MINGGU
PASKAH III/C - 14 April 2013
Kis 5:27b-32, 40b-41;
Why 5:11-14; Yoh 21:1-19
Hari ini
kita memasuki Minggu Paskah III. Sabda Tuhan mengajak kita untuk sekali lagi
ikut serta bersama para murid yang jumlahnya 7 orang mengalami penampakan
Yesus. Petrus, Thomas, Natanael, Yohanes dan Yakobus (anak-anak Zebedeus), dan
2 murid yang lain. Dua murid terakhir tidak disebut namanya oleh penginjil
Yohanes untuk memberi kesempatan bagi kita masing-masing memasukkan nama kita
di antara ketujuh murid tersebut sehingga kita pun dapat mengalami penampakan
dan kehadiran Yesus dalam kontemplasi.
Pada kisah
penampakan Yesus yang ketiga ini (Yoh 21:14), Yohanes menampilkan kisah
penampakan yang lain dari kisah-kisah sebelumnya. Pada penampakan pertama (Yoh
20:19-23) dan kedua (Yoh 21:26-29), Yesus tiba-tiba hadir pada saat para murid
sedang berkumpul di suatu tempat dengan pintu-pintu terkunci karena mereka
takut. Mereka masih mengingat dan memikirkan pengalaman bersama dengan Yesus
sampai pada saat Ia menderita dan wafat di salib. Kendati mereka merasa galau
dan pupus harapan karena ditinggalkan oleh Yesus, namun mereka masih menunggu
janji Tuhan yang akan bangkit.
Pada Yoh 21
ini, para murid sudah sungguh-sungguh pupus harapan. Mereka sudah ingin
meninggalkan pengalaman bersama Yesus, tidak mau lagi mengingat kebersamaan
dengan Yesus dengan segala apa yang dilakukan dan diajarkan-Nya serta tidak
ingin lagi memikirkan kebangkitan Yesus. Simon Petrus, berisisiatif untuk
kembali ke kehidupan biasa, mencari nafkah dengan menangkap ikan dan menjalani
hari demi hari seperti saat belum mengenal Yesus (Yoh 21:3). Murid-murid yang
lain pun kemudian mengikutinya.
Pada saat
mereka sudah kembali dalam kehidupan sehari-hari itulah, Yesus mendatangi
mereka. Ia hadir dan menyapa mereka dalam kehidupan yang rutin, biasa dan
nyata. Ia masuk dalam urusan dan pergulatan para murid. Semalam-malaman, mereka
bekerja keras, tetapi “tidak menangkap apa-apa” (Yoh 21:3). Ketika hari mulai
siang, Yesus berdiri di tepi danau. Para murid tidak mengenali-Nya. Ia
menunjukkan kepada mereka tempat di mana mereka dapat menangkap ikan, yaitu
agar mereka menebarkan jala di sebelah kanan perahu (Yoh 21:6).
Dengan cara
ini, Yesus sungguh masuk dalam urusan dan kehidupan para murid, tanpa para
murid bisa mengenali-Nya secara cepat dan langsung. Pelan-pelan, toh akhirnya
mereka mampu mengenali-Nya. Dimulai dengan Yohanes yang yakin bahwa orang itu
adalah Tuhan, kemudian memberitahu Petrus “Itu Tuhan” (Yoh 21:7). Maka, Petrus
dan para murid yang lain pun segera datang kepada Yesus, yang ternyata sudah
menyiapkan sarapan bagi mereka: menyiapkan api arang dan di atasnya ada ikan
dan roti (Yoh 21:9). Sebagian ikan hasil tangkapan mereka ditambahkan dan
kemudian mereka sarapan bersama (Yoh 12:10-13).
Sesudah sarapan,
Yesus menanyai Simon Petrus mengenai komitmennya untuk mencintai Yesus dan
kesediaannya untuk diutus mengembalakan domba-domba-Nya. Petrus, yang semula
sudah pupus harapan, ingin meninggalkan pengalamannya bersama Yesus dan kembali
dalam kehidupan sehari-hari sebelum mengenal Yesus, kini ditanya langsung
oleh-Nya, empat mata, setelah diberi sarapan lagi! Maka, harapan Petrus pun
bangkit lagi, hatinya kembali berkobar untuk hidup demi Yesus: mencintai-Nya
sehabis-habisnya dan berkomitmen untuk menjalankan perutusan dari-Nya.
Hasilnya, ketika ia bersama teman-temannya mengalami kesulitan dalam mengemban
perutusan dari Tuhan, seperti yang dikisahkan dalam bacaan pertama, mereka
tidak gentar. Mereka dicurigai kemudian dibawa ke Mahkaman Agama dan ketika dilarang
keras untuk mewartakan Injil, mereka tidak takut tetapi terus maju. Mereka
menghadapi aneka penderitaan itu dengan gembira (Kis 5:27b-32).
Beberapa
pesan dan inspirasi yang dapat kita timba dari kisah pengalaman penampakan
Yesus ini, antara lain:
Pertama, dengan
kebangkitan-Nya, Yesus hadir di mana saja dan kapan saja, tanpa dibatasi oleh
ruang dan waktu. Sebagaimana ia hadir dan masuk dalam kehidupan sehari-hari
para murid, bahkan ketika mereka sudah melupakan Dia, Yesus pun selalu hadir,
masuk, dan menyertai kita dalam kehidupan kita sehari-hari, juga pada saat kita
sibuk dan tidak sempat memikirkan Dia.
Kedua, kehadiran Tuhan
dalam kehidupan kita adalah kehadiran yang membawa berkah sebagaimana
kehadiran-Nya dalam kehidupan para murid membuat usaha mereka yang semula tidak
ada hasilnya (tidak menangkap apa-apa) menjadi berhasil secara melimpah. Bersama
Tuhan, usaha-usaha kita tentu akan lebih berhasil secara optimal dan hidup kita
menjadi lebih berbuah secara melimpah.
Ketiga, kehadiran Yesus
yang menjamin hidup kita, sebagaimana ia telah menyediakan sarapan bagi para
murid, hendaknya semakin meningkatkan komitmen kita untuk sungguh mencintai Dia
dan setia menjalankan tugas perutusan dari-Nya sesuai dengan tugas, peran dan
panggilan kita masing-masing.
Semoga,
dengan demikian, nama Tuhan semakin kita muliakan, kini dan sepanjang masa.
Amin.
Ag. Agus Widodo, Pr