Minggu, 11 Agustus 2013
Hari Minggu Biasa XIX
Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. (Luk 12:32)
bacaan ini berlaku untuk Gereja yang merayakan Misa Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga pada hari Kamis, 15 Agustus 2013, juga berlaku untuk Misa Minggu di Basilica of the Sacred Heart, Notre Dame pada hari Minggu, 11 Agustus 2013
Antifon Pembuka (Mzm 74:20,19,22,23)
Pandanglah kepada perjanjian. Janganlah lupakan
terus-menerus nyawa orang-orang-Mu yang tertindas. Bangunlah ya
Allah, lakukanlah perjuangan-Mu. Janganlah lupa suara lawan-Mu.
Doa Pagi
Allah Bapa, pencipta alam semesta dan segala yang
hidup, Engkau membangun kota-Mu di tengah-tengah kami. Penuhilah kami
dengan semangat kegiatan untuk membangun dunia baru, yang
Kaupercayakan kepada kami. Semoga kami siap sedia bila tiba saatnya
Engkau menyempurnakan segalanya dengan cinta kasih-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh
Kudus, Allah, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kebijaksanaan (18:6-9)
"Dengan satu tindakan yang sama Engkau telah menghukum para lawan dan serentak memuliakan kami."
Malam pembebasan telah diberitahukan
lebih dahulu kepada nenek moyang kami, supaya mereka benar-benar insaf
akan sumpah yang mereka percayai dan menjadi berbesar hati. Maka
inilah yang menjadi harapan umat-Mu, yakni keselamatan orang benar dan
kebinasaan para musuh. Sebab de-ngan satu tindakan yang sama Engkau
telah menghukum para lawan dan serentak memuliakan kami, setelah kami
Kaupanggil kepada-Mu. Diam-diam anak-anak suci dari orang yang baik
mempersembahkan kurban dan dengan sehati mereka membebankan kepada
dirinya kewajiban ilahi ini: orang-orang suci akan sama-sama ambil
bagian baik dalam hal-hal yang baik maupun dalam bahaya. Dan dalam
pada itu mereka sudah mulai mendengungkan lagu-lagu pujian para
leluhur.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
atau Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya.
Ayat. (Mzm 33:1.12.18-19.20.22; Ul:12b)
1. Bersorak-sorailah dalam Tuhan, hai orang-orang benar, sebab memuji-muji itu layak bagi orang jujur. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya.
2. Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang bertakwa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya. Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut,
dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.
3. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan, Dialah penolong dan perisai kita. Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (11:1-2.8-19)
"Ia menanti-nantikan kota yang beralas kokoh, yang dikarenakan dan dibangun oleh Allah sendiri."
Saudara-saudara, iman adalah dasar dari
segala yang kita harapkan dan bukti dari segala yang tidak kita
lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek
moyang kita. Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk
berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya; ia
berangkat tanpa mengetahui tempat yang ia tuju. Karena iman, ia diam
di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing, dan
di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut
menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan
kota yang beralas kokoh, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah
sendiri. Karena iman pula Abraham dan Sara beroleh kekuatan untuk
menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia yakin
bahwa Dia, yang memberikan janji itu, setia. Itulah sebabnya dari
satu orang yang malahan telah mati pucuk terpancar keturunan besar
seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak
terhitung banyaknya. Dalam iman, mereka semua ini telah mati sebagai
orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi hanya dari
jauh mereka melihatnya; mereka melambai-lambai kepadanya dan mengakui
bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. Sebab
mereka yang berkata demikian menyatakan bahwa mereka dengan rindu
mencari suatu tanah air. Andaikata dalam hal itu mereka ingat akan
tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai
kesempatan untuk pulang ke situ. Tetapi yang mereka rindukan adalah
tanah air yang lebih baik, yaitu tanah air surgawi. Sebab itu Allah
tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah
kota bagi mereka. Karena iman Abraham mempersembahkan Ishak, tatkala
ia dicobai. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan
anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan, Keturunan
yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu. Abraham
percaya bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang sekalipun mereka
sudah mati! Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil do = f, 4/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 24:42a.44)
Berjaga-jagalah dan bersiaplah, karena kamu tidak tahu pada hari mana Anak Manusia akan datang.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:32-38)
"Hendaklah kamu siap sedia."
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada
murid-murid-Nya, “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena
Bapamu telah berkenan memberi kamu Kerajaan-Nya. Juallah segala
milikmu dan berilah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak
dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang tidak akan habis, yang
tidak dapat didekati pencuri, dan yang tidak dirusakkan ngengat.
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Hendaklah
pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Hendaklah kamu
seperti orang yang menanti-nantikan tuannya pulang dari pesta nikah,
supaya jika tuannya itu datang dan mengetuk pintu, segera dapat
dibukakan pintu. Berbahagialah hamba yang didapati tuannya sedang
berjaga ketika ia datang: Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan
mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan
datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau
pada dinihari, dan mendapati mereka berlaku demikian, maka
berbahagialah hamba itu.Tetapi camkanlah ini baik-baik! Jika tuan
rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan
rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak
Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangka-sangka.” Petrus
bertanya, “Tuhan, kami sajakah yang Kaumaksudkan dengan perumpamaan
ini, ataukah juga semua orang?” Jawab Tuhan, “Siapakah pengurus rumah
yang setia dan bijaksana, yang akan diangkat oleh tuannya menjadi
kepala atas semua hambanya untuk membagikan makanan kepada mereka pada
waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang melakukan
tugasnya, ketika tuan itu datang. Aku berkata kepadamu: Sungguh,
tuan itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Tetapi
jika hamba itu jahat dan berkata dalam hatinya, Tuanku tidak
datang-datang. Lalu ia mulai memukuli hamba-hamba lain, pria maupun
wanita, dan makan minum serta mabuk, maka tuan hamba itu akan datang
pada hari yang tidak disangka-sangkanya, dan pada saat yang tidak
diketahuinya, dan tuan itu akan membunuh dia dan membuat dia senasib
dengan orang-orang yang tidak setia. Hamba yang tahu akan kehendak
tuannya, tetapi tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa
yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi
barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang
seharusnya mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan.
Barangsiapa diberi banyak, banyak pula dituntut dari padanya. Dan
barangsiapa dipercaya banyak lebih banyak lagi yang dituntut dari
padanya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Antifon Komuni
Pujilah Tuhan, hai Yerusalem. Pujilah Dia yang mengenyangkan dikau dengan gandum yang paling baik.
Renungan
Seorang pertapa diwawancarai. ”Apabila hari ini merupakan hari terakhir di dalam kehidupan Anda, apakah yang Anda lakukan?” tanya
wartawan. Dengan santai pertapa itu menjawab: ”Sesudah bangun pagi
saya berdoa dan meditasi. Kemudian makan pagi dan bekerja di kebun.
Siang hari berdoa lagi sebelum makan siang. Sore hari, saya mengunjungi
orang-orang yang sakit dan seterusnya seperti biasa.” Wartawan itu
kembali bertanya lagi: ”Bukankah itu merupakan jadwal Anda yang biasa?” Pertapa itu menjawab: ”Bagi saya, setiap hari merupakan hari terakhir dalam hidup. Oleh sebab itu, saya harus menghidupinya secara penuh.”
Dalam Injil hari ini, Yesus menyebut ”berbahagia” hamba yang kedapatan
sedang bersiap-siap membuka pintu ketika tuannya datang pada waktu yang
tidak disangka-sangka. Sama seperti tuan itu, demikianpun Tuhan akan
datang pada waktu yang tidak disangka-sangka. Berbahagialah kita
apabila didapati-Nya telah siap sedia. Caranya adalah dengan tekun dan
setia melakukan pekerjaan-pekerjaan kita setiap hari.
Tuhan, sadarkanlah aku bahwa akhir zaman mungkin masih sangat jauh,
tetapi akhir hidupku bisa terjadi kapan saja. Bantulah aku untuk
senantiasa bersiap-sedia menantikan kedatangan-Mu. Amin.
Ziarah Batin 2013, Renungan dan Catatan Harian