| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Jumat, 28 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VII

Jumat, 28 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VII

Dengan salib, Yesus telah membebaskan kita dari tirani iblis yang telah mengantar kita ke dalam dosa (St. Yohanes Maria Vianey)

Antifon Pembuka (Mzm 103:1-2)

Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!

Doa Pagi

Allah Bapa yang maha pengasih, Engkau telah menciptakan manusia dan alam semesta dengan cinta kasih-Mu. Singkirkanlah ketegaran dan kesombongan kami agar benih-benih cinta kasih yang telah Kautanam dalam hati kami dapat berkembang dan berbuah. Dengan pengantaraan, Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (5:9-12)

Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu. Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan. Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 823
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim
Ayat. (Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, jangan lupa akan segala kebaikannya!
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
3. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak pernah Ia murka, dan tidak selamanya Ia mendendam.
4. Sejauh timur dari barat, demikianlah besar kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takut akan Dia! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali
Ayat.
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran. Alleluya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (10:1-12)

Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang Sungai Yordan. Di situ orang banyak datang mengerumuni Dia, dan seperti biasa Yesus mengajar mereka. Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus. Mereka bertanya, “Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?” Tetapi Yesus menjawab kepada mereka, “Apa perintah Musa kepadamu?” Mereka menjawab, “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita; karena itu pria meninggalkan ibu bapanya dan bersatu dengan isterinya. Keduanya lalu menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.” Setelah mereka tiba di rumah, Para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika isteri menceraikan suaminya lalu kawin dengan pria yang lain, ia berbuat zinah.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Ingin tahu lebih banyak bisa menjadikan manusia lebih bijaksana dan mengerti rahasia lebih jelas. Orang Farisi ingin belajar dari Yesus, apakah boleh seorang menceraikan isterinya dan kawin lagi. Yesus menjawab dengan tegas: jika orang cerai dan kawin lagi, maka ia berbuat zinah. Pertanyaan orang Farisi sekian puluh abad yang lampau kiranya masih relevan pada jaman sekarang ini.

Masalah kawin cerai tidak hanya melanda dunia dan kehidupan para artis. Di banyak negara yang memperbolehkan terjadinya perceraian dan kawin lagi, angka perceraiannya sangat tinggi bahkan di atas 50%. Alasan yang sepele, kecil dan sebenarnya kurang berarti bisa menjadikan suami atau isteri menjatuhkan talak, menggugat perceraian. Tentu saja umat Katolik yang hidup di tengah tengah masyarakat seperti itu mudah terpengaruh. Alasan ekonomi, munculnya ketidak cocokan satu sama lain, tidak memiliki keturunan, akan dengan mudah diakhiri dengan perceraian. Ujung-ujungnya kawin lagi. Tidak mudah untuk menyadarkan makna pentingnya perkawinan yang seharusnya berlangsung seumur hidup.

Yesus menegaskan bahwa hubungan saling mencintai dalam perkawinan merupakan hubungan yang disatukan oleh Allah. Cinta mereka merupakan cinta Ilahi, sehingga tak boleh diceraikan oleh manusia. Allah mengangkat martabat cinta manusiawi menjadi cinta ilahi yang abadi bagi pasangan suami isteri. Itulah makna sakramen perkawinan di dalam Gereja Katolik.

Contemplatio: Resapkan pengalaman cinta dalam keluargamu. Betapa Tuhan memberikan cinta-Nya melalui Yesus Kristus kepada Gereja-Nya yang menjadi model cinta suami-isteri.

Oratio:Ya Tuhan Yesus, sentuhlah hubungan cinta dalam keluargaku agar semakin bermartabat, dihayati dengan setia dengan kegembiraan sepenuhnya. Amin.

Missio: Mulai hari ini aku akan memperhatikan setiap anggota keluargaku sebagai ungkapan cinta Allah yang begitu besar tanpa pamrih untukku pribadi dan seluruh anggota keluargaku.

Renungan Harian Mutiara Iman 2014

Penyehatan Sikap Berliturgi Kita


“Sekarang ini kita mempergunakan teks liturgi dengan Bahasa Inggris berdasarkan terjemahan baru. Hal ini melambangkan banyak sekali hal. Kita sungguh-sungguh menyadari kebaruan arti dari kata-kata yang kita pergunakan. Kita harus benar-benar memusatkan perhatian pada kata-kata itu. Kita membutuhkan pendekatan baru yang segar berhadapan dengan kebiasaan-kebiasaan dan rasa familiar kita yang sudah lama sekali terbentuk”.

Kata-kata itu diucapkan oleh Mgr. Vincent Nichols, Uskup Agung Westminster, Inggris, pada Hari Perayaan Tahunan Bagi Para Imam di Keuskupan Agung itu, ketika bacaan harian menyajikan bacaan injil dari Yoh. 17:1-11.

“Perasaan kecewa” yang sama sepertinya ada juga pada kita di Indonesia ini, ketika, setelah sekian lama ahli-ahli liturgi dan ahli-ahli bahasa Indonesia, dengan rajin dan tekun mempelajari, mempertimbangkan dengan mendiskusikannya secara tulus dan tuntas, akhirnya menetapkan “Tata Perayaan Ekaristi Bahasa Indonesia”, Vatikan tetap ngotot tentang harus dipertahankannya rumusan “dan bersama rohmu” – “et cum spiritu tuo” sebagai persyaratan untuk mendapatkan recognitio. Sikap Vatikan yang sering kita nilai “kuno dan kolot”, dan memberi kesan bertentangan dengan prinsip aggiornamento serta pembaruan-pembaruan termasuk yang bersifat inkulturatif yang juga sangat dianjurkan oleh Konsili Vatikan II, dengan mudah menimbulkan sikap repulsif terhadap apa yang datang dari Vatikan.

Dalam homili yang diberinya judul “Kita Berbusana Misa untuk Meminimalkan Kecenderungan-kecenderungan Pribadi Kita”, Mgr Nichols di hadapan para imamnya mengakui: “Di antara kita, para imam, dengan sangat mudah Liturgi menjadi titik pertentangan. Padahal bukan begitulah yang seharusnya”. Lalu dikemukannya apa yang menjadi keyakinannya, yang diharapkannya akan menjadi keyakinan para imamna juga dalam menghayati liturgi, terutama Perayaan Ekaristi. Katanya:

“Yang menjadi keyakinan pertama saya adalah ini: Liturgi tidak pernah menjadi milik saya sendiri, atau menjadi buah hasil ciptaan saya sendiri. Liturgi adalah sesuatu yang dianugerahkan kepada kita oleh Bapa. Oleh karena itu, citarasa selera saya sendiri, kesukaan-kesukaan saya pribadi, kepribadian saya sendiri, pandangan-pandangan saya pribadi tentang Gereja, semuanya bersifat marginal, tidak banyak berarti dan kurang penting ketika saya sampai pada urusan mempersembahkan misa. Kita mengenakan busana misa justru untuk meminimalkan preferensi-preferensi pribadi kita, dan bukan untuk mengungkapkannya, apalagi untuk menekankannya. Liturgi bukan milik kita. Liturgi tidak pernah boleh dipergunakan sebagai suatu bentuk pengkapan diri sendiri. Di dalam keuskupan, ketika imam-imam suatu paroki berubah, seharusnya ada sesuatu yang dengan jelas tetap berlanjut tanpa berubah, yakni cara kurban misa dipersembahkan. Kurban Misa adalah tindakan Gereja. Inilah yang menjadi pokoknya, dan bukan yang menjadi pendapat saya. … Tugas saya hanyalah untuk tetap setia”.

Sikap repulsif tersebut, juga yang datang dari kalangan para imam, sering masih dipanas-panasi lagi dengan semangat spontanitas yang oleh sementara imam diyakini sebagai yang terbaik, karena dianggap otentik, apalagi yang ditopang dengan unsur-unsur inkulturatif, kreatif dan inovatif yang mengatasnamakan kemajuan. Mgr Nichols dalam homilinya bagi para imam di keuskupannya itu langsung menambahkan keyakinannya yang kedua, yakni, “bahwa Liturgi membentuk kita dan bukan kita membentuk Liturgi. Kata-kata Kurban Misa membentuk iman kepercayaan dan doa-doa kita. Kata-kata Liturgi jauh lebih baik daripada kreativitas kita yang spontan. … Ditahbiskan ke dalam pribadi Kristus sebagai Kepala, saya hanyalah sebuah instrumen, sebuah sarana kecil dalam misteri yang agung itu. Ini sangat penting. Kurban Misa yang saya rayakan setap pagi membentuk hati saya untuk seluruh hari yang akan datang. … Nanti, dalam semua peristiwa hari itu, dalam keputusan-keputusan yang saya ambil, dalam kata-kata yang saya ucapkan, harapan saya yang paling besar … adalah, bahwa Tuhan akan berkenan mempergunakan saya dan bahwa saya, secara pribadi, tidak menjadi penghalang bagi jalan-Nya. Kita semua adalah pelayan-pelayan Liturgi dengan mana Allah membuka bagi kita curahan hidup-Nya yang menyelamatkan”.

Karena itu, gagasan ketiga yang diharapkannya menjadi keyakinan para imamnya adalah ini: bahwa mereka harus senantiasa menjunjung tinggi kebenaran sentral ini: bahwa jantung liturgi adalah perjumpaan Umat Allah dengan Tuhannya. Segala sesuatu tentang Liturgi harus melayani maksud tujuan ini.

Secara logis Mgr. Nichols mengakhiri homilinya pada perayaan tahunan untuk imamat di Keuskupannya itu dengan mengatakan:

“Point keempat saya yang terakhir adalah ini: kapan saja Liturgi Gereja, yakni Perayaan Kurban Misa, sungguh-sungguh merasuk ke dalam hati dan jiwa kita, maka buah hasilnya adalah rasa keterutusan yang berkobar-kobar”.


Perjumpaan kita dengan Tuhan dan pengalaman akan kasih-Nya membuahkan kesiap-sediaan untuk menjawabnya, teristimewa dalam memberi perhatian kepada mereka yang paling miskin dan paling membutuhkan, sebab justru mereka inilah yang paling karib dengan Hati Sang Juruselamat itu. Di antara para imam dan umat hendaklah senantiasa ada pelayanan bagi Tuhan, pelayanan yang sederhana, tetapi penuh dengan sukacita.

Marilah, saudara-saudaraku terkasih, dengan senang hati kita terima segala upaya untuk mencari pembaruan di dalam perayaan-perayaan Misa kita, sambil senantiasa tetap berada di bawah bimbingan Gereja saja. Dan semoga iman kepercayaan kita dan doa-doa kita dari hari ke hari tetap dibimbing oleh apa yang dimintakan dari pihak kita. Amin.

Penulis adalah Romo Gerard Widyo-Soewondo, MSC, Kepala Departemen Dokumentasi dan Penerangan (Dokpen) KWI.

Sumber: Kolom Antar Komisi Majalah Liturgi Vol. 22, no. 4, Juli – Agustus 2011

 

Kamis, 27 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VII

Kamis, 27 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VII

“Penyesatan itu terutama bersifat buruk, kalau ia dilakukan oleh orang-orang terpandang dan kalau karena itu orang-orang lemah dibahayakan. Ini yang membuat Tuhan kita berseru: "Tetapi barang siapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut" (Mat 18:6) Bdk. 1 Kor 8:10-13.. Penyesatan itu bobotnya sangat berat, kalau dilakukan oleh para pendidik dan para guru. Karena itu, Yesus mempersalahkan ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi bahwa mereka adalah serigala berbulu domba Bdk. Mat 7:15..” (Katekismus Gereja Katolik, 2285)

Antifon Pembuka

Barangsiapa memberi kalian minum air secangkir, karena kalian adalah pengikut Kristus, ia takkan kehilangan ganjarannya.

Doa Pagi

Bapa yang Mahapengasih, di zaman konsumerisme dan hedonisme yang semakin merajalela ini, bantulah aku untuk keluar dari sikap egoisme. Dengan demikian aku mampu selalu bersyukur atas berkat dan rahmat-Mu, sehingga aku tidak mudah terlena akan sarana komunikasi yang kurang sehat dan mengakibatkan ketidakadilan bagi sesama. Amin.

Dengan sangat keras Yakobus menegur orang-orang kaya yang tamak. Mereka hidup berfoya-foya, sementara upah para pekerja mereka tahan. Mereka memperlakukan orang jujur dengan sangat buruk, tanpa bisa dilawan.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (5:1-6)
   
Hai kalian orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kalian. Kekayaanmu sudah membusuk dan pakaianmu sudah dimakan ngengat. Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kalian, dan akan makan dagingmu seperti api. Kalian telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena kalian telah menahan upah para buruh, yang telah menuai hasil ladangmu. Dan keluhan mereka yang menyabit panenmu telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam. Kalian telah hidup dalam kemewahan dan berfoya-foya di bumi. Kalian telah memuaskan hati sama seperti pada hari pembantaian. Kalian telah menghukum, bahkan membunuh orang jujur, dan ia tidak dapat melawan kalian.
Demikianlah sabda Tuhan.
U Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Ayat. (Mzm 49:14-15ab,15cd-16,17-18,19-20)
1. Inilah jalan orang-orang yang mengandalkan dirinya sendiri, ajal orang-orang yang bangga akan perkataannya sendiri. Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati; gembalanya ialah maut;
2. Mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka. Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku.
3. Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, sebab pada waktu mati semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia.
4. Sekalipun pada masa hidupnya ia menganggap dirinya berbahagia, sekalipun orang menyanjungnya karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri, namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sambutlah sabda Tuhan, bukan sebagai perkataan manusia, melainkan sebagai sabda Allah.

Aneka bentuk penyesatan selalu ada, baik dari luar atau dari diri kita sendiri. Cara mencegahnya adalah dengan memotong akarnya. Namun ada cara pencegahan yang lebih manusiawi, yakni dengan tak jemu-jemu berbuat baik (bdk. Ay. 50b), walau hanya sekadar memberi minum air secangkir.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:41-50)
       
Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, "Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Karena setiap orang akan digarami dengan api. Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
  
Renungan


Seorang murid Yesus harus menghindarkan diri dari kemungkinan memberi skandal kepada orang lain. Dengan cara itu, mereka meluputkan diri dari siksaan neraka yang disimbolkan dengan api dan ulat bangkai. Yesus lalu menunjukkan sikap yang harus dibangun, yaitu menjadi garam bagi sesama. Ia harus menjadi pembawa damai dalam hidup bersama.

Doa Malam

Bapa, terimalah persembahan hidupku. Semoga segala usaha dan karyaku hari ini, yakni untuk berdamai dengan diri sendiri maupun dengan sesama berkenan kepada-Mu. Bila ada kekurangan, sudilah Engkau mengampuniku. Engkaulah Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.


RUAH

Surat Gembala Prapaskah 2014 untuk Keuskupan Bogor

Kepada seluruh umat Keuskupan Bogor yang terkasih,

Salam damai sejahtera dan berkat apostolik,

“Bertobatlah dan Percayalah kepada Injil” (bdk. Mrk 1:15) merupakan seruan Allah yang disampaikan kepada kita. Gereja menggemakan kembali seruan ini terutama pada Masa Prapaskah. Kita akan memulai masa Prapaskah ini pada hari Rabu Abu. Pada hari Rabu Abu itu, kita akan menerima abu yang dioleskan pada dahi kita. Menandai diri kita dengan abu pada dahi atau kepala merupakan ungkapan simbolis bahwa kita semua manusia yang rapuh, “berasal dari debu dan akan kembali kepada debu”.

Melakukan pertobatan dan percaya kepada Injil mendapat dasarnya dari semangat: “Mencintai Tuhan dan mencintai Gereja Kristus”. Mencintai Tuhan Yesus bagi kita tidak dapat dipisahkan dari mencintai Gereja-Nya yang adalah Tubuh mistik Kristus. Sebagai konsekwensi dari iman inilah, maka kita semua dipanggil untuk memperlihatkan secara matang dan bertanggung jawab cinta kita akan Gereja Kristus di Keuskupan Bogor. Maka konsekwensinya juga ialah terlibat secara penuh dalam hidup beriman di paroki-paroki sebagai ungkapan konkret dari pelaksanaan pertobatanmu.

Cinta akan Kristus dan Gereja-Nya akan terpupuk bila kita mendalami semangat doa, ketekunan membaca dan mendengarkan firman Tuhan, serta ketulusan kita untuk melakukan karya-karya amal serta karya yang memberdayakan sesama kita. Maka selama masa prapaskah yang akan berlangsung selama 40 hari, segala energi rohani dan daya fisik kita, serta kegiatan rohani dan pastoral kita diarahkan untuk pemantapan komitmen kita untuk bangkit bersama Kristus yang menderita, wafat dan bangkit di hari raya Paskah nanti.

Agar kebangkitan kita bersama Kristus sungguh dipersiapkan secara baik, maka kita meningkatkan perhatian kita pada hal berdoa, beramal dan berpuasa.

1. Yesus mengajarkan supaya kita berdoa dengan tulus hati “jangan berdoa seperti orang munafik yang mengucapkan doanya supaya dilihat orang dan bertele-tele” (bdk. Mat 6:5). Marilah kita bertindak secara aktif dan mengambil inisiatif untukmeningkatkan perjumpaan-perjumpaan antara umat yang ditandai oleh doa bersama, doa pribadi, Jalan Salib, serta renungan-renungan di lingkungan selama masa Prapaskah.

2. Kita diundang untuk semakin mengungkapkan secara lebih konkret rasa solidaritas antarkita.Tindakan kepedulian untuk meringankan beban hidup orang miskin dan lemah perlu ditingkatkan. Kita berani dan sukarela memberi sedekah atau menyisihkan sebagian dari milik kita. Dalam hal inipun Yesus memberikan nasihat: ”Apabila engkau memberi sedekah berilah dengan tulus hati, jangan menggembar-gemborkan itu: janganlah diketahui tangan kirimu apa yang dilakukan tangan kananmu” (bdk. Mat 16:23).

3. Dalam hal berpuasa, Yesus memberikan pedoman praktis bagaimana orang harus berpuasa yang mengantar dia kepada penyangkalan diri dengan kata-kata berikut: “jangan berpura-pura, jangan pula supaya dilihat orang, tetapi apabila engkau berpuasa minyakilah kepalamu, cucilah mukamu supaya jangan nanti dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa” (Mat 16:17-18).

Saudara-saudari terkasih!
Khususnya selama Masa Prapaskah ini, marilah kita merenungkan ajakan Paus Fransiskus berkenaan dengan tema jati diri kita sebagai orang Katolik. Bapa Suci menegaskan tiga ciri dasar pengikut Kristus. Yang pertama, orang kristen menyadari diri sebagai orang yang diutus oleh Tuhan untuk pergi mewartakan kabar gembira. Tema APP keuskupan kita “Bermasyarakat dalam Terang Iman” merupakan undangan bagi kita agar kita siap diutus untuk mewujudkan iman kita dalam kehidupan sosial, politik dalam masyarakat Indonesia. Yang kedua, orang kristiani itu adalah domba yang diutus ke tengah serigala yang mewujud dalam bentuk kerasnya tantangan kehidupan, godaan-godaan iman yang mengancam; Seperti tokoh Daud dalam Perjanjian Lama, kita mengandalkan Tuhan (bdk.1Sam 17:45-47); Tuhanlah kekuatan dan Tuhanlah yang membela kita. Yang ketiga, ciri corak hidup orang kristen adalah bergembira, bersukacita karena mereka mengenal Tuhan dan membawa Tuhan. Tantangan-tantangan, kesulitan-kesulitan hidup serta keberdosaan kita hendaknya tidak memudarkan sukacita hidup sebagai anak-anak Allah dan saudara Yesus, justru karena Tuhan bersedia mengampuni dan menolong kita.

Di samping itu, kami juga mengajak umat sekalian untuk mewujudkan arah gerak pastoral Keuskupan Bogor, yang terdapat dalam Visi dan Misi Keuskupan. Kami mengajak saudara-saudari sekalian untuk membaca dan mendalami Visi dan Misi keuskupan kita dalam semangat yang ditimba dari motto: “Magnificat Anima Mea Dominum” (Luk 1:46). Motto ini digali dari pengalaman Bunda Maria yang memberikan reaksi atas kepercayaan Tuhan untuk bekerja bersama. Maria menerima kepercayaan Tuhan ini dengan ketulusan hati dan semangat bersukacita, bergembira. Ketersediaannya dan kegembiraannya ditularkan pula kepada sesamanya, pertama-tama kedalam komunitas keluarga Elisabeth saudarinya.

Secara singkat dan padat, visi dan misi Keuskupan kita ialah membangun Communio yang diterangi oleh iman akan Kristus Yesus, antara komunitas-komunitas basis yang ada dalam masyarakat kita. Komunitas dasar yang pertama dan utama ialah keluarga sebagai Gereja mini, Gereja domestik. Di dalam keluarga itu, kita menumbuhkan jati diri kita sebagai pengikut Kristus, melalui perbuatan kasih, saling mencintai, hidup dalam semangat mengampuni, memaafkan; merayakan iman dengan doa baik pribadi maupun bersama (liturgia), melakukan pelayanan dengan penuh perhatian (diakonia), memberi kesaksian tentang imannya (martyria) dan menuturkan kisah hidup Yesus, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya satu sama lain (kerigma).

Berangkat dari keluarga itu, kita diutus untuk terlibat dalam persekutuan-persekutuan basis yang ada dalam masyarakat, entah itu persekutuan internal Gereja maupun persekutuan yang bercorak lintas iman dan lintas keyakinan politis. Dalam keterlibatan itu, hendaklah kita menjadi “garam” dan "terang” dunia. Hal itu perlu kita semua perhatikan, sebab dalam masa Prapaskah tahun 2014 ini, kita akan terlibat dalam proses hidup berpolitik di negara ini. Kita ditantang untuk “menghadirkan Kerajaan Allah: kerajaan Kebenaran, kerajaan Keadilan, kerajaan Kejujuran, kerajaan di mana pelayanan untuk kepentingan masyarakat umum menjadi nyata. Allah mempercayakan manusia ciptaan-Nya untuk menciptakan dunia ini menjadi kerajaan-Nya. Maka selama masa Prapaskah ini, marilah kita berusaha membangun kejernihan hati nurani kita serta kecerdasan rohani untuk memilih orang-orang yang seturut riwayat hidupnya terbukti mempunyai kecenderungan tulus untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat universal Indonesia.

Akhirnya, marilah kita bersama-sama menyiapkan diri dengan berdoa, berpantang, dan berpuasa selama masa Prapaskah untuk menyongsong hari kebangkitan Kristus yang merupakan juga hari kebangkitan kita semua. Marilah kita melakukan “discermen”, seperti Tuhan Yesus Kristus yang melakukan “discermen” tatkala Dia digoda oleh setan di padang gurun (bdk. Mat 4:1-11). Dengan mendengarkan suara Tuhan, kita dapat melakukan pilihan-pilihan yang benar dan tepat dalam kehidupan berkeluarga, menggereja dan bermasyarakat.
Moga-moga Santa Perawan Maria, Bunda Sang Juru Selamat yang setia sampai pada hari kematian Anaknya, berdiri di kaki salib-Nya, menyertai Anda sekalian dalam retret agung dan ziarah iman bersama ini.

Ditetapkan di Bogor
Tanggal 19 Februari 2014


Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup Keuskupan Bogor


KETENTUAN PUASA DAN PANTANG

1. KETENTUAN
Kitab Hukum Kanonik Kanon 1249 menetapkan bahwa semua umat beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, di mana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang menurut norma kanon-kanon berikut:

Kanon 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

Kanon 1251 – Pantang makan daging atau makan lain menurut ketentuan Konferensi Para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus.

Kanon 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke-enam puluh; namun para gembala jiwa dan orang tua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita rasa tobat yang sejati.

2. PETUNJUK

1. Masa Prapaskah Tahun 2014 sebagai hari tobat berlangsung mulai hari Rabu Abu, tanggal 5 Maret 2014 sampai dengan Jumat Agung, tanggal 18 April 2014.

2. Pantang berarti tidak makan makanan tertentu yang menjadi kesukaannya dan juga tidak melakukan kebiasaan buruk, misalnya: marah, berbelanja demi nafsu berbelanja, boros, tidak mau memaafkan, dsb. Dana lebih mengutamakan dan mempergandakan perbuatan, tutur kata baik bagi sesama.

3. Puasa berarti makan kenyang tidak lebih dari satu kali dalam sehari.

3. CARA MEWUJUDKAN PERTOBATAN

1. Doa
Hari demi hari dalam masa Prapaskah hendaknya menjadi hari-hari istimewa untuk meningkatkan semangat berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan tekun mendengarkan dan merenungkan sabda Tuhan serta melaksanakannya dengan setia.

2. Karya Amal Kasih
Pantang dan puasa selayaknya dilanjutkan dengan perbuatan amal kasih yakni membantu sesama yang menderita dan berkekurangan. Kami mengajak saudara-saudari sekalian untuk melakukan aksi nyata amal kasih baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan maupun wilayah.

3. Penyangkalan Diri
Dengan berpantang dan berpuasa sesungguhnya kita meneladan Kristus yang rela menderita demi keselamatan kita. Kita mengatur kembali pola hidup dan tingkah laku sehari-hari agar semakin menyerupai Kristus.

4. HIMBAUAN
Selama masa Prapaskah, apabila akan melangsungkan perayaan perkawinan, hendaknya memperhatikan bahwa masa ini adalah masa tobat. Dalam keadaan terpaksa seyogyanya pesta dan keramaian ditunda.

Ditetapkan di Bogor
Tanggal 19 Februari 2014


Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup Keuskupan Bogor

Rabu, 26 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VII

Rabu, 26 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VII

“Roh Tuhan berembus dalam lembaran-lembaran ini. Kalimat-kalimatnya dibiarkan tidak selesai, sehingga Anda bisa melengkapinya sesuai dengan perilaku Anda sendiri. Jika anda menghayati kata-kata bijak ini dalam kehidupan Anda, maka Anda akan menjadi pengikut Kristus yang sejati.” – St. Josemaria Escriva

Antifon Pembuka (Mat 5:3)

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga
   
Doa Pagi

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, Engkau memperhatikan semua orang, tetapi terutama mereka yang tidak mendapat perhatian dari sesamanya. Kami mohon, janganlah kami tinggal berdiam diri melihat kelaliman atau ketidakadilan. Buatlah kami siap sedia membagikan cinta kasih-Mu kepada siapa saja. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.
   
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (4:13-17)
 
Saudara-saudara terkasih, ada di antara kamu yang berkata, "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga
Ayat. (Mzm 49:2-3.6-7.8-10.11)
1. Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian, pasanglah telinga, hai semua penduduk dunia, baik yang hina maupun yang mulia, baik yang kaya maupun yang miskin!
2. Mengapa aku takut pada hari-hari celaka pada waktu aku dikepung oleh kejahatan para pengejarku, yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri karena banyaknya kekayaan mereka?
3. Tidak seorang pun dapat membebaskan diri, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya! Terlalu mahallah harga pembebasan nyawanya, dan tidak terjangkau untuk selama-lamanya --- kalau ia ingin hidup abadi dengan tidak melihat liang kubur.
4. Sungguh, ia akan melihat: orang-orang yang mempunyai hikmat itu mati, orang-orang bodoh dan dungu pun semuanya binasa dan meninggalkan harta benda mereka untuk orang lain.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:6)
Akulah jalan, kebenaran dan kehidupan, sabda Tuhan. Tiada orang sampai kepada Bapa, tanpa melalui Aku. Alleluya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:38-40)  
    
Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus, “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita, mengusir setan demi nama-Mu. Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi Yesus berkata, “Janganlah kalian cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Ketika Jakarta dilanda banjir, semua orang yang bisa menolong sesamanya bergerak berbuat sesuatu. Gedung paroki menjadi tempat tidur banyak warga dan sekaligus dapur umum, demikian juga halaman mesjid. Dalam situasi darurat dimana dorongan kemanusiaan muncul karena keadaan, orang tidak memandang agama atau partai politik yang menempel di bajunya. Orang berbuat baik bukan karena alasan agama atau partai tetapi karena ada rasa belaskasih terhadap sesamanya yang menderita. Kebaikan tidak mengenal sekat atau kotak-kotak.

Suasana darurat atau keadaan sakit atau keadaan tak berdaya mudah menyadarkan ‘siapa manusia dan siapa Allah’. Ayub mengenal Allah yang sesungguhnya ketika dia tak berdaya. Hidup manusia kata St Yakobus seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Oleh karena itu apa yang bisa dibanggakan oleh manusia? Tidak ada. Maka sikap yang paling tepat adalah rendah hati, sadar bahwa segala kebaikan berasal dari Allah.

Alangkah indahnya bila kita senantiasa sadar bahwa kebaikan berasal dari Allah. Tatkala kita bertemu dengan orang yang berbuat baik, kita dibantu untuk semakin menyembah Dia. Demikian juga ketika kita bisa berbuat baik, kita sedang memperkenalkan Allah sumber kebaikan. ”Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita!”

”Tuhan Yesus, aku sering lebih melihat packing daripada isinya semoga aku tidak jemu-jemu berbuat baik untuk memperkenalkan Dikau sumber kebaikan. Amin.

Ziarah Batin 2014, Renungan dan Catatan Harian

Surat Gembala Prapaskah 2014 untuk Keuskupan Agung Semarang


dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 di wilayah Keuskupan Agung Semarang

“Allah peduli dan kita menjadi perpanjangan tangan kasih-Nya untuk melayani”

Saudari-saudaraku yang terkasih, Tidak lama lagi kita akan memasuki masa Prapaskah, masa penuh rahmat yang setiap tahun kita jalani. Masa Prapaskah menjadi penuh rahmat karena kita mengalami bahwa Allah sungguh baik kepada kita dan memberi kesempatan untuk membangun pertobatan terus menerus.

Ada kisah-kisah kehidupan yang menampakkan solidaritas dan belarasa yang nyata dari situasi banjir ataupun bencana yang terjadi pada hari-hari ini. Namun yang lebih keras terdengar adalah situasi kehidupan harian yang diwarnai dengan korupsi, aneka bentuk keserakahan, egoisme, dan orang mengejar segala kepentingan diri dengan pelbagai cara. Akibatnya orang tidak lagi peduli dengan kesengsaraan banyak orang. Orang hidup untuk dirinya sendiri. Orang menjadi mudah cemas, kuatir, terutama terhadap pemenuhan kebutuhan jasmani. Kekuatiran itu membuat orang tidak mudah bersyukur atas apa yang diterimanya, juga tidak mudah untuk mengambil penderitaan orang lain sebagai tanggung jawabnya. Dalam dunia yang semacam itu, sabda Tuhan memberi peneguhan dan pengharapan. Kasih Allah akan mengatasi segala kekuatiran kita. ”Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?” (Mat 6:25). Kasih Tuhan melebihi kasih seorang ibu “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15). Kasih-Nya memberi pengharapan pada semua orang dalam perjuangan hidupnya. Ia akan menerangi dalam setiap langkah hidup kita, terutama saat hidup ada dalam kegelapan (bdk. 1Kor 4:5).

Saudari-saudara terkasih, Belum lama ini Paus Fransiskus mengeluarkan surat apostolik “Evangelii Gaudium”. Dalam suratnya itu, Paus meneguhkan iman kita semua bahwa Allah sungguh mencintai semua orang. Melalui Yesus Kristus, Ia menyelamatkan kita bukan janya orang perorangan, tetapi dalam relasi sosial dengan semua orang (Evangelii Gaudium art. 178). Ia berharap agar iman akan Allah yang begitu mengasihi dibangun terus menerus, sehingga kita bisa bersyukur dalam keadaan apapun dan tidak mudah kuatir; kita bisa terus tergerak untuk membantu orang lain, meringankan beban mereka yang menderita dan mau berkorban tanpa pamrih, walaupun kita hidup di dalam masyarakat yang banyak egois, mengejar kepentingan diri. Semua itu karena kita tidak berpusat pada diri sendiri, tetapi pada Allah yang dengan cara-Nya akan mencukupi segala kebutuhan dan keselamatan kita.

Saudari-saudara terkasih,

Untuk mengembangkan iman yang demikian, Keuskupan Agung Semarang menjadikan tahun 2014 sebagai Tahun Formatio Iman. Formatio Iman adalah pembinaan atau pendampingan iman yang terus menerus kepada semua orang beriman dalam setiap jenjang usia, mulai dari usia dini sampai usia lanjut. Pembinaan itu melibatkan keluarga, sekolah maupun paroki. Harapannya, melalui pendampingan iman yang terus menerus, kita semua bisa menjadi orang-orang katolik yang beriman cerdas, tangguh dan misioner. Cerdas karena kita mampu memahami dan mempertanggungjawabkan imannya. Tangguh karena kita tetap bisa bertahan dan berkembang dalam iman walaupun ada dalam pergulatan hidup yang berat dan tantangan iman yang semakin kompleks. Dan misioner karena iman mengajak kita bergerak keluar untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tengah Gereja dan masyarakat.

Iman yang cerdas, tangguh dan misioner itu terumuskan secara jelas dalam tema APP 2014, ”Berikanlah Hatimu untuk Mencintai dan Ulurkanlah Tanganmu untuk Melayani”. Tema itu tidak hanya menyapa sisi manusiawi kita, tetapi juga menyapa iman kita. Pengalaman akan Allah yang mengasihi, meneguhkan dan mengorbankan diri-Nya membuat kita juga mampu mencintai sesama dan mengulurkan tangan-tangan kita untuk melayani orang lain, terutama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Keprihatinan sosial yang ada sekarang ini menjadi kesempatan kita untuk memberikan kesaksian iman.

Saudari-saudara yang terkasih

Kita menjadikan masa Prapaskah menjadi masa untuk formatio iman, yakni masa untuk mengolah iman secara terus menerus sampai akhirnya kita merasakan bahwa iman adalah rahmat yang membawa hidup penuh berkat; iman adalah keyakinan bahwa Allah berkarya dalam hidup kita; iman adalah penyerahan yang membuat kita tidak kuatir dalam segala hal. Iman adalah kesadaran bahwa hidup ini semakin berarti saat hati bisa mencintai dan tangan bisa melayani. Maka formatio iman tidak bisa dilepaskan dengan pertobatan dan pembaruan. Pertobatan adalah kesediaan diri untuk mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah, sehingga kita tidak kuatir karena Allah bersama kita dan mencukupkan segala kebutuhan kita. Pertobatan juga merupakan penyangkalan diri untuk mewujudkan kasih dalam kehidupan bersama. Pertobatan itu kita bangun melalui puasa, pengakuan dosa dan amal kasih. Puasa menjadi bentuk pengendalian diri dan penyangkalan diri; pengakuan dosa menjadi bentuk kerendahan hati bahwa kita masih lemah dan membutuhkan pengampunan dan pertolongan Tuhan. Amal kasih menjadi tindakan nyata bahwa kita bisa ambil bagian dalam kasih dan kepedulian Allah untuk umat manusia. Dengan demikian, pertobatan membawa pembaruan relasi kita dengan Allah dan sesama.

Saudari-saudara yang terkasih

Secara tulus saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu, bapak, saudari-saudara, anak-anak, remaja, orang muda, para Romo, Bruder, Suster, Frater yang dengan berbagai macam cara terlibat dalam formatio iman, mengembangkan pelayanan kasih, tiada henti mewujudkan persaudaraan sejati di antara sesama pemeluk agama dan pelayanan lain di Keuskupan Agung Semarang. Saya yakin bahwa usaha dan niat-niat baik Anda akan berbuah bagi terwujudnya tatanan kehidupan yang semakin beriman, bersaudara dan manusiawi.

Secara khusus saya berdoa bagi Anda yang sedang sakit, menanggung beban-beban kehidupan yang berat, berada di Lembaga Pemasyarakatan, menjadi korban penyalahgunaan Narkoba, difabel atau berkebutuhan khusus serta yang lanjut usia; semoga Tuhan yang Mahakasih memberikan keteguhan iman kepada Anda semua dan diantara umat dapat saling menghibur-meneguhkan. Tuhan yang Mahamurah senantiasa melimpahkan berkat bagi keluarga dan komunitas Anda.

Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, 22 Februari 2014, pada Pesta Takhta Santo Petrus, Rasul

+ Johannes Pujasumarta Uskup Keuskupan Agung Semarang

Selasa, 25 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VII

Selasa, 25 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VII
  
“Setiap kelahiran harus berakhir dengan kematian” (St. Gregorius dari Nyssa)
  
Antifon Pembuka (Mzm 55:23)
  
Serahkanlah bebanmu kepada Tuhan, maka Ia akan menopang Engkau. Tidak untuk selamanya dibiarkan-Nya orang benar goyah.
 
Doa Pagi
 
Allah yang Mahabaik, berkenanlah hadir dalam keberadaanku hari ini. Kasih karunia-Mulah yang akan selalu menyertai setiap langkah hidupku. Karenanya, kami mampu membawa terang bagi setiap orang yang kujumpai hari ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
  
Yakobus menegur doa yang dipanjatkan untuk memenuhi hawa nafsu. Doa semacam itu lahir dari sikap congkak. Sikap rendah hati lahir dari kesadaran akan kemalangan, dukacita, dan ratapan akan dosa-dosa kita. Sikap rendah hati melumpuhkan kuasa iblis. Maka, jadilah rendah hati!
   
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (4:1-10)
  
Saudara-saudara terkasih, dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!" Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
 
Mazmur Tanggapan
Ref. Serahkanlah bebanmu kepada Tuhan, maka Ia akan menopang Engkau.
Ayat. (Mzm 55:7-11a.23)
1. Pikirku, "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat tenang; aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun.
2. Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai." Bingungkanlah mereka, ya Tuhan, kacaukanlah perkataan mereka.
3. Sebab aku melihat kekerasan dan perbantahan di dalam kota! Siang malam mereka mengelilingi kota itu, berjalan di atas tembok-temboknya.
4. Serahkanlah bebanmu kepada Tuhan, maka Ia akan menopang engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang itu goyah.
  
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (bdk Gal. 6:14)
Tiada yang kubanggakan, selain salib Tuhan. Karenanya dunia tersalib bagiku dan aku bagi dunia.
 
Ketika Yesus berbicara tentang penderitaan, para murid-Nya enggan untuk mengerti (ayat 32). Mereka lebih tertarik membicarakan jabatan tertinggi. Mereka belum menyadari bahwa hakikat jabatan adalah pelayanan. Pelayanan yang murni tampak pada sikap menerima dengan penuh kasih orang-orang yang tak diperhitungkan, seperti anak kecil.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:30-37)
 
Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya melintasi Galilea. Yesus tidak mau hal itu diketahui orang, sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit." Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada Yesus. Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum. Ketika sudah berada di rumah Yesus bertanya kepada para murid itu, "Apa yang kalian perbincangkan tadi di jalan?" Tetapi mereka diam saja, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil keduabelas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, "Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan semuanya." Yesus lalu memanggil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka. Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, "Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, dia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima, melainkan Dia yang mengutus Aku."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Yesus menyampaikan kepada para murid-Nya apa yang akan menimpa diri-Nya. Dia akan menderita, wafat di kayu salib, tetapi akan bangkit kembali. Inilah hidup Yesus. Ia menjadi pemimpin yang melayani, yang berkorban untuk orang lain. Kita sebagai murid-murid-Nya dipanggil untuk memiliki semangat yang sama: menjadi terdahulu, dengan menjadi terakhir dan pelayan bagi semuanya.

Doa Malam

Tuhan Yesus, terimalah segala usaha dan karyaku hari ini dalam menerima Engkau pada diri setiap orang. Ampunilah kesalahanku karena sikap dan tutur kata yang kurang berkenan kepada-Mu. Terlebih ampunilah aku dari sikap angkuh dan dari pelayanan yang tidak dengan sepenuh hati dan cinta yang besar. Jagalah aku dalam istirahat sepanjang malam ini dan hantarlah aku kepada hari baru dan semangat baru dalam melayani sesama. Amin.

  RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy