| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kamis, 14 Februari 2013 Hari Kamis sesudah Rabu Abu

Kamis, 14 Februari 2013
Hari Kamis sesudah Rabu Abu

“Berpuasa tidak hanya berarti mengurangi makan, melainkan memberantas semua kebiasaan jahat kita” (St. Leo Agung)

Antifon Pembuka (Mzm 55:17.20.23)

Ketika aku berseru kepada Tuhan, Ia mendengarkan daku dan membebaskan daku dari musuh-musuhku. Serahkanlah nasibmu kepada Tuhanku dan Dia akan menolong engkau.

Doa Pagi

Allah Bapa yang mahapengasih dan penyayang, kasih-Mu demikian berlimpah tercurah atas kami. Karena ketegaran kamilah Engkau sering terlihat menghukum dan menjauh dari kami. Namun, Engkau tetapi sabar dan penuh kasih memberi kami kesempatan untuk mau bertobat, memperbaiki diri dan datang kembali kepada-Mu. Allah, ampunilah kami, orang yang lemah ini. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Kita membaca pesan-pesan terakhir Musa sebelum ia meninggal dunia dan sebelum Israel memasuki tanah terjanji. Pesan pada Israel untuk membuat pilihan. Mengasihi Tuhan dan setia pada jalan-Nya berarti kehidupan dan keberuntungan. Sebaliknya, berpaling pada allah-allah lain berarti kematian dan kecelakaan.

Bacaan dari Kitab Ulangan (30:15-20)
 
"Pada hari ini aku menghadapkan kepadamu: berkat dan kutuk."

Di padang gurun di seberang Sungai Yordan Musa berkata kepada bangsanya, “Ingatlah, pada hari ini aku menghadapkan kepadamu kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan. Karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan serta peraturan-Nya. Dengan demikian engkau hidup dan bertambah banyak, dan diberkati oleh Tuhan, Allahmu, di negeri yang kaumasuki untuk mendudukinya. Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, apalagi jika engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, maka pada hari ini aku memberitahukan kepadamu bahwa pastilah kamu akan binasa, dan tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi Sungai Yordan, untuk mendudukinya. Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau tidak mati, baik engkau maupun keturunanmu, yaitu dengan mengasihi Tuhan, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya. Sebab hal itu berarti hidup bagimu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe, harapanku pada Allah Tuhanku
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6; Ul: Mzm 40:5a)
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon, yang di tanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3. Bukan demikianlah orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (Mat 10:7)
Bertobatlah, sabda Tuhan, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.

Menjadi murid berarti mengikuti ajaran dan jalan Sang Guru. Jalan yang ditempuh Yesus untuk menyelamatkan dunia adalah dengan jalan memanggul salib, artinya menanggung risiko, segala kesulitan, tantangan serta penolakan yang harus Ia hadapi. Para murid-Nya juga harus siap dengan jalan yang demikian itu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (9:22-25)
 
"Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya."

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa anak manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat lalu dibunuh, tetapi dibangkitkan pada hari ketiga. Kata-Nya kepada mereka semua, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Pengikut Kristus adalah penyangkal diri, dan pemanggul salib. Seorang penyangkal diri adalah pejuang yang berhasil melumpuhkan egoisme, yang menjadi akar segala dosa. Moto seorang penyangkal diri adalah: Jika aku berhasil mengalahkan diri sendiri berarti aku telah mengalahkan dunia. Masuk akal, karena lawan terkuat dari perjuangan kita adalah mengalahkan dosa, yang akarnya ialah egoisme itu. Perjuangan mengalahkan egoisme adalah perjuangan mengalahkan roh dunia. Musuh utama kita memang tidak jauh, yakni diri sendiri. Itulah hakikat penyangkalan diri, dan itu pulalah salib terberat hidup kita.

Doa Malam

Tuhan Yesus, terima kasih atas hari baru yang kulalui bersama-Mu. Semoga dengan lebih dalam mengenal-Mu, aku dapat menyangkal diri, memikul salibku setiap hari dan dengan mantap dalam mengikuti Engkau hingga sepanjang segala masa. Amin.
 
 
RUAH

Rabu Abu - 13 Februari 2013

-->
Rabu Abu, 13 Februari 2013
Yoel 2:12-18; 2Kor 5:20-6:2; Mat 6:1-6.16-18


Hari ini kita memulai masa Prapaskah yang ditandai dengan penerimaan abu di dahi kita. Dalam kehidupan masyarakat sederhana yang belum mengenal aneka macam sabun atau detergent untuk mencuci peralatan dapur, abu seringkali digunakan untuk mencuci perlatan dapur, lebih-lebih untuk menghilangkan bau amis dan kerak. Jadi, abu mempunyai manfaat untuk membersihkan barang-barang yang kotor.

Selain itu, abu juga menjadi tanda betapa kecil, rapuh, lemah dan tidak berdayanya diri kita. Di hadapan Tuhan, kita ini ibarat debu/abu yang amat kecil. Bahkan, berhadapan dengan diri kita sendiri dan alam semesta ini, kita tampak begitu lemah dan rapuh. Hal ini tampak nyata dalam ketidakberdayaan kita untuk mengendalikan diri, menguasai emosi-emosi negatif, mengalahkan godaan dan menghindari dosa serta menghindari penyakit. Terhadap alam, kita juga tampak rapuh. Kita tidak bisa mengendalikan bencana alam (gempa, gunung meletus), musim, dll.

Lantas, apa maknanya kalau kita menerima tanda abu di dahi kita pada permulaan masa prapaskah ini? Masa prakaskah merupakan kesempatan istimewa bagi kita untuk mempersiapkan diri merayakan paskah. Selama masa prapaskah kita diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri menyambut Tuhan yang bangkit dan membawa keselamatan bagi kita. Tuhan bangkit berarti Ia hidup, hadir dan menyertai kita. Jadi, kita mempersiapkan diri untuk menerima kehadiran Tuhan yang menyertai dan menyelamatkan kita, yang memberikan kehidupan baru kepada kita.

Nah, dalam rangka mempersiapkan diri menyambut kebangkitan Tuhan yang membawa kehidupan baru ini, kita membutuhkan “Abu”. Mengapa?

Pertama, abu mempunyai manfaat membersihkan. Kalau kita makan untuk mendapatkan energi kehidupan jasmani, kita pasti membutuhkan piring yang bersih khan, bukan piring kotor. Masak, kita makan makanan yang enak, lezat dan bergizi kok dengan piring kotor. Ya, selera makan kita berkurang, makanan yang enak dan bergizi itu menjadi kurang enak lagi, bahkan malah menimbulkan penyakit. Demikianlah kita, kita diajak untuk membersihkan diri kita supaya siap dan pantas menerima kehadiran Tuhan yang memberikan energi hidup, tidak hanya jasmani tetapi juga rohani. Kita diajak untuk memperbarui hidup kita, mengoyakkan hati kita – bukan pakaian kita – (Yl 2:13), dan berdamai kembali dengan Allah (1Kor 5:20) melalui amal, doa, dan puasa (bacaan Injil). Maka, selama masa prapaskah ini, marilah kita meningkatkan ketiga hal tersebut: puasa (+ pantang) sebagai ungkapan lahir dari pengendalian diri kita; doa sebagai usaha kita untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan; dan amal (APP) sebagai upaya kita untuk mendekatkan diri dengan sesama, bersolider, memberi pertolongan, dll.

Kedua, abu melambangkan kerapuhan dan kelemahan kita. Rasanya tidak mungkin kita bisa berhasil membersihkan diri kita, kalau kita hanya mengandalkan diri pada usaha dan perjuangan kita sendiri. Maka, kita perlu rendah hati, menyadari kelemahan dan kerapuhan kita di hadapan Tuhan agar Tuhan berkarya dalam diri kita dan memampukan kita untuk menghayati dan mewujudkan pertobatan yang sejati. 

Marilah kita serahkan kepada Tuhan, seluruh usaha-usaha kita untuk bertobat yang kita wujudkan dalam kegiatan amal, doa, dan puasa. Kita percaya, kalau Tuhan berkerja dalam diri kita, usaha-usaha kita tersebut pasti membuahkan hasil yang baik (bdk. Perumpamaan tentang pokok Anggur dalam Yoh 15:4). Kita percaya pula bahwa, “Allah yang telah memulai pekerjaan-pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya” (bdk. Flp 1:6).

Ag. Agus Widodo, Pr

Kobus: Rabu Abu







silahkan klik gambar untuk memperbesar

Jejaring Sosial: Pintu Kebenaran dan Iman, Ruang Baru untuk Evangelisasi

Pesan Paus Benediktus XVI Untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia Ke-47


Foto: http://media.theweek.com
Menjelang Hari Komunikasi Sosial Sedunia tahun 2013 ,saya ingin menyampaikan beberapa permenungan mengenai suatu kenyataan yang semakin penting tentang cara manusia sezaman berkomunikasi di antara mereka. Saya ingin mencermati perkembangan jejaring sosial digital yang membantu menciptakan "agora" baru, suatu alun-alun publik tempat manusia berbagi gagasan, informasi dan pendapat, dan yang dalamnya relasi-relasi dan bentuk-bentuk komunitas baru dapat terwujud.

Ruang-ruang tersebut - bila dimanfaatkan secara bijak dan berimbang- membantu memajukan berbagai bentuk dialog dan debat yang, bila dilakukan dengan penuh hormat dan memerhatikan privasi, bertanggungjawab dan jujur, dapat memperkuat ikatan kesatuan di antara individu-individu dan memajukan kerukunan keluarga manusiawi secara berdaya-guna. Pertukaran informasi dapat menjadi komunikasi yang benar, relasi-relasi dapat mematangkan pertemanan, koneksi-koneksi dapat mempermudah persekutuan. Bila jejaring sosia terpanggil untuk mewujudkan potensi besar ini, orang-orang yang terlibat di dalamnya harus berupaya menjadi otentik , karena di dalam ruang itu, orang tidak hanya berbagi gagasan dan informasi, tetapi pada akhirnya orang mengkomunikasikan dirinya sendiri.

Perkembangan jejaring sosial menuntut komitmen: orang melibatkan diri di dalamnya untuk membangun relasi dan menjalin persahabatan, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan mencari hiburan, tetapi juga dalam menemukan dorongan intelektual serta berbagi pengetahuan dan keterampilan. Jejaring sosial semakin menjadi bagian dari tatanan masyarakat sejauh menyatukan orang dengan berpijak pada kebutuhan dasar. Jejaring sosial dengan demikian terpelihara oleh aspirasi yang tertanam dalam hati manusia.

Budaya jejaring sosial dan perubahan dalam sarana dan gaya berkomunikasi membawa tantangan bagi mereka yang ingin berbicara tentang kebenaran dan nilai. Seringkali, sama halnya dengan sarana-sarana komunikasi sosial yang lain, makna dan efektifitas berbagai bentuk ekspresi nampaknya lebih ditentukan oleh popularitasnya ketimbang kepentingan hakiki dan nilainya. Pada gilirannya, popularitas seringkali lebih melekat pada ketenaran ataupun strategi persuasi daripada logika argumentasi. Kadangkala suara lembut dari pikiran dikalahkan oleh membludaknya informasi yang berlebihan dan gagal menarik perhatian pada apa yang disampaikan kepada orang yang mengungkapkan diri secara lebih persuasif. Dengan demikian, media sosial membutuhkan komitmen dari semua orang yang menyadari nilai dialog, debat rasional dan argumentasi logis dari orang-orang yang berusaha keras membudidayakan bentuk-bentuk wacana dan pengungkapan yang menggerakkan aspirasi luhur dari orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Dialog dan debat dapat juga berkembang dan bertumbuh ketika kita berbicara dengan dan sungguh-sungguh menghargai orang-orang yang gagasan-gagasannya berbeda dengan kita. "Mengingat kenyataan keragaman budaya, perlulah memastikan bahwa manusia bukan saja mengakui keberadaan budaya orang lain tetapi juga bercita-cita diperkaya olehnya dan menghargai segala yang baik, benar dan indah"( Pidato pada Pertemuan dengan Dunia Budaya, Belem, Lisabon, 12 Mei 2010).

Tantangan yang dihadapi oleh jejaring sosial adalah bagaimana benar-benar menjadi inklusif: dengan demikian mereka memperoleh manfaat dari peran serta penuh dari orang-orang beriman yang ingin berbagi amanat Yesus dan nilai martabat manusia yang dikemukakan melalui pengajaran-Nya. Kaum beriman semakin menyadari bahwa kalau Kabar Baik tidak diperkenalkan juga di dalam dunia digital, ia akan hilang dalam pengalaman banyak orang yang menganggap ruang eksistensial ini penting. Lingkungan digital bukanlah sebuah dunia paralel atau murni virtual, tetapi merupakan bagian dari pengalaman keseharian banyak orang teristimewa kaum muda. Jejaring sosial adalah hasil interaksi manusia akan tetapi pada gilirannya, ia memberikan bentuk baru terhadap dinamika komunikasi yang membangun relasi: oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang lingkungan ini merupakan prasyarat untuk suatu kehadiran yang bermakna.

Kemampuan untuk menggunakan bahasa baru dituntut, bukan terutama untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup sezaman, tetapi justru untuk memampukan kekayaan tak terbatas dari Injil menemukan bentuk-bentuk pengungkapan yang mampu menjangkau pikiran dan hati semua orang. Di dalam lingkungan digital, perkataan tertulis sering disertai dengan gambar dan suara. Komunikasi yang efektif seperti yang terungkap dalam perumpamaan Yesus memerlukan pelibatan imaginasi dan kepekaan emosional mereka yang ingin kita ajak untuk berjumpa dengan misteri kasih Allah. Disamping itu kita mengetahui bahwa tradisi Kristiani selalu kaya akan tanda dan simbol: Saya berpikir, misalnya, salib, ikon, Patung Perawan Maria, kandang natal, jendela kaca berwarna-warni dan lukisan-lukisan di dalam gereja kita. Suatu bagian bernilai dari khazanah artistik umat manusia telah diciptakan oleh para seniman dan musisi yang berupaya untuk mengungkapkan kebenaran iman.

Dalam jejaring sosial, orang beriman menunjukkan kesejatiannya dengan berbagi sumber terdalam dari harapan dan kegembiraan mereka: iman kepada Allah pengasih dan penyayang yang terungkap dalam Kristus Yesus. Wujud berbagi ini tidak hanya terdiri dari ungkapan iman yang eksplisit, tetapi juga dalam kesaksian mereka, dalam cara mereka mengkomunikasikan "pilihan, preferensi, penilaian yang sungguh sesuai dengan Injil, bahkan bila tidak disampaikan secara ekspisit" (Pesan untuk Hari Komunikasi Sedunia 2011). Suatu cara yang secara khusus bermakna dengan memberikan kesaksian serupa terjadi melalui kerelaan untuk mengorbankan diri kepada orang lain seraya menanggapi pertanyaan dan keraguan mereka dengan sabar dan penuh hormat tatkala mereka mencari kebenaran dan makna eksistensi manusia. Dialog yang berkembang dalam jejaring sosial tentang iman dan kepercayaan menegaskan penting dan relevannya agama di dalam debat publik dan dalam kehidupan masyarakat. Bagi mereka yang telah menerima karunia iman dengan hati yang terbuka, jawaban yang paling radikal akan pertanyaan manusia tentang kasih, kebenaran dan makna hidup- pertanyaan - pertanyan serupa yang tentu tidak absen dari jejaring sosial - ditemukan dalam pribadi Yesus Kristus. Wajar bahwa mereka yang memiliki iman ingin berbagi dengan orang yang mereka jumpai dalam forum digital dengan rasa hormat dan bijaksana. Namun pada akhirnya, jika upaya kita untuk berbagi Injil menghasilkan buah yang baik, hal itu selalu dikarenakan oleh kekuatan sabda Allah itu sendiri yang menyentuh hati banyak orang mendahului segala usaha dari pihak kita. Percaya pada kekuatan karya Allah harus selalu lebih besar daripada kerpecayaan apa saja yang kita letakan pada sarana-sarana manusia. Dalam ruang lingkup digital, juga, dimana suara yang tajam dan memecahbelah dibesar-besarkan dan dimana sensasionalisme menang, kita diundang untuk berlaku arif, penuh kehati-hatian. Dalam hal ini hendaklah kita ingat bahwa Eliyah mengenal suara Allah tidak dalam angin yang besar dan kuat, tidak melalui gempa bumi dan api tetapi dalam hembusan angin sepoi-sepoi" (1 Raj 19:11-12). Kita perlu percaya bahwa kerinduan mendasar manusia untuk mengasihi dan dikasihi dan untuk menemukan makna dan kebenaran -sebuah kerinduan yang Allah sendiri tanamkan dalam hati setiap laki-laki dan perempuan- menetap di zaman kita ini, selalu dan setidak-tidaknya terbuka kepada apa yang Beato Kardinal Newmann sebut ‘ cahaya ramah' dari iman.

Jejaring sosial, dengan menjadi sarana Evangelisasi dapat juga menjadi faktor dalam pembangunan manusia. Sebagai contoh, dalam konteks geografis dan budaya dimana orang Kristiani merasa terisolasi, jejaring sosial dapat memperkuat rasa kesatuan nyata dengan komunitas kaum beriman di seluruh dunia. Jejaring sosial mempermudah orang berbagi sumber-sumber rohani dan liturgi, menolong orang untuk berdoa dengan perasaan kedekatan bersama mereka yang mengaku iman yang sama. Suatu keterlibatan yang sejati dan interaktif dengan pertanyaan dan keraguan dari mereka yang berada jauh dari iman seharusnya membuat kita merasa perlu untuk memelihara iman kita melalui doa dan permenungan, iman akan Allah serta amal kasih kita: "Walaupun saya berbicara dengan bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi apabila aku tidak mempunyai kasih, aku adalah gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing". (1 Kor 13:1)

Di dalam dunia digital terdapat jejaring-jejaring sosial yang memberikan peluang-peluang sezaman untuk berdoa, meditasi, dan berbagi firman Allah. Akan tetapi jejaring sosial itu dapat juga membuka pintu terhadap dimensi lain dari iman. Banyak orang benar-benar menemukan, tepatnya berkat kontak awalnya di internet, pentingnya pertemuan langsung, pengalaman komunitas-komunitas dan bahkan peziarahan, unsur-unsur yang senantiasa penting dalam perjalanan iman. Dalam upaya untuk membuat Injil hadir dalam dunia digital, kita dapat mengundang orang untuk datang bersama-sama untuk berdoa dan perayaan liturgi di tempat-tempat tertentu seperti gereja dan kapel. Seharusnya tidak kekurang kobersamaan atau kesatuan dalam pengungkapan iman kita dan dalam memberikan kesaksian tentang Injil di dalam realitas apa saja dimana kita hidup entah itu fisik atau digital. Kita kita berada bersama orang lain, selalu dan dengan cara apapun, kita dipanggil untuk memperkenalkan kasih Allah hingga ujung bumi.

Saya berdoa agar Roh Allah mendampingi dan senantiasa menerangi kamu, dan dengan seggenap hati saya memberkati kamu sekalian, agar kamu benar-benar mampu menjadi bentara-bentara dan saksi-saksi Injil. "Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada segala mahkluk" (Mrk 16:15)



Vatikan, 24 Januari 2013

Pesta Santo Frasiskus de Sales

BENEDICTUS XVII

(www.mirifica.net)

Pesan Paus Benediktus XVI untuk Masa Prapaskah 2013


"Percaya dalam amal membangkitkan amal"
“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (1 Yoh 4:16)



Saudara dan saudariku terkasih,
Perayaan Prapaskah, dalam konteks Tahun Iman, menawarkan kita kesempatan berharga untuk merenungkan hubungan antara iman dan amal : antara percaya dalam Allah - Allah dari Yesus Kristus - dan amal, yang merupakan buah dari Roh Kudus dan yang menuntun kita di jalan pengabdian kepada Allah dan sesama.

1. Iman sebagai tanggapan terhadap kasih Allah

Dalam Ensiklik pertama saya, saya menawarkan beberapa pemikiran tentang hubungan erat antara keutamaan iman dan amal kasih secara teologis. Berangkat dari pernyataan tegas yang mendasar dari Santo Yohanes: “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (1 Yoh 4:16), saya mengamati bahwa "menjadi Kristiani bukanlah hasil dari pilihan etis atau gagasan luhur, tetapi perjumpaan dengan suatu peristiwa, seseorang, yang memberi kehidupan suatu cakrawala baru dan suatu arah yang pasti ... Karena Allah telah lebih dulu mengasihi kita (bdk. 1 Yoh 4:10), kasih kini tidak lagi menjadi 'perintah' belaka; kasih adalah tanggapan terhadap karunia kasih yang dengannya Allah mendekat kepada kita" (Deus Caritas Est, 1). Iman ini merupakan ketaatan pribadi - yang melibatkan seluruh pancaindera kita – bagi pernyataan kasih Allah yang tanpa syarat dan "penuh gairah" bagi kita, sepenuhnya terungkap dalam Yesus Kristus. Perjumpaan dengan Allah yang adalah Kasih melibatkan tidak hanya batin tapi juga akal budi: "Pengakuan akan Allah yang hidup adalah salah satu jalan menuju kasih, dan 'ya' dari kehendak kita terhadap kehendak-Nya menyatukan akal budi, kehendak dan perasaan kita dalam seluruh pelukan tindakan kasih. Tetapi proses ini selalu akhir yang terbuka; kasih tidak pernah 'selesai' dan lengkap"( Deus Caritas Est, 17). Oleh karena itu, untuk semua orang Kristiani, dan terutama untuk "pekerja amal", ada kebutuhan untuk iman, untuk "supaya perjumpaan dengan Allah di dalam Kristus yang membangkitkan kasih mereka dan membuka jiwa mereka bagi orang lain. Akibatnya, sehingga boleh dikatakan, kasih kepada sesama tidak akan lagi bagi mereka perintah yang dibebankan dari luar, melainkan suatu konsekuensi yang berasal dari iman mereka, iman yang menjadi aktif melalui kasih "(Deus Caritas Est, 31a). Orang-orang Kristiani adalah orang-orang yang telah ditaklukkan oleh kasih Kristus dan oleh karena itu, di bawah pengaruh kasih itu - "Caritas Christi urget nos" (2 Kor 5:14) - mereka amatlah terbuka untuk mengasihi sesama mereka dengan cara nyata (bdk. Deus Caritas Est, 33). Sikap ini muncul terutama dari kesadaran dikasihi, diampuni, dan bahkan dilayani oleh Tuhan, yang membungkuk untuk mencuci kaki para Rasul dan memberikan diri-Nya di kayu Salib untuk menarik umat manusia ke dalam kasih Allah.

Iman mengatakan kepada kita bahwa Allah telah memberikan Putra-Nya demi kita dan memberi kita kepastian kemenangan sehingga hal itu sungguh benar: Allah adalah kasih! ..... Iman, yang melihat kasih Allah dinyatakan dalam hati Yesus yang tertikam di kayu Salib, menimbulkan kasih. Kasih adalah cahaya -, dan pada akhirnya, satu-satunya cahaya - yang dapat selalu menerangi dunia yang meredup dan memberi kita kegigihan yang diperlukan untuk tetap hidup dan bekerja" (Deus Caritas Est, 39). Semua ini membantu kita untuk memahami bahwa tanda dasariah yang membedakan orang-orang Kristiani adalah justru "kasih yang didasarkan pada dan dibentuk oleh iman" (Deus Caritas Est, 7).

2. Amal sebagai kehidupan dalam iman

Seluruh kehidupan Kristiani adalah tanggapan terhadap kasih Allah. Tanggapan pertama justru adalah iman sebagai penerimaan, yang dipenuhi dengan takjub dan syukur, akan prakarsa ilahi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendahului kita dan mengetengahkan kita. Dan "ya" dari iman menandai awal dari sebuah kisah persahabatan yang berseri-seri dengan Tuhan, yang memenuhi dan memberi makna penuh bagi seluruh hidup kita. Tapi itu tidak mencukupi bagi Allah karena kita hanya menerima kasih-Nya yang tanpa syarat. Tidak hanya membuat Ia mengasihi kita, tetapi Ia hendak menarik kita kepada diri-Nya sendiri, untuk mengubah kita sedemikian mendalamnya sehingga membawa kita untuk berkata bersama Santo Paulus : “bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (bdk. Gal 2:20).

Ketika kita membuat ruang bagi kasih Allah, maka kita menjadi seperti Dia, berbagi dalam amal milik-Nya. Jika kita membuka diri terhadap kasih-Nya, kita memperbolehkan Dia untuk hidup dalam kita dan membawa kita untuk mengasihi bersama Dia, dalam Dia dan seperti Dia; hanya berlaku demikian iman kita menjadi benar-benar "bekerja oleh kasih" (Gal 5:6), hanya berlaku demudian Dia tinggal di dalam kita (bdk. 1 Yoh 4:12).

Iman adalah memahami kebenaran dan mematuhinya (bdk. 1 Tim 2:4); amal adalah "berjalan" dalam kebenaran (bdk. Ef 4:15). Melalui iman kita masuk ke dalam persahabatan dengan Tuhan, melalui amal persahabatan ini dihidupkan dan ditumbuhkembangkan (bdk. Yoh 15:14dst). Iman menjadikan kita merangkul perintah Tuhan dan Guru kita; amal memberi kita kebahagiaan mempraktekkannya (bdk. Yoh 13:13-17). Dalam iman kita diperanakkan sebagai anak-anak Allah (bdk. Yoh 1:12dst); amal menjadikan kita bertekun secara nyata dalam keputraan ilahi kita, menghasilkan buah Roh Kudus (bdk. Gal 5:22). Iman memampukan kita untuk mengenali karunia yang telah dipercayakan Allah yang baik dan murah hati kepada kita; amal membuat mereka berbuah (bdk. Mat 25:14-30).
 
 3. Keterkaitan yang tak terpisahkan dari iman dan amal
Dalam terang di atas, jelaslah bahwa kita tidak pernah bisa memisahkan, apalagi dengan sendirinya mempertentangkan, iman dan amal. Kedua keutamaan teologis ini terkait erat, dan adalah menyesatkan untuk menempatkan perlawanan atau "dialektika" di antara mereka. Di satu sisi, akan terlalu sepihak untuk menempatkan penekanan kuat pada prioritas dan ketegasan iman serta merendahkan dan hampir-hampir meremehkan karya amal nyata, mengecilkan karya itu ke paham kemanusiaan yang samar-samar. Di sisi lain, meskipun, sama-sama tidak membantu untuk melebih-lebihkan keunggulan amal dan kegiatan yang dihasilkannya, seakan-akan karya bisa mengambil tempat iman. Bagi kehidupan rohani yang sehat, perlu untuk menghindari baik fideisme maupun aktivisme moral.

Kehidupan Kristiani mencakup secara terus-menerus pendakian gunung untuk berjumpa Allah dan kemudian turun kembali, memberikan kasih dan kekuatan yang diambil dari-Nya, agar supaya melayani saudara dan saudari kita dengan kasih Allah sendiri. Dalam Kitab Suci, kita melihat bagaimana semangat para Rasul untuk mewartakan Injil dan membangkitkan iman orang-orang terkait erat dengan kepedulian mereka yang bersifat amal untuk pelayanan kepada kaum miskin (bdk. Kis 6:1-4). Dalam Gereja, kontemplasi dan aksi, yang dilambangkan dalam beberapa cara oleh tokoh Injil, Maria dan Marta, harus saling berdampingan dan saling melengkapi (bdk. Luk 10:38-42). Hubungan dengan Allah harus selalu menjadi prioritas, dan setiap pembagian harta benda, dalam semangat Injil, harus berakar dalam iman (bdk. Audiensi Umum, 25 April 2012). Kadang-kadang kita cenderung, pada kenyataannya, mengecilkan istilah "amal" untuk solidaritas atau bantuan kemanusiaan belaka. Namun, penting diingat bahwa karya terbesar dari amal adalah evangelisasi, yang adalah "pemerintahan sabda". Tidak ada tindakan yang lebih bermanfaat - dan karena itu lebih beramal - terhadap salah seorang dari sesama daripada memecahkan roti sabda Allah, berbagi bersama Dia Kabar Baik akan Injil, memperkenalkan Dia kepada hubungan dengan Allah: evangelisasi adalah yang promosi tertinggi dan paling menyeluruh dari pribadi manusia. Sebagai hamba Allah Paus Paulus VI menulis dalam Ensiklik Populorum Progressio, pernyataan akan Kristus adalah penyumbang pertama dan utama bagi pembangunan (bdk. no. 16). Ini adalah kebenaran primordial kasih Allah bagi kita, yang hidup dan dinyatakan, yang membuka hidup kita untuk menerima kasih ini dan memungkinkan pengembangan menyeluruh dari kemanusiaan dan dari setiap orang (bdk. Caritas in Veritate, 8).

Pada dasarnya, segala sesuatu berasal dari Kasih dan cenderung menuju Kasih. Kasih Allah yang tanpa syarat dibuat kenal kepada kita melalui pewartaan Injil. Jika kita menyambutnya dengan iman, kita menerima kontak pertama dan sangat diperlukan dengan Yang Ilahi, mampu membuat kita "jatuh cinta dengan Kasih", dan kemudian kita tinggal di dalam Kasih ini, kita tumbuh di dalamnya dan kita dengan sukacita mengkomunikasikannya kepada orang lain.

Mengenai hubungan antara iman dan karya amal, ada bagian dalam Surat Efesus yang mungkin menyajikan catatan terbaik keterkaitan antara keduanya : "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya" (2:8-10). Dapat dilihat di sini bahwa prakarsa penebusan seluruhnya berasal dari Allah, dari kasih karunia-Nya, dari pengampunan-Nya yang diterima dalam iman; tetapi prakarsa ini, jauh dari pembatasan kebebasan kita dan tanggung jawab kita, sebenarnya adalah apa yang membuat mereka otentik dan mengarahkan mereka menuju karya amal. Ini terutama bukan hasil dari usaha manusia, yang di dalamnya mengandung kebanggaan, tetapi karya amal tersebut lahir dari iman dan karya amal itu mengalir dari kasih karunia yang diberikan Allah dalam kelimpahan. Iman tanpa perbuatan adalah seperti pohon tanpa buah: dua keutamaan saling memaknai. Masa Prapaskah mengundang kita, melalui praktek-praktek tradisional dari kehidupan Kristiani, memelihara iman kita dengan seksama dan memperbesar pendengaran akan sabda Allah serta dengan penerimaan sakramen-sakramen, dan pada saat yang sama bertumbuh dalam amal dan dalam kasih kepada Allah dan sesama, tidak sekedar melalui praktik puasa, pengampunan dosa dan derma.

4. Pengutamaan iman, keunggulan amal

Seperti setiap karunia Allah, iman dan amal memiliki asal mereka dalam tindakan Roh Kudus yang satu dan sama (bdk. 1 Kor 13), Roh dalam diri kita yang berseru "Abba, Bapa" (Gal 4:6), dan membuat kita berkata: "Yesus adalah Tuhan!" (1 Kor 12:3) dan "Maranatha!" (1 Kor 16:22, Why 22:20). Iman, sebagai karunia dan tanggapan, menjadikan kita mengetahui kebenaran Kristus sebagai Kasih yang menjelma dan disalibkan, sebagai ketaatan penuh dan sempurna pada kehendak dan rahmat ilahi yang tak terbatas terhadap sesama; iman tertanam dalam hati dan memikirkan keyakinan teguh bahwa hanya Kasih ini mampu menaklukkan kejahatan dan kematian. Iman mengajak kita untuk melihat ke masa depan dengan keutamaan harapan, dengan pengharapan yang pasti bahwa kemenangan kasih Kristus akan datang kepada penggenapannya. Untuk bagian ini, amal mengantar kita ke dalam kasih Allah yang terwujud dalam Kristus dan menggabungkan kita dalam cara yang bersifat pribadi dan nyata terhadap pemberian diri Yesus yang menyeluruh dan tanpa syarat kepada Bapa serta saudara dan saudari-Nya. Dengan memenuhi hati kita dengan kasih-Nya, Roh Kudus membuat kita mengambil bagian dalam pengabdian Yesus kepada Allah dan pengabdian persaudaraan bagi setiap orang (bdk. Rm 5:5).

Hubungan antara kedua keutamaan ini menyerupai antara dua sakramen dasariah Gereja: Baptis dan Ekaristi. Baptis (sacramentum fidei) mendahului Ekaristi (sacramentum caritatis), tetapi diarahkan kepadanya, Ekaristi menjadi kepenuhan perjalanan Kristiani. Dalam cara yang sama, iman mendahului amal, tetapi iman adalah sejati hanya jika dimahkotai oleh amal. Segala sesuatu dimulai dari penerimaan iman yang sederhana ("mengetahui bahwa manusia dikasihi oleh Allah"), tetapi harus sampai pada kebenaran amal ("mengetahui bagaimana untuk mengasihi Allah dan sesama"), yang tetap untuk selama-lamanya, sebagai pemenuhan semua keutamaan (bdk. 1 Kor 13:13).

Saudara dan saudari terkasih, dalam Masa Prapaskah ini, ketika kita mempersiapkan diri untuk merayakan peristiwa Salib dan Kebangkitan - di dalamnya kasih Allah menebus dunia dan menyorotkan cahayanya di atas sejarah - Saya mengungkapkan kehendak saya sehingga Anda semua dapat menghabiskan waktu berharga ini menyalakan kembali iman Anda dalam Yesus Kristus, agar supaya masuk bersama Dia ke dalam kasih dinamis bagi Bapa dan bagi setiap saudara dan saudari yang kita jumpai dalam kehidupan kita. Untuk maksud ini, saya memanjatkan doa saya kepada Allah, dan saya memohonkan berkat Tuhan atas setiap orang dan atas setiap komunitas!

Dari Vatikan, 15 Oktober 2012
BENEDIKTUS XVI

(diambil dari HIDUP)

Rabu, 13 Februari 2013 Hari Rabu Abu

Rabu, 13 Februari 2013
Hari Rabu Abu
- Hari Pantang dan Puasa

“Dengan kehendak-Nya yang Mahakuasa, Tuhan menyatakan keinginan-Nya agar pertobatan terbuka bagi setiap orang yang dicintai-Nya” (Paus Klemens II)

Antifon Pembuka (Keb 11:24.25.27)

Engkau menaruh belas kasih kepada semua orang, dan tidak membenci ciptaan-Mu, ya Tuhan. Engkau tidak memperhitungkan lagi dosa manusia bila ia bertobat. Engkau sayang akan mereka, sebab Engkaulah Tuhan Allah kami

Doa Pagi

Allah Bapa kami yang Maharahim, perkenankanlah semua pengikut Kristus memasuki Masa Prapaskah ini. Kuatkanlah kami agar mampu menentang kuasa kejahatan. Semoga kami dapat menyangkal diri dan menemukan kekuatan karena berpuasa dan berpantang.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Nubuat Yoel (2:12-18)
 
"Sekarang juga, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."

“Sekarang,” beginilah sabda Tuhan, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, lalu meninggalkan berkat menjadi kurban sajian dan kurban curahan bagi Tuhan, Allahmu. Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang lanjut usia, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya, dan pengantin perempuan dari kamar tidurnya. Baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan, menangis di antara balai depan mezbah, dan berkata, “Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa-bangsa: “Di mana Allah mereka?” Maka Tuhan menjadi cemburu karena tanah-Nya dan menaruh belas kasihan kepada umat-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
do = bes, 4/4, PS 812 (lih. MT Mg Prapaskah I Th. A) atau
do = f, 3/4, PS 813 (lih. MT Rabu Abu Th. A)
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
atau Ya Tuhanku, hapuslah dosaku.
atau Mohon ampun kami orang berdosa.
Ayat. (Mzm 51:3-6a.12-14-17; Ul: 3a)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu, hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab aku sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku. Terhadap Engkau sendirilah aku berdosa, yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
3. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam diriku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil Roh-Mu yang kudus dari padaku!
4. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku mewartakan puji-pujian kepada-Mu!

Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:20 - 6:2)
 
"Berilah dirimu didamaikan dengan Allah, sesungguhnya hari ini adalah hari penyelamatan."

Saudara-saudara, kami ini adalah utusan-utusan Kristus; seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Kristus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebab teman-teman sekerja, kami menasihati kamu supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima. Sebab Allah berfirman, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Camkanlah, saat inilah saat perkenanan itu; hari inilah hari penyelamatan itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Jangan kautegarkan hatimu; dengarkanlah suara Tuhan pada hari ini.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)
 
"Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan mengganjar engkau."

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi jika engkau berdoa masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
 
Renungan

Tahukah anda filosofi debu? Sebagian besar dari kita pasti akan mengernyitkan dahi sambil berkata, "Bagaimana mungkin dari abu atau debu ada sebuah kebijaksanaan! Bukankah debu itu identik dengan sesuatu yang kotor dan menjijikkan?" Dalam jumlah kecil, butiran-butiran debu memang dapat mengurangi kebersihan dan merusak kesehatan manusia. Namun, tidak dalam jumlah besar. Debu bahkan diperlukan, katakan saja sebagai media tumbuhnya tanam-tanaman, apalagi kalau debu yang dimaksud adalah debu dari letusan gunung berapi. Tak hanya menjadi media tumbuhnya tanam-tanaman saja, bahkan kumpulan debu itu bisa dibentuk menjadi beraneka macam benda sesuai dengan keinginan kita.

Hal itu hanya akan terjadi jika ia memiliki kandungan air. Kalau tidak percaya, amatilah struktur tanah liat. Bukankah tanah liat akan berguna jika ia basah dan lembab? Jika ia kering ia hanyalah butiran-butiran debu yang akan berterbangan jika ditiup angin. Singkatnya, debu hanyalah butiran-butiran yang tidak berguna, bahkan merugikan jika ia kering dan tidak lembab. Sebaliknya, debu akan sangat bermanfaat jika ia lembab dan basah. Ya, itulah filosofi debu.

Hari ini kita merayakan Rabu Abu, sebuah peringatan yang mengawali masa Prapaskah, masa pertobatan. Untuk menandai pertobatan itu, dahi atau kepala kita ditaburi debu. Selain menjadi tanda pertobatan, debu yang dilekatkan di dahi atau kepala adalah tanda bahwa kita ini penuh dengan kotoran dosa. Dengan maksud itu kita sebenarnya sedang diajar menyadari bahka kita ini manusia yang rapuh, manusia yang martabatnya rendah karena dosa dan kesalahan. Kita ibarat butiran-butiran debu kering yang tak berguna. Masa Prapaskah ini adalah masa di mana kita sedang mengharapkan embun bahkan air sebagai tanda pengampunan dari Bapa. Air inilah yang akan membuat kita butiran debu kering ini menjadi lebih berharga. Air pengampunan itu jugalah yang akan memudahkan Tuhan untuk membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Untuk menerima pengampunan yang berasal dari Bapa itu, Injil hari ini mengajarkan jalan-jalannya. Ada 3 jalan yang ditawarkan oleh Injil yakni doa, sedekah dan puasa. Jalan inilah yang wajib dilakukan oleh orang yang sungguh-sungguh mau bertobat. Ketiga jalan itu pasti akan membawa para pelakunya sampai pada Bapa dan menerima pengampunan-Nya. Betapa luhur ketiga jalan tersebut. Karenanya Yesus mengingatkan agar kita tidak menjadikan ketiga jalan itu topeng kemunafikan. Hal itu tampak apabila doa, sedekah dan puasa yang kita lakukan digerakkan semata-mata oleh semangat untuk pamer, untuk mengejar pujian serta pengakuan dari sesama. Alih-alih mendapat pengampunan dari Bapa, orang-orang yang berbuat demikian hanya akan menambah perbendaharaan dosanya.

Kita hanyalah kumpulan debu yang tidak ada artinya. Namun, kita harus percaya bahwa Tuhan tetap mengasihi kita. Ia telah menganugerahkan saat untuk bertobat, saat di mana Ia akan mengangkat derajat kita yang telah rusak oleh dosa. Karena itu, mari kita gunakan waktu ini dengan sungguh-sungguh.

RUAH

Selasa, 12 Februari, 2013 Hari Biasa Pekan V

Selasa, 12 Februari, 2013
Hari Biasa Pekan V

“Aku tak lagi memiliki apa pun, Allah yang baik dapat memanggilku kapan pun Ia kehendaki” (St. Yohanes Maria Vianey)


Antifon Pembuka (Mzm 8:2a)

Tuhan Allah kami, betapa mulia nama-Mu di seluruh dunia!

Doa Pagi

Allah pencipta langit dan bumi, sungguh besar kuasa-Mu atas bumi dan segala ciptaan-Mu. Semoga keindahan segala makhluk di bumi ini memberi semangat kepadaku untuk memelihara dan selalu bersyukur atas anugerah yang boleh kuterima hari ini. Terpujilah Engkau, kini dan sepanjang masa. Amin.

Seluruh kisah penciptaan mencapai puncaknya pada penciptaan manusia. Manusia diciptakan, laki-laki dan perempuan, menurut gambar-Nya. Artinya, manusia menjadi wakil Tuhan di atas bumi ini.

Bacaan dari Kitab Kejadian (1:20-2:4a)

  
"Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita."
  
Ketika menciptakan alam semesta, Allah bersabda, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, sabda-Nya, “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” Jadilah petang dan pagi: hari kelima. Bersabdalah Allah, “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata serta segala jenis binatang liar.” Dan jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar, segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Bersabdalah Allah, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara; atas ternak dan atas seluruh bumi, serta atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya; menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah bersabda kepada mereka, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Bersabdalah Allah, “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji. Itulah akan menjadi makananmu. Sedang kepada segala binatang di bumi dan burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demiian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari keenam. Demikianlah diselesaikan langit dan bumi beserta segala isinya. Pada hari ketujuh Allah telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu. Maka brhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 832
Ref.
Betapa megah nama-Mu Tuhan, di seluruh bumi.
Ayat.
(Mzm 8:4-5.6-7.8-9; R: 2) 1. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kaupasang: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kaumahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas perbuatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan di bawah kakinya.
3. Domba, sapi dan ternak semuanya, hewan di padang dan margasatwa; burung di udara dan ikan di laut, dan semua yang melintasi arus lautan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Condongkanlah hatiku kepada perintah-Mu, ya Allah dan kurniakanlah hukum-Mu kepadaku

Yesus mengkritik praktik hidup munafik sekelompok orang Farisi dan ahli Taurat. Pertama, karena mereka ini lebih suka memerhatikan praktik-praktik lahiriah yang kelihatan, tetapi lupa mengolah dengan baik apa yang lebih penting, yakni apa yang ada dalam hati. Kedua, karena mereka mencoba menafsirkan hukum sedemikian rupa sehingga mendatangkan keuntungan bagi mereka sendiri.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:1-13)

 
"Kamu mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
 
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati!’ Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya. Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan!”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Ketakutan mengubah adat istiadat kerapkali menjadi penghalang serius penghayatan keagamaan. Mengapa? Karena setiap zaman membuka rahmatnya sendiri, setiap waktu membawa berkatnya sendiri; dan kita diminta untuk membaca tanda-tanda zaman. Apakah kita termasuk orang konservatif mapan yang takut dengan perubahan?

Doa Malam


Tuhan Yesus, berkenanlah hadir dalam diriku, dalam kesadaranku dan seluruh adaku, agar aku dapat berbuat sesuatu dan bertutur kata sesuai dengan kehendak-Mu. Terimalah persembahanku hari ini, agar dari jiwa dan raga terlahir buah-buah yang baik dalam kehidupanku. Amin.
 

RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy