| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kamis, 20 Maret 2014 Hari Biasa Pekan II Prapaskah

Kamis, 20 Maret 2014
Hari Biasa Pekan II Prapaskah
  
DOSA KELALAIAN
   
“Takut akan Tuhan itu seluruhnya bergerak atas dasar cinta” (St. Hilarius)

Antifon Pembuka (Mzm 139:23-24)

Ya Tuhan, ujilah dan selidiki jalanku. Periksalah batinku dan bimbinglah aku di jalan menuju hidup abadi.

Doa Pagi

Allah yang Maharahim, ingatkanlah kami selalu agar sepanjang hari ini kami tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri dan menjauh dari-Mu. Namun kami hanya mengandalkan Engkau dan menaruh harapan pada-Mu saja, sebab tanpa campur tangan-Mu kami tidak dapat berbuat apa-apa. Doa ini kami unjukkan kepada-Mu, dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Hati yang licik mengandalkan daya tipuannya; tetapi hati yang baik mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan pada-Nya. Walau sulit untuk membedakan keduanya, tetapi orang tidak perlu meragukan kejelian Tuhan menyelidiki hati manusia, dan memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan kualitas hatinya.
 
Bacaan dari Kitab Yeremia (17:5-10)

"Terkutuklah yang mengandalkan manusia. Diberkatilah yang mengandalkan Tuhan."


Beginilah firman Tuhan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatan sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan! Ia seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya hari baik; ia akan tinggal di tanah gersang di padang gurun, di padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan tidak mengalami datangnya panas terik; ia seperti pohon yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu! Hati yang sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, Tuhan, yang menyelidiki hati dan menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6; R: Mzm 40:5a)
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya; daunnya tak pernah layu, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3. Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbahagialah orang, yang setelah mendengar firman Tuhan, menyimpannya dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.

Sikap acuh tak acuh terhadap sesama yang menderita adalah dosa kelalaian. Hukumannya sangat mengerikan sebagaimana dialami oleh orang kaya berikut ini. Bukan hanya dirinya, bahkan permohonannya yang baik juga ditolak Abraham!

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (16:19-31)
 
"Engkau telah menerima segala yang baik, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita."

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok. Ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilati boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Sementara menderita sengsara di alam maut, ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dengan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, ‘Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini!’ Tetapi Abraham berkata, ‘Anakku, ingatlah! Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, sehingga mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberangi! Kata orang itu, ‘Kalau demikian, aku minta kepadamu Bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka kelak jangan masuk ke dalam tempat penderitaan itu’. Tetapi kata Abraham,’Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.’ Jawab orang itu, ‘Tidak, Bapa Abraham! Tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat’. Kata Abraham kepadanya, ‘Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Dalam kisah tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin, Yesus mengarahkannya kepada orang-orang Farisi yang terbelenggu oleh uang. Mereka yang tidak menggunakan dengan baik kekayaan dunia akan dihukum dalam api kekal. Sementara mereka yang mengikuti nasihat-nasihat Yesus dengan menjadi miskin dan mengandalkan kekuatan Tuhan akan mendapatkan ganjaran hidup abadi. Kita diundang untuk menjadi miskin di hadapan Allah. Kita hendaknya selalu menyerahkan diri dan hidup kita dalam kuasa tangan-Nya.

Doa Malam

Ke dalam tangan-Mu kami serahkan hidup kami, ya Tuhan. Engkaulah yang menyelidiki hati dan menguji batin kami serta menyatakan belas kasih-Mu atas perbuatan kami yang tak berkenan kepada-Mu. Ampunilah kami ya Tuhan, sebab Engkaulah Tuhan dan sumber keselamatan hidup kami. Amin.

Dari asalnya, dosa dapat dibagi dua: yaitu dosa asal dan dosa aktual. Dosa asal adalah dosa yang diwariskan oleh Adam sebagai perwakilan seluruh umat manusia, yang telah gagal dalam menaati dan melaksanakan kehendak Allah. Dosa aktual adalah dosa yang dilakukan oleh setiap individu berdasarkan atas kehendak bebas masing-masing. Dosa aktual ini terdiri dari dua jenis, yaitu dosa tentang pelanggaran (sin of commission) dan dosa kelalaian (sin of omission). Dosa tentang pelanggaran adalah dosa yang merupakan kegagalan untuk menghindari larangan dari Tuhan; sedangkan dosa kelalaian adalah dosa yang berhubungan dengan kelalaian untuk melakukan sesuatu yang baik. (Stefanus Tay / Ingrid Tay http://katolisitas.org/10174/aku-per...ngampunan-dosa )

RUAH

Paus Fransiskus/Audiensi Umum 19 Maret, Hari Raya St. Yosef.

Pada perayaan Pesta St. Yosef, contoh seorang pendidik, hari ini Bapa Suci Fransiskus melayangkan ucapan selamat kepada seluruh ayah dan Imam di seluruh dunia.

Sekitar 80ribu orang hadir di Alun-alun Santo Petrus untuk mengikuti Audiensi Umum dan merayakan Pesta St. Yosef dan memperingati setahun masa kepausan Sri Paus.

Bapa Suci membaktikan katekesi kepada Santo Yosef, Suami Maria dan Pelindung Gereja Universal dan berkata: "Santo Yosef layak menerima penghormatan kita atas kebijaksanaannya dalam menjaga Santa Perawan Maria dan Kanak Yesus. Menjadi penjaga adalah karakter dari Yosef: menjadi penjaga adalah misinya yang besar." Sri Paus melihat peranan Santo Yosef ini menurut prospek yang khusus, yaitu prospek mendidik. "Mari kita memandang Yosef sebagai contoh pendidik, yang menjaga dan mendampingi Yesus di dalam langkah pertumbuhanNya «dalam pengetahuan, usia dan karunia»”, seperti yang ditulis dalam Injil Lukas (2:52).

"Yosef bukan ayah Yesus - kata Paus - ayah Yesus adalah Allah Bapa, namun Yosef menjalani peranannya sebagai seorang ayah pengasuh Yesus supaya tumbuh berkembang. Dan bagaimana ia melakukan itu? Di dalam pengetahuan, usia dan rahmat. Kita mulai dari usia, yang merupakan sebuah ukuran lebih alami, pertumbuhan fisik dan psikologis. Yosef, bersama Maria, membaktikan diri mengasuh Yesus terutama dari titik pandangan ini, yaitu, melatih Yesus, menjaga agar Yesus tidak kekurangan apa yang diperlukan untuk pertumbuhan yang baik. Jangan kita lupakan bahwa penjagaan hidup Sang Anak juga termasuk pengungsian ke Mesir, sebuah pengalaman hidup yang berat sebagai pengungsi. Yosef pernah menjadi pengungsi bersama Maria dan Yesus untuk menghidari ancaman Herodes. Lalu, saat kembali ke Nazareth dan tinggal di sana, ada seluruh perjalanan hidup Yesus dalam keluargaNya. Pada masa itu, Yosef mengajari Yesus pekerjaannya dan Yesus belajar mengolah kayu dengan ayah asuhnya, Yosef. Dengan demikian Yosef melatih Yesus."

Lalu Sri Paus beralih kepada ukuran kedua dari hal mendidik, yaitu «pengetahuan»:
"Yosef menjadi bagi Yesus contoh dan guru dari pengetahuan ini, yang diperkaya dengan Sabda Allah. Kita bisa berpikir bagaimana Yosef mendidik Kanak Yesus untuk mendengarkan Kitab Suci, terutama mendampingi Yesus pergi ke Bait Allah di Nazareth. Dan Yosef mendampingi agar Yesus mendengarkan Firman Allah di dalam Bait Allah."

Paus Fransiskus kemudian berbicara tentang ukuran «karunia»: "Santo Lukas selalu mengarah kepada Yesus: «Ia penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya» (2:40). Di sini tentu saja bagian yang dikhususkan kepada Santo Yosef lebih terbatas dibandingkan kepada lingkup usia dan pengetahuan. Namun, bisa menjadi suatu kesalahan yang besar untuk berpikir bahwa seorang ayah dan seorang ibu tidak dapat melakukan apapun untuk mengajarkan anak-anak bertumbuh di dalam karunia Allah. Bertumbuh di dalam usia, pengetahuan dan karunia, bertumbuh di dalam karunia: ini adalah pekerjaan yang dilakukan Yosef bersama Yesus, membuat-Nya tumbuh di dalam tiga ukuran ini, membantu-Nya untuk tumbuh".

Sri Paus melanjutkan: "Saudara-saudari terkasih, misi Santo Yosef tentu saja unik dan tak terulang, karena yang sungguh unik adalah Yesus. Namun demikian, di dalam menjaga Yesus, mendidik-Nya untuk tumbuh di dalam usia, pengetahuan dan karunia, Yosef menjadi contoh bagi setiap pendidik, khususnya bagi setiap ayah. Santo Yosef adalah contoh seorang pendidik dan seorang ayah, seorang bapa. Maka, saya percayakan kepada perlindungan Santo Yosef, semua orangtua, semua Imam - yang adalah bapa! - dan semua yang memiliki tugas dalam bidang pendidikan di dalam Gereja dan di dalam masyarakat".
Paus pun menutup katekesi-nya dengan mengucapkan: "Selamat kepada semua orang tua, semua ayah pada hari ayah ini. Coba lihat: adakah para ayah di alun-alun ini? Para ayan, angkatlah tangan! Betapa banyak ayah di sini! Selamat, selamat hari Anda sekalian!"

Veni Sancte Spiritus, Veni per Mariam.

(Oleh: Shirley Hadisandjaja/Sumber: Radio Vatikan)

Rabu, 19 Maret 2014 Hari Raya St Yusuf, Suami SP. Maria

Rabu, 19 Maret 2014
Hari Raya St Yusuf, Suami SP. Maria

“Tuhan, dengan memberikan Yusuf kepada Santa Perawan, tidak memberikannya kepada Maria hanya sekedar sebagai pendamping hidupnya, saksi keperawanannya dan pelindung kehormatannya; Ia juga memberikan Yusuf kepada Maria agar ia, melalui ikatan perkawinan, dapat ikut ambil bagian dalam martabat Maria yang agung luhur.” ----- Paus Leo XIII

Antifon Pembuka

Dialah pengurus rumah yang setia dan bijaksana, yang diangkat Tuhan menjadi kepala atas semua hamba-hamba-Nya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya.

Doa Pagi


Allah Bapa yang Mahakuasa, Engkau telah menyerahkan awal misteri keselamatan kepada Santo Yusuf untuk dijaganya dengan setia. Kami mohon, semoga berkat doanya Gereja-Mu selalu membantu mewujudkan karya penyelamatan-Mu itu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Kedua Samuel (7:4-5a.12-14a.16)
 
  
"Tuhan Allah akan memberikan Dia takhta Daud bapa-Nya."
   
Pada suatu malam datanglah fiman Tuhan kepada Natan, “Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman Tuhan: Apabila umurmu sudah genap, dan engkau telah mendapat istirahat bersama nenek moyangmu, Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 845
Ref. Tuhan adalah kasih setia bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya.
Ayat. (Mzm 89:2-3.4-5.27.29; Ul: 37)
1. Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, hendak menuturkan kesetiaan-Mu turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit.
2. Engkau berkata, "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku; Aku hendak menegakkan anak cucumu untuk selama-lamanya, dan membangun takhtamu turun-temurun."
3. Dia pun akan berseru kepada-Ku, "Bapakulah Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku". Untuk selama-lamanya Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia, dan perjanjian-Ku dengannya akan Kupegang teguh".

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (4:13.16-18.22)
 
"Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, Abraham toh berharap dan percaya."
  
Saudara-saudara, bukan karena hukum Taurat, Abraham dan keturunannya diberi janji bahwa mereka akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran atas dasar iman. Kebenaran yang berdasarkan iman itu merupakan kasih karunia belaka. Maka janji kepada Abraham itu berlaku bagi semua keturunannya, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab di hadapan Allah Abraham adalah bapa kita semua, seperti ada tertulis, “Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa.” Kepada Allah itulah Abraham percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang dengan firman-Nya menciptakan yang tidak ada menjadi ada. Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, Abraham toh berharap dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, sebab Allah telah berfirman kepadanya, “Begitu banyaklah nanti keturunanmu.” Dan hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (Mzm 84:5)
Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (1:16.18-21.24a)
 
"Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan."
  
Menurut silsilah Yesus Kristus, Yakub memperanakkan Yusuf, suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Sebelum Kristus lahir, Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf. Ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati, dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika Yusuf mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Maria akan melahirkan anak laki-laki, dan engkau akan menamai Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

atau

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:41-51a)
 
"Yesus ditemukan orang tua-Nya di tengah para ahli kitab."
   
Tiap-tiap tahun, pada hari raya Paskah, orangtua Yesus pergi ke Yerusalem. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun, pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Seusai hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orangtua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu baru mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan. Karena tidak menemukan Dia, kembalilah orangtua Yesus ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari, mereka menemukan Yesus dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan dan segala jawab yang diberikan-Nya. Ketika Maria dan Yusuf melihat Dia, tercenganglah mereka. Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?” Lihatlah, Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu Yesus pulang bersama-sama mereka ke Nazaret.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan


Bagaimana mendapatkan pria Katolik yang bertanggung jawab secara fisik, mental dan rohani? Apakah iman Katolik bisa menjamin kepribadian pria Katolik yang dewasa dan bertanggung jawab? Jawabannya adalah melihat sosok kepribadian Yusuf. Meskipun sangat minim data dalam Injil namun ia bisa membantu kita baik sebagai pria maupun wanita untuk meningkatkan kualitas hidup sebagai orang Katolik dan menghindarkan diri dari sosok pria yang kurang bertanggung jawab.

Sebelum menjadi suami Maria, Yusuf pertama-tama adalah sosok pria yang baik. Ia adalah pria normal tidak menderita gangguan jiwa. Meskipun ia keturunan Daud dan disebut oleh malaikat sebagai “anak Daud” (lih. 2Sam 7:12), kesalehan Yusuf yang sederhana melebihi Daud sang raja legendaris Israel, karena ia “seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum” (Mat 1:19). Ada baiknya kita memeriksa sifat, tabiat, kebiasaan dan kepribadian diri atau calon pasangan hidup kita secara terbuka sebelum hidup resmi dalam ikatan nikah.

Memang tidak ada manusia yang sempurna, juga tidak ada pria yang sempurna. Yusuf pun sempat bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam sebab ternyata Maria “mengandung dari Roh Kudus sebelum mereka hidup sebagai suami isteri” (ayat 18). Namun, di sinilah teruji sosok Yusuf sebagai pria yang dekat dengan Tuhan. Kesederhanaan dan kesalehan hidupnya diuji, Yusuf tidak hilang kendali emosi negatif kelelakiannya. Ia tidak marah atau menyalahkan Maria tanpa dasar. Ia mempertimbangkan maksud baiknya sebagai pria yang sungguh beriman kepada Tuhan. Yusuf bukan tipe pria yang tampak luar saja baik tapi mental dan rohaninya juga dewasa. Alhasil, kedekatannya pada Tuhan membuatnya beroleh jawaban dari Tuhan sendiri. Ya, “Malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi” (ayat 20).

Kata-kata Malaikat Tuhan meneguhkan dirinya, mengembalikan kepercayaan dirinya, memulihkan kasihnya kepada Maria dan melenyapkan segala gelisah, gusar dan takutnya. “Janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu,” kata malaikat. Memilih jalur hidup sebagai suami isteri mesti selalu dikuatkan oleh doa agar terhindar dari dosa. Doa membuat kita hidup di jalan Tuhan dan bukan di jalan nafsu insani yang kadang tak terkendali. Dekat dengan Tuhan akan berbuah pada tutur kata, sikap hidup dan perilaku yang baik terhadap orang lain, khususnya terhadap pasangan hidup. Dekat dengan Tuhan akan membantu kita memilih dan memutuskan yang terbaik bagi suami atau isteri yang sah yang disayangi bahkan di saat-saat tersulit hidup kita.

Yusuf bukanlah lulusan universitas terkenal di luar negeri dengan gelar prestisius akademis teoritis. Namun, ia adalah pria pelaksana sabda Tuhan yang penuh tanggung jawab karena ia “berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya” (ayat 24). Ia menerima Sabda Tuhan yang akan dinamainya, Yesus “yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (ayat 21). Peran Yusuf menyempurnakan peran Abraham, bapa bangsa Israel, yang dibenarkan berdasarkan iman (Roma 4:16). Kini kebenaran hadir dalam Sabda yang menjadi Bayi Yesus. Tidaklah salah umat Katolik menghormati Yusuf sebagai pria kudus, teladan dan pelindung setiap pria Katolik yang mau terus membenahi diri dalam iman, moral dan tanggung jawab Katolik. Yusuf pun menjadi pelindung kesatuan kasih suami isteri, kesucian ikatan nikah yang monogami dan tidak terceraikan serta kesejatian peran ayah Katolik yang bertanggung jawab.

Semoga kasih perkawinan, atmosfer keluarga dan bahtera rumah tangga Anda kokoh untuk selama-lamanya di hadapan Tuhan dan Kerajaan Allah bertakhta di dalamnya. 
    
(1) Ada 10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu. Hukum Gereja pasal 1246 § 1 mengatakan “Harus dipertahankan sebagai hari raya wajib (holy days of obligation, dies festis de praecepto) yaitu: Hari Raya Santa Maria Bunda Allah (1/1), Penampakan Tuhan (6/1), Santo Yusuf (19/3), Kenaikan Tuhan (40 hari setelah Paska), Tubuh dan Darah Kristus (Kamis ssdh Hari Minggu Tritunggal Mahakudus), Santo Petrus dan Paulus (29/6), Maria dikandung tanpa noda (8/12) Maria diangkat ke surga (15/8), Semua Orang Kudus (1/11), dan Kelahiran Tuhan Yesus (25/12).

(2) Pasal 1247 menyebutkan “Pada hari Minggu dan hari raya wajib lain, umat beriman wajib mengikuti Misa. Selain itu hendaknya tidak melakukan kegiatan yang merintangi persembahan kepada Allah, kegembiraan hari Tuhan serta istirahat yang dibutuhkan bagi jiwa & raga”. Kalau pada hari raya agama lain, mereka berdoa, kita tidur. Maka pada hari raya agama katolik, mereka tidur, kita berdoa.
 
(3) Pasal 1246 § 2 menyebutkan “Dengan persetujuan Paus, KWI dapat menghapus beberapa hari raya wajib tsb. atau memindahkannya ke hari Minggu. Lalu pasal 1244 § 2 Uskup dapat kasus demi kasus menetapkan hari raya yang khusus bagi keuskupan.
 
(4) Di luar 10 Hari Raya tsb. ada beberapa Hari Raya yang tidak termasuk holy days of obligation tapi Misa tetap solemn (meriah) pakai dupa. Misalnya: Kabar Sukacita (25/3), Hati Yesus Yang Mahakudus (Jumat ssdh Minggu Kedua ssdh Pentakosta), Kelahiran Yohanes Pembaptis (24/6), 17 Agustus.
   
 (Gregorius Maria Jeffrey Wibiksono, O.Carm / RUAH)

Selasa, 18 Maret 2014 Hari Biasa Pekan II Prapaskah

Selasa, 18 Maret 2014
Hari Biasa Pekan II Prapaskah
 
“Roh Kudus itu satu dan kodrat-Nya adalah satu dan tak terbagi, tetapi Ia memberikan rahmat-Nya kepada setiap orang menurut kehendak-Nya” (St. Sirilus dari Yerusalem)

Antifon Pembuka (bdk. Mzm 12:4-5)
  
Terangilah mataku, agar aku jangan tertidur dalam maut; jangan sampai musuhku berkata: Dia telah kukalahkan!
    
Doa Pagi


Ya Allah, kami memuji dan memuliakan nama-Mu, karena kasih karunia yang kami peroleh dari-Mu. Hari ini Engkau menghendaki kami saling melayani dan merendahkan diri. Nyatakanlah sabda-Mu ini dalam perbuatan kami ya Bapa, agar orang yang memandangnya memuliakan nama-Mu dan merasakan kehadiran-Mu. Buatlah kami agar tidak membanggakan diri, sebab hanya Engkaulah yang patut kami banggakan, kini dan selama-lamanya. Amin.

Yesaya menyerukan, “Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik!” Itulah pertobatan yang membawa pengampunan dosa. Bukankah itu merupakan inti dari seluruh ajaran moral?

Bacaan dari Kitab Yesaya (1:10.16-20)
 
 
"Belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan."
   
Dengarlah firman Tuhan, hai para pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik. Usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! Lalu kemarilah, dan baiklah kita beperkara! – firman Tuhan – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil yang baik dari negeri ini. Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang.” Sungguh, Tuhan sendirilah yang mengucapkan ini.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Siapa yang jujur jalannya, akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah.
Ayat. (Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23)
1. Bukan karena kurban sembelihan engkau Kuhukum, sebab kurban bakaranmu senantiasa ada di hadapan-Ku! Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu, atau kambing jantan dari kandangmu.
2. Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkau membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku?
3. Itulah yang engkau lakukan, apakah Aku akan diam saja? Apakah kaukira Aku ini sederajat dengan engkau? Aku menggugat engkau dan ingin beperkara denganmu.
4. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban, ia memuliakan Daku; dan siapa yang jujur jalannya, akan menyaksikan keselamatan dari Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Buanglah daripadamu segala durhaka yang kamu buat terhadap-Ku, dan perbaharuilah hati serta rohmu.
Yesus menunjukkan kesalahan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, yakni mengajarkan yang baik, tanpa mereka sendiri melakukannya. Hidup mereka dalam level konsep, bukan praktik! Memang tujuan mereka untuk jabatan, bukan kehidupan rohani. Yesus mengingatkan bahwa jabatan akan turun pada waktunya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (23:1-12)
 
"Mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukan."
    
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak dan murid-murid-Nya, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah suka disebut rabi; karena hanya satulah Rabimu, dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satulah Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Kristus. Siapapun yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Yesus mengungkapkan kekakuan penafsiran hukum Tuhan. Tapi itulah kemunafikan orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat. Mereka hanya mengajarkan itu kepada orang lain, tetapi tidak mempraktikkan itu dalam kehidupan mereka. Yesus lalu mengundang kita untuk menjadi orang yang rendah hati. Kerendahan hati itu antara lain kita ungkapkan dalam pelayanan kita terhadap sesama.

Doa Malam

Terima kasih ya Allah, hari ini Engkau memberikan kesempatan bagi kami untuk bertobat. Engkau tidak memerhatikan kesalahan dan dosa kami. Namun semuanya Engkau berikan agar kami memperoleh hidup kekal. Maka bantulah kami untuk terus menerus bertekun melakukan pertobatan. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.


RUAH

Belas kasih Tuhan pada orang sakit

Sakramen Pengurapan Orang Sakit adalah salah satu dari tujuh Sakramen yang diberikan Gereja kepada orang yang berada dalam keadaan bahaya kematian atau dalam kondisi sakit parah. Tetapi, kepada orang-orang tua yang sudah sangat lemah dapat juga diterimakan Sakramen ini, meskipun tidak timbul keadaan sakit yang gawat. Sakramen yang dihadirkan oleh Gereja ini bagi kita merupakan ungkapan tindakan Yesus yang penuh belas kasih terhadap orang-orang sakit.

Seperti semua Sakramen, Urapan Suci ditetapkan oleh Yesus Kristus selama pelayanan-Nya di dunia. Katekismus menjelaskan hal tersebut demikian, “Urupan Orang Sakit yang kudus ini ditetapkan oleh Kristus Tuhan kita sebagai Sakramen Perjanjian Baru yang sebenarnya dan sesungguhnya” (KGK, 1511). Dasar alkitabiah Sakramen Pengurapan Orang Sakit dapat kita temukan dalam Injil, khususnya Injil Lukas. Di situ ditampilkan perhatian Yesus yang sangat besar terhadap orang sakit. Bagi Yesus orang-orang sakit harus didekati, dirangkul, diteguhkan, dan disembuhkan. Itulah panggilan dan tugas perutusan-Nya. Dalam konteks ini kita memahami kata-kata Yesus, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tetapi orang sakit” (Luk 5:31).

Orang-orang yang sakit baik sakit secara fisik maupun secara rohani adalah orang-orang yang membutuhkan sentuhan kasih. Maka, di dalam hidup-Nya, Yesus selalu menunjukkan kehadiran-Nya yang penuh kasih bagi orang sakit. Kapan pun juga belas kasih-Nya bagi orang sakit tak pernah terbendung, bahkan pada hari Sabat yang telah menimbulkan skandal bagi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Sebab bagi mereka menyembuhkan pada hari Sabat dianggap melanggar perintah Tuhan (Luk 6:6-11). Penyembuhan fisik yang dilakukan Yesus kadang-kadang dihubungkan dengan pengampunan dosa yang kemudian berlangsung dalam kebiasaan Gereja para rasul (Luk 5:17-26; bdk. Yak 5:14-15).

Kedekatan Yesus dengan orang-orang sakit dan menderita begitu mendalam sehingga Ia menyamakan diri-Nya dengan mereka, “Ketika Aku sakit kamu melawat Aku” (Mat 25:36; KGK 1503). Tindakan Yesus yang demikian diajarkan kepada murid-murid-Nya. Yesus mengajak mereka untuk mengambil bagian di dalam pelayanan belas kasih dan keselamatan-Nya. Dan ketika Kristus mengutus murid-murid-Nya untuk mewartakan kabar gembira keselamatan, orang-orang yang sakit diolesi dengan minyak dan disembuhkan (Mrk 6:13).

Dengan latar belakang pewartaan Injil yang dilakukan oleh Yesus dan murid-murid-Nya itulah kita dapat memahami Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Melalui Sakramen ini Tuhan ingin hadir dekat dengan penderita sakit melalui perantaraan pelayan Gereja, yaitu imam. Tanda lahiriah dengan penumpangan tangan dan pengurapan dengan minyak mendatangkan rahmat Roh Kudus yang membarui kepercayaan orang sakit dan imannya akan Allah.

Pada saat menerima Sakramen tersebut orang sakit yang sedang tak berdaya diteguhkan untuk melawan perasaan cemas dan putus asa saat menghadapi kematian (bdk. KGK, 1501). Dalam situasi yang paling sulit ini rahmat Sakramen Pengurapan Orang Sakit memberi hiburan, rasa damai dan keberanian untuk menghadapi saat-saat akhir kehidupan menuju keabadian di surga, sehingga dia bisa berjumpa dengan Allah dengan penuh pengharapan. Orang yang sakit akan dituntun untuk tidak putus asa dan tidak merasa hidupnya sia-sia tetapi menyadari bahwa ia memperoleh kekuatan dan harapannya hanya di dalam penyerahan kepada Allah. Jadi, dengan menerima Sakramen ini orang sakit mendapat peneguhan bahwa Allah hadir dan mendampingi serta membantunya dalam menanggung beban (bdk. Mat 8:17). Dengan demikian, Sakramen Pengurapan Orang Sakit menghindarkan orang beriman dari kehilangan harapan kristiani akan keselamatan.

Dengan mengurapi orang sakit dan melalui doa para imam, Gereja telah mengambil bagian di dalam peran Yesus sebagai tabib yang merawat jiwa dan raga, menguatkan dan menyertai orang sakit di dalam doa-doa serta menyerahkan kepada Tuhan yang telah lebih dahulu mengalami derita. Di lain pihak, orang yang menerima pengurapan diundang untuk menggabungkan penderitaannya dengan penderitaan Yesus, sehingga jalan salib yang ditempuhnya menjadi jalan menuju Paskah. Oleh karena itu, pelayanan Sakramen Pengurapan Orang Sakit mengungkapkan communio (persekutuan) anggota Gereja yang berbela rasa dengan orang-orang yang menderita dans ekaligus mewujudkan persekutuan yang senasib sepenanggungan sebagai anggota tubuh mistik Kristus. (Sumber: KGK, 1420-1421; 1499-1513; Oleh Dionisius Kosasih, O.Carm / RUAH)

Senin, 17 Maret 2014 Hari Biasa Pekan II Prapaskah

Senin, 17 Maret 2014
Hari Biasa Pekan II Prapaskah
  
“Dalam diri Kristus Roh yang lembut dan penuh cinta itu erat bersatu, Roh yang merupakan satu hakikat dengan Dia” (St. Yohanes Krisostomus)
 

Antifon Pembuka
(Mzm 26:11-12)
 
Selamatkanlah aku, ya Tuhan, dan kasihanilah aku. Aku menempuh jalan yang lurus dan memuji Tuhan dalam himpunan umat
 
Doa Pagi
 

Ya Allah, pada-Mu ada kasih sayang dan pengampunan. Bantulah kami melepaskan diri dari segala dosa agar kami dapat menunaikan tugas dan berbakti kepada-Mu dengan sungguh-sungguh. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan dari Nubuat Daniel (9:4b-10)
 
 
"Kami telah berbuat dosa dan salah."
 
Ah, Tuhan, Allah yang Mahabesar dan dahsyat, yang memegang perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu, kami telah berbuat dosa dan salah; kami telah berlaku fasik dan telah memberontak; kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu. Kami pun tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. Ya Tuhan, Engkaulah yang benar! Patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem, dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri ke mana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad kepada Engkau. Ya Tuhan, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada belas kasih dan pengampunan, walaupun telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan tidak memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita.
Ayat. (Mzm 79:8.9.11.13; Ul: 103:10a)
1. Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang! Kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemahlah kami.
2. Demi kemuliaan-Mu, tolonglah kami, ya Tuhan penyelamat! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami, oleh karena nama-Mu!
3. Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan-Mu, biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh.
4. Maka kami, umat-Mu, dan kawanan domba gembalaan-Mu akan bersyukur kepada-Mu untuk selama-lamanya, dan akan memberitakan puji-pujian bagi-Mu turun temurun.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Engkau mempunyai sabda kehidupan kekal.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:36-38)
 
"Ampunilah, dan kamu akan diampuni."

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Hendaknya kamu murah hati, sebagaimana Bapa-Mu adalah murah hati. Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah, dan kamu akan diampuni. Berilah, dan kamu akan diberi; suatu takaran yang baik dan dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Pertanyaan: Mengenai menghakimi. Seperti tertulis di dalam Matius 7:1-5 Yesus mengajarkan agar kita tidak menghakimi sesama kita. Namun di lain sisi, kita bisa menemukan Rasul Paulus justru berkali-kali menghakimi di beberapa suratnya. Lalu bagaimana kita harus bersikap? Mengikuti Paulus atau mengikuti Yesus? Mohon pencerahannya. -Novenna-

Jawaban:

Shalom Novenna, Terima kasih atas pertanyaannya tentang bolehkah kita menghakimi. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengerti definisi dari menghakimi dan kondisi untuk menghakimi. Kita melihat bahwa di Mat 7:1-2

“1 Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. 2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Mat 7:1-2)
Namun, di sisi yang lain, ada begitu banyak ayat yang memperlihatkan bahwa para Rasul menghakimi, seperti yang dilakukan oleh rasul Petrus kepada Ananias dan Safira, dan juga rasul Paulus kepada umat di Korintus, dll. Jadi bagaimana, perintah Yesus untuk tidak menghakimi sesama, seperti yang dituliskan di Mat 7:1-2; Luk 6:37 dapat diterapkan?
  
1) Mat 7:1-2 dipakai oleh St. Thomas Aquinas dalam Summa Theologi, II-II, q.60, a.2. dimana St. Thomas memberikan pertanyaan (keberatan) bahwa adalah tidak seharusnya seseorang menghakimi. Dan kemudian, keberatan ini dijawab dengan mengambil ayat “Hakim-hakim dan petugas-petugas haruslah kauangkat di segala tempat yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, menurut suku-sukumu; mereka harus menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil.” (Ul 16:18). Dengan demikian, St. Thomas memberikan bukti, bahwa Allah tidaklah melarang bahwa seseorang menghakimi orang lain. Dan hal ini juga dibuktikan oleh begitu banyak hakim-hakim, nabi-nabi di Perjanjian Lama yang menghakimi, kita juga melihat bahwa para rasul yang menghakimi orang lain. Dengan demikian, ayat di Mat 7:1-2 bukanlah mengatakan bahwa penghakiman tidak boleh dilakukan sama sekali, namun justru bagaimana seharusnya penghakiman dilakukan dengan baik. St. Thomas kemudian memberikan beberapa persyaratan agar penghakiman ini dapat dilakukan:

a) Penghakiman dapat dilakukan sejauh tindakan tersebut adalah merupakan suatu tindakan keadilan.

b) Suatu tindakan keadilan harus mempunyai tiga aspek, yaitu: (1) Harus bersumber pada dorongan keadilan, (2) dilakukan oleh orang yang mempunyai otoritas, (3) dipertimbangkan dan dinyatakan secara bijaksana.

St. Thomas menegaskan bahwa kalau tiga hal tersebut tidak dipenuhi, maka tindakan tersebut tidak dapat disebut adil. Kalau syarat pertama tidak dipenuhi – yaitu bersumber pada dorongan keadilan – maka hal itu disebut tindakan yang tidak adil. Pemerintah yang melarang warga negara untuk mempunyai kebebasan berbicara, karena alasan takut digulingkan pemerintahannya, tidak dapat disebut adil, karena hal tersebut bersumber pada ketakutan bukan pada keadilan. Guru yang melarang muridnya mencontek pada saat ujian adalah adil, karena memang bersumber pada dorongan keadilan – yaitu memberi nilai sesuai dengan kemampuan siswa yang bersangkutan.

Sedangkan kalau yang kedua tidak terpenuhi – yaitu dilakukan oleh orang yang mempunyai otoritas – maka disebut perebutan atau perampasan kekuasaan (usurpation). Kalau beberapa orang menghakimi seseorang dan kemudian memukulnya beramai-ramai, itu adalah tindakan yang tidak adil, karena beberapa orang tersebut bukanlah orang yang mempunyai otoritas untuk menghakimi.

Kalau yang ketiga tidak terpenuhi, karena keputusan tidak dilakukan dengan pertimbangan yang matang, maka tindakan tersebut bukanlah tindakan keadilan, namun keputusan yang terburu-buru. Dalam hal ini, kebijaksanaan (prudence) memegang peranan yang sangat penting.

c) Dari sini kita melihat, bahwa Yesus tidak melarang suatu pengadilan atau penghakiman kalau memang dilakukan dengan prinsip-prinsip di atas, yang merupakan suatu tindakan keadilan yang dimotifasi oleh suatu keadilan dan dilakukan oleh orang yang berwenang dan dengan dipertimbangkan secara matang. Kalau Yesus melarang penghakiman secara keseluruhan, maka seluruh negara dan seluruh tantanan keadilan di semua negara adalah salah.

2) Yang harus kita perhatikan adalah kita tidak boleh menghakimi berdasarkan suatu kecurigaan dan harus memenuhi persayaratan di atas. Tentu saja kalau kita tidak dalam posisi menghakimi, maka kita tidak perlu menghakimi. Kita dapat menilai suatu pendapat atau tindakan seseorang dan dapat memberikan argumentasi. Namun, kita tidak dapat menghakimi motivasi orang tersebut, karena kita tidak tahu secara persis apa motivasi atau intensi yang mendasari tulisan orang tersebut. Kita dapat menilai bahwa suatu berbuatan adalah tidak dapat dipertanggungjawabkan secara moral, karena memang perbuatan tersebut adalah tidak baik, namun kita tidak dapat menilai secara persis apa yang mendasari perbuatan tersebut. Sebagai contoh, seorang ayah yang mencuri. Perbuatan mencuri tersebut adalah salah, namun kita tidak dapat menghakimi intensi ayah tersebut, karena mungkin saja tindakannya dilakukan karena keluarganya tidak makan selama seminggu, sehingga mereka hampir mati kelaparan.

Akhirnya, kita juga harus menerapkan ayat ini pada diri kita masing-masing. Kalau kita menerima bahwa Gereja Katolik adalah didirikan oleh Kristus, yang diberikan kuasa untuk mengantar umat Allah kepada Kerajaan Sorga, maka kita harus menerima seluruh pengajaran dan keadilan yang diberikan oleh Gereja Katolik. Kita mengingat apa yang dikatakan di kitab Wahyu “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Why 3:19). Mari, kita merelakan hati kita ditegor dan dihakimi oleh Kristus yang memberikan kuasa-Nya kepada Gereja-Nya, dimana Dia mengatakan “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh 20-:23).

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org 

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy