| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Pesan Paus Benediktus XVI untuk Masa Prapaskah 2013


"Percaya dalam amal membangkitkan amal"
“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (1 Yoh 4:16)



Saudara dan saudariku terkasih,
Perayaan Prapaskah, dalam konteks Tahun Iman, menawarkan kita kesempatan berharga untuk merenungkan hubungan antara iman dan amal : antara percaya dalam Allah - Allah dari Yesus Kristus - dan amal, yang merupakan buah dari Roh Kudus dan yang menuntun kita di jalan pengabdian kepada Allah dan sesama.

1. Iman sebagai tanggapan terhadap kasih Allah

Dalam Ensiklik pertama saya, saya menawarkan beberapa pemikiran tentang hubungan erat antara keutamaan iman dan amal kasih secara teologis. Berangkat dari pernyataan tegas yang mendasar dari Santo Yohanes: “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (1 Yoh 4:16), saya mengamati bahwa "menjadi Kristiani bukanlah hasil dari pilihan etis atau gagasan luhur, tetapi perjumpaan dengan suatu peristiwa, seseorang, yang memberi kehidupan suatu cakrawala baru dan suatu arah yang pasti ... Karena Allah telah lebih dulu mengasihi kita (bdk. 1 Yoh 4:10), kasih kini tidak lagi menjadi 'perintah' belaka; kasih adalah tanggapan terhadap karunia kasih yang dengannya Allah mendekat kepada kita" (Deus Caritas Est, 1). Iman ini merupakan ketaatan pribadi - yang melibatkan seluruh pancaindera kita – bagi pernyataan kasih Allah yang tanpa syarat dan "penuh gairah" bagi kita, sepenuhnya terungkap dalam Yesus Kristus. Perjumpaan dengan Allah yang adalah Kasih melibatkan tidak hanya batin tapi juga akal budi: "Pengakuan akan Allah yang hidup adalah salah satu jalan menuju kasih, dan 'ya' dari kehendak kita terhadap kehendak-Nya menyatukan akal budi, kehendak dan perasaan kita dalam seluruh pelukan tindakan kasih. Tetapi proses ini selalu akhir yang terbuka; kasih tidak pernah 'selesai' dan lengkap"( Deus Caritas Est, 17). Oleh karena itu, untuk semua orang Kristiani, dan terutama untuk "pekerja amal", ada kebutuhan untuk iman, untuk "supaya perjumpaan dengan Allah di dalam Kristus yang membangkitkan kasih mereka dan membuka jiwa mereka bagi orang lain. Akibatnya, sehingga boleh dikatakan, kasih kepada sesama tidak akan lagi bagi mereka perintah yang dibebankan dari luar, melainkan suatu konsekuensi yang berasal dari iman mereka, iman yang menjadi aktif melalui kasih "(Deus Caritas Est, 31a). Orang-orang Kristiani adalah orang-orang yang telah ditaklukkan oleh kasih Kristus dan oleh karena itu, di bawah pengaruh kasih itu - "Caritas Christi urget nos" (2 Kor 5:14) - mereka amatlah terbuka untuk mengasihi sesama mereka dengan cara nyata (bdk. Deus Caritas Est, 33). Sikap ini muncul terutama dari kesadaran dikasihi, diampuni, dan bahkan dilayani oleh Tuhan, yang membungkuk untuk mencuci kaki para Rasul dan memberikan diri-Nya di kayu Salib untuk menarik umat manusia ke dalam kasih Allah.

Iman mengatakan kepada kita bahwa Allah telah memberikan Putra-Nya demi kita dan memberi kita kepastian kemenangan sehingga hal itu sungguh benar: Allah adalah kasih! ..... Iman, yang melihat kasih Allah dinyatakan dalam hati Yesus yang tertikam di kayu Salib, menimbulkan kasih. Kasih adalah cahaya -, dan pada akhirnya, satu-satunya cahaya - yang dapat selalu menerangi dunia yang meredup dan memberi kita kegigihan yang diperlukan untuk tetap hidup dan bekerja" (Deus Caritas Est, 39). Semua ini membantu kita untuk memahami bahwa tanda dasariah yang membedakan orang-orang Kristiani adalah justru "kasih yang didasarkan pada dan dibentuk oleh iman" (Deus Caritas Est, 7).

2. Amal sebagai kehidupan dalam iman

Seluruh kehidupan Kristiani adalah tanggapan terhadap kasih Allah. Tanggapan pertama justru adalah iman sebagai penerimaan, yang dipenuhi dengan takjub dan syukur, akan prakarsa ilahi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendahului kita dan mengetengahkan kita. Dan "ya" dari iman menandai awal dari sebuah kisah persahabatan yang berseri-seri dengan Tuhan, yang memenuhi dan memberi makna penuh bagi seluruh hidup kita. Tapi itu tidak mencukupi bagi Allah karena kita hanya menerima kasih-Nya yang tanpa syarat. Tidak hanya membuat Ia mengasihi kita, tetapi Ia hendak menarik kita kepada diri-Nya sendiri, untuk mengubah kita sedemikian mendalamnya sehingga membawa kita untuk berkata bersama Santo Paulus : “bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (bdk. Gal 2:20).

Ketika kita membuat ruang bagi kasih Allah, maka kita menjadi seperti Dia, berbagi dalam amal milik-Nya. Jika kita membuka diri terhadap kasih-Nya, kita memperbolehkan Dia untuk hidup dalam kita dan membawa kita untuk mengasihi bersama Dia, dalam Dia dan seperti Dia; hanya berlaku demikian iman kita menjadi benar-benar "bekerja oleh kasih" (Gal 5:6), hanya berlaku demudian Dia tinggal di dalam kita (bdk. 1 Yoh 4:12).

Iman adalah memahami kebenaran dan mematuhinya (bdk. 1 Tim 2:4); amal adalah "berjalan" dalam kebenaran (bdk. Ef 4:15). Melalui iman kita masuk ke dalam persahabatan dengan Tuhan, melalui amal persahabatan ini dihidupkan dan ditumbuhkembangkan (bdk. Yoh 15:14dst). Iman menjadikan kita merangkul perintah Tuhan dan Guru kita; amal memberi kita kebahagiaan mempraktekkannya (bdk. Yoh 13:13-17). Dalam iman kita diperanakkan sebagai anak-anak Allah (bdk. Yoh 1:12dst); amal menjadikan kita bertekun secara nyata dalam keputraan ilahi kita, menghasilkan buah Roh Kudus (bdk. Gal 5:22). Iman memampukan kita untuk mengenali karunia yang telah dipercayakan Allah yang baik dan murah hati kepada kita; amal membuat mereka berbuah (bdk. Mat 25:14-30).
 
 3. Keterkaitan yang tak terpisahkan dari iman dan amal
Dalam terang di atas, jelaslah bahwa kita tidak pernah bisa memisahkan, apalagi dengan sendirinya mempertentangkan, iman dan amal. Kedua keutamaan teologis ini terkait erat, dan adalah menyesatkan untuk menempatkan perlawanan atau "dialektika" di antara mereka. Di satu sisi, akan terlalu sepihak untuk menempatkan penekanan kuat pada prioritas dan ketegasan iman serta merendahkan dan hampir-hampir meremehkan karya amal nyata, mengecilkan karya itu ke paham kemanusiaan yang samar-samar. Di sisi lain, meskipun, sama-sama tidak membantu untuk melebih-lebihkan keunggulan amal dan kegiatan yang dihasilkannya, seakan-akan karya bisa mengambil tempat iman. Bagi kehidupan rohani yang sehat, perlu untuk menghindari baik fideisme maupun aktivisme moral.

Kehidupan Kristiani mencakup secara terus-menerus pendakian gunung untuk berjumpa Allah dan kemudian turun kembali, memberikan kasih dan kekuatan yang diambil dari-Nya, agar supaya melayani saudara dan saudari kita dengan kasih Allah sendiri. Dalam Kitab Suci, kita melihat bagaimana semangat para Rasul untuk mewartakan Injil dan membangkitkan iman orang-orang terkait erat dengan kepedulian mereka yang bersifat amal untuk pelayanan kepada kaum miskin (bdk. Kis 6:1-4). Dalam Gereja, kontemplasi dan aksi, yang dilambangkan dalam beberapa cara oleh tokoh Injil, Maria dan Marta, harus saling berdampingan dan saling melengkapi (bdk. Luk 10:38-42). Hubungan dengan Allah harus selalu menjadi prioritas, dan setiap pembagian harta benda, dalam semangat Injil, harus berakar dalam iman (bdk. Audiensi Umum, 25 April 2012). Kadang-kadang kita cenderung, pada kenyataannya, mengecilkan istilah "amal" untuk solidaritas atau bantuan kemanusiaan belaka. Namun, penting diingat bahwa karya terbesar dari amal adalah evangelisasi, yang adalah "pemerintahan sabda". Tidak ada tindakan yang lebih bermanfaat - dan karena itu lebih beramal - terhadap salah seorang dari sesama daripada memecahkan roti sabda Allah, berbagi bersama Dia Kabar Baik akan Injil, memperkenalkan Dia kepada hubungan dengan Allah: evangelisasi adalah yang promosi tertinggi dan paling menyeluruh dari pribadi manusia. Sebagai hamba Allah Paus Paulus VI menulis dalam Ensiklik Populorum Progressio, pernyataan akan Kristus adalah penyumbang pertama dan utama bagi pembangunan (bdk. no. 16). Ini adalah kebenaran primordial kasih Allah bagi kita, yang hidup dan dinyatakan, yang membuka hidup kita untuk menerima kasih ini dan memungkinkan pengembangan menyeluruh dari kemanusiaan dan dari setiap orang (bdk. Caritas in Veritate, 8).

Pada dasarnya, segala sesuatu berasal dari Kasih dan cenderung menuju Kasih. Kasih Allah yang tanpa syarat dibuat kenal kepada kita melalui pewartaan Injil. Jika kita menyambutnya dengan iman, kita menerima kontak pertama dan sangat diperlukan dengan Yang Ilahi, mampu membuat kita "jatuh cinta dengan Kasih", dan kemudian kita tinggal di dalam Kasih ini, kita tumbuh di dalamnya dan kita dengan sukacita mengkomunikasikannya kepada orang lain.

Mengenai hubungan antara iman dan karya amal, ada bagian dalam Surat Efesus yang mungkin menyajikan catatan terbaik keterkaitan antara keduanya : "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya" (2:8-10). Dapat dilihat di sini bahwa prakarsa penebusan seluruhnya berasal dari Allah, dari kasih karunia-Nya, dari pengampunan-Nya yang diterima dalam iman; tetapi prakarsa ini, jauh dari pembatasan kebebasan kita dan tanggung jawab kita, sebenarnya adalah apa yang membuat mereka otentik dan mengarahkan mereka menuju karya amal. Ini terutama bukan hasil dari usaha manusia, yang di dalamnya mengandung kebanggaan, tetapi karya amal tersebut lahir dari iman dan karya amal itu mengalir dari kasih karunia yang diberikan Allah dalam kelimpahan. Iman tanpa perbuatan adalah seperti pohon tanpa buah: dua keutamaan saling memaknai. Masa Prapaskah mengundang kita, melalui praktek-praktek tradisional dari kehidupan Kristiani, memelihara iman kita dengan seksama dan memperbesar pendengaran akan sabda Allah serta dengan penerimaan sakramen-sakramen, dan pada saat yang sama bertumbuh dalam amal dan dalam kasih kepada Allah dan sesama, tidak sekedar melalui praktik puasa, pengampunan dosa dan derma.

4. Pengutamaan iman, keunggulan amal

Seperti setiap karunia Allah, iman dan amal memiliki asal mereka dalam tindakan Roh Kudus yang satu dan sama (bdk. 1 Kor 13), Roh dalam diri kita yang berseru "Abba, Bapa" (Gal 4:6), dan membuat kita berkata: "Yesus adalah Tuhan!" (1 Kor 12:3) dan "Maranatha!" (1 Kor 16:22, Why 22:20). Iman, sebagai karunia dan tanggapan, menjadikan kita mengetahui kebenaran Kristus sebagai Kasih yang menjelma dan disalibkan, sebagai ketaatan penuh dan sempurna pada kehendak dan rahmat ilahi yang tak terbatas terhadap sesama; iman tertanam dalam hati dan memikirkan keyakinan teguh bahwa hanya Kasih ini mampu menaklukkan kejahatan dan kematian. Iman mengajak kita untuk melihat ke masa depan dengan keutamaan harapan, dengan pengharapan yang pasti bahwa kemenangan kasih Kristus akan datang kepada penggenapannya. Untuk bagian ini, amal mengantar kita ke dalam kasih Allah yang terwujud dalam Kristus dan menggabungkan kita dalam cara yang bersifat pribadi dan nyata terhadap pemberian diri Yesus yang menyeluruh dan tanpa syarat kepada Bapa serta saudara dan saudari-Nya. Dengan memenuhi hati kita dengan kasih-Nya, Roh Kudus membuat kita mengambil bagian dalam pengabdian Yesus kepada Allah dan pengabdian persaudaraan bagi setiap orang (bdk. Rm 5:5).

Hubungan antara kedua keutamaan ini menyerupai antara dua sakramen dasariah Gereja: Baptis dan Ekaristi. Baptis (sacramentum fidei) mendahului Ekaristi (sacramentum caritatis), tetapi diarahkan kepadanya, Ekaristi menjadi kepenuhan perjalanan Kristiani. Dalam cara yang sama, iman mendahului amal, tetapi iman adalah sejati hanya jika dimahkotai oleh amal. Segala sesuatu dimulai dari penerimaan iman yang sederhana ("mengetahui bahwa manusia dikasihi oleh Allah"), tetapi harus sampai pada kebenaran amal ("mengetahui bagaimana untuk mengasihi Allah dan sesama"), yang tetap untuk selama-lamanya, sebagai pemenuhan semua keutamaan (bdk. 1 Kor 13:13).

Saudara dan saudari terkasih, dalam Masa Prapaskah ini, ketika kita mempersiapkan diri untuk merayakan peristiwa Salib dan Kebangkitan - di dalamnya kasih Allah menebus dunia dan menyorotkan cahayanya di atas sejarah - Saya mengungkapkan kehendak saya sehingga Anda semua dapat menghabiskan waktu berharga ini menyalakan kembali iman Anda dalam Yesus Kristus, agar supaya masuk bersama Dia ke dalam kasih dinamis bagi Bapa dan bagi setiap saudara dan saudari yang kita jumpai dalam kehidupan kita. Untuk maksud ini, saya memanjatkan doa saya kepada Allah, dan saya memohonkan berkat Tuhan atas setiap orang dan atas setiap komunitas!

Dari Vatikan, 15 Oktober 2012
BENEDIKTUS XVI

(diambil dari HIDUP)

Rabu, 13 Februari 2013 Hari Rabu Abu

Rabu, 13 Februari 2013
Hari Rabu Abu
- Hari Pantang dan Puasa

“Dengan kehendak-Nya yang Mahakuasa, Tuhan menyatakan keinginan-Nya agar pertobatan terbuka bagi setiap orang yang dicintai-Nya” (Paus Klemens II)

Antifon Pembuka (Keb 11:24.25.27)

Engkau menaruh belas kasih kepada semua orang, dan tidak membenci ciptaan-Mu, ya Tuhan. Engkau tidak memperhitungkan lagi dosa manusia bila ia bertobat. Engkau sayang akan mereka, sebab Engkaulah Tuhan Allah kami

Doa Pagi

Allah Bapa kami yang Maharahim, perkenankanlah semua pengikut Kristus memasuki Masa Prapaskah ini. Kuatkanlah kami agar mampu menentang kuasa kejahatan. Semoga kami dapat menyangkal diri dan menemukan kekuatan karena berpuasa dan berpantang.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Nubuat Yoel (2:12-18)
 
"Sekarang juga, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."

“Sekarang,” beginilah sabda Tuhan, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, lalu meninggalkan berkat menjadi kurban sajian dan kurban curahan bagi Tuhan, Allahmu. Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang lanjut usia, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya, dan pengantin perempuan dari kamar tidurnya. Baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan, menangis di antara balai depan mezbah, dan berkata, “Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa-bangsa: “Di mana Allah mereka?” Maka Tuhan menjadi cemburu karena tanah-Nya dan menaruh belas kasihan kepada umat-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
do = bes, 4/4, PS 812 (lih. MT Mg Prapaskah I Th. A) atau
do = f, 3/4, PS 813 (lih. MT Rabu Abu Th. A)
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
atau Ya Tuhanku, hapuslah dosaku.
atau Mohon ampun kami orang berdosa.
Ayat. (Mzm 51:3-6a.12-14-17; Ul: 3a)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu, hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab aku sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku. Terhadap Engkau sendirilah aku berdosa, yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
3. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam diriku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil Roh-Mu yang kudus dari padaku!
4. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku mewartakan puji-pujian kepada-Mu!

Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:20 - 6:2)
 
"Berilah dirimu didamaikan dengan Allah, sesungguhnya hari ini adalah hari penyelamatan."

Saudara-saudara, kami ini adalah utusan-utusan Kristus; seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Kristus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebab teman-teman sekerja, kami menasihati kamu supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima. Sebab Allah berfirman, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Camkanlah, saat inilah saat perkenanan itu; hari inilah hari penyelamatan itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Jangan kautegarkan hatimu; dengarkanlah suara Tuhan pada hari ini.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)
 
"Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan mengganjar engkau."

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi jika engkau berdoa masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
 
Renungan

Tahukah anda filosofi debu? Sebagian besar dari kita pasti akan mengernyitkan dahi sambil berkata, "Bagaimana mungkin dari abu atau debu ada sebuah kebijaksanaan! Bukankah debu itu identik dengan sesuatu yang kotor dan menjijikkan?" Dalam jumlah kecil, butiran-butiran debu memang dapat mengurangi kebersihan dan merusak kesehatan manusia. Namun, tidak dalam jumlah besar. Debu bahkan diperlukan, katakan saja sebagai media tumbuhnya tanam-tanaman, apalagi kalau debu yang dimaksud adalah debu dari letusan gunung berapi. Tak hanya menjadi media tumbuhnya tanam-tanaman saja, bahkan kumpulan debu itu bisa dibentuk menjadi beraneka macam benda sesuai dengan keinginan kita.

Hal itu hanya akan terjadi jika ia memiliki kandungan air. Kalau tidak percaya, amatilah struktur tanah liat. Bukankah tanah liat akan berguna jika ia basah dan lembab? Jika ia kering ia hanyalah butiran-butiran debu yang akan berterbangan jika ditiup angin. Singkatnya, debu hanyalah butiran-butiran yang tidak berguna, bahkan merugikan jika ia kering dan tidak lembab. Sebaliknya, debu akan sangat bermanfaat jika ia lembab dan basah. Ya, itulah filosofi debu.

Hari ini kita merayakan Rabu Abu, sebuah peringatan yang mengawali masa Prapaskah, masa pertobatan. Untuk menandai pertobatan itu, dahi atau kepala kita ditaburi debu. Selain menjadi tanda pertobatan, debu yang dilekatkan di dahi atau kepala adalah tanda bahwa kita ini penuh dengan kotoran dosa. Dengan maksud itu kita sebenarnya sedang diajar menyadari bahka kita ini manusia yang rapuh, manusia yang martabatnya rendah karena dosa dan kesalahan. Kita ibarat butiran-butiran debu kering yang tak berguna. Masa Prapaskah ini adalah masa di mana kita sedang mengharapkan embun bahkan air sebagai tanda pengampunan dari Bapa. Air inilah yang akan membuat kita butiran debu kering ini menjadi lebih berharga. Air pengampunan itu jugalah yang akan memudahkan Tuhan untuk membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Untuk menerima pengampunan yang berasal dari Bapa itu, Injil hari ini mengajarkan jalan-jalannya. Ada 3 jalan yang ditawarkan oleh Injil yakni doa, sedekah dan puasa. Jalan inilah yang wajib dilakukan oleh orang yang sungguh-sungguh mau bertobat. Ketiga jalan itu pasti akan membawa para pelakunya sampai pada Bapa dan menerima pengampunan-Nya. Betapa luhur ketiga jalan tersebut. Karenanya Yesus mengingatkan agar kita tidak menjadikan ketiga jalan itu topeng kemunafikan. Hal itu tampak apabila doa, sedekah dan puasa yang kita lakukan digerakkan semata-mata oleh semangat untuk pamer, untuk mengejar pujian serta pengakuan dari sesama. Alih-alih mendapat pengampunan dari Bapa, orang-orang yang berbuat demikian hanya akan menambah perbendaharaan dosanya.

Kita hanyalah kumpulan debu yang tidak ada artinya. Namun, kita harus percaya bahwa Tuhan tetap mengasihi kita. Ia telah menganugerahkan saat untuk bertobat, saat di mana Ia akan mengangkat derajat kita yang telah rusak oleh dosa. Karena itu, mari kita gunakan waktu ini dengan sungguh-sungguh.

RUAH

Selasa, 12 Februari, 2013 Hari Biasa Pekan V

Selasa, 12 Februari, 2013
Hari Biasa Pekan V

“Aku tak lagi memiliki apa pun, Allah yang baik dapat memanggilku kapan pun Ia kehendaki” (St. Yohanes Maria Vianey)


Antifon Pembuka (Mzm 8:2a)

Tuhan Allah kami, betapa mulia nama-Mu di seluruh dunia!

Doa Pagi

Allah pencipta langit dan bumi, sungguh besar kuasa-Mu atas bumi dan segala ciptaan-Mu. Semoga keindahan segala makhluk di bumi ini memberi semangat kepadaku untuk memelihara dan selalu bersyukur atas anugerah yang boleh kuterima hari ini. Terpujilah Engkau, kini dan sepanjang masa. Amin.

Seluruh kisah penciptaan mencapai puncaknya pada penciptaan manusia. Manusia diciptakan, laki-laki dan perempuan, menurut gambar-Nya. Artinya, manusia menjadi wakil Tuhan di atas bumi ini.

Bacaan dari Kitab Kejadian (1:20-2:4a)

  
"Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita."
  
Ketika menciptakan alam semesta, Allah bersabda, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, sabda-Nya, “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” Jadilah petang dan pagi: hari kelima. Bersabdalah Allah, “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata serta segala jenis binatang liar.” Dan jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar, segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Bersabdalah Allah, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara; atas ternak dan atas seluruh bumi, serta atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya; menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah bersabda kepada mereka, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Bersabdalah Allah, “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji. Itulah akan menjadi makananmu. Sedang kepada segala binatang di bumi dan burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demiian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari keenam. Demikianlah diselesaikan langit dan bumi beserta segala isinya. Pada hari ketujuh Allah telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu. Maka brhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 832
Ref.
Betapa megah nama-Mu Tuhan, di seluruh bumi.
Ayat.
(Mzm 8:4-5.6-7.8-9; R: 2) 1. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kaupasang: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kaumahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas perbuatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan di bawah kakinya.
3. Domba, sapi dan ternak semuanya, hewan di padang dan margasatwa; burung di udara dan ikan di laut, dan semua yang melintasi arus lautan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Condongkanlah hatiku kepada perintah-Mu, ya Allah dan kurniakanlah hukum-Mu kepadaku

Yesus mengkritik praktik hidup munafik sekelompok orang Farisi dan ahli Taurat. Pertama, karena mereka ini lebih suka memerhatikan praktik-praktik lahiriah yang kelihatan, tetapi lupa mengolah dengan baik apa yang lebih penting, yakni apa yang ada dalam hati. Kedua, karena mereka mencoba menafsirkan hukum sedemikian rupa sehingga mendatangkan keuntungan bagi mereka sendiri.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:1-13)

 
"Kamu mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
 
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati!’ Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya. Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan!”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Ketakutan mengubah adat istiadat kerapkali menjadi penghalang serius penghayatan keagamaan. Mengapa? Karena setiap zaman membuka rahmatnya sendiri, setiap waktu membawa berkatnya sendiri; dan kita diminta untuk membaca tanda-tanda zaman. Apakah kita termasuk orang konservatif mapan yang takut dengan perubahan?

Doa Malam


Tuhan Yesus, berkenanlah hadir dalam diriku, dalam kesadaranku dan seluruh adaku, agar aku dapat berbuat sesuatu dan bertutur kata sesuai dengan kehendak-Mu. Terimalah persembahanku hari ini, agar dari jiwa dan raga terlahir buah-buah yang baik dalam kehidupanku. Amin.
 

RUAH

Pesan Bapa Suci Paus Benediktus XVI untuk Hari Orang Sakit Sedunia Yang ke-21

“Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
(Lukas 10:37)




Saudara-saudari terkasih,

1. Pada tanggal 11 Februari 2013, perayaan liturgis Peringatan Bunda kita dari Lourdes, Hari Orang Sakit Sedunia Ke-21, akan dirayakan secara meriah di Gua Maria Altotting. Hari ini dipersembahkan bagi orang sakit, para perawat kesehatan, umat beriman dan bagi semua orang yang berkehendak baik “waktu yang khusus untuk berdoa, sharing, mempersembahkan penderitaan setiap orang demi kebaikan Gereja. Demikian juga, hari ini merupakan panggilan bagi semua orang untuk mengenali wajah-wajah saudara-saudari yang menderita. Wajah Kristus sendiri yang sedang menderita, wafat dan bangkit kembali, yang telah membawa keselamatan bagi umat manusia” Yohanes Paulus II, Surat untuk lembaga Hari Orang Sakit Sedunia, 13 Mei 1992,3). Pada kesempatan ini saya merasa sangat dekat sekali dengan Anda, para sahabatku yang terkasih, yang pada saat ini sedang dirawat di pusat-pusat perawatan kesehatan (rumah sakit, red) atau di rumah, yang sedang bergulat dengan pencobaan yang disebabkan oleh penyakit dan aneka penderitaan. Semoga Anda sekalian diteguhkan oleh kata-kata penghiburan dari Bapak-bapak Konsili Vatikan Il : “Anda tidak sendirian, dipisahkan, ditinggalkan atau seolah-olah tidak berguna. Anda semua telah dipanggil oleh Kristus dan Anda adalah hidup dan gambaran Diri-Nya secara nyata” (Pesan untuk Orang yang Miskin, Sakit dan menderita).

2. Dengan tetap memandang Anda sebagai sahabat dalam peziarahan rohani yang menghantar kita dari Lourdes, suatu tempat yang melambangkan harapan dan anugerah, menuju Gua Altotting, saya ingin mengusulkan untuk refleksi Anda suatu contoh gambaran tentang Orang Samaria yang baik hati (bdk. Luk.10:25-37). Perumpamaan Injil yang diceritakan kembali oleh St. Lukas adalah bagian dari serangkaian peristiwa dan kejadian-kejadian yang diambil dari kehidupan sehari-hari yang digunakan oleh Yesus untuk membantu kita memahami betapa dalam kasih Allah bagi setiap umat manusia, terutama mereka yang didera oleh penyakit atau penderitaan. Dengan kata-kata penutup dari perumpamaan Orang Samaria yang baik hati, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Lukas 10:37), Tuhan juga menunjukkan sikap yang harus dimiliki oleh setiap murid-Nya terhadap sesamanya, terutama mereka yang berkekurangan. Kita perlu menarik dari kasih Allah yang tanpa batas, lewat hubungan yang mendalam dengan-Nya dalam doa, kekuatan untuk menghayati hidup sehari-hari dalam bentuk perhatian yang konkrit, seperti yang dilakukan oleh Orang Samaria yang baik hati, bagi mereka yang menderita baik secara jasmani maupun rohani yang membutuhkan pertolongan kita, tidak peduli apakah kita mengenal mereka atau tidak dan bahkan mereka yang miskin sekalipun. Hal ini berlaku, tidak hanya bagi para pekerja pastoral atau perawat kesehatan, tetapi juga bagi setiap orang, bahkan bagi si penderita sakit itu sendiri, yang dapat mengalami kondisi seperti ini dari sudut pandang iman: “bukan dengan menghindar atau melarikan diri dari penderitaan kita menjadi sembuh, melainkan terutama oleh kemampuan kita menerima situasi tersebut, mendewasakan diri melalui penderitaan dan menemukan maknanya melalui persatuan dengan Kristus, yang rela menderita dengan kasih-Nya yang tak terbatas.” (Spe Salvi, 37).

3. Banyak Bapa Gereja melihat Yesus sendiri di dalam diri Orang Samaria yang baik hati; dan melihat Adam di dalam diri orang yang jatuh di tangan para perampok, jati diri kita yang terluka dan tersesat oleh karena dosa (bdk. Origenes, Homili pada Injil Lukas XXXIV,1-9; Ambrosius, Komentar terhadap Injil St. Lukas, 71-84; Agustinus, Khotbah 171). Yesus adalah Putera Allah, yang menghadirkan kasih Bapa, kasih yang setia, abadi dan tanpa batas. Tetapi Yesus juga berkenan menanggalkan pakaian keilahian-Nya, yang meninggalkan status Ilahi-Nya untuk mengambil rupa manusia (bdk. Filipi 2:6-8), yang rela menderita sama seperti manusia, bahkan rela turun ke alam maut (neraka), sebagaimana yang kita daraskan dalam Syahadat, agar Dia membawa harapan dan terang. Dia tidak mempertahankan kesetaraan dengan Allah (bdk. Filipi 2:6) tetapi, dipenuhi dengan belarasa, Dia melihat luka bagaikan jurang yang sangat dalam dari penderitaan manusia agar Dia berkenan menuangkan minyak penghiburan dan anggur pengharapan.

4. Tahun Iman yang sedang kita rayakan adalah kesempatan yang tepat untuk mengintensifkan pelayanan kasih di dalam jemaat-jemaat gerejani kita, supaya setiap orang di antara kita dapat menjadi seorang Samaria yang baik hati bagi sesamanya, khususnya bagi mereka yang berada di sekitar kita. Di sini saya ingin mengingat kembali tokoh-tokoh yang tak terhitung banyaknya dalam sejarah Gereja yang telah menolong orang-orang sakit untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan rohani dari penderitaan mereka, sehingga mereka boleh melayani sebagai teladan dan semangat bagi yang lain. Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus dan dari Wajah Kudus, “seorang pakar dalam scientia amoris (ilmu cinta)” (Novo Millennio lneunte, 42), mampu mengalami “persatuan yang mendalam dengan Penderitaan Kristus” yaitu suatu penyakit yang menghantar dia “kepada kematian melalui penderitaan yang amat hebat” (Pidato pada Saat Audiensi Umum, 6 April 2011). Venerabilis (yang pantas dihormati) Luigi Novarese, yang masih hidup dalam ingatan banyak orang, melalui seluruh pelayanannya menyadari betapa pentingnya doa bagi dan bersama dengan orang sakit dan yang menderita, dan dia sering mendampingi mereka ke tempat-tempat ziarah Maria, terutama ke Gua Maria di Lourdes. Raoul Follereau, tergerak oleh kasih terhadap sesama, mengabdikan hidupnya untuk merawat orang-orang yang menderita penyakit Hansen, bahkan di belahan dunia yang paling jauh sekalipun, mempromosikan Hari Lepra Sedunia sebagai salah satu dari berbagai inisiatif yang dilakukannya. Beata (yang terberkati) Teresa dari Calcuta, selalu mengawali hari-harinya dengan perjumpaan dengan Yesus di dalam Ekaristi, setelah itu dia akan pergi ke jalan-jalan, dengan Rosario di tangannya, untuk menemukan dan melayani Tuhan di dalam diri orang-orang yang sakit, terutama mereka yang “tidak dikehendaki, tidak dicintai dan tidak diperhatikan”. Santa Anna Schäffer dari Mindelstetten, juga mampu memberi teladan mempersatukan penderitaan-penderitaan dirinya dengan penderitaan Kristus: “Tempat tidur pada saat dia sakit menjadi sel biara dan penderitaannya menjadi pelayanan misioner. Dikuatkan oleh komuni harian, dia menjadi pendoa yang tidak mengenal lelah dan cermin kasih Allah untuk mereka yang mencari bimbingannya” (Homili Kanonisasi , 21 October 2012). Di dalam Injil, Santa Perawan Maria adalah seorang yang teguh-setia mengikuti Putera-nya yang menderita menuju puncak pengorbanan-Nya di Golgota. la tidak kehilangan harapan di dalam kemenangan Tuhan atas kejahatan, penderitaan dan kematian-Nya, dan ia memahami bagaimana menerima dalam rangkulan iman dan kasih, Putera Allah yang lahir di kandang Betlehem dan wafat di Salib. Imannya yang teguh dalam kuasa Allah diterangi oleh kebangkitan Kristus yang menawarkan harapan kepada mereka yang menderita dan memperbaharui kepastian akan kedekatan dan penghiburan Tuhan.

5. Akhirnya, saya ingin menyampaikan sepatah kata sebagai ungkapan terima kasih yang hangat dan dukungan kepada lembaga-lembaga perawatan kesehatan Katolik dan masyarakat sipil, kepada keuskupan-keuskupan dan komunitas-komunitas kristiani, kepada tarekat-tarekat religius yang terlibat di dalam pastoral perawatan orang sakit, kepada para pekerja perawatan kesehatan, kepada mitra-mitra dan para relawan. Semoga mereka semua menyadari secara penuh bahwa “Gereja saat ini menghayati suatu aspek fundamental dari misinya dalam menyambut setiap umat manusia dengan penuh kasih dan murah hati, terutama mereka yang lemah dan sakit” (ChristiÅ•ideles Laici, 38).

Saya mempercayakan Hari Orang Sakit Sedunia Ke-21 ini kepada perantaraan Bunda kita Penuh Rahmat, yang dihormati di Altotting, semoga dia senantiasa mendampingi mereka yang menderita dalam pencariannya akan penghiburan dan harapan yang mantap. Semoga dia membantu semua orang yang terlibat di dalam kerasulan belas kasih, supaya mereka menjadi orang-orang Samaria yang baik hati bagi saudara dan saudari mereka yang didera oleh penyakit dan penderitaan. Kepada mereka semua, dengan sepenuh hati saya berikan Berkat ApostoIik saya.

Dari Vatican, 2 Januari 2013

PAUS BENEDICTUS XVI

Disebarluaskan oleh:

BN Karya Kepausan Indonesia

Surat Gembala Prapaskah 2013 Bagi umat Katolik Keuskupan Surabaya

Surat Gembala PRAPASKAH 2013
Bagi umat Katolik Keuskupan Surabaya
(Dibacakan di semua gereja dan kapel di wilayah Keuskupan Surabaya, pada tanggal 9 dan 10 Februari 2013)
No. 30/G.111/II/2013
 
Saudara-saudari terkasih, 
 
Pada hari Rabu Abu, 13 Februari nanti, dahi kita akan ditandai dengan abu sebagai tanda dimulainya masa Prapaskah, masa tobat, masa untuk mempersiapkan diri merayakan Paskah. Kita semua tahu bahwa abu yang ada pada dahi kita mengingatkan betapa rapuh dan lemahnya kita.
 
Masa Prapaskah adalah masa pembaharuan diri karena perjumpaan dengan Tuhan. Pengampunan Tuhan yang kita terima akan menjadi saat kehidupan baru bagi kita. Seperti bacaan pertama yang kita dengar pada hari ini, Nabi Yesaya mendapatkan anugerah kehidupan baru karena kesalahannya dihapus dan dosanya diampuni. Buah dari kehidupan baru itu tidak lain ialah kesiapsediaan untuk diutus. ''Ini aku, utuslah aku!'' (Yes. 6: 7-8).
 
Demikian pula pengalaman perjumpaan dengan Tuhan yang dialami oleh Simon dan teman-temannya di danau Genesaret. Hidup yang tampaknya kosong karena kegagalan sepanjang malam, berubah menjadi hidup yang berkelimpahan. Sabda Yesus menumbuhkan harapan dan kepastian. Pengalaman keberhasilan bersama dengan Yesus membuka peluang bagi Simon untuk memulai suatu kehidupan baru. Hidup baru itu dimulai dengan suatu kesadaran yang sangat berharga, yaitu pengakuan sebagai orang berdosa:“Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini orang berdosa”  (Luk 5:8). Simon menyadari masa lampaunya tanpa Tuhan, suatu  periode hidup yang ditandai dengan pilihan hanya mengandalkan diri sendiri, adalah masa lampau yang dikuasai oleh dosa. Dia hidup jauh dari Tuhan. Kesadaran baru memberi orientasi baru dalam hidup. Perjumpaan dengan Yesus diakhiri dengan panggilan untuk Simon:“Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia”  (Luk 5:10). Iman Simon Petrus bukannya tanpa perjuangan. Dia memilih untuk mengikuti sabda Tuhan, lebih daripada mengikuti kemauan sendiri. Hal ini menuntut keberanian iman.
 
Tema APP untuk Keuskupan Surabaya tahun 2013 ini ialah Bekerja Dengan Iman. Bekerja dengan iman, berarti bekerja dengan mengandalkan Tuhan sendiri, bekerja sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan.
 
Dewasa ini  banyak orang tanpa sadar sering melihat makna bekerja sekedar untuk mencari penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup. Sementara makna bekerja yang lain, seperti ungkapan aktualisasi diri, pelayanan kepada sesama,serta panggilan untuk ambil bagian dalam karya penciptaan Allah, mulai diabaikan.
 
APP sebagai momen pertobatan eklesial mengajak kita merefleksikan hidup, panggilan dan kerja kita sebagai jawaban terhadap panggilan Tuhan. Sebagai orang beriman kita hendak melihat kembali aktivitas bekerja sebagai perwujudan iman kepada Tuhan. Kerja selalu bermartabat dan bernilai luhur karena yang mampu bekerja hanyalah manusia yang memiliki kesadaran dan kebebasan. Jikalau kita melakukan pekerjaan dengan penuh cinta, ketulusan,  syukur, kejujuran, disiplin, penghargaan yang tinggi akan jenis pekerjaan, dan selalu menyadari penyertaan Tuhan, maka kita akan menemukan kepuasan batin, dan bekerja secara bermartabat.
 
Kerja merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Dalam pandangan Gereja Katolik, kerja bukanlah sekedar cara untuk melangsungkan hidup melainkan rahmat dari Allah. Gereja mendasarkan pandangannya pada kisah penciptaan di mana Allah menciptakan manusia seturut gambar-Nya sendiri dan memberi mereka perintah untuk menaklukkan bumi beserta segala isinya. Semuanya itu terwujud dalam dan melalui tindakan kerja. Melalui kerja, manusia mewujudkan dan menyempurnakan martabat dirinya sebagai citra Allah, sebab di sana ia mencerminkan kegiatan Sang Pencipta sendiri dan menjadi partner kerja Allah. Maka, dimensi subjektif kerja (manusia) haruslah lebih diperhatikan dari pada dimensi objektif kerja (teknologi). Kerja adalah pertama-tama demi manusia dan bukan manusia untuk kerja.
 
Selain bersifat pribadi, kerja juga memiliki sifat sosial dan rohani. Setiap orang bekerja tidak pernah sendirian, melainkan -baik langsung maupun tak langsung- bersama dengan sesama dan berdampak bagi sesama. Kerja akan menjadi semakin subur dan produktif ketika manusia semakin menyelami potensi produktif sumber daya ciptaan dengan dijiwai oleh kasih kepada Tuhan, pemahaman akan kebutuhan sesama, keutuhan ciptaan, dan kesejahteraan umum saat ini serta masa depan. Lebih dari itu semua, bagi setiap orang kristiani bekerja adalah ambil bagian pada rencana keselamatan Tuhan.
 
Keyakinan iman itulah yang harus kita wartakan. Perutusan untuk mewartakan iman itulah juga yang menjadi pesan Bapa Paus Benediktus XVI sewaktu beliau mencanangkan Tahun 2012-2013 sebagai Tahun Iman. Selama Tahun Iman ini kita diajak untuk menggali, menghidupi, dan mewartakan iman kepercayaan kita di tengah dunia yang senantiasa berubah, penuh tantangan dan permasalahan. Tahun iman adalah saat dimana kita  memurnikan  kembali semangat  kerja  kita serta membangun integritas iman di tengah maraknya korupsi, politisasi pendidikan, pelecehan martabat, dan perusakan keutuhan ciptaan.
 
Iman  mewujud melalui komitmen untuk tetap bertahan dalam menghadapi aneka godaan khususnya dalam menjalankan  pekerjaan kita sehari-hari. Godaan-godaan itu bisa berupa: kesombongan, keserakahan, ketidakjujuran, serta pamer kekuasaan. Padahal, kekuasaan dan wibawa haruslah berdasarkan kasih. Sebab tindakan kekuasaan Allah adalah tindakan kasih. Mereka yang bekerja bersama kita atau di bawah naungan kita bukan hanya sebagai orang-orang yang sedang terikat kontrak kerja, melainkan juga  adalah sesama saudara. Orang yangmenganggap semua persoalan sudah beres bila mengikuti ritual atau perayaan-perayaan lahiriah adalah orang yang menghayati imannya dengan kurang tepat. Penghayatan seperti ini justru akan memandulkan penghayatan iman itu sendiri serta menodai integritas iman kita.
 
Saudara-saudari terkasih,
 
Sebagai tanda kehadiran Gereja di tengah masyarakat, hendaknya kita dapat melihat permasalahan  yang ada pada dunia kerja kita masing-masing dalam semangat Ajaran Sosial Gereja. Di samping menghayati pekerjaan dalam semangat solidaritas kasih dan subsidiaritas, marilah kita menghadirkan nilai-nilai luhur seperti: keadilan, kebenaran, pengorbanan, kesabaran, kejujuran, hati nurani dan tanggung jawab. Jikalau demikian, maka di tengah pekerjaan sehari-hari, Anda menghadirkan ciri kenabian Gereja dan saksi iman yang hidup.
 
Keluarga, sebagai Gereja kecil tempat penanaman nilai dan makna kerja, dapat menjadi tempat pembinaan awal mempraktekkan kerja dan pelayanan kepada sesama. Hal ini bisa dikembangkan dengan melibatkan anggota keluarga dalam pekerjaan rumah tangga serta membangun sikap selalu bersyukur atas pekerjaan yang kita miliki. Pekerjaan adalah anugerah dan tugas dari Tuhan sendiri.
 
Melalui pertobatan di Masa Prapaskah ini, kita diingatkan kembali akan nasehat St. Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati (bdk. Yak. 2:14-18). Iman adalah jawaban kita kepada panggilan Tuhan. Iman itu hendaknya diwujudkan dalam tindakan nyata, termasuk dalam bekerja. Semoga dalam Masa Prapaskah ini, kita semakin terbuka terhadap kehendak Tuhan untuk bekerja dengan semangat iman, demi kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan manusia, menghargai pekerjaan dan pekerja, peduli terhadap fenomena pengangguran serta bersemangat dalam karya pelayanan. Jadikan masa tobat ini sebagai jalan untuk menyucikan dan memulihkan martabat pekerjaan Anda di hadapan Tuhan dan sesama.
 
Surabaya, 7 Pebruari 2013.
Berkat Tuhan,
 
Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono
Uskup Keuskupan Surabaya

Senin, 11 Februari 2013 Hari Biasa Pekan V

Senin, 11 Februari 2013
Hari Biasa Pekan V

“Dengan Sabda kebesaran-Nya Ia telah menciptakan segala sesuatu; dan dengan satu perkataan-Nya Ia dapat melenyapkan semua itu.”(St. Klemens, Letter to the Corinthians, Ch. 27:4) --- St. Klemens dari Roma

Antifon Pembuka(Mzm 104:1-24)

Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan Allahku, Engkau sungguh agung! Betapa banyak karya-Mu ya Tuhan, semua Kaubuat dengan bijaksana

Doa Pagi

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, semua orang yang merasa lemah dan menderita menemukan kekuatan dan penghiburan pada-Mu. Dampingilah kami, bila sedang tertimpa penderitaan. Sembuhkanlah kami dari segala penyakit dan jadilah pada kepercayaan kami. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Dengan bacaan ini kita membuka halaman pertama dari seluruh Kitab Suci kita. Bab pertama Kitab Kejadian ini mengisahkan Tuhan sebagai Pencipta. Ia memisahkan air di atas dan di bawah, menciptakan bumi dan tumbuh-tumbuhan dan membuat penerang-penerang di langit. Ia menjadikan apa yang kacau (chaos) menjadi teratur (kosmos: dunia/keteraturan). Inilah arti penciptaan. Semuanya menjadi "baik adanya", dan ini semua berasal dari-Nya.

Bacaan dari Kitab Kejadian (1:1-19)
 
"Allah bersabda dan terjadilah demikian."

Pada awal mula Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan masih kosong. Gelap gulita meliputi samudera raya. Dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Allah bersabda, "Jadilah terang!" Maka jadilah terang. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nya dari gelap. Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Maka jadilah petang dan pagi: hari pertama. Allah bersabda, "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air." Maka Allah menjadikan cakrawala, dan Ia memisahkan air di bawah cakrawala dari air di atasnya. Dan jadilah demikian. Allah menamai cakrawala itu langit. Maka jadilah petang dan pagi: hari kedua. Allah bersabda, "Hendaklah segala air di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Allah bersabda, "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari ketiga. Allah bersabda, "Jadilah benda-benda penerang di cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap, menunjukkan hari dan tahun; dan sebagai penerang pada cakrawala, biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan dua benda penerang yang besar, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang kecil untuk menguasai malam; dan Allah menjadikan juga bintang-bintang. Semuanya itu ditaruh Allah di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari keempat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 2/4, PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat. (Mzm 104:1-2a.5-6.10.12.24.35; R:31b)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sungguh besar! Engkau berpakaian keagungan dan semarak berselimutkan terang ibarat mantol.
2. Engkau telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyah untuk selama-lamanya. Dengan samudera raya bumi ini Kauselubungi, air telah naik melampaui gunung-gunung.
3. Di lembah-lembah Engkau membualkan mata air yang mengalir di antara gunung-gunung, burung-burung di udara bersarang di dekatnya, bersiul-siul dari antara dedaunan.
4. Betapa banyak karya-Mu, ya Tuhan, semuanya Kaubuat dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu. Pujilah Tuhan, hai jiwaku!

Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. Yesus mewartakan kerajaan Allah dan menyembuhkan semua orang sakit. 

 
Penyakit adalah sebuah bentuk kekacauan yang mengganggu hidup manusia. Ketika Yesus masuk ke desa-desa, kampung dan kota, orang berbondong-bondong datang kepada-Nya dan Ia menyembuhkan mereka. Apa yang dilakukan Yesus dapat dikatakan seperti sebuah "penciptaan kembali." Yesus meniru tindakan Allah Bapa, seperti dalam Kitab Kejadian, mengubah kekacauan menjadi damai dan keteraturan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:53-56)
"Semua orang yang menjamah Yesus, menjadi sembuh."

Pada suatu hari, Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. Ke mana pun Yesus pergi, -- ke desa-desa, ke kota-kota atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamahnya menjadi sembuh.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Dalam Injil dikisahkan banyak peristiwa penyembuhan. Daya tarik mukjizat penyembuhan memang sangat diminati oleh banyak orang, dari dulu hingga sengsara. Penyembuhan merupakan bagian integral dari Injil, yang diharapkkan dapat membangkitkan iman seseorang. Yesus selalu menempatkan iman kepada Allah di atas peristiwa penyembuhan itu sendiri. Yang diutamakan adalah pribadi Allah bukan pemberian-Nya. Lalu, kita pergi ke gereja, ingin bertemu dengan pribadi Allah atau sekadar mendapatkan pemberian-Nya?

Doa Malam

Tuhan Yesus, ketika Engkau mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ, banyak orang berusaha untuk memperoleh kesembuhan baik bagi dirinya maupun orang lain. Tuhan, berilah rahmat yang sama kepadaku, sebagai manusia yang peka terhadap diri sendiri maupun orang lain, baik dalam keluarga (komunitas), tempat kerja dan di mana pun aku berada. Amin.

RUAH

Bacaan Harian 11 - 17 Februari 2013

Bacaan Harian 11 - 17 Februari 2013

Senin, 11 Februari 2013: Hari Biasa Pekan V (H).
Kej 1:1-19; Mzm 104:1-2a.5-6.10.12.35c; Mrk 6:53-56.

Kemana pun Yesus pergi, orang mengejar-Nya untuk membawa orang-orang sakit kepada-Nya. Semua yang menjamah jumbai jubah-Nya menjadi sembuh. Sayangnya, ini semua belum cukup menjadi tanda bagi mereka bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Apakah kita juga masih membutuhkan tanda untuk dapat berserah total kepada-Nya?

Selasa, 12 Februari 2013 : Hari Biasa Pekan V (H).
Kej 1:20 – 2:4a; Mzm 8:4-9; Mrk 7:1-13.

Kita mudah jatuh dalam sikap yang munafik: tiadanya kesesuaian antara iman dan perbuatan; antara kata dan tindakan; antara cita-cita dan usaha mencapainya. Yesus mencerca sikap seperti itu. Ia menuntut supaya apa yang kita ucapkan sungguh pula berakar pada hati yang dalam dan berwujud dalam perbuatan yang nyata.

Rabu, 13 Februari 2013: Hari Rabu Abu (U) (Puasa dan Pantang)
Yl 2:12-18; Mzm 51:3-4.5-6a.12-13.14.17; 2Kor 5:20 - 6:2; Mat 6:1-6.16-18
.
Segala sesuatu ada waktunya sendiri. Tuhan melaksanakan karya penebusan-Nya juga tepat pada waktunya. Tuhan membuka tangan-Nya untuk semua umat yang bertobat dan kembali ke pangkuan belas kasih-Nya. Rahmat kerahiman Tuhan selalu tercurah kepada orang yang menyesali kesalahan dan dosa-dosanya. Orang beriman hendaknya menggunakan saat istimewa ini.

Kamis, 14 Februari 2013: Hari Kamis sesudah Rabu Abu (U)
Ul 30:15-20; Mzm 1:1-2.3.4.6; Luk 9:22-25.

Menjadi murid Yesus harus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Dia. Ini bukanlah soal mudah. Dalam masa Prapaskah ini secara khusus kita diajak untuk menghayatinya melalui pantang, puasa, dan sikap matiraga lainnya. Dengan sikap seperti itu, kita berjuang untuk memperoleh kemenangan Paskah. Dan itulah sesungguhnya HIDUP.

Jumat, 15 Februari 2013: Hari Jumat sesudah Rabu Abu (U) (Pantang)
Yes 58:1-9a; Mzm 51:3-4.5-6a.18-19; Mat 9:14-15.

Puasa yang sejati bukan saja soal menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari ketamakan yang hanya mementingkan diri. Artinya, marilah kita lihat di sekeliling kita, ada banyak orang yang menanti uluran tangan dari kita. Jangan tamak: ada banyak hal yang ada pada kita yang dapat kita bagikan kepada mereka. Maka, dalam masa APP ini dituntut juga suatu Aksi Nyata.

Sabtu, 16 Februari 2013: Hari Sabtu sesudah Rabu Abu (U)
Yes 58:9b-14; Mzm 86:1-2.3-4.5-6; Luk 5:27-32
.
Yesus mencontohkan sikap yang mau ’mendekati’ orang berdosa dan memanggil-Nya untuk membagi kelimpahan hidup. Dalam masa Prapaskah ini kita bukan saja diajak untuk menahan diri dan bermatiraga, tetapi kita juga diminta memberi perhatian pada orang-orang tersisih, lemah, tak berdaya, miskin, dan hina, supaya mereka juga dapat beroleh kelimpahan hidup.

Minggu, 17 Februari 2013: Hari Minggu Prapaskah I (U)
Ul 26:4-10; Mzm 91:1-2.10-11.12-13.14-15; Rm 10:8-13; Luk 4:1-13.

Selama kita hidup, selama itu pula godaan terus mengintai. Yesus sendiri digoda oleh iblis. Tiga godaan yang ditawarkan iblis kepada Yesus adalah simbol godaan yang selalu hadir dalam hidup kita yang langsung menyangkut tiga kebutuhan manusia yang paling hakiki, yaitu: kebutuhan jasmani, kebutuhan psikologis (dihargai, dipuji, dicintai), dan kebutuhan kuasa dan harta. Yesus mampu mengatasi ketiga godaan itu, karena Ia penuh dengan Roh Kudus. Maka, tak bisa tidak, untuk mampu mengatasi godaan-godaan iblis, kita harus terus-menerus menyadari kehadiran Roh dalam hidup kita, dan peka akan tuntunan-Nya.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy