batas. Tetapi Yesus juga berkenan menanggalkan pakaian keilahian-Nya, yang meninggalkan status Ilahi-Nya untuk mengambil rupa manusia (bdk. Filipi 2:6-8), yang rela menderita sama seperti manusia, bahkan rela turun ke alam maut (neraka), sebagaimana yang kita daraskan dalam Syahadat, agar Dia membawa harapan dan terang. Dia tidak mempertahankan kesetaraan dengan Allah (bdk. Filipi 2:6) tetapi, dipenuhi dengan belarasa, Dia melihat luka bagaikan jurang yang sangat dalam dari penderitaan manusia agar Dia berkenan menuangkan minyak penghiburan dan anggur pengharapan.

4. Tahun Iman yang sedang kita rayakan adalah kesempatan yang tepat untuk mengintensifkan pelayanan kasih di dalam jemaat-jemaat gerejani kita, supaya setiap orang di antara kita dapat menjadi seorang Samaria yang baik hati bagi sesamanya, khususnya bagi mereka yang berada di sekitar kita. Di sini saya ingin mengingat kembali tokoh-tokoh yang tak terhitung banyaknya dalam sejarah Gereja yang telah menolong orang-orang sakit untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan rohani dari penderitaan mereka, sehingga mereka boleh melayani sebagai teladan dan semangat bagi yang lain. Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus dan dari Wajah Kudus, “seorang pakar dalam scientia amoris (ilmu cinta)” (Novo Millennio lneunte, 42), mampu mengalami “persatuan yang mendalam dengan Penderitaan Kristus” yaitu suatu penyakit yang menghantar dia “kepada kematian melalui penderitaan yang amat hebat” (Pidato pada Saat Audiensi Umum, 6 April 2011). Venerabilis (yang pantas dihormati) Luigi Novarese, yang masih hidup dalam ingatan banyak orang, melalui seluruh pelayanannya menyadari betapa pentingnya doa bagi dan bersama dengan orang sakit dan yang menderita, dan dia sering mendampingi mereka ke tempat-tempat ziarah Maria, terutama ke Gua Maria di Lourdes. Raoul Follereau, tergerak oleh kasih terhadap sesama, mengabdikan hidupnya untuk merawat orang-orang yang menderita penyakit Hansen, bahkan di belahan dunia yang paling jauh sekalipun, mempromosikan Hari Lepra Sedunia sebagai salah satu dari berbagai inisiatif yang dilakukannya. Beata (yang terberkati) Teresa dari Calcuta, selalu mengawali hari-harinya dengan perjumpaan dengan Yesus di dalam Ekaristi, setelah itu dia akan pergi ke jalan-jalan, dengan Rosario di tangannya, untuk menemukan dan melayani Tuhan di dalam diri orang-orang yang sakit, terutama mereka yang “tidak dikehendaki, tidak dicintai dan tidak diperhatikan”. Santa Anna Schäffer dari Mindelstetten, juga mampu memberi teladan mempersatukan penderitaan-penderitaan dirinya dengan penderitaan Kristus: “Tempat tidur pada saat dia sakit menjadi sel biara dan penderitaannya menjadi pelayanan misioner. Dikuatkan oleh komuni harian, dia menjadi pendoa yang tidak mengenal lelah dan cermin kasih Allah untuk mereka yang mencari bimbingannya” (Homili Kanonisasi , 21 October 2012). Di dalam Injil, Santa Perawan Maria adalah seorang yang teguh-setia mengikuti Putera-nya yang menderita menuju puncak pengorbanan-Nya di Golgota. la tidak kehilangan harapan di dalam kemenangan Tuhan atas kejahatan, penderitaan dan kematian-Nya, dan ia memahami bagaimana menerima dalam rangkulan iman dan kasih, Putera Allah yang lahir di kandang Betlehem dan wafat di Salib. Imannya yang teguh dalam kuasa Allah diterangi oleh kebangkitan Kristus yang menawarkan harapan kepada mereka yang menderita dan memperbaharui kepastian akan kedekatan dan penghiburan Tuhan.

5. Akhirnya, saya ingin menyampaikan sepatah kata sebagai ungkapan terima kasih yang hangat dan dukungan kepada lembaga-lembaga perawatan kesehatan Katolik dan masyarakat sipil, kepada keuskupan-keuskupan dan komunitas-komunitas kristiani, kepada tarekat-tarekat religius yang terlibat di dalam pastoral perawatan orang sakit, kepada para pekerja perawatan kesehatan, kepada mitra-mitra dan para relawan. Semoga mereka semua menyadari secara penuh bahwa “Gereja saat ini menghayati suatu aspek fundamental dari misinya dalam menyambut setiap umat manusia dengan penuh kasih dan murah hati, terutama mereka yang lemah dan sakit” (Christiŕideles Laici, 38).

Saya mempercayakan Hari Orang Sakit Sedunia Ke-21 ini kepada perantaraan Bunda kita Penuh Rahmat, yang dihormati di Altotting, semoga dia senantiasa mendampingi mereka yang menderita dalam pencariannya akan penghiburan dan harapan yang mantap. Semoga dia membantu semua orang yang terlibat di dalam kerasulan belas kasih, supaya mereka menjadi orang-orang Samaria yang baik hati bagi saudara dan saudari mereka yang didera oleh penyakit dan penderitaan. Kepada mereka semua, dengan sepenuh hati saya berikan Berkat ApostoIik saya.

Dari Vatican, 2 Januari 2013

PAUS BENEDICTUS XVI

Disebarluaskan oleh:

BN Karya Kepausan Indonesia

Surat Gembala Prapaskah 2013 Bagi umat Katolik Keuskupan Surabaya

Surat Gembala PRAPASKAH 2013
Bagi umat Katolik Keuskupan Surabaya
(Dibacakan di semua gereja dan kapel di wilayah Keuskupan Surabaya, pada tanggal 9 dan 10 Februari 2013)
No. 30/G.111/II/2013
 
Saudara-saudari terkasih, 
 
Pada hari Rabu Abu, 13 Februari nanti, dahi kita akan ditandai dengan abu sebagai tanda dimulainya masa Prapaskah, masa tobat, masa untuk mempersiapkan diri merayakan Paskah. Kita semua tahu bahwa abu yang ada pada dahi kita mengingatkan betapa rapuh dan lemahnya kita.
 
Masa Prapaskah adalah masa pembaharuan diri karena perjumpaan dengan Tuhan. Pengampunan Tuhan yang kita terima akan menjadi saat kehidupan baru bagi kita. Seperti bacaan pertama yang kita dengar pada hari ini, Nabi Yesaya mendapatkan anugerah kehidupan baru karena kesalahannya dihapus dan dosanya diampuni. Buah dari kehidupan baru itu tidak lain ialah kesiapsediaan untuk diutus. ''Ini aku, utuslah aku!'' (Yes. 6: 7-8).
 
Demikian pula pengalaman perjumpaan dengan Tuhan yang dialami oleh Simon dan teman-temannya di danau Genesaret. Hidup yang tampaknya kosong karena kegagalan sepanjang malam, berubah menjadi hidup yang berkelimpahan. Sabda Yesus menumbuhkan harapan dan kepastian. Pengalaman keberhasilan bersama dengan Yesus membuka peluang bagi Simon untuk memulai suatu kehidupan baru. Hidup baru itu dimulai dengan suatu kesadaran yang sangat berharga, yaitu pengakuan sebagai orang berdosa:“Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini orang berdosa”  (Luk 5:8). Simon menyadari masa lampaunya tanpa Tuhan, suatu  periode hidup yang ditandai dengan pilihan hanya mengandalkan diri sendiri, adalah masa lampau yang dikuasai oleh dosa. Dia hidup jauh dari Tuhan. Kesadaran baru memberi orientasi baru dalam hidup. Perjumpaan dengan Yesus diakhiri dengan panggilan untuk Simon:“Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia”  (Luk 5:10). Iman Simon Petrus bukannya tanpa perjuangan. Dia memilih untuk mengikuti sabda Tuhan, lebih daripada mengikuti kemauan sendiri. Hal ini menuntut keberanian iman.
 
Tema APP untuk Keuskupan Surabaya tahun 2013 ini ialah Bekerja Dengan Iman. Bekerja dengan iman, berarti bekerja dengan mengandalkan Tuhan sendiri, bekerja sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan.
 
Dewasa ini  banyak orang tanpa sadar sering melihat makna bekerja sekedar untuk mencari penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup. Sementara makna bekerja yang lain, seperti ungkapan aktualisasi diri, pelayanan kepada sesama,serta panggilan untuk ambil bagian dalam karya penciptaan Allah, mulai diabaikan.
 
APP sebagai momen pertobatan eklesial mengajak kita merefleksikan hidup, panggilan dan kerja kita sebagai jawaban terhadap panggilan Tuhan. Sebagai orang beriman kita hendak melihat kembali aktivitas bekerja sebagai perwujudan iman kepada Tuhan. Kerja selalu bermartabat dan bernilai luhur karena yang mampu bekerja hanyalah manusia yang memiliki kesadaran dan kebebasan. Jikalau kita melakukan pekerjaan dengan penuh cinta, ketulusan,  syukur, kejujuran, disiplin, penghargaan yang tinggi akan jenis pekerjaan, dan selalu menyadari penyertaan Tuhan, maka kita akan menemukan kepuasan batin, dan bekerja secara bermartabat.
 
Kerja merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Dalam pandangan Gereja Katolik, kerja bukanlah sekedar cara untuk melangsungkan hidup melainkan rahmat dari Allah. Gereja mendasarkan pandangannya pada kisah penciptaan di mana Allah menciptakan manusia seturut gambar-Nya sendiri dan memberi mereka perintah untuk menaklukkan bumi beserta segala isinya. Semuanya itu terwujud dalam dan melalui tindakan kerja. Melalui kerja, manusia mewujudkan dan menyempurnakan martabat dirinya sebagai citra Allah, sebab di sana ia mencerminkan kegiatan Sang Pencipta sendiri dan menjadi partner kerja Allah. Maka, dimensi subjektif kerja (manusia) haruslah lebih diperhatikan dari pada dimensi objektif kerja (teknologi). Kerja adalah pertama-tama demi manusia dan bukan manusia untuk kerja.
 
Selain bersifat pribadi, kerja juga memiliki sifat sosial dan rohani. Setiap orang bekerja tidak pernah sendirian, melainkan -baik langsung maupun tak langsung- bersama dengan sesama dan berdampak bagi sesama. Kerja akan menjadi semakin subur dan produktif ketika manusia semakin menyelami potensi produktif sumber daya ciptaan dengan dijiwai oleh kasih kepada Tuhan, pemahaman akan kebutuhan sesama, keutuhan ciptaan, dan kesejahteraan umum saat ini serta masa depan. Lebih dari itu semua, bagi setiap orang kristiani bekerja adalah ambil bagian pada rencana keselamatan Tuhan.
 
Keyakinan iman itulah yang harus kita wartakan. Perutusan untuk mewartakan iman itulah juga yang menjadi pesan Bapa Paus Benediktus XVI sewaktu beliau mencanangkan Tahun 2012-2013 sebagai Tahun Iman. Selama Tahun Iman ini kita diajak untuk menggali, menghidupi, dan mewartakan iman kepercayaan kita di tengah dunia yang senantiasa berubah, penuh tantangan dan permasalahan. Tahun iman adalah saat dimana kita  memurnikan  kembali semangat  kerja  kita serta membangun integritas iman di tengah maraknya korupsi, politisasi pendidikan, pelecehan martabat, dan perusakan keutuhan ciptaan.
 
Iman  mewujud melalui komitmen untuk tetap bertahan dalam menghadapi aneka godaan khususnya dalam menjalankan  pekerjaan kita sehari-hari. Godaan-godaan itu bisa berupa: kesombongan, keserakahan, ketidakjujuran, serta pamer kekuasaan. Padahal, kekuasaan dan wibawa haruslah berdasarkan kasih. Sebab tindakan kekuasaan Allah adalah tindakan kasih. Mereka yang bekerja bersama kita atau di bawah naungan kita bukan hanya sebagai orang-orang yang sedang terikat kontrak kerja, melainkan juga  adalah sesama saudara. Orang yangmenganggap semua persoalan sudah beres bila mengikuti ritual atau perayaan-perayaan lahiriah adalah orang yang menghayati imannya dengan kurang tepat. Penghayatan seperti ini justru akan memandulkan penghayatan iman itu sendiri serta menodai integritas iman kita.
 
Saudara-saudari terkasih,
 
Sebagai tanda kehadiran Gereja di tengah masyarakat, hendaknya kita dapat melihat permasalahan  yang ada pada dunia kerja kita masing-masing dalam semangat Ajaran Sosial Gereja. Di samping menghayati pekerjaan dalam semangat solidaritas kasih dan subsidiaritas, marilah kita menghadirkan nilai-nilai luhur seperti: keadilan, kebenaran, pengorbanan, kesabaran, kejujuran, hati nurani dan tanggung jawab. Jikalau demikian, maka di tengah pekerjaan sehari-hari, Anda menghadirkan ciri kenabian Gereja dan saksi iman yang hidup.
 
Keluarga, sebagai Gereja kecil tempat penanaman nilai dan makna kerja, dapat menjadi tempat pembinaan awal mempraktekkan kerja dan pelayanan kepada sesama. Hal ini bisa dikembangkan dengan melibatkan anggota keluarga dalam pekerjaan rumah tangga serta membangun sikap selalu bersyukur atas pekerjaan yang kita miliki. Pekerjaan adalah anugerah dan tugas dari Tuhan sendiri.
 
Melalui pertobatan di Masa Prapaskah ini, kita diingatkan kembali akan nasehat St. Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati (bdk. Yak. 2:14-18). Iman adalah jawaban kita kepada panggilan Tuhan. Iman itu hendaknya diwujudkan dalam tindakan nyata, termasuk dalam bekerja. Semoga dalam Masa Prapaskah ini, kita semakin terbuka terhadap kehendak Tuhan untuk bekerja dengan semangat iman, demi kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan manusia, menghargai pekerjaan dan pekerja, peduli terhadap fenomena pengangguran serta bersemangat dalam karya pelayanan. Jadikan masa tobat ini sebagai jalan untuk menyucikan dan memulihkan martabat pekerjaan Anda di hadapan Tuhan dan sesama.
 
Surabaya, 7 Pebruari 2013.
Berkat Tuhan,
 
Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono
Uskup Keuskupan Surabaya

Senin, 11 Februari 2013 Hari Biasa Pekan V

Senin, 11 Februari 2013
Hari Biasa Pekan V

“Dengan Sabda kebesaran-Nya Ia telah menciptakan segala sesuatu; dan dengan satu perkataan-Nya Ia dapat melenyapkan semua itu.”(St. Klemens, Letter to the Corinthians, Ch. 27:4) --- St. Klemens dari Roma

Antifon Pembuka(Mzm 104:1-24)

Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan Allahku, Engkau sungguh agung! Betapa banyak karya-Mu ya Tuhan, semua Kaubuat dengan bijaksana

Doa Pagi

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, semua orang yang merasa lemah dan menderita menemukan kekuatan dan penghiburan pada-Mu. Dampingilah kami, bila sedang tertimpa penderitaan. Sembuhkanlah kami dari segala penyakit dan jadilah pada kepercayaan kami. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Dengan bacaan ini kita membuka halaman pertama dari seluruh Kitab Suci kita. Bab pertama Kitab Kejadian ini mengisahkan Tuhan sebagai Pencipta. Ia memisahkan air di atas dan di bawah, menciptakan bumi dan tumbuh-tumbuhan dan membuat penerang-penerang di langit. Ia menjadikan apa yang kacau (chaos) menjadi teratur (kosmos: dunia/keteraturan). Inilah arti penciptaan. Semuanya menjadi "baik adanya", dan ini semua berasal dari-Nya.

Bacaan dari Kitab Kejadian (1:1-19)
 
"Allah bersabda dan terjadilah demikian."

Pada awal mula Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan masih kosong. Gelap gulita meliputi samudera raya. Dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Allah bersabda, "Jadilah terang!" Maka jadilah terang. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nya dari gelap. Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Maka jadilah petang dan pagi: hari pertama. Allah bersabda, "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air." Maka Allah menjadikan cakrawala, dan Ia memisahkan air di bawah cakrawala dari air di atasnya. Dan jadilah demikian. Allah menamai cakrawala itu langit. Maka jadilah petang dan pagi: hari kedua. Allah bersabda, "Hendaklah segala air di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Allah bersabda, "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari ketiga. Allah bersabda, "Jadilah benda-benda penerang di cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap, menunjukkan hari dan tahun; dan sebagai penerang pada cakrawala, biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan dua benda penerang yang besar, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang kecil untuk menguasai malam; dan Allah menjadikan juga bintang-bintang. Semuanya itu ditaruh Allah di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari keempat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 2/4, PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat. (Mzm 104:1-2a.5-6.10.12.24.35; R:31b)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sungguh besar! Engkau berpakaian keagungan dan semarak berselimutkan terang ibarat mantol.
2. Engkau telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyah untuk selama-lamanya. Dengan samudera raya bumi ini Kauselubungi, air telah naik melampaui gunung-gunung.
3. Di lembah-lembah Engkau membualkan mata air yang mengalir di antara gunung-gunung, burung-burung di udara bersarang di dekatnya, bersiul-siul dari antara dedaunan.
4. Betapa banyak karya-Mu, ya Tuhan, semuanya Kaubuat dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu. Pujilah Tuhan, hai jiwaku!

Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. Yesus mewartakan kerajaan Allah dan menyembuhkan semua orang sakit. 

 
Penyakit adalah sebuah bentuk kekacauan yang mengganggu hidup manusia. Ketika Yesus masuk ke desa-desa, kampung dan kota, orang berbondong-bondong datang kepada-Nya dan Ia menyembuhkan mereka. Apa yang dilakukan Yesus dapat dikatakan seperti sebuah "penciptaan kembali." Yesus meniru tindakan Allah Bapa, seperti dalam Kitab Kejadian, mengubah kekacauan menjadi damai dan keteraturan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:53-56)
"Semua orang yang menjamah Yesus, menjadi sembuh."

Pada suatu hari, Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. Ke mana pun Yesus pergi, -- ke desa-desa, ke kota-kota atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamahnya menjadi sembuh.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Dalam Injil dikisahkan banyak peristiwa penyembuhan. Daya tarik mukjizat penyembuhan memang sangat diminati oleh banyak orang, dari dulu hingga sengsara. Penyembuhan merupakan bagian integral dari Injil, yang diharapkkan dapat membangkitkan iman seseorang. Yesus selalu menempatkan iman kepada Allah di atas peristiwa penyembuhan itu sendiri. Yang diutamakan adalah pribadi Allah bukan pemberian-Nya. Lalu, kita pergi ke gereja, ingin bertemu dengan pribadi Allah atau sekadar mendapatkan pemberian-Nya?

Doa Malam

Tuhan Yesus, ketika Engkau mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ, banyak orang berusaha untuk memperoleh kesembuhan baik bagi dirinya maupun orang lain. Tuhan, berilah rahmat yang sama kepadaku, sebagai manusia yang peka terhadap diri sendiri maupun orang lain, baik dalam keluarga (komunitas), tempat kerja dan di mana pun aku berada. Amin.

RUAH

Bacaan Harian 11 - 17 Februari 2013

Bacaan Harian 11 - 17 Februari 2013

Senin, 11 Februari 2013: Hari Biasa Pekan V (H).
Kej 1:1-19; Mzm 104:1-2a.5-6.10.12.35c; Mrk 6:53-56.

Kemana pun Yesus pergi, orang mengejar-Nya untuk membawa orang-orang sakit kepada-Nya. Semua yang menjamah jumbai jubah-Nya menjadi sembuh. Sayangnya, ini semua belum cukup menjadi tanda bagi mereka bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Apakah kita juga masih membutuhkan tanda untuk dapat berserah total kepada-Nya?

Selasa, 12 Februari 2013 : Hari Biasa Pekan V (H).
Kej 1:20 – 2:4a; Mzm 8:4-9; Mrk 7:1-13.

Kita mudah jatuh dalam sikap yang munafik: tiadanya kesesuaian antara iman dan perbuatan; antara kata dan tindakan; antara cita-cita dan usaha mencapainya. Yesus mencerca sikap seperti itu. Ia menuntut supaya apa yang kita ucapkan sungguh pula berakar pada hati yang dalam dan berwujud dalam perbuatan yang nyata.

Rabu, 13 Februari 2013: Hari Rabu Abu (U) (Puasa dan Pantang)
Yl 2:12-18; Mzm 51:3-4.5-6a.12-13.14.17; 2Kor 5:20 - 6:2; Mat 6:1-6.16-18
.
Segala sesuatu ada waktunya sendiri. Tuhan melaksanakan karya penebusan-Nya juga tepat pada waktunya. Tuhan membuka tangan-Nya untuk semua umat yang bertobat dan kembali ke pangkuan belas kasih-Nya. Rahmat kerahiman Tuhan selalu tercurah kepada orang yang menyesali kesalahan dan dosa-dosanya. Orang beriman hendaknya menggunakan saat istimewa ini.

Kamis, 14 Februari 2013: Hari Kamis sesudah Rabu Abu (U)
Ul 30:15-20; Mzm 1:1-2.3.4.6; Luk 9:22-25.

Menjadi murid Yesus harus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Dia. Ini bukanlah soal mudah. Dalam masa Prapaskah ini secara khusus kita diajak untuk menghayatinya melalui pantang, puasa, dan sikap matiraga lainnya. Dengan sikap seperti itu, kita berjuang untuk memperoleh kemenangan Paskah. Dan itulah sesungguhnya HIDUP.

Jumat, 15 Februari 2013: Hari Jumat sesudah Rabu Abu (U) (Pantang)
Yes 58:1-9a; Mzm 51:3-4.5-6a.18-19; Mat 9:14-15.

Puasa yang sejati bukan saja soal menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari ketamakan yang hanya mementingkan diri. Artinya, marilah kita lihat di sekeliling kita, ada banyak orang yang menanti uluran tangan dari kita. Jangan tamak: ada banyak hal yang ada pada kita yang dapat kita bagikan kepada mereka. Maka, dalam masa APP ini dituntut juga suatu Aksi Nyata.

Sabtu, 16 Februari 2013: Hari Sabtu sesudah Rabu Abu (U)
Yes 58:9b-14; Mzm 86:1-2.3-4.5-6; Luk 5:27-32
.
Yesus mencontohkan sikap yang mau ’mendekati’ orang berdosa dan memanggil-Nya untuk membagi kelimpahan hidup. Dalam masa Prapaskah ini kita bukan saja diajak untuk menahan diri dan bermatiraga, tetapi kita juga diminta memberi perhatian pada orang-orang tersisih, lemah, tak berdaya, miskin, dan hina, supaya mereka juga dapat beroleh kelimpahan hidup.

Minggu, 17 Februari 2013: Hari Minggu Prapaskah I (U)
Ul 26:4-10; Mzm 91:1-2.10-11.12-13.14-15; Rm 10:8-13; Luk 4:1-13.

Selama kita hidup, selama itu pula godaan terus mengintai. Yesus sendiri digoda oleh iblis. Tiga godaan yang ditawarkan iblis kepada Yesus adalah simbol godaan yang selalu hadir dalam hidup kita yang langsung menyangkut tiga kebutuhan manusia yang paling hakiki, yaitu: kebutuhan jasmani, kebutuhan psikologis (dihargai, dipuji, dicintai), dan kebutuhan kuasa dan harta. Yesus mampu mengatasi ketiga godaan itu, karena Ia penuh dengan Roh Kudus. Maka, tak bisa tidak, untuk mampu mengatasi godaan-godaan iblis, kita harus terus-menerus menyadari kehadiran Roh dalam hidup kita, dan peka akan tuntunan-Nya.

Ketentuan Puasa dan Pantang 2013

KETENTUAN PUASA DAN PANTANG

1. KETENTUAN

Sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik kanon 1249 bahwa semua umat beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, di mana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang menurut norma kanon-kanon berikut :

Kanon 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

Kanon 1251 – Pantang makan daging atau makan lain menurut ketentuan Konferensi Para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus.

Kanon 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orang tua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.

2. PETUNJUK

a. Masa Prapaskah tahun 2013 sebagai hari tobat berlangsung mulai hari Rabu Abu, tanggal 13 Februari 2013 sampai dengan Jumat Agung, tanggal 29 Maret 2013.

b. Pantang berarti tidak makan makanan tertentu yang menjadi kesukaannya dan juga tidak melakukan kebiasaan buruk, misalnya: marah, boros, dsb. Dan lebih mengutamakan dan memperbanyak perbuatan baik bagi sesama.

c. Puasa berarti makan kenyang tidak lebih dari satu kali dalam sehari

3. CARA MEWUJUDKAN PERTOBATAN

a. Doa

Selama masa Prapaskah hendaknya menjadi hari-hari istimewa untuk meningkatkan semangat berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan tekun mendengarkan dan merenungkan sabda Tuhan serta melaksanakannya dengan setia.

b. Karya amal kasih

Pantang dan puasa selayaknya dilanjutkan dengan perbuatan amal kasih yakni membantu sesama yang menderita dan berkekurangan. Kami mengajak Anda sekalian untuk melakukan aksi nyata amal kasih baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan maupun wilayah.

c. Penyangkalan diri

Dengan berpantang dan berpuasa sesungguhnya kita meneladan Kristus yang rela menderita demi keselamatan kita. Kita mengatur kembali pola hidup dan tingkah laku sehari-hari agar semakin menyerupai Kristus.

4. HIMBAUAN

Selama masa Prapaskah, apabila akan melangsungkan perkawinan hendaknya memperhatikan masa tobat. Dalam keadaan terpaksa seyogyanya pesta dan keramaian ditunda.

Kobus: Bina Iman Anak







silahkan klik gambar untuk memperbesar

Minggu, 10 Februari 2013 Hari Minggu Biasa V

Minggu, 10 Februari 2013
Hari Minggu Biasa V

Hanya dengan kurnia iman, yang bekerja lewat cinta, dosa dapat dihapuskan --- St. Agustinus

Antifon Pembuka (Mzm 94:6-7)

Marilah bersujud dan menyembah, berlutut di hadapan Tuhan, Pencipta kita, sebab Dialah Allah kita.

Doa Pagi


Allah Bapa yang Mahakuasa dan kekal, semua saja yang mengalami dekat dengan Dikau, menyatakan bahwa Engkau kudus dan bahwa alam semesta ini penuh dengan kemuliaan-Mu. Kami mohon, agar mereka yang Kaupanggil untuk berkarya demi nama-Mu, tetap percaya penuh akan sabda-Mu dan bangga karena menjadi murid-murid-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Engkau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang masa. Amin.


Bacaan dari Kitab Yesaya (6:1-2a.3-8)
 
"Inilah aku, utuslah aku!"

Dalam tahun wafatnya Raja Uzia, aku, Yesaya, melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap. Mereka berseru seorang kepada yang lain, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan oleh suara orang yang berseru itu, dan rumah itu pun penuhlah dengan asap. Lalu aku berkata, “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, Tuhan semesta alam.” Tetapi seorang dari para Serafim itu terbang mendapatkan aku. Di tangannya ada bara api, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkan bara api itu pada mulutku serta berkata, “Lihat, bara ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata, “Siapakah yang akan Kuutus? Dan siapakah yang akan pergi atas nama-Ku?” Maka aku menjawab, “Inilah aku, utuslah aku!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, re = b, 4/4, PS 834
Ref. Nama Tuhan hendak kuwartakan di tengah umat kumuliakan.
Ayat. (Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.7c-8)
1. Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hati. Di hadapan para dewata aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak bersujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu.
2. Aku hendak memuji nama-Mu karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.
3. Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu; mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan Tuhan, sebab besarlah kemuliaan Tuhan.
4. Engkau mengulurkan tangan kanan-Mu dan menyelamatkan daku. Tuhan akan menyelesaikan segalanya bagiku! Ya Tuhan, kasih setia-Mu kekal abadi, janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus 15:1-11 (Singkat: 15:3-8.11)
 
"Begitulah kami mengajar, dan begitu pulalah kamu mengimani."
 
Saudara-saudara aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang sudah kuwartakan kepadamu dan sudah kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu berpegang teguh padanya, sebagaimana kuwartakan kepadamu; kecuali kalau kamu sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah wafat karena dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Yesus telah dimakamkan! Dan pada hari yang ketiga telah dibangkitkan, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas, dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya sudah meninggal dunia. Selanjutnya Yesus menampakkan diri kepada Yakobus, lalu kepada semua rasul. Dan yang paling akhir Ia menampakkan diri juga kepadaku, seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, dan tak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi berkat kasih karunia Allah aku menjadi sebagaimana aku sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidaklah sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. Sebab itu, entah aku, entah mereka, begitulah kami mengajar, dan begitu pulalah kamu mengimani.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, PS 954
Ref. Alleluya
Ayat. (Mat 4:19)
Marilah, ikutlah Aku, sabda Tuhan, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (5:1-11)
 
"Mereka meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikuti Yesus."
  
Sekali peristiwa Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret. Banyak orang mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Yesus melihat dua buah perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jala. Yesus naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahu itu sedikit jauh dari pantai. Lalu Yesus duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Yesus berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras, dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi karena perintah-Mu, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah melakukannya, mereka menangkap ikan dalam jumlah besar, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-teman di perahu yang lain, supaya mereka datang membantu. Maka mereka itu datang, lalu mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Melihat hal itu, Simon Petrus tersungkur di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa.” Sebab Simon dan teman-temannya takjub karena banyaknya ikan yang mereka tangkap. Demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Yesus lalu berkata kepada Simon, “Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjala manusia.” Sesudah menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus. 


Renungan

Saat Simon dan kawan-kawan sedang membersihkan jala, Yesus meminta Simon untuk menolakkan perahunya menjauh dari pantai. Dan yesus mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah mengajar, Yesus berkata kepada Simon, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan" (Luk 5:4). Sebagai orang yang berpengalaman dalam hal menangkap ikan, kiranya tidak mudah untuk menerima usul itu. Simon pun memiliki perasaan seperti itu. Disertai rasa enggan dan kurang percaya ia menjawab Yesus, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (ayat. 5).

Perasaan enggan yang dimiliki Simon sangat logis. Bekerja keras pada saat yang tepat saja pulang tanpa hasil. Sekarang malah disuruh bekerja pada saat yang "kurang tepat". Akan tetapi, ia belajar taat kepada Yesus; dan betapa terkejutnya dia, saat jala ditebarkan dan diangkatnya penuh ikan-ikan besar. Bahkan jala mulai koyak dan teman di perahu lain diminta untuk menolongnya karena banyaknya hasil tangkapan.

Melihat kejadian tersebut Simon langsung tersungkur di hadapan Yesus. Dia melihat keilahian Yesus. Memang, tidak seorang pun layak di hadapan ALlah, dan tak seorang pun dapat bertahan di hadapan-Nya. Mengapa? Karena cahaya Allah menyilaukan mata manusia. Tak seorang pun kuat melihatnya, bahkan manusia akan mati terbakar saat memandang sinar-Nya. Itulah sebabnya Simon berkata, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa" (ayat 8). Namun demikianlah, kasih Tuhan jauh lebih besar daripada dosa manusia. Kebenaran ini tampak dalam penegasan Yesus, "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia" (ayat 10).

Simon dan kawan-kawan dipanggil dan dijadikan sebagai penjala manusia. Apa maksudnya? Menjala manusia artinya membawa manusia kepada kehidupan, menghindarkan mereka dari maut. Karenanya tugas ini bukan tugas perorangan, melainkan tugas bersama, Gereja, umat Allah. Itulah sebabnya Gereja disebut Sakramen keselamatan.

Karena itu, kita jangan hanya berpikir mengenai tugas Gereja dengan ukuran-ukuran ritual saja, misalnya tugas menguduskan. Membaptis bukan hanya memasukkan orang ke dalam persekutuan Gereja, atau mengubah wajah kemanusiaan dari yang bisa dikungkung kuasa-kuasa jahat menjadi yang merdeka untuk mengenal Yang Baik dan Benar serta mengikuti Yesus. Demikian pula dengan tugas mewartakan Injil, bukan hanya dengan berkotbah. Melalui karya kesehatan, Gereja menyelamatkan dari kematian fisik; melalui karya pendidikan, Gereja menyelamatkan orang dari kematian pengetahuan. Singkat kata, Gereja sebagai umat Allah perlu terus-menerus menawarkan wujud Kerajaan Allah yang menjawab kebutuhan zaman, termasuk bagi mereka yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Semoga kita sebagai orang yang telah menerima Sakramen Baptis dan Krisma bersedia menjadi penjala manusia seperti Simon dan kawan-kawan. Selain itu, siap diutus Allah seperti Yesaya, "Ini aku, utuslah aku!" (Yes 6:8)

Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. -- Yoh 12:46

RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy