Minggu, 27 Oktober 2013
Hari Minggu Biasa XXX
"..... Gereja tak putus-putusnya menyajikan kepada umat beriman roti
kehidupan yang Gereja terima baik dari meja Sabda Allah, maupun dari
meja Tubuh Kristus Bdk. DV 21." (Katekismus Gereja Katolik, 103)
Antifon Pembuka (bdk. Mzm 105:3-4)
Bergembiralah kamu semua yang mencari Tuhan! Selamilah Tuhan dan kuasa-Nya, carilah selalu wajah-Nya.
Confitemini Domino, et invocate nomen eius: annuntiate inter gentes opera eius.
Doa Pagi
Allah Bapa yang mahamulia dan mahakuasa, Engkau memperhatikan semua
orang; mereka yang kesepian dan lemah selalu Kaubantu; para perantau dan
pendosa tak Kaulupakan. Kami mohon, berilah kami keberanian untuk
mengakui bahwa kami ini orang-orang berdosa. Lindungilah kami terhadap
kesombongan yang mau menguasai hati kami, sehingga kami berkenan di
hati-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang hidup
dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (35:12-14.16-18)
"Doa orang miskin menembusi awan."
Tuhan adalah Hakim yang tidak memihak, Ia tidak memihak dalam perkara
orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya. Jeritan
yatim piatu tidak Ia abaikan, demikian pula jeritan janda yang
mencurahkan permohonannya. Tuhan berkenan kepada siapa saja yang dengan
sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke a wan. Doa
orang miskin menembusi awan, dan ia tidak akan terhibur sebelum mencapai
tujuannya. Ia tidak berhenti sebelum Yang Mahatinggi memandangnya,
sebelum Yang Mahatinggi memberikan hak kepada orang benar dan
menjalankan pengadilan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, mi = fis, 4/4, PS 816.
Ref. Tuhan mendengarkan doa orang beriman.
Ayat. (Mzm 34:2-3.17-18.19.23; R: 7a)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu
ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang
yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk
melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi. Apabila orang benar itu
berseru-seru, Tuhan mendengarkan; dari segala kesesakannya mereka Ia
lepaskan.
3. Tuhan itu dekat kepada orang yang patah hati, Ia menyelamatkan
orang-orang yang remuk jiwanya. Tuhan membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya
dan semua yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 4:6-8.16-18)
"Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran."
Saudaraku terkasih, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan,
dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan
dengan baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara
iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan
dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada harinya; bukan
hanya kepadaku, tetapi juga kepada semua orang yang merindukan
kedatangan-Nya. Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak ada seorang
pun yang membantu aku; semuanya meninggalkan aku. Kiranya hal itu jangan
ditanggungkan atas mereka. Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan
menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan
sepenuhnya, dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan
demikian aku lepas dari mulut singa. Tuhan akan melepaskan aku dari
setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk
ke dalam Kerajaan-Nya di surga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya!
Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/2, PS 958
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (2Kor 5:19)
Dalam Kristus Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dan mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)
"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang Farisi itu tidak."
Sekali peristiwa Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang
yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain,
“Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang
Farisi, dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan
berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu,
karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok,
bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai
ini! Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari
segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri
dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata
kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan
Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri
akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Beberapa
waktu lalu, saya menonton sebuah film singkat. Film itu mengisahkan
seorang pejabat yang berusaha menyuap seorang wartawati yang telah
mengangkat dan menulis kasus korupsinya di sebuah surat kabar. Melihat
besarnya uang suap yang diberikan oleh si pejabat, luluhlah hati
wartawati itu dan akhirnya tidak jadi melanjutkan pemberitaan kasus
korupsi si pejabat.
Dalam Injil hari ini, kita mendengar ada
dua orang yang sedang berdoa, yaitu seorang Farisi dan seorang pemungut
cukai. Orang Farisi termasuk orang terhormat, sedangkan si pemungut
cukai sering dipandang sebagai orang berdosa. Si Farisi mengungkapkan
semua perbuatan baik yang telah dilakukannya. Dia bangga dengan semua
perbuatan baik yang telah dilakukannya. Seolah, Tuhan berkenan dengan
doanya itu. Sebaliknya, si pemungut cukai tidak punya sesuatu yang bisa
dibanggakan.
Si Farisi yakin bahwa hidupnya sempurna. Dia mau “menyuap”
Tuhan lewat doanya dengan harapan, Tuhan semakin berkenan kepadanya.
Seakan Tuhan hanya mencintai mereka yang semupurna hidupnya. Untungnya,
Tuhan tidak mau disuap. Hati-Nya tidak luluh karena suap. Dia adalah
Hakim yang tidak memihak (Sir 35:12). Tuhan mau mencintai dan sudi
mendengarkan doa semua orang. Bahkan, “Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya” (ay. 13).
Apa
yang salah dengan doa si Farisi? Apa yang menyebabkan doa si pemungut
cukai dibenarkan Allah? Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat kita baca
dalam bacaan pertama (Sir 35:12-14, 16-18). Tuhan berkenan kepada siapa
pun yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya (ay. 16). Deretan
perbuatan baik si Farisi, membuatnya yakin bahwa Tuhan di pihaknya.
Dengan keyakinan tersebut dia lantas menjadi sombong dan memandang
rendah orang lain. Padahal, seorang pendoa sejati mesti semakin rendah
hati. “Suap”nya (perbuatan baiknya) menuntut balasan dari Tuhan.
Sebaliknya, si pemungut cukai sadar bahwa pekerjaan yang dilakukannya
adalah kotor, dosa. Dia pantas dihakimi dan dipersalahkan oleh Tuhan.
Namun, dalam doanya dia memohon dengan penuh iman, “Ya Allah,
kasihanilah aku orang berdosa ini.” Jeritan doa si pemungut cukai itu
telah menembus awan dan Tuhan sudi mendengarkannya.
Apa yang
bisa kita refleksikan dari perikop Injil hari ini? Sebagai orang
Kristiani, doa mesti menjadi bagian dalam hidup kita. Doa-doa yang kita
panjatkan kepada Tuhan, hendaknya bukan merupakan bentuk “suap” kita
kepada Tuhan, supaya Tuhan senantiasa memberkati kita. Tuhan tidak bisa
disuap dengan doa-doa kita. Tuhan terus menanti doa-doa yang berasal
dari kedalaman hati kita, sebagai ungkapan iman dan cinta kepada-Nya.
Karena itu Dia tidak pernah memalingkan telinga-Nya dan doa-doa kita.
Bahkan, ketika kita sedang dalam kesusahan, seperti kata Daud, “Hati
yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm 51:19).
Doa-doa
yang kita panjatkan hendaknya membuat kita menjadi “melek” (Jawa:
terbuka matanya) terhadap segala kelemahan kita. Karena itu, buah dari
doa yang tulus adalah kerendahan hati. (Petrus Harsa/RUAH)
Mohon
pengampunan adalah bentuk pertama dari doa permohonan. Itu ditemukan
misalnya dalam doa pemungut cukai: "Ya Allah, kasihanilah aku orang
berdosa ini" (Luk 18:13). Doa itu merupakan prasyarat untuk doa yang
baik dan jujur. Kerendahan hati yang penuh kepercayaan, menempatkan
kembali kita dalam terang persekutuan dengan Bapa dan Putera-Nya Yesus
Kristus, dan dengan demikian dalam persekutuan antara kita manusiaBdk. 1
Yoh 1:7-2:2.. Lalu, "apa saja yang kita minta, kita memperolehnya
dari-Nya" (1 Yoh 3:22). Doa mohon pengampunan harus mendahului perayaan
Ekaristi dan doa pribadi. (Katekismus Gereja Katolik, 2631)