Minggu, 02 Februari 2014
Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah
Persembahan Yesus dalam kenisah Bdk. Luk 2:22-29. menunjukkan Dia
sebagai Anak sulung, yang dipersembahkan kepada Tuhan Bdk. Kel
13:12-13.. Dalam Simeon dan Anna terjadilah pertemuan - demikianlah
tradisi Bisantin menamakan pesta ini - seluruh pengharapan Israel dengan
Penebus-Nya. Yesus dikenal sebagai Mesias yang sudah lama
dinanti-nantikan, sebagai "cahaya bangsa-bangsa" dan "kemuliaan Israel",
tetapi juga sebagai "tanda pertentangan". Pedang dukacita, yang
diramalkan untuk Maria, menandakan "persembahan" yang lain, yang
sempurna dan yang satu-satunya, di salib, yang akan menganugerahkan
keselamatan, "yang Allah persiapkan untuk segala bangsa". --- Katekismus
Gereja Katolik, 529
PEMBERKATAN LILIN DAN PERARAKAN
Antifon
Tengoklah! Tuhan akan datang dengan kekuatan besar, akan bersinarlah mata semua orang yang mengabdi kepada-Nya. Alleluya.
Ecce Dominus noster cum virtute veniet, ut illuminet oculos servorum suorum, alleluia.
Doa Pemberkatan Lilin
KIDUNG PERARAKAN (atau Puji Syukur 478, Sekarang Tuhanku)
Kristuslah cahaya para bangsa dan kemuliaan bagi umat-Mu Israel.
Sekarang Tuhan, perkenankanlah hamba-Mu berpulang dalam damai sejahtera menurut sabda-Mu.
Kristuslah cahaya para bangsa dan kemuliaan bagi uamt-Mu Israel.
Sebab aku telah melihat keselamatan-Mu, ya Tuhan.
Kristuslah cahaya para bangsa dan kemuliaan bagi umat-Mu Israel.
Yang Kausediakan di hadapan para bangsa.
Kristuslah cahaya para bangsa dan kemuliaan bagi umat-Mu Israel.
atau (Graudale Romanum 540)
Lumen ad revelationem gentium, et gloriam plebis tuæ Israel.
Antifon Pembuka (Mzm 48:10-11)
Kami telah menerima kasih setia-Mu, ya Allah, dalam bait-Mu yang kudus.
Seperti nama-Mu, ya Allah, demikianlah kemasyhuran-Mu sampai ke ujung
bumi; tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan.
Suscepimus Deus, misericordiam tuam in medio templi tui: secundum
nomen tuum Dues, ita et laus tua in fines terræ: iustitia plena est
dextera tua.
Mzm. Magnus Dominus, et laudablis nimis: in civitate Dei, in monte sancto eius. (Mzm 48:10-11, 2; Graduale Romanum, 543)
Madah Kemuliaan
Doa Pembuka
Allah Bapa yang Mahakuasa dan kekal, hari ini Putra Tunggal-Mu yang
telah menjadi manusia seperti kami, dipersembahkan kepada-Mu di kenisah.
Di hadapan hadirat-Mu yang agung kami mohon dengan rendah hati,
sucikanlah hati dan budi kami agar kami pun menjadi persembahan yang
pantas bagi-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami,
yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa,
Allah sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Nubuat Maleakhi (3:1-4)
"Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya."
Beginilah firman Tuhan semesta alam, “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku,
supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Tuhan yang kamu cari itu
dengan mendadak akan masuk ke bait-Nya. Malaikat perjanjian yang kamu
kehendaki itu sesungguhnya, Ia datang. Siapakah yang dapat tetap berdiri
apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia laksana api tukang pemurni logam
dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang
memurnikan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka
seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang
mempersembahkan kurban yang benar kepada Tuhan. Maka persembahan Yehuda
dan Yerusalem akan menyenangkan hati Tuhan seperti pada hari-hari dahulu
kala, dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 3/4, PS 803
Ref. Bukalah pintu hatimu, sambutlah Raja Sang Kristus.
atau Gapuramu, lapangkanlah, menyambut Raja mulia.
Ayat. (Mzm 24:7.8.9.10; R: 10b)
1. Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan bukalah dirimu
lebar-lebar, hai pintu-pintu abadi, supaya masuklah Raja Kemuliaan!
2. Siapakah itu Raja Kemuliaan? Tuhan, yang jaya dan perkasa, Tuhan yang perkasa dalam peperangan!
3. Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan bukalah dirimu
lebar-lebar, hai pintu-pintu abadi, supaya masuklah Raja Kemuliaan.
4. Siapakah itu Raja Kemuliaan? Tuhan semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (2:14-18)
"Karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai."
Saudara-saudara, orang-orang yang dipercayakan Allah kepada Yesus adalah
anak-anak dari darah dan daging. Maka Yesus menjadi sama dengan mereka
dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia
memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan
demikian, Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam
perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan
malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham. Itulah
sebabnya dalam segala hal Yesus harus disamakan dengan
saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Agung yang menaruh belas
kasihan, yang setia kepada Allah utnuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
Karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat
menolong mereka yang dicobai.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = es, 4/4, PS 955
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 2:32)
Dialah terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel. Alleluya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:22-40) (Singkat: 2:22-32)
"Mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu."
Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat Musa, Maria dan Yusuf
membawa Anak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung
harus dikuduskan bagi Allah.” Juga mereka datang untuk mempersembahkan
kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang
burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Waktu itu adalah di
Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh
hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel; Roh Kudus ada di
atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak
akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas
dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah. Ketika Anak Yesus
dibawa masuk oleh orang tua-Nya, untuk melakukan kepada-Nya apa yang
ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya
sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini
pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah
melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di
hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi
bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” [Yusuf
dan Maria amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Anak
Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka, dan berkata kepada Maria, ibu Anak
itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau
membangkitkan banyak orang di Israel, dan untuk menjadi suatu tanda yang
menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri
-, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang. Ada juga di situ
seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer, namanya Hana. Ia
sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah menikah, ia hidup tujuh tahun
bersama suaminya, dan sekarang ia sudah janda, berumur delapan puluh
empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam
beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat Anak Yesus
dipersembahkan di Bait Allah Hana pun datang ke Bait Allah, dan
bersyukur kepada Allah serta berbicara tentang Anak Yesus kepada semua
orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Setelah menyelesaikan
semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah Maria dan
Yusuf serta Anak Yesus ke kota kediamannya, yaitu Nazaret di Galilea.
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih
karunia Allah ada pada-Nya.]
InilahI Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Persembahan
Persembahan berasal dari kata sembah. Dalam peristiwa ini ada 3 hal:
Pertama, Orang yang mempersembahkan. Kedua, Sesuatu yang dipersembahkan
dan ketiga, kepada siapa persembahan ini ditujukan. Antara pertama dan
ketiga ada hubungan hamba dan Tuhan. Antara pertama dan kedua ada
hubungan pemilik dan yang dimiliki. Selanjutnya, kedua menjadi utuh
milik ketiga. Dan kedua bisa digunakan untuk apa saja oleh ketiga,
bahkan yang terburuk. Kalau ketiga itu Allah Bapa dan kedua itu Yesus,
kita tahu apa yang terjadi?
Anak Sulung
Dalam keluarga Yahudi yang poligami, sangat jelas dibedakan hak anak
sulung dari pihak ibu dan hak dari pihak bapak. Dalam keluarga besar,
hanya seorang anak bisa mendapat 2 hak berkat kesulungan sekaligus.
Perkawinan monogami tentu lebih jelas. Demikian juga dengan keluarga
Nazaret? Relasi Keluarga Kudus ini unik. Yusuf itu ayah “resmi”. Yesus
dilahirkan dari Maria, ibu-Nya. Bukan karena Yusuf tetapi karena buah
Roh Kudus. Yesus mendapat hak Anak Sulung dari Bunda Maria dan mendapat
hak-Nya dari (Allah) Bapa.
Mendapat hak dari Bunda Maria
Dalam arti yang sangat rohani, dalam tataran iman, segala sesuatu itu
milik Tuhan, lalu apa yang dapat kita berikan kepada Tuhan? Bagi kita
rasanya sangat sulit dan tidak mungkin. Tetapi bagi Maria terbuka dan
pembuka, karena imannya kokoh membadan sebagai manusia.
Karena itu, Yesus menerima dari Maria hak di sisi kemanusiaan sebagai
“Anak Manusia”. Ia memanggil Maria “ibu”. Maria membiarkan hatinya
“diobok-obok bahkan dilukai” oleh kehendak-Nya. Madah Ibadat Pagi dalam
pesta ini, dikatakan: Majulah Santa Maria mempersembahkan Putra –
siapkanlah hatimu untuk tusukan membilu. Luka lagu. Suara gema dari
lagu-lagu nyanyian sukacita jiwa seorang ibu: Kidung Maria.
Mendapat hak dari Bapa
Apa yang Bapa punya, Putra punya. Semesta, kerajaan, kehidupan dan
waktu. Hati, cinta, sukacita, kekudusan bahkan kesedihan dan kedekatan
sampai hal yang belum dan tidak kita mengerti. Dia sendiri Berkat.
Tetapi yang paling mengesankan Dia mendapat pengakuan sebagai Putra
tercinta. Karena kemenangan salib, Dia menjadi Buah dan Putra Sulung
dari banyak sahabat dan saudara yang telah percaya.
Benang Merah
Yesus dipersembahkan waktu bayi di Bait Allah. Ketika genap waktunya,
Yesus menjadikan diri-Nya sebagai persembahan di Taman Getsemani, “Bapa,
jika mungkin biarkanlah piala ini berlalu ... tetapi kehendak-Mulah
yang terjadi...” Di Kalvari persembahan disempurnakan dalam salib
sebagai Kurban: Terimalah.... sudah selesai. Ketika Dia kalah telak Dia
sungguh menang mutlak untuk segala kebaikan. Tubuh dan darahnya menjadi
makanan dan minuman surgawi dalam rupa roti dan anggur.
Dalam lukisan Pendar Malam... Ada bulan bundar kuning kemerahan, seperti
mata sendu semesta, Bapa memandang kesedihan Putra yang terjaga,
ketakutan, terpuruk di bebatuan Getsemani; bukankah dahulu Bapa Abraham
memandang secara demikian pula ketika Ishak putra kesayangan hendak
disembelih bagai domba dengan tangannya sendiri?
Bagian tersulit rangkaian janji Inkarnasi dilakoni, wafat di kalvari.
Cinta sejati dibayar tunai tak terganti, dengar harga mahal tanpa
tawar-menawar: bila mungkin. Allah Bapa yang biasanya Mahabaik dan murah
hati menjadi Allah yang jauh dan “keji” dalam Cinta tersembunyi Bapa
membiarkan saja krisis Kristus bergumam sedih: Allah-Ku, Allah-Ku
mengapa Engkau meninggalkan Daku? Sungguhkah Allah meninggalkan kita,
ketika Allah tidak nampak karena lengket menempel tiada ruang, persis di
satu sisi mata uang?
“Transfigurasi”, di puncak bukit itu, kebahagiaan yang dirasakan
Petrus, Yakobus, dan Yohanes, ternyata menyimpan kedukaan dalam yang
akan segera datang. Dan kemudian sadarlah kita, bahwa di Bukit Kalvari
kedukaan mencekam pada salib, akan segera mengantar kita kepada Sang
kehidupan sejati menuju kepenuhan Surga abadi.
Persembahan hidup itu tidak menyerahkan tanggung jawab kepada Allah,
tetapi adalah utuh sebagai peristiwa diri kita bersama Dia yang selalu
mencintai kita. Bahagia dan luka menjadi irama dan warna-warni ilahi,
sebagai nilai sembah bakti. Hidup yang dipersembahkan itu berarti kita
datang berbagi dengan Yesus, Saudara sulung. Meskipun sakit tetap sama,
hidup lebih ringan dan aman dalam menanggung beban Salib.
Kalau waktu itu panjang berantai, maka seluruh hidup kita dipenuhi
simpul sukacita membawa persembahan kepada Sang Persembahan, kepada Bapa
– sumber segala berkat -. Yesus menjadikan hari-hari persembahan kita
kurban indah karena kehadiran-Nya.
Sebagaimana para nabi sebelumnya, demikian pun Yesus menunjukkan
penghormatan yang sangat dalam kepada kenisah Yerusalem. Empat puluh
hari sesudah kelahiran-Nya Ia dipersembahkan di sana kepada Allah oleh
Yosef dan Maria Bdk. Luk 2:22-39.. Dalam usia dua belas tahun Ia
memutuskan untuk tinggal di kenisah, supaya mengingatkan orang-tua-Nya
bahwa Ia harus berada di rumah Bapa-Nya Bdk. Luk 2:46-49.. Selama
kehidupan-Nya yang tersembunyi Ia pergi setiap tahun paling kurang pada
pesta Paskah ke kenisah Bdk. Luk 2:41.. Karya-Nya di muka umum terjadi
dalam irama ziarah-ziarah-Nya ke Yerusalem pada hari-hari raya Yahudi
yang besar Bdk. Yoh 2:13-14; 5:1.5:14; 7:1.7:10.7:14; 8:2; 10:22-23. ---
Katekismus Gereja Katolik, 583
RUAH