silahkan klik gambar untuk memperbesar
Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Minggu, 21 April 2013 Hari Minggu Paskah IV
Minggu, 21 April 2013
Hari Minggu Paskah IV
"Setiap panggilan khusus lahir dari prakasa atau inisiatif Allah: inilah anugerah Kasih Allah!" --- Bapa Suci Benediktus XVI
Antifon Pembuka (Mzm 32:5-6)
Bumi penuh dengan kasih setia Tuhan, dan langit dijadikan oleh sabda-Nya. Alleluya.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang Mahamulia, Engkau tiada memberi nama lain, di mana terdapat kebebasan dan kedamaian, selain nama Yesus, Gembala dan Pembimbing kami. Kami mohon, semoga sabda-Nya memenuhi kami dengan napas kehidupan-Mu yang suci. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (13:14.43-52)
Pada suatu hari Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan dari Perga, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ. Setelah selesai ibadat, banyak orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang takut akan Allah mengikuti Paulus dan Barnabas. Kedua rasul itu lalu mengajar dan menasihati mereka supaya tetap hidup di dalam kasih karunia Allah. Pada hari Sabat berikutnya berkumpullah hampir seluruh kota itu untuk mendengar firman Allah. Akan tetapi, ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati, dan sambil menghujat, mereka membantah apa yang dikatakan Paulus. Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata, “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu! Tetapi kamu menolaknya, dan menganggap dirimu tidak layak beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.” Mendengar itu, bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah, dan mereka memuliakan firman Tuhan. Dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya. Lalu firman Tuhan disiarkan di seluruh daerah itu. Tetapi orang-orang Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah, dan pembesar-pembesar di kota itu. Begitulah mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas, dan mengusir mereka dari daerah itu. Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium. Dan murid-murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 100.2.3.5)
1. Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah kehadapan-Nya dengan sorak-sorai!
2. Ketahuilah bahwa Tuhan itu Allah; Dialah yang menjadikan kita. Punya Dialah kita, kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
3. Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya; kesetiaan-Nya tetap turun-menurun, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya.
Bacaan dari Kitab Wahyu (7:9.14b-17)
Aku, Yohanes, mendapat penglihatan sebagai berikut: Nampaklah suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa. Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Lalu seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku, “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar. Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan siang malam melayani Dia di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi; matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu akan menggembalakan mereka, dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. Akulah gembala yang baik. Aku mengenal semua domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenak Aku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (10:27-30)
Pada suatu hari Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku; Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku. Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku yang memberikan mereka kepada-Ku lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Hari Minggu Paskah IV
"Setiap panggilan khusus lahir dari prakasa atau inisiatif Allah: inilah anugerah Kasih Allah!" --- Bapa Suci Benediktus XVI
Antifon Pembuka (Mzm 32:5-6)
Bumi penuh dengan kasih setia Tuhan, dan langit dijadikan oleh sabda-Nya. Alleluya.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang Mahamulia, Engkau tiada memberi nama lain, di mana terdapat kebebasan dan kedamaian, selain nama Yesus, Gembala dan Pembimbing kami. Kami mohon, semoga sabda-Nya memenuhi kami dengan napas kehidupan-Mu yang suci. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (13:14.43-52)
"Kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain."
Pada suatu hari Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan dari Perga, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ. Setelah selesai ibadat, banyak orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang takut akan Allah mengikuti Paulus dan Barnabas. Kedua rasul itu lalu mengajar dan menasihati mereka supaya tetap hidup di dalam kasih karunia Allah. Pada hari Sabat berikutnya berkumpullah hampir seluruh kota itu untuk mendengar firman Allah. Akan tetapi, ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati, dan sambil menghujat, mereka membantah apa yang dikatakan Paulus. Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata, “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu! Tetapi kamu menolaknya, dan menganggap dirimu tidak layak beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.” Mendengar itu, bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah, dan mereka memuliakan firman Tuhan. Dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya. Lalu firman Tuhan disiarkan di seluruh daerah itu. Tetapi orang-orang Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah, dan pembesar-pembesar di kota itu. Begitulah mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas, dan mengusir mereka dari daerah itu. Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium. Dan murid-murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 100.2.3.5)
1. Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah kehadapan-Nya dengan sorak-sorai!
2. Ketahuilah bahwa Tuhan itu Allah; Dialah yang menjadikan kita. Punya Dialah kita, kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
3. Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya; kesetiaan-Nya tetap turun-menurun, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya.
Bacaan dari Kitab Wahyu (7:9.14b-17)
"Anak domba akan menggembalakan mereka, dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan."
Aku, Yohanes, mendapat penglihatan sebagai berikut: Nampaklah suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa. Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Lalu seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku, “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar. Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan siang malam melayani Dia di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi; matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu akan menggembalakan mereka, dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. Akulah gembala yang baik. Aku mengenal semua domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenak Aku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (10:27-30)
"Aku memberikan hidup yang kekal kepada domba-domba-Ku."
Pada suatu hari Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku; Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku. Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku yang memberikan mereka kepada-Ku lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Masyarakat sedang membutuhkan seorang pemimpin sejati. Seorang pemimpin sejati yang tidak hanya bisa janj-janji dan menggunakan kekuasaannya untuk bertindak semena-mena, tetapi sungguh-sungguh seorang pemimpin yang “merakyat”, dekat di hati rakyat, dan seorang yang mampu menggunakan kekuasaannya untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Orang demikian ini pertama-tama adalah seorang yang peduli dengan orang-orang yang dipimpinnya sehingga mereka mau loyal kepadanya.
Dalam Injil hari ini, Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai seorang Gembala yang baik. Dari gambaran Yesus sebagai Gembala yang baik ini, kita tidak hanya bisa belajar bagaimana harus menjadi seorang pemimpin yang sejati tetapi kita juga menjadikan Yesus sebagai Pemimpin kehidupan kita. Pertama-tama seorang pemimpin sejati harus mengenal dan dikenal oleh orang-orang yang dipimpinnya dan sungguh-sungguh didengarkan serta diikuti oleh orang-orang yang dipimpinnya karena sungguh dapat dipercaya dan diandalkan. Ia dipercaya dan diandalkan karena dia peduli serta mampu membawa orang-orang yang dipimpinnya sampai pada tujuan. Yesus bersabda, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku,....” (Yoh 10:27). Yesus sungguh-sungguh seorang Pemimpin kehidupan kita. Dia sungguh peduli dengan kita dan layak untuk dipercaya dan diandalkan karena mampu menuntun hidup kita sampai kepada tujuan hidup kita, hidup yang kekal.
Sebagai Gembala yang baik, Yesus juga menunjukkan kepedulian-Nya kepada kita dengan selalu berusaha agar kita memperoleh keselamatan. Kata-Nya, “.... dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (ayat. 27).
Seorang pemimpin sejati mesti memberi jaminan keselamatan walaupun harus dengan rela mengurbankan hidupnya demi kebaikan dan keselamatan yang dipimpinnya. Ia tidak hanya bisa menghantar orang sampai kepada tujuan hidup, tetapi selalu mampu menjaga orang yang dipimpinnya dari bahaya, memberikan rasa aman kepada orang-orang yang dipimpinnya. Yesus memberikan hidup-Nya kepada kita sehingga kita tidak binasa dan Yesus juga menjaga kita agar kita selalu berada aman dalam kawanan-Nya, menjaga dari pihak-pihak yang mau merebut kita.
Yesus meyakinkan murid-murid-Nya bahwa tidak akan ada yang mampu merebut domba-domba-Nya karena Bapa yang memberikan domba-domba kepada-Nya lebih besar kuasa-Nya dan Yesus sendiri bersatu dengan-Nya (bdk.ay 29-30). Seorang pemimpin mampu memberikan jaminan kepada yang dipimpinnya karena mempunyai kekuasaan yang besar. Kekuasaan yang dimiliki Yesus, sebagai gembala, diberikan oleh Bapa-Nya sendiri. Tidak akan ada yang mampu mengalahkan-Nya.
Dalam menggembalakan domba-domba-Nya, Yesus juga memanggil orang-orang yang terlibat dalam karya penggembalaan-Nya agar semua orang dapat memperoleh keselamatan. Mereka adalah orang-orang yang terpanggil untuk mengabdikan diri-Nya bagi Tuhan secara khusus dengan terlibat dalam karya penggembalaan-Nya. Mereka adalah orang-orang yang siap sedia dipakai oleh Yesus untuk menjamin agar domba-domba-Nya beroleh keselamatan. Pada hari Minggu Panggilan ini, mari kita banyak berdoa agar semakin banyak orang terpanggil secara khusus untuk terlibat dalam karya penggembalaan umat.
Masyarakat sedang membutuhkan seorang pemimpin sejati. Seorang pemimpin sejati yang tidak hanya bisa janj-janji dan menggunakan kekuasaannya untuk bertindak semena-mena, tetapi sungguh-sungguh seorang pemimpin yang “merakyat”, dekat di hati rakyat, dan seorang yang mampu menggunakan kekuasaannya untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Orang demikian ini pertama-tama adalah seorang yang peduli dengan orang-orang yang dipimpinnya sehingga mereka mau loyal kepadanya.
Dalam Injil hari ini, Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai seorang Gembala yang baik. Dari gambaran Yesus sebagai Gembala yang baik ini, kita tidak hanya bisa belajar bagaimana harus menjadi seorang pemimpin yang sejati tetapi kita juga menjadikan Yesus sebagai Pemimpin kehidupan kita. Pertama-tama seorang pemimpin sejati harus mengenal dan dikenal oleh orang-orang yang dipimpinnya dan sungguh-sungguh didengarkan serta diikuti oleh orang-orang yang dipimpinnya karena sungguh dapat dipercaya dan diandalkan. Ia dipercaya dan diandalkan karena dia peduli serta mampu membawa orang-orang yang dipimpinnya sampai pada tujuan. Yesus bersabda, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku,....” (Yoh 10:27). Yesus sungguh-sungguh seorang Pemimpin kehidupan kita. Dia sungguh peduli dengan kita dan layak untuk dipercaya dan diandalkan karena mampu menuntun hidup kita sampai kepada tujuan hidup kita, hidup yang kekal.
Sebagai Gembala yang baik, Yesus juga menunjukkan kepedulian-Nya kepada kita dengan selalu berusaha agar kita memperoleh keselamatan. Kata-Nya, “.... dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (ayat. 27).
Seorang pemimpin sejati mesti memberi jaminan keselamatan walaupun harus dengan rela mengurbankan hidupnya demi kebaikan dan keselamatan yang dipimpinnya. Ia tidak hanya bisa menghantar orang sampai kepada tujuan hidup, tetapi selalu mampu menjaga orang yang dipimpinnya dari bahaya, memberikan rasa aman kepada orang-orang yang dipimpinnya. Yesus memberikan hidup-Nya kepada kita sehingga kita tidak binasa dan Yesus juga menjaga kita agar kita selalu berada aman dalam kawanan-Nya, menjaga dari pihak-pihak yang mau merebut kita.
Yesus meyakinkan murid-murid-Nya bahwa tidak akan ada yang mampu merebut domba-domba-Nya karena Bapa yang memberikan domba-domba kepada-Nya lebih besar kuasa-Nya dan Yesus sendiri bersatu dengan-Nya (bdk.ay 29-30). Seorang pemimpin mampu memberikan jaminan kepada yang dipimpinnya karena mempunyai kekuasaan yang besar. Kekuasaan yang dimiliki Yesus, sebagai gembala, diberikan oleh Bapa-Nya sendiri. Tidak akan ada yang mampu mengalahkan-Nya.
Dalam menggembalakan domba-domba-Nya, Yesus juga memanggil orang-orang yang terlibat dalam karya penggembalaan-Nya agar semua orang dapat memperoleh keselamatan. Mereka adalah orang-orang yang terpanggil untuk mengabdikan diri-Nya bagi Tuhan secara khusus dengan terlibat dalam karya penggembalaan-Nya. Mereka adalah orang-orang yang siap sedia dipakai oleh Yesus untuk menjamin agar domba-domba-Nya beroleh keselamatan. Pada hari Minggu Panggilan ini, mari kita banyak berdoa agar semakin banyak orang terpanggil secara khusus untuk terlibat dalam karya penggembalaan umat.
RUAH
Sabtu, 20 April 2013 Hari Biasa Pekan III Paskah
Sabtu, 20 April 2013
Hari Biasa Pekan III Paskah
“Kristus memberikan tubuh-Nya untuk keselamatan semua orang dan dengan tubuh-Nya menanamkan hidup lagi di antara kita” (St. Sirilus dari Aleksandria)
Antifon Pembuka (lih. Kol 2:12)
Kita dikubur bersama Kristus dalam pembaptisan dan dibangkitkan bersama Dia pula berkat kepercayaan kita akan kuasa Allah, yang telah membangkitkan Kristus dari alam maut. Alleluya.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang mahabaik, terima kasih atas hidup yang masih Kauberikan kepada kami. Tuhan ajarlah kami agar tetap setia kepada-Mu, meski terkadang tidak memahami sepenuhnya apa yang menjadi kehendak-Mu atas diri kami. Bantulah kami Tuhan, agar dalam melewati hari ini kami dapat membawa orang-orang yang telah meninggalkan Engkau untuk kembali kepada-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Dalam perjalanan pelayanannya, Rasul Petrus menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Tanda-tanda dan mukjizat yang telah dilakukan oleh Yesus, sekarang juga dilakukan oleh para Rasul. Tetapi itu semua mereka lakukan bukan dengan kekuatan mereka sendiri, melainkan dengan kekuatan Allah, yang mereka minta dalam doa.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:31-42)
Hari Biasa Pekan III Paskah
“Kristus memberikan tubuh-Nya untuk keselamatan semua orang dan dengan tubuh-Nya menanamkan hidup lagi di antara kita” (St. Sirilus dari Aleksandria)
Antifon Pembuka (lih. Kol 2:12)
Kita dikubur bersama Kristus dalam pembaptisan dan dibangkitkan bersama Dia pula berkat kepercayaan kita akan kuasa Allah, yang telah membangkitkan Kristus dari alam maut. Alleluya.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang mahabaik, terima kasih atas hidup yang masih Kauberikan kepada kami. Tuhan ajarlah kami agar tetap setia kepada-Mu, meski terkadang tidak memahami sepenuhnya apa yang menjadi kehendak-Mu atas diri kami. Bantulah kami Tuhan, agar dalam melewati hari ini kami dapat membawa orang-orang yang telah meninggalkan Engkau untuk kembali kepada-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Dalam perjalanan pelayanannya, Rasul Petrus menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Tanda-tanda dan mukjizat yang telah dilakukan oleh Yesus, sekarang juga dilakukan oleh para Rasul. Tetapi itu semua mereka lakukan bukan dengan kekuatan mereka sendiri, melainkan dengan kekuatan Allah, yang mereka minta dalam doa.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:31-42)
"Jemaat dibangun, dan jumlahnya makin bertambah besar, oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, 3/4, PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu. Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Ayat. (Mzm 116:12-13.14-15.16-17; Ul: 1Kor 10:lh.16)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku. Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
3. Ya Tuhan, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu! Engkau telah melepaskan belengguku: Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (lih. Yoh 6:63b.68b)
Perkataan-perkataan-Mu adalah roh dan hidup. Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.
Percakapan tentang Roti Hidup membawa banyak pengikut Yesus meninggalkan Dia. Yesus lalu menantang keduabelas Rasul-Nya apakah mereka juga mau pergi. Petrus, atas nama para Rasul lainnya, menyatakan iman.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:60-69)
"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal."
Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, maka berkatalah Ia kepada mereka, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Lalu bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna! Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid Yesus mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Banyak orang berpikir lebih baik mundur daripada menerima ajaran yang sulit-sulit, seperti ‘Allah yang menjadi makanan’. Yesus tidak mencegah mereka. Karena suatu pewahyuan tetaplah Sabda Allah yang abadi, bukan kata-kata yang ditawarkan untuk diterima atau tidak. Maka jawaban Petrus menjadi cetusan kerinduan setiap manusia, “Kepada siapakah kami akan pergi …” Saya setuju dengan Petrus. Apakah Anda mau memilih sikap yang sama?
Doa Malam
Yesus Putra Allah yang hidup, semoga karena kuasa-Mu aku semakin kuat dalam beriman kepada-Mu. Aku percaya akan semua perkataan-Mu yang membawa kepada hidup kekal. Amin.
RUAH
Homili Paus Fransiskus dalam Misa Hari Minggu Paskah III 14 April 2013
Saudara dan saudari!
Suatu sukacita bagi saya untuk merayakan Misa bersama Anda dalam Basilika ini. Saya menyambut Imam Agung Basilika, James Kardinal Harvey, dan saya berterima kasih atas kata-kata yang telah ia tujukan kepada saya. Bersama dengannya, saya menyambut dan mengucapkan terima kasih kepada berbagai lembaga yang merupakan bagian dari Basilika ini, dan Anda semua. Kita berada di makam Santo Paulus, seorang rasul Tuhan yang agung namun rendah hati, yang mewartakan Dia dengan kata, menjadi saksi bagi-Nya dengan kemartiran dan menyembah-Nya dengan segenap hatinya. Inilah tiga gagasan pokok yang ingin saya renungkan dalam terang sabda Allah yang telah kita dengar: pewartaan, kesaksian, penyembahan.
Dalam Bacaan Pertama Kis 5:27b-32,40b-41), apa yang mengejutkan kita adalah kekuatan Petrus dan para rasul lainnya. Dalam menanggapi perintah untuk tutup mulut, tidak lagi mengajar dalam nama Yesus, tidak lagi mewartakan pesan-Nya, mereka menanggapi dengan jelas: "Kita harus menaati Allah, bukan manusia”. Dan mereka tetap tidak terpengaruh bahkan ketika dicambuk, dianiaya dan dipenjarakan. Petrus dan para rasul mewartakan dengan berani, tanpa rasa takut, apa yang telah mereka terima: Injil Yesus. Dan kita? Apakah kita mampu membawa sabda Allah ke dalam lingkungan di mana kita hidup? Apakah kita memahami bagaimana berbicara tentang Kristus, tentang apa yang Ia nyatakan pada kita, dalam keluarga kita, di antara orang-orang yang menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari? Iman lahir dari pendengaran, dan diperkuat oleh pewartaan.
Tetapi marilah kita mengambil langkah lebih lanjut: pewartaan yang dibuat oleh Petrus dan para rasul tidak hanya terdiri dari kata-kata: kesetiaan kepada Kristus mempengaruhi seluruh hidup mereka, yang berubah, memberikan arah baru, dan melalui hidup mereka sehingga mereka menjadi saksi bagi iman dan bagi pewartaan Kristus. Dalam Injil hari ini (Yoh 21:1-14), Yesus meminta kepada Petrus sebanyak tiga kali untuk memberi makan domba-domba-Nya, memberinya dengan kasih-Nya, dan Ia menubuatkan kepadanya: "Ketika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki" (Yoh 21:18). Kata-kata ini ditujukan pertama-tama dan terutama bagi kita yang adalah para imam: kita tidak bisa memberi makan kawanan domba Allah jika kita tidak membiarkan diri kita dibawa oleh kehendak Allah bahkan ketika kita lebih suka tidak pergi, jika kita tidak dipersiapkan untuk menjadi saksi Kristus dengan karunia kita sendiri, terus terang, bukan dengan jalan hitung-hitungan, bahkan kadang-kadang dengan mengorbankan hidup kita. Tapi ini juga berlaku untuk semua orang: kita semua harus mewartakan dan menjadi saksi bagi Injil. Kita semua harus bertanya pada diri sendiri: Bagaimana saya bersaksi bagi Kristus melalui iman saya? Apakah saya memiliki keberanian Petrus dan para rasul lainnya, untuk berpikir, memilih dan hidup sebagai orang Kristiani, taat kepada Allah? Yang pasti, kesaksian iman datang dalam berbagai bentuk, seperti dalam sebuah lukisan agung, ada berbagai warna dan nuansa, namun semuanya penting, meski ada yang tidak menonjol. Dalam rencana besar Allah, setiap bagian kecil penting, bahkan bagian kecil Anda, bahkan kesaksian saya yang kecil dan sederhana, bahkan kesaksian tersembunyi dari mereka yang menghidupi iman mereka dengan kesederhanaan dalam hubungan keluarga, hubungan kerja, persahabatan sehari-hari. Ada orang-orang kudus setiap hari, orang-orang kudus "tersembunyi", semacam "kelas menengah kekudusan" yang padanya kita semua bisa dikelompokkan. Tapi di berbagai belahan dunia, ada juga orang yang menderita, seperti Petrus dan para rasul, karena Injil, ada orang yang memberikan hidup mereka agar tetap setia kepada Kristus dengan suatu kesaksian yang ditandai dengan penumpahan darah mereka. Marilah kita semua mengingat hal ini: seseorang tidak bisa memberitakan Injil Yesus tanpa kesaksian nyata dalam kehidupannya. Mereka yang mendengarkan kita dan mengamati kita harus mampu melihat dalam tindakan kita apa yang mereka dengar dari bibir kita, dan karena itu memberikan kemuliaan bagi Allah! Ketidakkonsistenan pada sejumlah iman dan umat beriman antara apa yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan, antara kata dan cara hidup, menggerogoti kredibilitas Gereja. Tetapi semua ini hanya mungkin jika kita mengakui Yesus Kristus, karena Dialah yang telah memanggil kita, Dialah yang telah mengundang kita untuk menempuh jalan-Nya, Dialah yang telah memilih kita.
Pewartaan dan kesaksian hanya mungkin jika kita dekat dengan Dia, sama seperti Petrus, Yohanes dan murid-murid lainnya dalam perikop Injil hari ini yang berkumpul di sekitar Yesus yang bangkit; ada kedekatan setiap hari kepada-Nya: mereka tahu betul siapa Dia, mereka mengenal-Nya. Penginjil Yohanes menekankan kenyataan bahwa "tidak ada satupun yang berani bertanya: 'Siapakah Engkau?' - Mereka tahu itu adalah Tuhan" (Yoh 21:12). Hal ini penting bagi kita: menghidupi hubungan mesra dengan Yesus, keintiman dialog dan hidup, sedemikian rupa untuk mengakui Dia sebagai "Tuhan", dan menyembah Dia. Perikop yang kita dengar dari Kitab Wahyu mengatakan kepada kita tentang penyembahan: berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa malaikat, makhluk-makhluk dan tua-tua sujud di hadapan Tahta Allah dan Anak Domba yang disembelih, yaitu Kristus, yang bagi-Nya puji-pujian, hormat, dan kemuliaan (bdk. Why 5:11-14). Saya ingin kita semua bertanya pada diri sendiri pertanyaan ini: Anda, saya, apakah kita menyembah Tuhan? Apakah kita berbalik kepada Allah hanya untuk meminta sesuatu, berterima kasih pada-Nya, atau kita juga berbalik kepada-Nya untuk menyembah-Nya? Lalu, apa artinya menyembah Allah? Ini berarti belajar mejadi bersama-Nya, itu berarti bahwa kita berhenti mencoba berdialog dengan-Nya, dan itu berarti merasakan bahwa kehadiran-Nya adalah yang paling sejati, paling baik, hal yang paling penting dibanding segalanya. Kita semua, dalam kehidupan kita sendiri, secara sadar dan mungkin kadang-kadang tidak sadar, memiliki urutan prioritas yang sangat jelas tentang hal-hal yang kita anggap penting. Menyembah Tuhan berarti memberi-Nya tempat yang seharusnya Dia miliki; menyembah Tuhan berarti menyatakan, percaya - tidak hanya dengan kata-kata kita - bahwa Dia sendiri benar-benar membimbing hidup kita; menyembah Tuhan berarti bahwa kita meyakini di hadapan-Nya bahwa Dialah satu-satunya Allah, Allah hidup kita, Allah sejarah kita.
Hal ini memiliki konsekuensi dalam hidup kita: kita harus mengosongkan diri dari banyak berhala kecil maupun besar yang kita miliki dan pada mereka kita berlindung, pada mereka kita sering berusaha untuk menyandarkan keamanan kita. Mereka adalah berhala yang kadang-kadang kita tetap sembunyikan; mereka dapat menjadi ambisi, rasa untuk keberhasilan, menempatkan diri di pusat, kecenderungan untuk menguasai orang lain, klaim menjadi satu-satunya tuan dari kehidupan kita, beberapa dosa yang padanya kita terikat , dan banyak lainnya. Sore ini saya menginginkan suatu pertanyaan untuk menggemakan dalam hati Anda masing-masing, dan saya menginginkan Anda untuk menjawab dengan jujur: Apakah saya memikirkan berhala-berhala yang berada tersembunyi dalam hidup saya sehingga menghalangi saya dari menyembah Tuhan? Penyembahan adalah pelucutan diri dari berhala-berhala kita, bahkan yang paling tersembunyi, dan memilih Tuhan sebagai pusat, sebagai jalan raya dari kehidupan kita. Saudara dan saudari terkasih, setiap hari Tuhan memanggil kita untuk mengikuti Dia dengan keberanian dan kesetiaan; Ia telah menjadikan kita karunia besar memilih kita sebagai murid-murid-Nya; Ia mengutus kita untuk mewartakan-Nya dengan sukacita seperti Dia yang Bangkit, tapi Ia meminta kita melakukannya dengan kata dan dengan kesaksian hidup kita, dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan adalah satu-satunya Allah hidup kita, dan Ia mengajak kita untuk melucuti diri kita dari banyak berhala kita dan menyembah-Nya saja. Semoga Santa Perawan Maria dan Santo Paulus membantu kita dalam perjalanan ini dan berdoa bagi kita. Amin.
Dikirim/diterjemahkan oleh Shirley Hadisandjaja
Pesan Bapa Suci untuk Hari Doa Panggilan Sedunia ke 50 (2013)
PESAN BAPA SUCI
PADA HARI DOA SEDUNIA UNTUK PANGGILAN KE 50
Hari Minggu Paskah IV - 21 April 2013
Tema:
Panggilan Sebagai Suatu Tanda Harapan Berdasarkan Iman
Saudara-saudari yang terkasih.
Pada kesempatan Hari Doa Sedunia Untuk
Panggilan Ke-50, yang dirayakan pada tanggal 21 April 2013, Hari Minggu
IV Paskah, saya ingin mengajak Anda semua untuk merenungkan tema:
“Panggilan Sebagai Suatu Tanda Harapan Berdasarkan Iman”, yang
kebetulan terjadi pada Tahun Iman, yang menandai tahun ke-50 dimulainya
Konsili Vatikan II. Ketika Konsili Vatikan II sedang berlangsung, Hamba
Allah, Paus Paulus VI, menyatakan hari itu sebagai hari doa seluruh
dunia kepada Allah Bapa, memohon kepada-Nya agar selalu mengutus para
pelayan bagi Gereja-Nya(bdk. Mat.9:38). “Hal memiliki jumlah
imam yang cukup”, demikian pernyataan Paus pada waktu itu, “berdampak
langsung pada seluruh umat beriman: bukan semata-mata karena mereka
bergantung pada jumlah imam tersebut terkait dengan masalah rohani umat
Kristen di masa depan, melainkan karena persoalan ini menjadi indikator
yang tepat dan tak dapat dihindari tentang dinamika kehidupan iman dan
kasih dari setiap jemaat paroki dan keuskupan, sekaligus menjadi bukti
kesehatan moral dari keluarga-keluarga Kristen. Di mana dapat ditemukan
banyak panggilan imam dan hidup bakti, di sana terdapat banyak orang
yang menghayati Injil dengan tulus” (Paus Paulus VI, Pesan Radio, 11 April 1964).
Selama beberapa dekade, berbagai jemaat
Kristen di seluruh dunia berkumpul setiap tahunnya pada Hari Minggu IV
Paskah, mereka bersatu dalam doa, memohon kepada Tuhan anugerah
panggilan suci dan minta sekali lagi, sebagai bahan renungan bagi semua
orang, betapa mendesak kebutuhan untuk menanggapi panggilan Illahi
tersebut. Sungguh, peristiwa tahunan ini begitu penting dan meneguhkan
suatu komitmen yang kuat untuk menempatkan betapa semakin pentingnya
panggilan imam dan hidup bakti di tengah spiritualitas, doa dan karya
pastoral umat beriman.
Harapan adalah penantian terhadap sesuatu
yang positif di masa yang akan datang, namun pada saat yang sama harus
dapat menopang keberadaan kita saat ini, yang sering kali ditandai oleh
aneka ketidak-puasan dan kegagalan. Lantas didasarkan pada apakah
harapan tersebut? Kalau menengok sejarah umat Israel, sebagaimana
dikisahkan dalam Perjanjian Lama, kita melihat suatu hal yang selalu
muncul secara konstan, khususnya pada masa-masa sulit seperti pada Masa
Pembuangan, khususnya suatu hal yang ditemukan dalam tulisan-tulisan
para Nabi, yaitu kenangan akan janji-janji Allah kepada para bapa
bangsa: suatu kenangan yang mengajak kita untuk mengikuti teladan sikap
Abraham, sebagaimana diperingatkan oleh Santo Paulus, “percaya, meskipun
tidak ada dasar untuk berharap, bahwa dia akan menjadi ‘bapa banyak
bangsa’, menurut apa yang telah dikatakan, ‘Demikianlah banyaknya nanti
keturunanmu’” (Rom.4:18). Suatu kebenaran yang menghibur dan
menerangi, yang muncul dalam seluruh sejarah keselamatan, tidak lain
adalah kesetiaan Allah terhadap perjanjian yang telah Dia buat,
membaharuinya bila manusia melanggarnya melalui ketidak-setiaan dan dosa
mereka, sejak jaman Air Bah (bdk. Kej. 8: 21-22)hingga jaman Keluaran dan perjalanan melalui padang gurun (bdk. Bil. 9:7). Kesetiaan
yang sama tersebut telah membawa Allah kepada meterai perjanjian baru
dan kekal dengan manusia, melalui darah Putera-Nya, yang telah wafat dan
bangkit kembali demi keselamatan kita.
Setiap saat, khususnya pada saat-saat
yang paling sulit, kesetiaan Tuhan selalu menjadi kekuatan pengendali
yang sejati sejarah keselamatan, yang membangkitkan hati pria dan wanita
dan meneguhkan mereka dalam harapan bahwa pada suatu hari nanti akan
mencapai “tanah terjanji”. Di sinilah kita menemukan dasar yang pasti
dari setiap harapan: Allah tidak pernah meninggalkan kita dan Dia selalu
benar terhadap Sabda-Nya. Karena alasan inilah, maka dalam setiap
situasi, baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, kita
dapat menghidupi suatu harapan yang teguh dan bersama dengan pemazmur
berdoa: “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang; sebab dari
pada-Nyalah harapanku” (Mzm. 62:6). Oleh karena itu, memiliki
harapan berarti sama dengan percaya kepada Tuhan yang adalah setia, yang
selalu memelihara perjanjian-Nya. Dengan demikian, iman dan harapan
berkaitan erat. “Harapan” adalah sebuah kata kunci dalam iman
alkitabiah, sehingga dalam perikop-perikop tertentu, kata “iman” dan
“harapan” nampak jelas digunakan secara bergantian. Dengan cara ini
pula, maka Surat Ibrani menampilkan hubungan yang langsung antara “pengakuan akan harapan yang teguh” (10:23) dengan “kepenuhan iman” (10:22).Hal yang sama, ketika Surat Pertama Rasul Petrus mendesak orang-orang Kristen agar selalu siap untuk menyambut “logos” – arti dan alasan – harapan mereka (bdk. 3:15), “harapan” adalah sama dengan “iman” (Spe Salvi, 2).
Saudara-saudari yang terkasih, apa
sebenarnya kesetiaan Tuhan itu dan kepada siapakah kita meletakkan
harapan yang kokoh tak tergoyahkan itu? Tidak lain adalah Kasih-Nya.
Dia, Bapa, mencurahkan Kasih-Nya ke dalam lubuk hati kita yang terdalam
melalui Roh Kudus (bdk. Rom. 5:5).Dan Kasih Allah tersebut
dinyatakan secara penuh dalam diri Yesus Kristus, yang terlibat dalam
keberadaan kita dan menuntut suatu jawaban dalam arti apa yang dapat
dilakukan oleh setiap individu dalam hidupnya sebagai pria maupun wanita
dan apa yang dapat dia persembahkan untuk menghayati Kasih Allah
tersebut secara penuh. Kasih Allah kadang-kadang hadir melalui cara-cara
yang tidak pernah dibayangkan oleh seseorang sebelumnya, tetapi selalu
dapat menjangkau orang-orang yang memang mau dijumpai oleh Kasih Allah
tersebut. Harapan semacam itu dipelihara dengan kepastian ini, “Kita
telah mengenal dan telah percaya akan Kasih Allah kepada kita” (1 Yoh. 4:16). Kasih
Allah yang begitu dalam dan menuntut ini, Kasih Allah yang meresap
secara sempurna di bawah permukaan, memberi kita keberanian. Kasih Allah
ini memberi kita harapan dalam peziarahan hidup kita dan di masa yang
akan datang. Kasih Allah yang membuat kita percaya dalam diri kita,
dalam sejarah dan dalam diri orang-orang lain. Saya ingin berbicara
secara khusus kepada kaum muda dan saya katakan sekali lagi kepadamu:
“Akan menjadi apakah hidupmu kalau tanpa Kasih Allah? Allah memelihara
pria dan wanita sejak penciptaan hingga akhir zaman, ketika Dia akan
membawa rencana keselamatan sampai kepada kepenuhannya. Di dalam Tuhan
yang bangkit, kita memiliki harapan yang pasti” (Sambutan kepada kaum muda Keuskupan San Marino, Montefeltro, 19 Juni 2011).
Sebagaimana telah Dia lakukan selama
hidup-Nya di dunia, demikian juga saat ini Yesus yang telah bangkit
berjalan menyusuri lorong-lorong kehidupan kita dan melihat kita yang
tenggelam dalam berbagai aktivitas dengan segala keinginan dan kebutuhan
kita. Di tengah situasi lingkungan kehidupan kita, Dia terus berbicara
kepada kita: Dia memanggil kita agar kita menghayati kehidupan bersama
dengan Dia, karena hanya Dia-lah yang mampu memuaskan dahaga akan
harapan tersebut. Dia tinggal di tengah komunitas para murid, yaitu
Gereja, dan hingga hari ini Dia masih memanggil orang-orang untuk
mengikuti Diri-Nya. Panggilan dapat muncul setiap saat. Hari ini juga
Yesus terus-menerus berkata: “Datanglah ke mari, ikutilah Aku” (Mrk. 10:21). Menerima
undangan-Nya berarti tidak lagi memilih jalan kita sendiri. Mengikuti
Dia berarti membenamkan kehendak kita ke dalam kehendak Yesus,
sungguh-sungguh mengistiwekan Dia, membanggakan Dia dalam setiap bidang
kehidupan: dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam
kepentingan-kepentingan pribadi dan dalam diri kita sendiri. Ini berarti
menyerahkan hidup kita kepada-Nya, hidup dalam kemesraan bersama dengan
Dia dan melalui Dia, kita memasuki persekutuan dengan Bapa dalam Roh
Kudus, dan dengan demikian juga – konsekuensinya – bersama dengan
saudara dan saudari sekalian. Persekutuan hidup bersama Yesus adalah
suatu “pengaturan” (setting) istimewa di mana dalam persekutuan
tersebut, kita boleh mengalami harapan dan dalam harapan tersebut,
hidup kita menjadi penuh dan bebas.
Panggilan imamat dan hidup bakti lahir
dari pengalaman personal perjumpaan dengan Kristus, berkat dialog dengan
Dia secara rahasia dan tulus, yang berarti memasuki ke dalam
kehendak-Nya. Oleh karena itu sangatlah perlu tumbuh dalam pengalaman
iman, mengenal suatu relasi yang mendalam dengan Yesus, memberi
perhatian secara rohani terhadap suara-Nya yang hanya bisa
diperdengarkan dalam lubuk hati kita. Proses ini, yang memungkinkan kita
dapat menaggapi panggilan Allah secara positif, sangat mungkin terjadi
dalam jemaat-jemaat Kristen di mana iman dihayati secara intens, di mana
kesaksian yang baik diberikan oleh mereka yang menyandarkan diri kepada
Injil, di sanalah hadir makna perutusan yang kuat, yang menghantar
orang untuk mempersembahkan diri secara total demi Kerajaan Allah, yang
dihidupi dengan penerimaan sakramen-sakramen, khususnya Sakramen
Ekaristi dan hidup doa yang kuat. Poin yang terakhir ini, “di satu sisi
harus menjadi sesuatu yang sangat personal, suatu perjumpaan yang mesra
antara diriku dengan Allah. Tetapi di sisi lain, harus secara
terus-menerus dibimbing dan diterangi oleh doa-doa Gereja dan oleh
doa-doa para kudus, dan oleh doa liturgis sebagaimana telah berulang
kali Tuhan Yesus ajarkan bagaimana kita harus berdoa secara benar” (Spe Salvi, 34).
Doa yang mendalam dan terus-menerus akan
menghasilkan pertumbuhan iman jemaat Kristiani, menghasilkan suatu
kepastian yang secara terus-menerus diperbaharui bahwa Allah tidak
pernah meninggalkan umat-Nya, sebaliknya Dia sanantiasa meneguhkan
umat-Nya dengan membangkitkan aneka panggilan khusus – panggilan imamat
dan hidup bakti – agar mereka menjadi tanda harapan bagi dunia.
Sesungguhnya, para imam dan kaum religius dipanggil untuk menyerahkan
dirinya secara total tanpa syarat bagi umat Allah, dalam pelayanan kasih
demi Injil dan Gereja, suatu pelayanan yang dapat meneguhkan harapan
yang berasal hanya dari keterbukaan diri kepada Yang Illahi. Oleh karena
itu, dengan bantuan para saksi iman dan semangat kerasulan mereka,
mereka dapat memeneruskan, khususnya kepada gererasi muda, suatu
keinginan yang kuat untuk menanggapi Kristus yang memanggil mereka
secara tulus dan tanpa halangan untuk mengikuti Dia secara lebih erat.
Kapan saja seorang murid Yesus menerima panggilan Illahi untuk
membaktikan dirinya bagi pelayanan imamat atau hidup bakti, itu berarti
dia memberi suatu kesaksian tentang salah satu hasil buah yang paling
masak dari jemaat Kristen, yang membantu kita untuk melihat dengan iman
dan harapan secara istimewa masa depan Gereja dan komitmennya terhadap
tugas pengijilan. Tugas ini memerlukan para pekerja yang baru untuk
mewartakan Injil, untuk merayakan Ekaristi dan Sakramen Rekonsiliasi.
Jadi, semoga ada banyak imam yang komit, yang mengerti bagaimana harus
mendampingi anak-anak muda sebagai “sahabat dalam perjalanan”, membantu
mereka dalam hidup yang penuh dengan penderitaan dan kesukaran, membantu
mereka mengenal Kristus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup (bdk. Yoh.
14:6), sembari mengatakan kepada mereka bahwa dengan kekuatan Injil,
sungguh betapa indahnya melayani Allah, jemaat Kristiani, dan melayani
saudara-saudari. Semoga ada imam-imam yang menghasilkan buah secara
melimpah berkat komitmen mereka yang penuh antusias, yang berarti
menujukkan kematangan hidup mereka, karena didasarkan pada iman akan
Kristus yang lebih dahulu telah mengasihi kita (bdk. 1 Yoh. 4:19).
Demikian juga, saya berharap bahwa
anak-nak muda, yang telah dipenuhi oleh pelbagai pilihan remeh dan tidak
penting, akan mampu menggali suatu keinginan terhadap apa yang
sungguh-sungguh berharga, demi tujuan-tujuan yang mulia, pilihan-pilihan
yang radikal, pelayanan demi banyak orang dalam mengikuti Yesus. Yang
terkasih anak-anak muda, janganlah takut mengikuti Dia dan berjalan
menyusuri jalan-jalan kasih yang menuntut suatu keberanian dan komitmen
yang tulus. Dengan cara tersebut, kamu akan senang melayani, kamu akan
menjadi saksi suatu suka-cita yang tidak bisa diberikan oleh dunia, kamu
akan menjadi nyala yang hidup dari kasih yang kekal-abadi dan tak
terpermanai, kamu akan belajar “memberi suatu pengharapan yang ada
padamu” (1 Pet. 3:15)!
Dari Vatikan, 6 Oktober 2012
Paus Benediktus XVI
Jumat, 19 April 2013 Hari Biasa Pekan III Paskah
Jumat, 19 April 2013
Hari Biasa Pekan III Paskah
Bergembiralah setiap hari akan imanmu -- St Agustinus.
Antifon Pembuka (Why 5:12)
Anak Domba yang telah dikurbankan pantas menerima kekuatan dan keallahan, kebijaksanaan, keperkasaan dan kehormatan
Doa Pagi
Syukur bagi-Mu, Yesus. Inilah kuasa kebangkitan-Mu yang mampu mengubah hati musuh menjadi pengikut dan pembela-Mu yang perkasa. Semoga di pagi hari ini pun banyak jiwa yang Kauubah dari benci menjadi cinta kepada-Mu dan sesama. Sebab Engkaulah yang hidup dan berkuasa, yang bersama Bapa dalam persatuan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:1-20)
Hari Biasa Pekan III Paskah
Bergembiralah setiap hari akan imanmu -- St Agustinus.
Antifon Pembuka (Why 5:12)
Anak Domba yang telah dikurbankan pantas menerima kekuatan dan keallahan, kebijaksanaan, keperkasaan dan kehormatan
Doa Pagi
Syukur bagi-Mu, Yesus. Inilah kuasa kebangkitan-Mu yang mampu mengubah hati musuh menjadi pengikut dan pembela-Mu yang perkasa. Semoga di pagi hari ini pun banyak jiwa yang Kauubah dari benci menjadi cinta kepada-Mu dan sesama. Sebab Engkaulah yang hidup dan berkuasa, yang bersama Bapa dalam persatuan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:1-20)
"Orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku, untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain."
Ketika pecah penganiayaan terhadap jemaat, hati Saulus berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah, dan kedengaran olehnya suatu suara yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu! Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota. Di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Maka termangu-mangulah temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jua pun. Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa. Teman-temannya harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya Saulus tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum. Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan, “Ananias!” Jawabnya, “Ini aku, Tuhan!” Firman Tuhan, “Pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus, yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Jawab Ananias, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu betapa banyak kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.” Tetapi firman Tuhan kepadanya, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain, kepada raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.” Dan seketika itu juga seolah-olah ada selaput gugur dari matanya, sehingga Saulus dapat melihat lagi. Saulus bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 4/4, PS 827
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat. (Mzm 117:1bc.2) 1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 963 Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 6:56)
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:52-59)
"Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman."
Di rumah ibadat di
Kapernaum orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan
berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita
untuk dimakan?” Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum
darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu, barangsiapa makan
daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku
akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah
benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku
dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan
Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup
oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti
yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan
roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” Semuanya ini dikatakan Yesus
di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Dalam hidup rohani ada banyak saudara-saudari kita mengalami kebangkitan dan pembaruan hidup sesudah mengalami pertobatan. Dalam pertobatan itu, mereka mengalami kasih Allah yang sungguh nyata dan menguatkan. Bagi mereka Allah sungguh hidup!
Setelah pertobatannya, Saulus diterima dalam kalangan para rasul. Ia menjadi rasul yang amat giat untuk mewartakan Injil, setelah mengalami perjumpaan dengan Allah yang hidup. Dalam persatuan dengan para rasul itu ia merasa hidupnya sungguh-sungguh bersatu dengan Kristus dan hidup oleh Kristus. ”Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.”
Pertobatan dan menikmati hidup baru dalam kuasa Roh Kudus selalu mendatangkan kegembiraan, penghiburan, kedamaian dan kebahagiaan. Hidup seperti ini selalu dirindukan banyak orang!
Doa: Ya Tuhan, anugerahkan aku rahmat kerendahan untuk bertobat agar boleh menikmati hidup baru dalam kuasa-Mu! Amin.
Ziarah Batin 2013, Renungan dan Catatan Harian
Kamis, 18 April 2013 Hari Biasa Pekan III Paskah
Kamis, 18 April 2013
Hari Biasa Pekan III Paskah
“Karena penyelenggaraan Tuhan, buah anggur dan anggurnya menjadi berguna bagi manusia; dan kalau menerima Sabda Tuhan, menjadi Ekaristi, tubuh dan darah Kristus sendiri” (St. Ireneus)
Antifon Pembuka (Kel 15:1-2)
Marilah kita memuji Allah, pahlawan gagah perkasa. Ia menyelamatkan kita dengan kekuatan-Nya yang jaya. Alleluya.
Doa Pagi
Allah Bapa yang mahamulia, kami bersyukur karena Yesus Kristus, Putra-Mu adalah Roti Hidup yang turun dari surga dan yang memberi hidup bagi kami. Kami rindu untuk menyambut Tubuh dan Darah Kristus yang kami terima dalam Ekaristi sebagai bukti bahwa Yesus berbagi kasih kepada manusia. Semoga kenangan yang luhur ini membuat kami semua semakin berani berbuat kasih kepada sesama. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.
Dalam sebuah cara yang tak terduga, Filipus bertemu dengan seorang sida-sida yang membaca Kitab Suci tetapi tidak mampu mengertinya. Itulah kesempatan indah bagi Filipus untuk mewartakan tentang Yesus. Nubuat tentang penderitaan Mesias dikenakan pada Kristus. Filipus akhirnya menghantar orang itu kepada Kristus yang bangkit dengan membaptisnya. Sida-sida itu kembali ke negaranya dan mengalami sukacita yang mendalam.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (8:26-40)
Hari Biasa Pekan III Paskah
“Karena penyelenggaraan Tuhan, buah anggur dan anggurnya menjadi berguna bagi manusia; dan kalau menerima Sabda Tuhan, menjadi Ekaristi, tubuh dan darah Kristus sendiri” (St. Ireneus)
Antifon Pembuka (Kel 15:1-2)
Marilah kita memuji Allah, pahlawan gagah perkasa. Ia menyelamatkan kita dengan kekuatan-Nya yang jaya. Alleluya.
Doa Pagi
Allah Bapa yang mahamulia, kami bersyukur karena Yesus Kristus, Putra-Mu adalah Roti Hidup yang turun dari surga dan yang memberi hidup bagi kami. Kami rindu untuk menyambut Tubuh dan Darah Kristus yang kami terima dalam Ekaristi sebagai bukti bahwa Yesus berbagi kasih kepada manusia. Semoga kenangan yang luhur ini membuat kami semua semakin berani berbuat kasih kepada sesama. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.
Dalam sebuah cara yang tak terduga, Filipus bertemu dengan seorang sida-sida yang membaca Kitab Suci tetapi tidak mampu mengertinya. Itulah kesempatan indah bagi Filipus untuk mewartakan tentang Yesus. Nubuat tentang penderitaan Mesias dikenakan pada Kristus. Filipus akhirnya menghantar orang itu kepada Kristus yang bangkit dengan membaptisnya. Sida-sida itu kembali ke negaranya dan mengalami sukacita yang mendalam.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (8:26-40)
"Jika Tuan percaya dengan segenap hati, Tuan boleh dibaptis."
Waktu Filipus di Samaria, berkatalah seorang malaikat Tuhan kepadanya, “Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menyusur jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.” Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang, ia duduk dalam keretanya sambil membaca kitab Nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus, “Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!” Filipus segera mendekat, dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab Nabi Yesaya. Kata Filipus, “Mengertikah Tuan apa yang Tuan baca itu?” Jawabnya, “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya itu berbunyi sebagai berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya, siapakah yang akan menceritakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Maka kata sida-sida itu kepada Filipus, “Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?” Maka mulailah Filipus berbicara, dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. Mereka melanjutkan perjalanan, dan tiba di suatu tempat yang ada airnya. Lalu kata sida-sida itu, “Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?” Sahut Filipus, “Jika Tuan percaya dengan segenap hati, boleh.” Jawabnya, “Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.” Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus, dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia menjelajah daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 822
Ref. Pujilah Allah alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 66:8-9.16-17.20; R:1)
1. Pujilah Allah kami, hai para bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah.
2. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takwa kepada Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadapku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.
3. Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku, dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya daripadaku.
Bait Pengantar Injil, do = g, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 6:51)
Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, sabda Tuhan. Barangsiapa makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.
Yesus mengatakan bahwa satu-satunya jalan menuju kehidupan adalah melalui diri-Nya. Dia juga mewartakan tentang Bapa. Melalui iman dan Ekaristi, kita tidak akan mati, melainkan akan hidup selama-lamanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:44-51)
"Akulah roti hidup yang telah turun dari surga."
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, "Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus aku; dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi; Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa! Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Komuni Suci adalah roti dan daging Kristus sekaligus. Hanya yang mendapatkan karunia iman dapat meyakini (baca: melihat) hal itu. Itulah pewahyuan Yesus akan ‘Allah yang menjadi makanan’, agar menyatu dengan kita, manusia. Allah ingin menunggal dengan kita. Allah adalah Imanuel. Jalan yang ditempuh-Nya, ya lewat Komuni Suci dalam Sakramen Ekaristi tersebut. Orang itu, termasuk Anda, bukan?
Doa Malam
Tuhan Yesus, Sang Roti yang hidup, terima kasih atas pernyataan iman yang Engkau berikan hari ini. Semoga semakin nyatalah cinta kasih-Mu di dalam diriku dan mampu pula kuwartakan dengan perkataan yang benar dan tindakan-tindakanku. Amin.
RUAH
Langganan:
Postingan (Atom)
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati