| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Sabtu, 29 Maret 2014 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Sabtu, 29 Maret 2014
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
  
“Perbuatan baik harus dilakukan dengan gembira, tidak dengan muram” (St. Gregorius dari Nazianze)

  
Antifon Pembuka (Mzm 103:2-3)
  
Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Dan jangan lupakan segala kebaikan-Nya. Karena Ia mengampuni segala kesalahan-Mu.

Doa Pagi

Allah yang Mahakuasa dan kekal, Engkau berkenan kepada manusia, karena kasih-Mu yang besar. Bantulah kami dengan rahmat-Mu agar kami mampu memupuk sikap rendah hati. Jauhkanlah juga kami dari sikap sombong, dengan merendahkan orang lain. Semoga pada hari yang baru ini kami dapat menghantar sesama yang kujumpai untuk menemukan Engkau dan mengalami kasih-Mu melalui segala peristiwa hidup. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pewartaan Nabi Hosea menjadi benih-benih mistik Kristiani, yakni kasih setia dan pengenalan akan Allah. Istilah teknis “mengenal” berarti membina hubungan intensif, dalam kasih setia. Itulah kunci kehidupan mistik (persatuan dengan Allah Pencipta). Lagi, kasih setia Allah itu sering melukai, tetapi Dia sendiri yang menyembuhkan.

Bacaan dari Kitab Hosea (6:1-6)
  
"Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan."
      
Umat Allah berkata, “Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam tetapi lalu menyembuhkan kita, yang telah memukul dan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Ia pasti muncul seperti fajar. Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Dan Tuhan berfirman, “Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi. Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang. Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan. Aku menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban bakaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do=c; 4/4; PS No. 812
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
Ayat. (Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab; Ul: 22)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
3. Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.

Pertobatan bukanlah sikap yang penuh dengan kesombongan diri. Tuhan mengingatkan kita bahwa pertobatan yang berkenan di hadirat Allah adalah pertobatan yang penuh dengan kerendahan hati dan penyesalan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)
 
"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah."
   
Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Di hadapan Tuhan, kita hanya bisa merendahkan diri dan mengakui ketakberdayaan kita. Kita adalah orang-orang berdosa yang mengharapkan belas kasih dan kerahiman Tuhan. Inilah yang telah ditunjukkan oleh pemungut cukai. Ia mengakui dosanya dan memohon belas kasih Tuhan. Sedangkan orang Farisi berbangga diri dengan ulah kesalehan yang dilakukannya. Ia menyombongkan diri. Hasil akhir, pemungut cukai itu dibenarkan oleh Tuhan, sedangkan orang Farisi tidak.

Doa Malam

Ya Tuhan, terangilah kegelapan hati kami agar kami mampu melihat dan mengakui kesalahan-kesalahan kami di hadapan-Mu dan di hadapan sesama. Murnikanlah hati kami agar di masa Prapaskah ini kami semakin berkenan kepada-Mu. Amin.

RUAH

Jumat, 28 Maret 2014 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Jumat, 28 Maret 2014
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Hosea 14:2-10; Mzm 81:6c.8a.8bc-9.10-11ab.14.17; Markus 12:28b-34

"Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!"

Adalah hal yang biasa, para ahli taurat mengajukan pertanyaan kepada Yesus. Namun, biasanya mereka bertanya untuk mencobai dan menjebak-Nya. Pada akhirnya, mereka selalu kecewa karena tidak berhasil. Mereka pergi sambil merancangkan jebakan berikutnya. Kali ini, ada seorang ahli taurat datang kepada-Nya dan bertanya secara tulus tentang hukum yang utama. Karena ia bertanya dengan sesungguhnya, maka ia pun dipuaskan oleh jawaban Yesus, bahkan dipuji sebagai orang bijaksana yang tidak jauh dari Kerajaan Allah.
Orang yang mengerti dan mengatakan sesuatu yang baik dan benar adalah orang yang bijaksana. Karenanya, ia tidak jauh dari Kerajaan Allah. Namun, mengerti dan mengatakan saja belum cukup. Belum membuatnya masuk dan berada dalam Kerajaan Allah. Masih ada satu hal yang pokok, yakni melakukan atau melaksanakan. Harus ada keseimbangan dan kontinyuitas antara pikiran (mengerti), perkataan (mengatakan, mengajarkan), dan perbuatan (melakukan, melaksanakan). Apa yang dimengerti tentang hal yang baik dan benar, itulah yang dikatakan dan diajarkan. Itu pulalah yang dilaksanakan. Dengan cara hidup yang demikian, kita tidak hanya dekat dengan Kerajaan Allah tapi masuk dan berada di dalamnya.

Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk mampu mengerti hal yang baik dan benar kemudian mampukan kami untuk mewartakan dan melaksanakannya. Amin. -agawpr-

Audiensi Umum Paus Fransiskus, 26/03: Seorang Imam hendaknya melayani umatnya dengan kasih, tak diperlukan selain itu.

Tahbisan Imam CSC (Foto: facebook.com/NDBasilica)

Paus mengawali: "Setelah kita membahas bahwa ada tiga Sakramen yaitu Pembaptisan, Penguatan dan Ekaristi yang bersama membentuk misteri "permulaan kristen", sebuah peristiwa karunia yang melahirkan kembali kita di dalam Kristus. Inilah pengabdian mendasar yang merangkum semua di dalam Gereja, seperti para murid Tuhan Yesus. Lalu ada dua Sakramen yang berkaitan dengan dua pengabdian khusus, yaitu: Sakramen Imamat dan Sakramen Perkawinan. Keduanya membentuk dua jalan besar di mana seorang kristen dapat menjadikan hidupnya sebuah karunia kasih, mengambil contoh dan di dalam nama Kristus, sehingga ia bekerjasama dalam membangun Gereja".

"Sakramen Imamat, yang dibagi ke dalam tiga tahap: keuskupan, imamat dan diakonat - kata Paus - merupakan Sakramen yang memungkinkan pelaksanaan tugas yang dipercayakan oleh Tuhan Yesus kepada Para Rasul, untuk mengenyangkan kawanan jemaatnya, di dalam kuasa RohNya dan seturut hatiNya. Mengenyangkan umat Yesus dengan kuasa, bukan kuasa manusia, bukan kuasa diri, tetapi dengan kuasa Roh dan seturut hati Yesus yang adalah hati yang pengasih. Seorang Imam, Uskup dan Diakon harus mengenyangkan umat Tuhan dengan kasih. Tak diperlukan selain itu. Dan dalam makna itu, mereka yang dipilih dan dikonsakrasi untuk pelayanan ini sejalan dengan waktu memperpanjang kehadiran Yesus. Mereka melakukan itu dengan kuasa Roh Kudus di dalam nama Allah dan dengan kasih".

Sri Paus menjelaskan aspek pertama: "Mereka yang ditahbiskan ditempatkan sebagai kepala dari jemaat. Mereka adalah "kepala", ya, tetapi bagi Yesus berarti menempatkan otoritas masing-masing untuk melayani, seperti Dia yang telah memberi contoh dan telah mengajari kepada para murid dengan kata-kata ini: «Kamu tahu bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa bertindak sebagai tuan atas rakyatnya, dan para pembesarnya bertindak sewenang-wenang atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang» (Mat 20:25-28 // Mark 10:42-45). Seorang Uskup yang tidak melayani umat bukan hal yang baik. Seorang Imam, Pelayan Tuhan, yang tidak melayani umat bukan hal yang baik. Itu suatu hal yang salah".

"Karakter lain yang selalu berasal dari kesatuan sakramental dengan Kristus - kata Paus - adalah kasih yang membara untuk Gereja. Mari kita melihat Surat Santo Paulus kepada umat di Efesus. Paulus berkata bahwa Kristus «telah mengasihi Gereja dan telah memberikan diriNya bagi Gereja, membuatnya Kudus, memurnikan Gereja dengan pencucian air melalui sabdaNya, dan untuk menampilkan wajah Gereja yang seluruhnya mulia, tanpa noda tanpa kerut atau lainnya yang senada. Di dalam Imamat, seorang Imam membaktikan seluruh dirinya kepada umat dan mengasihi umat dengan segenap hatinya: umat adalah keluarganya. Seorang Uskup, Imam, mengasihi Gereja dalam diri umatnya dan mengasihinya dengan kukuh. Bagaimana? Bagaimana Kristus mengasihi Gereja. Santo Paulus juga mengatakan itu tentang perkawinan: suami mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi Gereja. Ini adalah suatu misteri besar akan kasih, yaitu dalam Imamat dan dalam Perkawinan, dua Sakramen yang merupakan jalan ke mana biasa orang-orang pergi, sebagai Sakramen, menuju Tuhan".

Lalu ada aspek terakhir yang diutarakan Sri Paus. "Rasul Paulus menasehati Timotius muridnya agar tidak mengabaikan, sebaliknya, agar menghidupkan terus karunia yang ada padanya; karunia yang telah dianugerahkan kepadanya dengan penumpangan tangan (1 Tm 4:14; 2 Tm 1:6). Saat tugas dari uskup, dari imam tidak diisi dengan doa, dengan mendengarkan Sabda Allah, dan dengan perayaan Ekaristi harian dan juga dengan melaksanakan Sakramen Tobat, maka, itu akan pasti berakhir dengan kehilangan makna sejati dari pelayanan masing-masing dan kegembiraan yang berasal dari kesatuan yang mendalam dengan Yesus. Seorang Uskup yang tidak berdoa, yang tidak mendengarkan Sabda Allah, yang tidak merayakan Ekaristi setiap hari, yang tidak mengaku dosa dengan teratur, dan begitu pula seorang Imam yang tidak melakukan semuanya itu, pada akhirnya kehilangan kesatuan dengan Yesus dan mereka menjadi biasa-biasa saja yang justru tidak baik bagi Gereja. Oleh karenanya, kita harus membantu para uskup, para imam untuk berdoa untuk mendengarkan Sabda Allah yang merupakan makanan harian, untuk merayakan Ekaristi setiap hari dan untuk pergi mengaku dosa dengan teratur. Dan ini sangat penting karena membawa kepada kekudusan masing-masing para uskup dan para imam".

Sri Paus kemudian menutup katekese dengan berkata: "Bagaimana caranya menjadi imam? Di mana dijual jalan masuknya? Tidak, jalan masuk itu tidak dijual. Ini adalah suatu hal yang inisiatifnya diambil oleh Tuhan. Tuhan yang memanggil: memanggil setiap orang yang mau menjadi imam, dan mungkin ada kaum muda, di sini, yang telah mendengar di dalam hati mereka panggilan ini. Kehendak menjadi imam, kehendak untuk melayani sesama di dalam hal-hal yang berasal dari Tuhan. Kehendak untuk membaktikan sepanjang hidup kepada pelayanan untuk menginjil, membaptis, mengampuni, merayakan Ekaristi, merawat orang sakit ... sepanjang hidup demikian! Jika ada diantara Anda sekalian yang merasakan ini di dalam hati, itu Yesus yang telah menempatkannya di sana! Rawatlah panggilan ini dan berdoalah agar bertumbuh dan memberikan buah di dalam seluruh Gereja. Terima kasih."

Veni Sancte Spiritus, Veni per Mariam.

(Oleh: Shirley Hadisandjaja / Sumber: Radio Vatikan)

Jumat, 28 Maret 2014 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Jumat, 28 Maret 2014
Hari Biasa Pekan III Prapaskah - Hari Pantang
  
Meskipun Kristus bebas dari dosa, namun Ia menderita. Ia menanggung kesengsaraan salib demi penebusan kita. (St. Gregorius Agung)
  

Antifon Pembuka (bdk. Mzm 86:8-10)
   
Tiada dewa yang menyamai Engkau, ya Tuhan, sebab agunglah Engkau dan agunglah karya-Mu. Hanya Engkaulah Allah

Doa Pagi


Allah yang Mahakuasa, bantulah kami agar kami selalu merenungkan apa yang benar. Semoga kami sanggup melaksanakan apa yang sesuai dengan kehendak-Mu, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.

Bacaan dari Kitab Hosea (14:2-10)
 
  
"Kami tidak akan berkata lagi "Ya Allah kami" kepada buatan tangan kami."
  
Beginilah firman Allah, "Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.Asyur tidak dapat menyelamatkan kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi: Ya, Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayangi anak yatim." Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka. Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar. Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon. Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyhur seperti anggur Libanon. Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala? Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau! Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau, dari pada-Ku engkau mendapat buah. Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Akulah Tuhan, Allahmu, dengarkanlah suara-Ku.
Ayat. (Mzm 81:6c.8a.8bc-9.10-11ab.14.17)
1. Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal, "Akulah yang telah mengangkat beban dari bahumu, dan membebaskan tanganmu dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau.
2. Aku menjawab engkau dengan bersembunyi di balik badai, Aku telah menguji engkau dekat Meriba. Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, kiranya engkau mau mendengarkan Aku!
3. Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah orang asing. Akulah Tuhan Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.
4. Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik, dan dengan madu dari gunung batu, Aku akan mengenyangkannya.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (bdk. Mat 3:2)
Bertobatlah, sabda Tuhan, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:28b-34)
  
"Tuhan Allahmu itu Tuhan Yang Esa, kasihilah Dia dengan segenap jiwamu."
         
Sekali peristiwa, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, "Perintah manakah yang paling utama?" Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan
  
Bunyi hukum cinta kasih kepada Tuhan dan sesama sudah terhafal hampir oleh semua orang Kristen. Tetapi jika ditanya bagaimana praktiknya dalam keseharian hidup ini? Jawabannya pasti saja bervariasi sesuai dengan cara hidup kita sehari-hari. Mungkin ada yang baik sekali, ada yang biasa saja, dan ada yang tidak sama sekali.

Kedua hukum utama itu, sesungguhnya bukan sekedar sebuah anjuran tetapi merupakan sebuah perintah yang harus dilaksanakan secara penuh, seratus persen. ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu; Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mrk. 12:30-31).

Merajut hubungan dengan Tuhan dengan mencintai-Nya adalah sebuah keharusan hidup manusia sebagai citra Allah. Hidup dan kebutuhan manusia bersumber pada Allah, bukan pada diri kita dan kekuatan dunia yang lain. Jika kita ingin memperoleh berkat-Nya, maka pujian dan penyembahan, sebagai bukti cinta kepada-Nya hendaknya menjadi bagian utama dari praktik hidup. Tanpa Tuhan hidup ini tak punya makna sedikitpun. Tanpa Tuhan tak ada keselamatan!

Sesama dan diri kita sendiri adalah tanda kehadiran Allah dalam hidup bersama. Kita tak pernah bisa menjadi diri sendiri tanpa bantuan orang lain. Hidup dan pertumbuhan kita sebagai manusia menjadi benar dan baik hanya dapat terjadi berkat cinta di antara kita.

Tuhan, mampukanlah aku untuk mencintai Dikau dan sesama dengan sepenuh hati. Amin.

Ziarah Batin 2014, Renungan dan Catatan Harian

Kamis, 27 Maret 2014 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Kamis, 27 Maret 2014
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Yeremia 7:23-28; Mzm 95:1-2.6-7.8-9; Lukas 11:14-23

Sekali peristiwa Yesus mengusir dari seseorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata, “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada Yesus untuk mencobai Dia.

Beberapa orang menuduh Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Artinya, Ia bersekongkol dengan setan. Mereka adalah orang-orang yang pada dasarnya sudah tidak suka dengan Yesus. Akibatnya, apa pun yang dilakukan oleh Yesus selalu mereka lihat serba negatif, Mereka mengikuti Yesus ke mana pun Dia pergi untuk melihat apa yang dilakukan-Nya dan mendengarkan apa yang diajarkan-Nya. Namun, tujuannya adalah untuk mencari-cari kesalahan-Nya, bukan untuk mengangumi dan mempercayai-Nya. Mungkin, kita juga pernah atau sedang mempunyai pengalaman yang sama: tidak suka pada seseorang dan selalu melihat negatif apa yang dilakukannya, selalu mencari-cari kesalahannya dan bersukacita kalau menemukan. Kalau tidak menemukan, ya memberikan tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Atau, tidak sampai pada rasa tidak suka pada orang lain tetapi kita jatuh dalam dosa 'menuduh'. Mungkin kita pernah menuduh suami/istri, anak, orangtua, pembantu, rekan kerja, teman, tetangga, dll melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Marilah kita tidak mudah dan tidak cepat-cepat memberikan penilaian (negatif) pada orang lain. Kita butuh waktu untuk membuka hati dan budi, juga mata dan telinga kita supaya kita mampu untuk melihat dan mendengar yang sebenarnya, kemudian memberikan penilaian serta mengambil sikap yang benar pula.

Doa: Tuhan, jauhankah aku dari kecenderungan untuk menilai negatif orang lain, lebih-lebih jangan sampai aku mudah menuduh. Ajarilah aku untuk selalu berpikir positif supaya aku semakin mendapatkan banyak saudara. Amin. -agawpr-

Kamis, 27 Maret 2014 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Kamis, 27 Maret 2014
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
   
“Hanya jati diri ilahi pribadi Yesus dapat membenarkan tuntutan begitu absolut, seperti yang berikut ini: “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan” (Mat 12:30), atau ungkapan-ungkapan seperti: “Dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari nabi Yunus… lebih dari Salomo” (Mat 12:41-42), “di sini ada yang melebihi Bait Allah” (Mat 12:6). Atau apabila Ia menghubungkan dengan diri-Nya bahwa Daud menamakan Mesias Tuhannya (Bdk. Mat 12:36,37), atau mengatakan: “Sebelum Abraham jadi, Aku ada.” (Yoh 8:58), dan malahan: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30).” (Katekismus Gereja Katolik, 590)

Antifon Pembuka

Tuhan bersabda, Akulah keselamatan umat-Ku. Dalam penderitaan mereka berseru kepada-Ku, dan Aku mendengarkan mereka. Dan Aku menjadi Tuhan mereka selama-lamanya.

Doa Pagi

  
Allah, Sang Terang hidup kami, semoga sepanjang hari ini kami mampu mendengarkan sabda-Mu dan melaksanakannya dalam hidup kami. Ampunilah kami sekiranya dalam hidup kami telah menyimpang dari jalan-Mu dan janganlah kami binasa karena dosa-dosa kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
    
Lewat seruan kenabian Yeremia, Allah mengajari umat Israel untuk menuruti perintah-Nya. Menyimpang dari perintah Allah digolongkan kedegilan dan kejahatan. Namun umat Israel memilih untuk menolak perintah Allah. Pilihan yang seperti itu merupakan suatu sikap yang tragis.

Bacaan dari Kitab Yeremia (7:23-28)
 
  
"Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan."
      
Beginilah firman Tuhan, “Inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan punggungnya dan bukan mukanya. Sejak nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada mereka hamba-hamba-Ku, para nabi, hari demi hari, terus menerus. Tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku dan tidak mau memberi perhatian; malahan mereka menegarkan tengkuknya, berbuat lebih jahat daripada nenek moyang mereka. Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini, mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu, dan sekalipun engkau berseru kepada mereka, mereka tidak akan menjawab engkau. Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima pengajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah musnah dari mulut mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do=es, 4/4, PS No. 854
Ref. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar hati.
atau Singkirkanlah penghalang sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Ayat. (Mzm 95:1-2.6-7.8-9; Ul: 8)
1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan, bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorailah bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
2. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, kita ini umat gembalaan-Nya dan kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (Yl 2:12-13)
Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, sabda Tuhan, sebab Aku ini pengasih dan penyayang.

Tuduhan bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa penghulu setan merupakan sikap melawan Yesus. Siapa pun yang melawan Yesus, tidak bisa bersama Yesus dalam kuasa Allah; dengan kata lain, menjadi sahabat iblis. Siapa yang tidak mengumpulkan bersama Yesus dalam Roh Kudus pemersatu, mencerai-beraikannya; dengan kata lain menjadi sahabat roh jahat.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:14-23)
  
"Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku."
  
Sekali peristiwa Yesus mengusir dari seseorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata, “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada Yesus untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, “Setiap Kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah pasti runtuh. Jikalau Iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi, jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Nah, merekalah yang akan menjadi hakimmu! Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan bersenjata lengkap menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata yang diandalkannya, dan akan membagi-bagi rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku, dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Yesus dengan kata-kata dan karya-Nya menghadirkan Kerajaan Allah. Dengan kuat kuasa Allah sendiri, Yesus mengusir setan. Kuasa kegelapan dibinasakan oleh kekuatan Allah. Tetapi sayang, ada orang yang mengatakan bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan. Mereka tidak percaya akan kewibawaan Yesus. Kita diundang untuk percaya kepada Yesus. Kepercayaan itu kita ungkapkan dalam kehidupan kita, dengan menghancurkan kuasa kejahatan dalam diri kita.

Doa Malam

Bapa yang Mahamurah, kami serahkan seluruh suka duka kami, keberhasilan dan kegagalan usaha kami, ketakutan dan kecemasan kami kepada-Mu. Kiranya Engkau sendiri yang menyempurnakan apa yang kurang dari diri kami. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan bersatu dengan Engkau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
  
RUAH

Rabu, 26 Maret 2014 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Rabu, 26 Maret 2014
Hari Biasa Pekan III Prapaskah 
Ul 4:1.5-9 Mzm 47; Mat 5:17-19

   
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."

Oleh para ahli taurat, Yesus berulang kali dinilai melanggar hukum taurat. Namun, Yesus sendiri menegaskan bahwa Ia bukan meniadakan melainkan menggenapinya. Bagaimana kita memahami hal ini dan kemudian menghayatinya? Salah satu penjelasan yang menurut saya cukup lengkap dan memberi jawaban adalah dari St. Paulus. "Barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat." (Rm 13:8-10). Jadi, kegenapan hukum Taurat adalah hukum kasih, yang oleh Yesus disebut sebagai hukum yang utama (Mat 22:37-40). Yesus memang seringkali melakukan sesuatu yang berbeda dengan hukum taurat, bahkan terkesan melanggarnya. Namun, dengan mengajarkan kasih dan dengan menjadi teladan bagaimana mengasihi Allah dan sesama, Ia menggenapi hukum taurat. Semoga, hukum Taurat dan hukum-hukum lain yang ada dalam kehidupan kita juga kita genapi dengan cara mengasihi. St. Agustinus mengatakan, "Ama et fac quod vis" (Cintailah dan berbuatlah apa yang kaukehendaki). Kita boleh berbuat semau kita asal semua itu didasari oleh kasih.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menjadi orang yang melakukan apa saja atas dasar kasih kepada-Mu dan kepada sesama. Amin. -agawpr-

Rm. Agus Widodo, Pr. 

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy