silahkan klik gambar untuk memperbesar
Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Jumat, 29 Maret 2013 Hari Jumat Agung --- Memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan
Jumat, 29 Maret 2013
Hari Jumat Agung --- Memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan
Kristus memberikan darah dan air dari lambung-Nya dan membentuk Gereja --- St. Yohanes Krisostomus
Doa
Ingatlah, ya Allah Bapa, akan belas kasih-Mu. Kuduskanlah dan lindungilah selalu hamba-hamba-Mu. Bagi merekalah Kristus, Putra-Mu, telah memulai misteri Paskah dengan penumpahan darah-Nya. Dialah Tuhan, yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa.
Hari Jumat Agung --- Memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan
Kristus memberikan darah dan air dari lambung-Nya dan membentuk Gereja --- St. Yohanes Krisostomus
Doa
Ingatlah, ya Allah Bapa, akan belas kasih-Mu. Kuduskanlah dan lindungilah selalu hamba-hamba-Mu. Bagi merekalah Kristus, Putra-Mu, telah memulai misteri Paskah dengan penumpahan darah-Nya. Dialah Tuhan, yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa.
Prayer
Re- member your mercies, O Lord, and with your eternal protection sanctify your ser- vants, for whom Christ your Son, by the shedding of his Blood, established the Paschal Mys-ter- y. Who lives and reigns for ev-er and ev-er. A-men.
Bacaan dari Kitab Yesaya (52:13-53:12)
"Ia ditikam karena kedurhakaan kita."
Beginilah firman Tuhan, “Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil! Ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan! Seperti banyak orang tertegun melihat dia – rupanya begitu buruk, tidak seperti manusia lagi, dan tampaknya tidak seperti anak manusia lagi,-- demikianlah ia membuat tercengang banyak bangsa, dan raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia! Sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan yang tidak mereka dengar akan mereka pahami. Maka mereka berkata: Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan? Sebagai taruk Hamba Yahwe tumbuh di hadapan Tuhan, dan sebagai tunas ia muncul dari tanah kering. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan, dan biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia, dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Ia tidak tampan, dan semarak pun tidak ada padanya, sehingga kita tidak tertarik untuk memandang dia; dan rupanya pun tidak menarik, sehingga kita tidak terangsang untuk menginginkannya. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Sesungguhnya dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita, ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing mengambil jalan sendiri! Tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas, dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dank arena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan waktu mati ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan, dan tipu tidak ada di dalam mulutnya. Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan, dan apabila ia menyerahkan dirinya sebagai kurban silih, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana karena dia. Sesudah kesusahan jiwanya, ia akan melihat terang dan menjadi puas. Sebab Tuhan berfirman, Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan. Ini semua sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dank arena ia terhitung di antara para pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang, dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 820
Ref. Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, Kupercayakan jiwaku.
Ayat. (Mzm 31: 2.6.12-13.15-16.17.25; R: Luk 23:46)
1. Pada-Mu ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, Ya Tuhan Allah yang setia.
2. Di hadapan semua lawanku aku bercela, tetangga-tetanggaku merasa jijik. Para kenalanku merasa nyeri; mereka yang melihat aku cepat-cepat menyingkir, Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati. Telah menjadi seperti barang yang pecah.
3. Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya, Aku berkata, "Engkaulah Allahku!". Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari musuh-musuhku dan bebaskan dari orang-orang yang mengejarku!
4. Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap hatimu.
Responsorial Psalm
Ref. Father, into your hands I commend my spirit.
(Ps 31:2, 6, 12-13, 15-16, 17, 25)
1. In you, O LORD, I take refuge; let me never be put to shame. In your justice rescue me. Into your hands I commend my spirit; you will redeem me, O LORD, O faithful God.
2. For all my foes I am an object of reproach, a laughingstock to my neighbors, and a dread to my friends; they who see me abroad flee from me. I am forgotten like the unremembered dead; I am like a dish that is broken.
3. But my trust is in you, O LORD; I say, “You are my God. In your hands is my destiny; rescue me from the clutches of my enemies and my persecutors.”
4. Let your face shine upon your servant; save me in your kindness. Take courage and be stouthearted, all you who hope in the LORD.
2. For all my foes I am an object of reproach, a laughingstock to my neighbors, and a dread to my friends; they who see me abroad flee from me. I am forgotten like the unremembered dead; I am like a dish that is broken.
3. But my trust is in you, O LORD; I say, “You are my God. In your hands is my destiny; rescue me from the clutches of my enemies and my persecutors.”
4. Let your face shine upon your servant; save me in your kindness. Take courage and be stouthearted, all you who hope in the LORD.
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (4:14-16; 5:7-9)
"Yesus tetap taat dan menjadi sumber keselamatan abadi bagi semua orang yang patuh kepada-Nya."
Saudara-saudara, kita sekarang mempunyai Imam Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah. Maka baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Agung yang kita punya, bukanlah imam agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan kita! Sebaliknya Ia sama dengan kita! Ia telah dicobai, hanya saja tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya. Dalam hidupnya sebagai manusia, Yesus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut; dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan. Akan tetapi sekalipun Anak, Ia telah belajar menjadi taat; ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya! Dan sesudah mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = es, PS 966
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan Sang Raja kemuliaan kekal.
Ayat. (Flp 2:8-9)
Kristus taat untuk kita sampai wafat-Nya di salib. Dari sebab itulah Allah mengagungkan Dia. Nama yang paling luhur dianugerahkan kepada-Nya.
Gospel Acclamation
Ref. Glory to you, Word of God, Lord Jesus Christ!
Christ became obedient to the point of death, even death on a cross. Because of this, God greatly exalted him and bestowed on him the name which is above every other name (Phil 2:8-9)
BACAAN INJIL
Y: Yesus ; S: Semua Rakyat ; Pi: Pilatus ; Pe: Petrus ; N: Naracerita ;W: Suara Wanita ; H: Hamba
Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Yohanes (18:1-9:42)
Y: Yesus ; S: Semua Rakyat ; Pi: Pilatus ; Pe: Petrus ; N: Naracerita ;W: Suara Wanita ; H: Hamba
P A S S I O
Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Yohanes (18:1-9:42)
MEREKA MENANGKAP YESUS DAN MEMBELENGGUNYA
N. Seusai perjamuan Paskah, keluarlah Yesus dari ruang perjamuan bersama dengan murid-murid-Nya, dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman. Yesus masuk ke taman itu bersama dengan murid-murid-Nya. Yudas, yang mengkhianati Yesus tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Maka datanglah juga Yudas ke situ bersama sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Mereka datang lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. Yesus tahu semua yang akan menimpa diri-Nya. Maka Ia maju ke depan dan berkata kepada mereka,
Y. “Siapakah yang kamu cari?”
N. Jawab mereka,
S. “Yesus dari Nazaret.”
N. Kata Yesus kepada mereka,
Y. “Akulah Dia.”
N. Yudas yang mengkhianati Yesus berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ketika Yesus berkata kepada mereka: “Akulah Dia”, mundurlah mereka, dan jatuh ke tanah. Maka Yesus bertanya pula,
Y. “Siapakah yang kamu cari?”
N. Jawab mereka,
S. “Yesus dari Nazaret”.
N. Jawab Yesus,
Y. “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.”
N. Demikian terjadi supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: “Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorang pun yang Kubiarkan hilang.” Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, dan menetakkannya kepada hamba Imam Agung dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus,
Y. “Sarungkan pedangmu itu! Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?”
YESUS DIBAWA DULU KE ISTANA HANAS
N. Maka para prajurit serta perwiranya, dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa Yesus mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Agung; dan Kayafaslah yang telah menasihatkan kepada orang-orang Yahudi: “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.” Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Agung dan ia masuk ke halaman istana Imam Agung. Tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Agung, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu, lalu membawa Petrus masuk. Maka kata perempuan penjaga pintu itu kepada Petrus,
W. “Bukankah engkau juga murid orang itu?”
N. Jawab Petrus,
Pe. “Bukan!”
N. Sementara itu hamba-hamba dan para penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawanya dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Petrus pun berdiri berdiang di situ. Petrus pun berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka. Maka mulailah Imam Agung menanyai Yesus tentang para murid dan tentang ajaran-Nya. Jawab Yesus kepadanya,
Y. “Aku berbicara terus terang kepada dunia! Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan.”
N. Ketika Yesus berkata demikian, seorang penjaga yang berdiri di situ menampar muka Yesus sambil berkata,
H. “Begitukah jawab-Mu kepada Imam Agung?”
N. Jawab Yesus kepadanya,
Y. “Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau benar, mengapa engkau menampar Aku?”
"BUKANKAH ENGKAU JUGA SEORANG MURID YESUS?" - "BUKAN!"
N. Lalu Hanas mengirim Yesus terbelenggu kepada Kayafas, Imam Agung. Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya,
S. “Bukankah engkau juga seorang murid Yesus?”
N. Petrus menyangkalnya, katanya,
Pe. “Bukan!”
N. Salah seorang hamba Imam Agung, keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus, berkata kepadanya,
H. “Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Yesus?”
N. Maka Petrus menyangkal lagi dan ketika itu berkokoklah ayam.
N. Keesokan harinya mereka
membawa Yesus dari istana Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari
masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu,
supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. Sebab
itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata,
Pi. “Apakah tuduhanmu terhadap orang ini?”
N. Jawab mereka kepadanya,
S. “Jikalau Ia bukan penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!”
N. Kata Pilatus kepada mereka:
Pi. “Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.”
N. Kata orang-orang Yahudi itu:
S. “Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.”
N. Demikianlah terjadi supaya genaplah firman Yesus yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Ia akan mati. Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya,
Pi. “Engkau inikah raja orang Yahudi?”
N. Jawab Yesus,
Y. “Dari hatimu sendirikah engkau katakan hal itu? Ataukah adakah orang lain yang mengatakan kepadamu tentang Aku?”
N. Kata Pilatus,
Pi. “Orang Yahudikah aku? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala telah menyerahkan Engkau kepadaku, apakah yang telah Engkau perbuat?”
N. Jawab Yesus,
Y. “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini! Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku sudah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi. Akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.”
N. Maka kata Pilatus kepada-Nya:
Pi. “Jadi Engkau adalah raja?”
N. Jawab Yesus,
Y. “Seperti yang kaukatakan, Aku adalah raja! Untuk itulah Aku lahir, dan untuk itulah Aku datang ke dunia ini, yakni untuk memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”
N. Kata Pilatus kepada-Nya:
Pi. “Apakah kebenaran itu?”
N. Sesudah mengatakan demikian, Pilatus keluar lagi mendapatkan orang-orang Yahudi, dan berkata kepada mereka,
Pi. “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Tetapi padamu ada kebiasaan, bahwa pada hari raya Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi ini bagimu?”
N. Mereka pun berteriak,
S. “Jangan Dia, melainkan Barabas!”
N. Barabas adalah seorang penyamun.
"SALAM, YA RAJA BANGSA YAHUDI"
N. Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri, dan menaruhnya di atas kepala Yesus. Mereka mengenakan jubah ungu pada-Nya, dan sambil maju ke depan mereka berkata,
S. “Salam, hai raja orang Yahudi!”
N. Lalu mereka menampar wajah Yesus. Pilatus keluar lagi dan berkata kepada orang-orang Yahudi,
Pi. “Lihatlah aku membawa Dia keluar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.”
N. Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka,
Pi. “Lihatlah manusia ini!”
Pi. “Apakah tuduhanmu terhadap orang ini?”
N. Jawab mereka kepadanya,
S. “Jikalau Ia bukan penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!”
N. Kata Pilatus kepada mereka:
Pi. “Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.”
N. Kata orang-orang Yahudi itu:
S. “Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.”
N. Demikianlah terjadi supaya genaplah firman Yesus yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Ia akan mati. Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya,
Pi. “Engkau inikah raja orang Yahudi?”
N. Jawab Yesus,
Y. “Dari hatimu sendirikah engkau katakan hal itu? Ataukah adakah orang lain yang mengatakan kepadamu tentang Aku?”
N. Kata Pilatus,
Pi. “Orang Yahudikah aku? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala telah menyerahkan Engkau kepadaku, apakah yang telah Engkau perbuat?”
N. Jawab Yesus,
Y. “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini! Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku sudah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi. Akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.”
N. Maka kata Pilatus kepada-Nya:
Pi. “Jadi Engkau adalah raja?”
N. Jawab Yesus,
Y. “Seperti yang kaukatakan, Aku adalah raja! Untuk itulah Aku lahir, dan untuk itulah Aku datang ke dunia ini, yakni untuk memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”
N. Kata Pilatus kepada-Nya:
Pi. “Apakah kebenaran itu?”
N. Sesudah mengatakan demikian, Pilatus keluar lagi mendapatkan orang-orang Yahudi, dan berkata kepada mereka,
Pi. “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Tetapi padamu ada kebiasaan, bahwa pada hari raya Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi ini bagimu?”
N. Mereka pun berteriak,
S. “Jangan Dia, melainkan Barabas!”
N. Barabas adalah seorang penyamun.
"SALAM, YA RAJA BANGSA YAHUDI"
N. Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri, dan menaruhnya di atas kepala Yesus. Mereka mengenakan jubah ungu pada-Nya, dan sambil maju ke depan mereka berkata,
S. “Salam, hai raja orang Yahudi!”
N. Lalu mereka menampar wajah Yesus. Pilatus keluar lagi dan berkata kepada orang-orang Yahudi,
Pi. “Lihatlah aku membawa Dia keluar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.”
N. Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka,
Pi. “Lihatlah manusia ini!”
N. Ketika para imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Yesus, berteriaklah mereka,
S. “Salibkan Dia, salibkan Dia!”
N. Kata Pilatus kepada mereka,
Pi. “Ambil saja sendiri dan salibkanlah Dia! Sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.”
N. Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya,
S. “Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.”
N. Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia. Lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan, dan berkata kepada Yesus,
Pi. “dari manakah asal-Mu?”
N. Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. Maka kata Pilatus,
Pi. “Tidakkah Engkau mau berbicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?”
N. Yesus menjawab,
Y. “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan dari atas. Sebab itu, dia yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”
"ENYAHKANLAH DIA! ENYAHKANLAH DIA! SALIBKAN DIA!"
N. Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus, tetapi orang-orang Yahudi berteriak,
S. “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap diri raja, melawan Kaisar.”
N. Ketika mendengar perkataan itu, Pilatus menyuruh Yesus ke luar. Lalu ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani: Gabata. Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam duabelas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu,
Pi. “Inilah rajamu!”
N. Maka berteriaklah mereka,
S. “Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!”
N. Kata Pilatus kepada mereka:
Pi. “Haruskah aku menyalibkan rajamu?”
N. Jawab imam-imam kepala,
S. “Kami tidak mempunyai raja, selain Kaisar!”
N. Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Dan mereka menerima Yesus.
S. “Salibkan Dia, salibkan Dia!”
N. Kata Pilatus kepada mereka,
Pi. “Ambil saja sendiri dan salibkanlah Dia! Sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.”
N. Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya,
S. “Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.”
N. Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia. Lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan, dan berkata kepada Yesus,
Pi. “dari manakah asal-Mu?”
N. Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. Maka kata Pilatus,
Pi. “Tidakkah Engkau mau berbicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?”
N. Yesus menjawab,
Y. “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan dari atas. Sebab itu, dia yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”
"ENYAHKANLAH DIA! ENYAHKANLAH DIA! SALIBKAN DIA!"
N. Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus, tetapi orang-orang Yahudi berteriak,
S. “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap diri raja, melawan Kaisar.”
N. Ketika mendengar perkataan itu, Pilatus menyuruh Yesus ke luar. Lalu ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani: Gabata. Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam duabelas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu,
Pi. “Inilah rajamu!”
N. Maka berteriaklah mereka,
S. “Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!”
N. Kata Pilatus kepada mereka:
Pi. “Haruskah aku menyalibkan rajamu?”
N. Jawab imam-imam kepala,
S. “Kami tidak mempunyai raja, selain Kaisar!”
N. Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Dan mereka menerima Yesus.
"YESUS DISALIBKAN BERSAMA DUA ORANG LAIN"
N. Sambil memikul salib-Nya, Yesus dibawa ke luar, ke tempat yang bernama Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Di situ Yesus disalibkan, dan bersama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah menyebelah, Yesus di tengah-tengah. Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: “Yesus Orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Banyak orang Yahudi membaca tulisan itu, sebab tempat Yesus disalibkan itu letaknya dekat kota, dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, Latin dan Yunani. Maka kata imam-imam kepala kepada Pilatus, “Jangan engkau menulis: “Raja orang Yahudi, tetapi: Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.”
N. Jawab Pilatus,
Pi. “Apa yang kutulis, tetap tertulis.”
"MEREKA MEMBAGI-BAGI PAKAIANKU"
N. Setelah prajurit-prajurit menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian Yesus, lalu membaginya menjadi empat bagian, masing-masing prajurit satu bagian. Jubah Yesus pun mereka ambil. Tetapi jubah itu tidak berjahit, dari atas sampai ke bawah merupakan satu tenunan utuh. Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain, “Janganlah kita membagi jubah ini menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.”
N. Demikianlah terjadi supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: “Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka, dan membuang undi atas jubah-Ku.” Hal itu telah dilakukan oleh prajurit-prajurit itu.
“ITULAH ANAKMU” - “ITULAH IBUMU”
N. Di dekat salib Yesus berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang Ia kasihi disampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya:
Y. “Ibu, inilah anakmu!”
N. Dan kemudian kata-Nya kepada murid itu, “
Y. Inilah ibumu!”
N. Dan sejak saat itu murid itu menerima Maria di dalam rumahnya.
"SELESAILAH SUDAH"
N. Sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, --
Y. “Aku haus!”
N. Di situ ada suatu buli-buli penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang pada sebatang hisop, mencelupkannya dalam anggur asam itu, lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah meminum anggur asam itu, berkatalah Yesus,
Y. “Sudahlah selesai.”
N. Lalu Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.
"SEGERA DARAH DAN AIR MENGALIR KELUAR"
N. Karena hari itu adalah hari persiapan Paskah, dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab Sabat itu adalah hari yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan, dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit, lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya. Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung Yesus dengan tombak, dan segera mengalirlah darah serta air keluar. Dan orang yang melihat sendiri hal itu yang memberi kesaksian ini, dan benarlah kesaksiannya. Dan ia tahu bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan; dan nas lain yang mengatakan: Mereka akan memandang Dia yang telah mereka tikam.
'JENAZAH YESUS DIBUNGKUS DENGAN KAIN KAFAN DAN DIBUBUHI DENGAN WANGI-WANGIAN"
N. Sesudah itu Yusuf dari Arimatea (Yusuf ini adalah seorang murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi) meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan jenazah Yesus. Pilatus meluluskan permintaan Yusuf. Maka datanglah Yusuf dan menurunkan jenazah Yesus. Juga Nikodemus datang di situ. Dialah yang dulu datang malam-malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil jenazah Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adapt pemakaman orang Yahudi. Di dekat tempat Yesus disalibkan itu ada suatu taman, dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan Paskah orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka membaringkan jenazah Yesus di situ.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
N. Sambil memikul salib-Nya, Yesus dibawa ke luar, ke tempat yang bernama Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Di situ Yesus disalibkan, dan bersama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah menyebelah, Yesus di tengah-tengah. Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: “Yesus Orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Banyak orang Yahudi membaca tulisan itu, sebab tempat Yesus disalibkan itu letaknya dekat kota, dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, Latin dan Yunani. Maka kata imam-imam kepala kepada Pilatus, “Jangan engkau menulis: “Raja orang Yahudi, tetapi: Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.”
N. Jawab Pilatus,
Pi. “Apa yang kutulis, tetap tertulis.”
"MEREKA MEMBAGI-BAGI PAKAIANKU"
N. Setelah prajurit-prajurit menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian Yesus, lalu membaginya menjadi empat bagian, masing-masing prajurit satu bagian. Jubah Yesus pun mereka ambil. Tetapi jubah itu tidak berjahit, dari atas sampai ke bawah merupakan satu tenunan utuh. Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain, “Janganlah kita membagi jubah ini menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.”
N. Demikianlah terjadi supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: “Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka, dan membuang undi atas jubah-Ku.” Hal itu telah dilakukan oleh prajurit-prajurit itu.
“ITULAH ANAKMU” - “ITULAH IBUMU”
N. Di dekat salib Yesus berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang Ia kasihi disampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya:
Y. “Ibu, inilah anakmu!”
N. Dan kemudian kata-Nya kepada murid itu, “
Y. Inilah ibumu!”
N. Dan sejak saat itu murid itu menerima Maria di dalam rumahnya.
"SELESAILAH SUDAH"
N. Sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, --
Y. “Aku haus!”
N. Di situ ada suatu buli-buli penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang pada sebatang hisop, mencelupkannya dalam anggur asam itu, lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah meminum anggur asam itu, berkatalah Yesus,
Y. “Sudahlah selesai.”
N. Lalu Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.
………………..(Semua hening sejenak merenungkan wafat Tuhan)…………
"SEGERA DARAH DAN AIR MENGALIR KELUAR"
N. Karena hari itu adalah hari persiapan Paskah, dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab Sabat itu adalah hari yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan, dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit, lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya. Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung Yesus dengan tombak, dan segera mengalirlah darah serta air keluar. Dan orang yang melihat sendiri hal itu yang memberi kesaksian ini, dan benarlah kesaksiannya. Dan ia tahu bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan; dan nas lain yang mengatakan: Mereka akan memandang Dia yang telah mereka tikam.
'JENAZAH YESUS DIBUNGKUS DENGAN KAIN KAFAN DAN DIBUBUHI DENGAN WANGI-WANGIAN"
N. Sesudah itu Yusuf dari Arimatea (Yusuf ini adalah seorang murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi) meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan jenazah Yesus. Pilatus meluluskan permintaan Yusuf. Maka datanglah Yusuf dan menurunkan jenazah Yesus. Juga Nikodemus datang di situ. Dialah yang dulu datang malam-malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil jenazah Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adapt pemakaman orang Yahudi. Di dekat tempat Yesus disalibkan itu ada suatu taman, dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan Paskah orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka membaringkan jenazah Yesus di situ.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Injil yang kita dengarkan hari ini sangat panjang, lebih panjang dari bacaan Injil mana pun yang biasa dibacakan di gereja dalam upacara liturgi kita. Ya, kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Injil Yohanes. Pada umumnya, di banyak tempat, kisah sengsara ini tidak dibacakan secara biasa, tetapi dinyanyikan dengan pemeranan oleh tiga orang. Berkaitan dengan hal-hal itu saja bisa segera muncul pertanyaan lagi: mengapa? Nampaknya tidak berlebihan kalau saya katakan bahwa itu terjadi karena Kisah Sengsara begitu istimewa.
Begitu istimewanya kisah ini hingga menjadi matakuliah tersendiri di tempat saya belajar. Di tempat lain, bahkan dipelajari secara lebih luas dan mendalam. Belum lagi fakta bahwa keempat penginjil memandang penting peristiwa ini, tak ada satu pun penginjil yang tak memuatnya dalam Injilnya. Tetapi yang sungguh-sungguh membuatnya istimewa adalah kisah itu sendiri, kebenaran yang ditunjukkannya. Betapa Yesus yang sesungguhnya penuh kuasa membiarkan diri-Nya dikhianati, digiring ke pengadilan yang tidak adil, disiksa, disangkal, dihina, dilecehkan dan dibunuh. Untuk apa? Untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya menyelamatkan kita, manusia yang berdosa. Dia yang tak berdosa menderita bagi kita yang berdosa. Sang Kebenaran disalahkan oleh orang-orang yang bersalah. Sang Penyelamat wafat di tangan orang-orang yang tak mau menerima keselamatan. Injil hari ini mengajarkan kebenaran iman kita.
Kalau begitu istimewa dan mengajarkan kebenaran, mengapa banyak orang tidak percaya? Jawabannya pada kata-kata Yesus sendiri, “Setiap orang yang berasal dari kebenaran
RUAH
Malam Paskah 2013
MALAM
PASKAH/C – 31 MARET 2013
Paskah merupakan Hari Raya Kebangkitan Kristus, yang
rangkaian perayaannya telah kita awali dengan Malam Kamis Putih yang lalu
sebagai kenangan akan Yesus yang mengadakan Perjamuan Malam Terakhir bersama
murid-murid-Nya. Kemarin, kita juga telah merayakan Jumat Agung untuk
mengenangkan wafat Yesus. Saat ini, tiba saatnya kita merayakan
kebangkitan-Nya. Ketiga rangkaian Tri Hari Suci ini meneguhkan iman kita bahwa
dengan wafat-Nya, Kristus menghacurkan kematian; dan dengan kebangkitan-Nya, Ia
memulihkan serta memperharui kehidupan (bdk. Anamnese 3).
Inilah warta keselamatan bagi kita. Berkat Misteri Paskah
Kristus, dosa, maut, dan kematian telah dikalahkan sehingga tidak dapat
menguasai kita lagi. Sebaliknya, kepada kita dianugerahkan keselamatan dan
hidup yang baru. Oleh karena itu, makna terdalam dari Perayaan Paskah adalah
pembaruan hidup, sebagaimana dinyatakan dalam bacaan Epistola. “Seperti halnya,
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4). Bagi kita, pembaruan
hidup itulah yang akan membuahkan keselamatan.
Rangkaian bacaan, mulai dari Kisah Penciptaan sampai Kisah
Kebangkitan Yesus, menggambarkan bahwa Allah terus-menerus berkarya untuk
memperbarui hidup kita dan juga alam semesta. Pada awal mula, ketika alam
semesta ini belum berbentuk, masih kosong, dan gelap gulita, Allah
menciptakannya secara baru. Diciptakanlah terang sebagai ciptaan yang pertama
(Kej 1:3-5). Sebab, dengan terang itu, akan terlihat dengan jelas
langkah-langkah pembaruan untuk selanjutnya sehingga semua menjadi baik adanya
(Kej 1:4,10,12,18,2125), bahkan sungguh amat baik (Kej 1:31). Manusia (kita),
diciptakan oleh Allah secara istimewa, sesuai gambar dan rupa Allah.
Manusia yang secitra dengan Allah, ternyata tidak luput dari
kerapuhan, dosa dan derita. Namun, Tuhan Allah tetap mencitainya. Ia berkenan
membebaskan manusia dari dosa dan derita serta menuntunnya menuju tempat baru
yang aman, makmur dan sejahtera. Inilah yang digambarkan dalam kisah pembebasan
bangsa Israel dari penderitaan di Mesar. Dalam perjalanan itu, ketika mereka
mengalami kebuntuan, Tuhan membuka jalan dengan membelah Laut Merah. Ketika
mereka terancam bahaya oleh bala tentara Mesir, Tuhan melindungi dan
menyelamatkan.
Kalau Tuhan selalu mengerjakan karya-karya cinta kasih untuk
memperbarui dan menyelamatkan kita, bagaimanakah sikap kita yang seharusnya?
Nabi Yesaya mengajak kita, “Carilah
Tuhan, selama Ia dapat ditemukan; berserulah kepada-Nya, selama Ia dekat.
Hendaknya si jahat meninggalkan jalannya, dan si fasik melepaskan
angan-angannya. Hendaklah ia berbalik kepada Tuhan, yang akan berkasihan
kepadanya; hendaknya ia berbalik kepada Allah kita, sebab dengan murah Allah
mengampuni.”
(Yes 55:6-7). Kita diajak untuk mencari Yesus seperti yang dilakukan oleh Maria
Magdalena, Yohana, Maria ibu Yesus dan wanita-wanita yang lain dalam kisah
Injil.
Dikisahkan dalam Injil tadi, para wanita pergi ke makam untuk
mencari Yesus, yang sudah tiga hari dimakamkan. Kepergian mereka tidak hanya
spontan, tetapi sungguh direncanakan dan disiapkan. Mereka telah kangsenan satu dengan yang lain dan
menyiapkan rempah-rempah. Namun, setelah mereka sampai di makam dan tidak
menemukan Yesus, mereka menjadi sangat kebingungan. Di tengah kebingunan
mereka, dua orang berpakaian putih menemui mereka dan berkata, “Mengapa kamu
mencari yang hidup di antara orang mati. Dia tidak lagi di sini. Dia sudah
bangkit”.
Yesus bangkit berarti Ia hidup, hadir, dan menyertai kita.
Inilah kata-kata Yesus setelah kebangkitan-Nya dalam Injil Matius dan Markus,
“… ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat
28:20; bdk. Mrk 16:20). Dengan kebangkitan-Nya, Yesus tidak lagi hadir secara
fisik seperti yang dialami para murid sebelum wafat-Nya. Kebangkitan
membuat-Nya mengatasi ruang dan waktu. Ia tidak hanya hadir di Nazaret,
Galilea, Kepernaum, Kana, Yerusalem, dan wilayah-wilayah Palestina yang lain.
Kebangkitan membuat Yesus hadir secara universal: kapan pun, di mana pun dan
dalam keadaan apa pun, Ia selalu hadir menyertai kita.
Nah, kalau Yesus selalu hadir dan menyertai kita, lalu apa
makna mencari Yesus? Para wanita yang mencari Yesus di makam, tidak menemukan
Dia sehingga mereka bingung karena mereka tidak ingat akan sabda Tuhan. Baru
setelah diingatkan oleh kedua orang yang menemuinya, “Mereka pun teringat
kembali akan perkataan Yesus itu”. Setelah ingat, mereka percaya dan
menceritakan (mewartakan) kepada para murid dan semua orang lain yang dijumpai.
Sementara itu, Petrus, setelah mendengarkan cerita wanita-wanita tersebut, ia
tidak percaya. Petrus segera lari ke makam dan tidak menemukan Yesus di sana.
“Ia pun kembali dan keheran-heranan memikirkan apa yang terjadi”. Kalimat ini,
dalam Kitab Suci LAI, ditulis, “Lalu ia pergi, dan bertanya dalam hatinya, apa
yang kiranya telah terjadi” (Luk 24:12). Jadi, yang dilakukan Petrus adalah
memikirkan, bertanya dalam hati, merenungkan.
Dari kedua pengalaman tersebut, yakni pengalaman para wanita
dan pengalaman Petrus, mereka tidak menemukan Yesus di makam. Mereka menemukan
Yesus dalam kesadaran, yakni ketika mereka mengingat, memikirkan, dan bertanya
dalam hati. Kiranya, ini pulalah cara yang harus kita lakukan untuk mencari dan
menemukan Yesus, yakni selalu berusaha menyadari kehadiran dan penyertaan-Nya
dalam kehidupan kita. Untuk itu, perayaan Paskah, di mana kita merayakan
Kristus yang hidup, hadir dan menyertai kita, mengundang kita untuk melatih dan
meningkatkan kepekaan dan kesadaran kita akan kehadiran Tuhan. Bagaimana
caranya? Tentu saja semakin meningkatkan keheningan dan doa, karena pada saat
itulah kita secara khusus mengasah kepekaan kita akan kehadiran, sabda, dan
bimbingan Tuhan.
Namun, dengan keheningan dan doa saja tentu tidak cukup. Kita
harus mampu juga menyadari kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari yang
tampaknya bukan rohani. Kita ingat salah satu madah Kamis Putih, “Jika ada
cinta kasih, hadirlah Tuhan”. Maka, kita mencari dan menghadirkan Tuhan dengan
saling mengasihi. Sebab, cinta kasih tidak hanya sekedar menghadirkan Tuhan
tetapi lebih dari itu. Dengan mengasihi sesama, kita mengabdi dan melayani
Tuhan. Sebab, Yesus sendiri telah bersabda, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
segala sesuatu yang kami lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang
paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).
Marilah kita hayati makna Paskah ini sebagai kesempatan untuk
memperbarui diri. Paskah berarti “Seperti halnya, Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam
hidup yang baru” (Rm 6:4). Tuhan telah bangkit. Ia kini hidup, hadir, dan
menyertai kita serta terus-menerus memperbarui hidup kita. Untuk itu, marilah
kita asah kepekaan dan kesadaran kita akan kehadiran Tuhan melalui keheningan.
Selanjutnya, kita abdi dan kita layani Tuhan dengan mengasihi sesama. Di mana
ada cinta kasih, Tuhan hadir dan suatu saat nanti akan bersabda, “Mari, hai
kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagi-Mu,
sejak dunia dijadikan” (Mat 25:34). Inilah sabda keselamatan yang mengalir dari
Kebangkitan Kristus dan yang kita damba-dambakan.
Ag. Agus Widodo, Pr
Jumat Agung 2013
JUMAT AGUNG / C – 29
Maret 2013
Ibadat Jumat Agung mengajak kita untuk mengenangkan peristiwa
sengsara dan wafat Yesus di salib. Salah satu bagian pokok dari Ibadat Jumat
Agung ini adalah Upacara Penghormatan Salib. Untuk itu, marilah kita
menfokuskan renungan ini pada salib Tuhan kita Yesus Kristus.
Bapa Suci,
Paus Fransiskus I, dalam misa
perdananya sebagai Paus, Kamis (14/3) menegaskan, “Jika kita berjalan tanpa
salib, kita membangun tanpa salib, kita mengaku tanpa salib, kita bukanlah
murid Kristus. Kita menjadi hamba dunia. Saya ingin agar kita semua kembali
berjalan di dalam tuntunan Tuhan dan membangun Gereja atas dasar pengorbanan
darah Kristus. Hanya dengan cara ini Gereja dapat bergerak maju”. Bapa Suci
mengajak kita untuk menjadikan salib sebagai pegangan dan acuan hidup kita.
Marilah sejenak kita memperhatikan salib yang tergantung di altar ini,
yang untuk sementara waktu diselubungi kain. Siapakah pribadi yang tergantung
di atas salib tersebut? Dan untuk apa atau untuk siapa, Dia tergantung di situ?
Dia yang tergantung di sana adalah Yesus Kristus, Tuhan kita. Untuk apa? Kitab
Yesaya (bacaan I) menegaskan, “Sesungguhnya, penyakit kitalah yang
ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya, .... Sesungguhnya dia
tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan
kita; derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita, ditimpakan kepadanya, dan
oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing mengambil jalan sendiri! Tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya
kejahatan kita sekalian.” (Yes 53:4-6).
Lihat! Di atas salib tangan-Nya terentang. Ia merentangkan tangan-Nya untuk
menyambut dan merengkuh kita dalam pelukan kasih-Nya. Maka, marilah kita datang
kepada-Nya. Sujud menyembah penuh hormat dan bakti kepada Kristus yang telah
mengorbankan diri-Nya demi keselamatan kita.
Ag. Agus Widodo, Pr
Kamis Putih 2013
KAMIS
PUTIH/C – 28 MARET 2013
Kel
12:1-8.11-14; 1Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15
Malam Kamis Putih yang kita rayakan pada malam hari ini
mengenangkan dua hal pokok yang dibuat Yesus mejelang akhir hidup-Nya.
Peristiwa yang pertama adalah pembasuhan kaki para rasul sebagaimana dikisahkan
dalam Injil. Peristiwa kedua adalah perjamuan Yesus bersama murid-murid-Nya
sebagaimana diwartakan oleh Paulus dalam bacaan II. Berdasarkan kesaksian
Yohanes (Injil) dan Paulus (bacaan kedua), kedua peristiwa ini berlangsung dalam
waktu yang bersamaan. Yohanes mengatakan “sebelum hari raya Paskah mulai” dan
Paulus menyebut “pada malam ia diserahkan”. Kalau Yesus diserahkan dan akhirnya
disalibkan pada hari Jumat, berarti persitiwa itu terjadi pada hari Kami malam,
sebagaimana saat ini kita mengenangkannya.
Tindakan mengenangkan itu bukan sekedar mengingat tetapi
menghadirkan kembali peristiwa di masa lampau sehingga kita merasakan serta
mengalami kembali makna dan buah dari peristiwa itu. Maka, kalau malam hari ini
kita mengenangkan peristiwa Yesus yang membasuh kaki para murid dan mengadakan
perjamuan bersama bersama mereka, tentunya kita diajak untuk mengambil makna
dan buah dari kedua peristiwa itu. Mari kita perdalam satu-persatu.
Pertama, Yesus membasuh kaki para murid (Injil). Dalam
tradisi Yahudi waktu itu, orang biasa
membasuh kaki sendiri sebelum masuk ke ruang perjamuan sebagai ungkapan mau
ikut pesta dengan bersih. Hanya tamu yang amat dihormati saja, misalnya seorang
guru atau orang yang dituakan, akan dibasuh kakinya oleh pelayan. Dalam Injil
Yohanes ini, tradisi tersebut dibongkar. Pembasuhan tidak dilakukan sebelum
perjamuan tetapi pada saat perjamuan berlangsung. Yang membasuh bukan pelayan
tetapi justru sang tuan rumah, yang disebut sebagai Guru dan Tuhan, yaitu Yesus.
Maksud pembasuhan bukan sekedar untuk pembersihan diri tetapi supaya para murid
yang dibasuh oleh Yesus mendapat bagian dalam diri Yesus.
Sebelum
membasuh kaki para murid, dikatakan bahwa, “Yesus datang dari Allah dan akan
kembali kepada Allah” (ay.3). Di sini Yesus menegaskan tentang asal dan tujuan
atau sangkan paran-Nya, yaitu Allah.
Tindakan-Nya membasuh kaki para murid, dimaksudkan agar para murid mendapat
bagian bersama-Nya, yaitu mendapat bagian bersama Yesus dalam asal dan tujuan
hidup-Nya. “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak akan mendapat
bagian bersama Aku” (ay. 8b). Jadi, dengan membasuh kaki para murid, Yesus
berbagi asal dan tujuan hidup, yakni kebersamaan dengan Allah.
Tindakan
Yesus yang membasuh kaki para murid tersebut didasari oleh kasih-Nya kepada
mereka, sebagaimanya dinyatakan dalam ayat 1b, “Ia senantiasa mengasihi
murid-murid-Nya, demikian sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir”.
Kasih-Nya yang begitu besar mendorong Yesus mau berbagi asal dan tujuan hidup-Nya
dengan cara membasuh kaki para murid. Mungkin, kita bertanya seperti Petrus,
mengapa yang dibasuh kok kaki? Karena kaki melambangkan gerak langkah menuju
kepada Allah, sang sangkan paraning urip.
Peristiwa pembasuhan kaki tersebut memungkinkan para murid ikut serta dalam
hidup Kristus, yakni hidup yang berasal dan terarah kepada Allah sampai
akhirnya bersatu dengan Allah secara abadi.
Sesudah
membasuh kaki para murid, Yesus berpesan kepada mereka, “Jikalau Aku, Tuhan dan
Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab, Aku
telah memberikan teladan kepada-Mu, supaya kamu juga berbuat seperti yang telah
Kuperbuat kepadamu” (ay.14-15). Pesan ini tidak hanya disampaikan kepada para
rasul, tetapi juga kita semua yang melalui pewartaan para rasul dan para
pengganti mereka, telah menjadi murid-murid Kristus. Kepada kita, Kristus juga
telah berbagi asal dan tujuan hidup yang sejati. Oleh karena itu, kita juga
harus mengikuti teladan Kristus ini, yakni saling berbagi asal dan tujuan hidup
atas dasar kasih satu sama lain. Kita diajak untuk saling mengingatkan dan
saling tolong-menolong dalam melangkahkan kaki menuju tujuan hidup yang sejati,
yaitu Allah. Bagaimana caranya? Dengan saling mengasihi. Sebab, “Allah adalah
kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih (artinya, saling mengasihi),
ia tetap berada dalam Allah dan Allah di dalam dia (1Yoh 4:16b).
Kedua,
peristiwa perjamuan Yesus bersama murid-murid-Nya (bacaan II). Dalam perjamuan
tersebut, secara simbolis – dalam rupa roti dan anggur –, Yesus menyerahkan
tubuh dan darah-Nya bagi para murid. Tindakan simbolis Yesus ini, yang pada
Jumat Agung besuk akan menjadi nyata, di mana Yesus sungguh-sungguh menyerahkan
tubuh-Nya dan menumpahkan darah-Nya di kayu salib, semakin menegaskan bahwa
Yesus ingin berbagi hidup kepada para murid. Sebab, dengan makan tubuh dan
darah-Nya, para murid sungguh-sungguh bersatu dengan Kristus dan dengan
demikian mengalami sepenuh-Nya hidup Kristus, yakni sengsara, wafat,
kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke surga.
Pada saat
perjamuan tersebut, Yesus juga berpesan, “Perbuatlah ini untuk mengenangkan
Daku” (ay.24.25). Maka, sejak saat itu, para murid selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa sesuai dengan pesan Yesus (bdk. Kis 2:42). Kebiasaan
ini pun dilestarikan terus-menerus sampai sekarang dalam bentuk Perayaan
Ekaristi. Dengan demikian, setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita
mengenangkan Kristus sesuai dengan pesan-Nya. Dengan pengenangan itu, kita
tidak sekedar mengingat-ingat, tetapi kita sungguh-sungguh menerima dan bersatu
dengan Kristus. Dalam rupa roti dan anggur, Kristus sungguh hadir dan
memberikan diri-Nya demi keselamatan kita. Dalam hal ini, Beato Yohanes Paulus
II menegaskan, “Dalam roti dan anggur
janganlah hanya melihat unsur alamiah, sebab Tuhan telah tegas mengatakan bahwa
itu adalah tubuh dan darah-Nya: iman memastikan bagimu, kendati indera menunjuk
yang lain” (EE 15).
Sesuai
dengan pesan Yesus ini, kita diajak untuk semakin tekun dan setia merayakan
Ekaristi dan menghayatinya dengan sungguh-sungguh. Lebih-lebih pada Tahun Iman
ini, marilah kita jadikan Perayaan Ekaristi sebagai “sumur iman” yang utama
bagi kita. Dalam sumur Ekaristi itulah kita menimba air kehidupan dan dengan
air kehidupan itu, kita disegarkan, disejukkan, dibersihkan, dan dianugerahi
hidup yang sejati.
Sekarang,
bagaimana kita menghubungkan dua peristiwa iman yang kita kenangkan pada malam
hari ini? Peristiwa perjamauan Yesus mengajak kita untuk semakin tekun dan
setia merayakan Ekaristi, sebagai kenangan akan Dia. Peristiwa pembasuhan kaki
mengajak kita untuk meneladan Yesus, yakni saling mengasihi dan dengan demikian
kita berbagi serta saling tolong-menolong untuk menggapai tujuan hidup yang
sejati, yakni Allah. Nah, bukankah setiap merayakan Ekaristi, sebelum kita
kembali ke rutinitas hidup sehari-hari, kita selalu diutus? Dengan berkat yang
kita terima dari Ekaristi, kita diutus untuk mengasihi. Maka, marilah kita
semakin berusaha untuk menjadi pribadi-pribadi yang hidup dalam kasih.
Ag. Agus Widodo, Pr
Langganan:
Postingan (Atom)
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati