Minggu, 04 Mei 2014
Hari Minggu Paskah III
“Berhati-hatilah, untuk melaksanakan satu perayaan Ekaristi. Sebab
terdapat satu Tubuh Tuhan kita, Yesus Kristus, dan satu piala Darah-Nya
yang membuat kita satu, dan satu altar, sama seperti terdapat satu Uskup
bersama dengan para imam dan diakon, sesama pelayan seperti saya.” (St.
Ignatius dari Antiokhia)
Antifon Pembuka
Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan
nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Alleluya. (Mzm 65:1-2)
Iubilate Deo omnis terra, alleluia: psalmum dicite nomni eius, alleluia:
date gloriam laudi eius, alleluia, alleluia, alleluia. Dicite Deo, quam
terribilia sunt opera tua, Domine! in multitudine virtutis tuae
mentientur tibi inimici tui. Gloria Patri…(Mzm 65:1-3)
Pengantar
Paus Pius XII dalam surat ensikliknya tentang Liturgi Suci, Mediator Dei
(1947) mendefinisikan liturgi sebagai, “ibadat publik yang dilakukan
oleh Penebus kita sebagai Kepala Gereja kepada Allah Bapa dan juga
ibadat yang dilakukan oleh komunitas umat beriman kepada Pendirinya
[yaitu Kristus], dan melalui Dia kepada Bapa. Singkatnya, liturgi adalah
ibadat penyembahan yang dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Kristus secara
keseluruhan, yaitu Kepala dan anggota-anggota-Nya” (Mediator Dei, 20).
Definisi ini terpenuhi dalam tingkat yang tertinggi dalam perayaan
Ekaristi/ Misa kudus. Sebab dalam Misa Kudus, kurban Kristus yang satu
dan sama itu oleh kuasa Roh Kudus, dihadirkan kembali oleh Gereja, untuk
keselamatan umat manusia. Maka perayaan Misa adalah doa Gereja yang
sempurna (par excellence), yaitu doa Kristus yang dipersembahkan oleh
Gereja kepada Allah.
Bagi umat Kristen yang tidak mempercayai dan tidak melakukan perayaan
Ekaristi, peristiwa perjalanan ke Emaus adalah seperti peristiwa di masa
lalu dan sulit untuk dihubungkan dengan apa yang terjadi pada saat ini
secara lebih mendalam. Namun, bagi umat Katolik, peristiwa ini
dihadirkan kembali setiap hari, dalam perayaan Ekaristi. Ekaristi yang
menjadi pusat kehidupan Gereja perdana akan terus menjadi pusat
kehidupan Gereja Katolik sampai akhir zaman, sampai terjadinya Perjamuan
kawin Anak Domba (lih. Why 19:9). Dapat dikatakan bahwa iman akan
Ekaristilah yang dapat menguak misteri Sabda Allah di Lukas 24:13-35
secara lebih mendalam, karena itulah yang dialami para murid, itulah
yang dilakukan oleh jemaat perdana, itulah yang dilakukan oleh Gereja
sepanjang sejarah Gereja, dan itulah yang dilakukan oleh Gereja Katolik
saat ini, sampai segala abad. Sesungguhnya yang pertama kali mengajarkan
tata cara perayaan Ekaristi [yaitu adanya liturgi Sabda dan liturgi
Ekaristi] adalah Tuhan Kristus sendiri, yaitu melalui penampakan-Nya
kepada kedua orang murid di perjalanan ke Emaus (Lih. Luk 24:13-35);
sedangkan tentang prinsip liturgi Ekaristinya sendiri mengacu kepada apa
yang diajarkan Yesus dalam Perjamuan Terakhir dengan para Rasul-Nya
(Mat 26:26-28; Mrk 14:27-31; Luk 22:24-38). [diolah dari
Katolisitas.org]
Doa Pagi
Allah Bapa kami di surga, Engkau selalu membangkitkan daya hidup baru
pada umat-Mu. Engkau telah memulihkan martabat kami dan mengangkat kami
menjadi putra-putri-Mu. Semoga kami senantiasa memuji Dikau karenanya,
dan semoga kami mendambakan kebangkitan kami dan terlaksananya segala
harapan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami,
yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa,
Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (2:14.22-33)
"Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi."
Pada hari Pentakosta, bangkitlah Petrus berdiri bersama kesebelas rasul.
Dengan suara nyaring ia berkata kepada orang banyak, "Hai kamu orang
Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan
camkanlah perkataanku ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret,
seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan
kekuatan, mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan
perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang
diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan
kamu bunuh dengan tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah
membangkitkan Dia dengan melepaskan-Nya dari sengsara maut, karena tidak
mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata
tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan. Karena Ia berdiri di
sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan
jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram. Sebab
Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak
membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan
kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di
hadapan-Mu. Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang
kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan
kuburnya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang
nabi, dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan
mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud
sendiri di atas takhtanya. Karena itu Daud telah melihat ke depan dan
telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa
Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya
tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan
tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh
tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka
dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 859
Ref. Bagi orang benar Tuhan bercahaya laksana lampu di dalam gulita.
Ayat. (Mzm 16:1.2a-5.7-8.9-10.11; Ul: 11a)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata
kepada Tuhan, "Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah
yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
2. Aku memuji Tuhan yang telah memberikan nasihat kepadaku, pada waktu
malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada
Tuhan karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak akan goyah.
3. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai, dan tubuhku
akan diam dengan tentram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia
orang mati dan tidak membiarkan orang kudus-Mu melihat kebinasaan.
4. Engkau memberitahukan kepadaku, ya Tuhan, jalan kehidupan; di
hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat yang
abadi.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (1:17-21)
"Kamu telah ditebus dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus, yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda."
Saudara-saudara terkasih, Allah menghakimi semua orang menurut
perbuatannya, tanpa pandang muka. Dan Dia itu kamu sebut "Bapa". Maka
hendaklah kamu hidup dengan bertakwa selama kamu menumpang di dunia idi.
Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dan cara hidupmu yang
sia-sia, warisan nenek moyangmu Kamu telah ditebus bukan dengan harta
yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah
yang amat mahal, yaitu darah Kristus, yang sama seperti darah anak
domba, yang tak bernoda dan tak bercacat. Kristus telah dipilih sebelum
dunia dijadikan, tetapi baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir ihi,
demi kamu. Oleh Dia, kamu percaya kepada Allah. Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati. Allah pun telah memuliakan Dia.
Maka seluruh iman dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 24:32)
Terangkanlah Kitab Suci kepada kami, ya Tuhan Yesus, agar hati kami berkobar-kobar mendengar sabda-Mu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (24:13-35)
"Mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti."
Pada hari Minggu Paskah, dua orang murid Yesus sedang pergi ke sebuah
desa bernarna Emaus, yang terletak kira-kira sepuluh kilometer jauhnya
dari Yerusalem. Mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah
terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran,
datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama
dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga
mereka tidak mengenali Dia. Yesus berkata kepada mereka, “Apa yang kamu
percakapkan sementara berjalan?’ Maka berhentilah mereka dengan muka
heran. Seorang dari mereka, yang bernama Kleopas, balik bertanya,
"Adakah Engkau satu-satunya orang pendatang di Yerusalem yang tidak tahu
apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” Bertanyalah
Yesus, “Kejadian apa?” Jawab mereka, “Segala yang terjadi dengan Yesus
dan Nazaret! Dia itu seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan
perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh rakyat. Tetapi para imam
kepala dan para pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati,
dan mereka telah menyalibkan Dia. Padahal tadinya kami mengharapkan
bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi
sekarang sudah lewat tiga har sejak semuanya itu terjadi. Beberapa
wanita dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka
telah pergi ke kubur, tetapi tidak menemukan jenazah Yesus. Lalu mereka
kembali dengan berita bahwa mereka telah melihat malaikat-malaikat, yang
mengatakan bahwa Yesus hidup. Lalu beberapa teman kami pergi ke kubur
itu dan mendapati bahwa memang benar apa yang dikatakan wanita-wanita
itu; tetapi Yesus sendiri tidak mereka lihat.” Lalu berkatalah Yesus
kepada mereka, “Hai kamu orang bodoh! Betapa lamban hatimu, sehingga
kamu tidak percaya akan segala sesuatu yang telah dinubuatkan oleh para
nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam
kemuliaan-Nya?” Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis
tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dar Kitab-Kitab Musa sampai
dengan Kitab para nabi. Sementara itu mereka mendekati desa yang mereka
tuju. Yesus berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi
kedua murid itu mendesak, katanya, “Tinggallah bersarna dengan kami,
sebab hari sudah mulai malain, dan matahari hamnpir terbenam. Maka
masuklah Ia untuk tinggal bersama dengan mereka. Waktu duduk makan
dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap syukur, lalu memecah-mecahkan
roti itu dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata
mereka, dan mereka pun mengenali Dia. Tetapi Yesus hilang dan pandangan
mereka. Maka kata mereka seorang kepada yang lain, “Bukankah hati kita
berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan, dan
ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?’ Lalu bangunlah mereka dan
langsung kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas
murid. Mereka sedang berkumpul bersama teman-teman mereka. Kata mereka
kepada kedua murid itu, “Sungguh Tuhan telah bangkit, dan telah
menampakkan diri kepada Simon!” Lalu kedua murid itu pun menceritakan
apa yang terjadi di tengah jalan, dan bagalmana mereka mengenali Yesus
pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Kemartiran Yesus membuat banyak orang kecewa dan kembali ke kampung
halaman mereka. Mereka memang telah mengalami semua karya besar Allah
yang dilakukan Yesus, yaitu bahwa pekerjaan-pekerjaan Bapa yang ajaib
dapat dirasakan, demikian juga pengajaran yang penuh kuasa dan wibawa.
Bahkan, harapan menjadikan Yesus seorang Mesias politik yang handal
untuk mengusir penjajah Romawi.
Tentu saja cita-cita ini sangat manusiawi. Namun, bagi orang pada zaman
itu, Yesus patut diperhitungkan karena Ia memiliki banyak pengikut
mulai dari Galilea hingga Yudea.
Harapan dan hubungan para murid Yesus masih manusiawi, karena kedekatan
mereka, sehingga lupa dan tidak sadar bahwa Yesus adalah Allah yang
benar. Kematian Yesus membuat mereka kecewa dan takut. Kedua murid di
Emaus merupakan contoh nyata, bagaimana mereka jujur di depan Yesus yang
sedang menemani perjalanan mereka. Mereka mengungkapkan, “Kami berharap
bahwa Dialah yang membebaskan Israel” (Luk 24:21). Namun, ternyata
harapan mereka kandas. Yesus mati disalibkan!
Bacaan hari ini menguatkan kita akan penyertaan Yesus bagi orang-orang
yang mengalami kegelisahan dan kegalauan hidup. Yesus berjalan bersama
kedua murid di Emaus. Ia membimbing kedua murid itu sambil menjelaskan
seluruh isi Kitab Suci. Namun, Yesus juga menegur mereka dengan keras,
karena “lamban hati untuk percaya pada para nabi”. Ternyata kata-kata
Yesus “membuat hati mereka berkobar-kobar” (Luk 24:32), menghilangkan
rasa sedih, mendatangkan penghiburan dan terang dalam kegelapan,
akhirnya sampai mereka mendesak Yesus dan berkata, “Tinggallah
bersama-sama dengan kami” (ay. 29).
Sungguhpun mereka terkesan dan mengajak Yesus tinggal bersama mereka,
namun mereka belum mengenal Yesus. Setelah mereka melihat Yesus
mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti , baru saat
itulah mereka mengenal-Nya.
Sabda Tuhan hari ini membuat kita menyadari akan penyertaan Tuhan yang
terus-menerus di dalam hidup kita. Dia tidak pernah berhenti mendampingi
kita. Dalam suasana hidup yang penuh perjuangan atau pergumulan ini,
Dia selalu hadir. Dia menguatkan dan meneguhkan kita. Sikap Yesus ini
mendorong kita untuk melakukan yang sama di dalam kehidupan kita
sehari-hari. Anak-anak muda perlu pendampingan seperti yang dilakukan
Yesus. Oleh karena itu, para pendidik dan orang tua jangan pernah lelah
atau berhenti mendampingi anak-anak. Itu adalah tugas kita bersama. Kita
mau mengantar anak-anak kita sampai mengenal Yesus dalam kehidupan
mereka masing-masing.
Penyertaan Yesus dalam hidup kita harus dilandasi dengan sikap mengajak
dan menerima Dia dalam hidup kita. Dalam kesusahan dan kesulitan hidup
kita mesti yakin bahwa Yesus ada dan bersama dengan kita. Dalam praktek
sulit, namun kita diajak untuk tetap setia sampai kita mengenal Yesus
secara pribadi dengan sungguh-sungguh, seperti kedua murid di Emaus itu.
Kuncinya, kita mesti bergaul akrab dengan Yesus setiap saat. (RUAH)
“Umat beriman Katolik, sembari menghormati keyakinan agama dari
saudara-saudari yang terpisah, pantas menghindarkan menerima komuni
perayaan mereka, agar tidak timbul salah paham tentang hakikat Ekaristi,
dan selanjutnya tidak menyalahi kewajiban menyaksikan kebenaran dengan
jelas. Yang sebaliknya akan memperlambat kemajuan upaya menuju kesatuan
nyata yang penuh. Mirip dengan itu, juga tak masuk akal menggantikan
Misa hari minggu dengan perayaan sabda ekumenis atau ibadat doa bersama
dengan umat kristiani dari jemaat-jemaat Gereja yang disebutkan di atas,
atau bahkan dengan mengambil bagian dalam ibadat mereka. Perayaan dan
ibadat seperti itu, kendati dalam keadaan tertentu pantas dipuji,
sebagai persiapan bagi tujuan kesatuan yang penuh, termasuk komuni
Ekaristi, namun tak pantas menggantikannya” (St. Yohanes Paulus, Paus,
Ensiklik Ecclesia de Eucharistia No. 30)