Jumat, 09 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah
Menjadi hak sekalian umat beriman bahwa liturgi, khususnya perayaan Misa
Kudus, dilangsungkan sungguh sesuai dengan hasrat Gereja, sesuai dengan
penetapan-penetapannya seperti di gariskan dalam buku-buku liturgi dan
dalam hukum-hukum dan peraturan lainnya, demikian pula, umat katolik
berhak untuk sebuah kurban Misa Kudus yang dirayakan bagi mereka secara
utuh, sesuai dengan Ajaran Gereja, dan akhirnya, adalah hak komunitas
katolik bahwa Ekaristi yang Maha Kudus itu dilaksanakan baginya
sedemikian rupa sehingga sungguh mencolok sebagai sakramen kesatuan,
seraya menjauhkan segala cela dan ulah yang dapat menimbulkan perpecahan
dalam Gereja. (Redemptionis Sacramentum, Instruksi VI tentang sejumlah
hal yang perlu dilaksanakan atau dihindari berkaitan dengan Ekaristi
Mahakudus, No. 12)
Antifon Pembuka (Why 5:12)
Anak Domba yang telah dikurbankan pantas menerima kekuatan dan keallahan, kebijaksanaan, keperkasaan dan kehormatan. Alleluya.
Doa Pagi
Allah Bapa sumber kehidupan sejati, Engkau telah menyediakan makanan
surgawi bagi kami, yaitu Tubuh dan Darah Putra-Mu. Ajarilah kami untuk
sungguh-sungguh mengimani kehadiran Putra-Mu dalam Ekaristi ini,
sehingga kami pun dapat menimba daya hidup dari-Nya. Sebab Dialah Tuhan,
Pengantara kami yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan
berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:1-20)
"Orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku, untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain."
Ketika pecah penganiayaan terhadap jemaat, hati Saulus berkobar-kobar
untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,
dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada
majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya jika ia menemukan laki-laki
atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan
membawa mereka ke Yerusalem. Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia
sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi
dia. Ia rebah ke tanah, dan kedengaran olehnya suatu suara yang berkata
kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab
Saulus, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kauaniaya
itu! Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota. Di sana akan
dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Maka termangu-mangulah
temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi
tidak melihat seorang jua pun. Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka
matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa. Teman-temannya harus
menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya Saulus tidak dapat
melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum. Di Damsyik ada
seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu
penglihatan, “Ananias!” Jawabnya, “Ini aku, Tuhan!” Firman Tuhan,
“Pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas
seorang dari Tarsus, yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam
suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke
dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat
lagi.” Jawab Ananias, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang
orang itu betapa banyak kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang
kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari
imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.”
Tetapi firman Tuhan kepadanya, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat
pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain,
kepada raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan
kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena
nama-Ku.” Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia
menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya, “Saulus, saudaraku,
Tuhan Yesus yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau
lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan
penuh dengan Roh Kudus.” Dan seketika itu juga seolah-olah ada selaput
gugur dari matanya, sehingga Saulus dapat melihat lagi. Saulus bangun
lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus
tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika
itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan
bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 4/4, PS 827
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat. (Mzm 117:1bc.2) 1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 963 Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 6:56)
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:52-59)
"Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman."
Di rumah ibadat di Kapernaum orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka
sendiri dan berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya
kepada kita untuk dimakan?” Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan
minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu, barangsiapa
makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan
Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah
benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku
dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku
hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh
Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang
dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti
ini, ia akan hidup selama-lamanya.” Semuanya ini dikatakan Yesus di
Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Bagaimana reaksi kita, kalau Yesus berkotbah di gereja, demikian
“Jika kamu tidak makan daging-Ku dan minum darah-Ku, kamu tidak memiliki
hidup dalam dirimu... daging-Ku benar-benar makanan dan darah-Ku
benar-benar minuman.” (ay. 53-55). Apakah kita bisa percaya? Mungkin
kita hanya menganggap angin lalu dan acuh tak acuh, atau mendengarkan
tanpa mempedulikan isinya; atau bahkan kita pergi ke luar gereja dan
berpura-pura ke kamar mandi, sambil menggerutu sendirian, “Dasar pengkotbah gila!”
Untunglah, Sabda itu sudah masuk dalam kanon Kitab Suci, sehingga kita
tak merasa perlu banyak bertanya, walau tidak paham akan maksud Yesus
itu. Sabda Yesus tersebut menjadi terang-benderang, jika kita tempatkan
dalam peristiwa Perjamuan Terakhir. Yesus mendirikan Sakramen Ekaristi
sebagai kenangan akan karya penebusan-Nya. Tubuh Yesus yang dikurbankan
di kayu salib benar-benar berubah wujud menjadi makanan, dalam rupa roti
tak beragi. Darah Yesus yang ditumpahkan bagi manusia demi pengampunan
dosa benar-benar menjadi minuman, dalam rupa anggur. Tubuh dan darah-Nya
harus bisa dimakan dan diminum, agar menjadi kenangan akan karya
penebusan bagi yang menyantap-Nya.
Itu logika ‘terbalik’ dari penjelasan Ekaristi yang kita ketahui dalam
buku-buku Katekismus. Selama ini, kita mendapatkan satu sisi penjelasan,
demikian: Dalam konsekrasi, kita mengimani bahwa roti dan anggur,
diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, lewat tangan imam yang
mengkonsekrasi. Namun, tak menyalahi dogma Gereja, jika kita memperkaya
penjelasan tentang Ekaristi tersebut demikian: Saat konsekrasi, Yesus
mengejawantah (berinkarnasi) dalam rupa roti dan anggur yang sudah
disiapkan. Dengan demikian, tubuh-Nya benar-benar menjadi makanan, dan
Darah-Nya benar-benar menjadi minuman. Dengan kata lain, demi menjadikan
tubuh-Nya sebagai makanan dan darah-Nya menjadi minuman, Yesus rela
berinkarnasi dalam rupa roti dan anggur.
“Oleh konsekrasi terjadilah perubahan [transsubstansiasi] roti dan
anggur ke dalam tubuh dan darah Kristus. Di dalam rupa roti dan anggur
yang telah dikonsekrir itu Kristus sendiri, Dia yang hidup dan
dimuliakan, hadir sungguh, nyata, dan secara substansial dengan
tubuh-Nya, darah-Nya, jiwa-Nya, dan kodrat ilahi-Nya Bdk. Konsili
Trente: DS 1640; 1651..” (Katekismus Gereja Katolik, 1413)
Apa pun penjelasan misteri Ekaristi, dan bagaimana pun cara
mengungkapkannya, yang terpenting kita harus berpegang teguh pada Sabda
Yesus Kristus, Allah Putra yang menjadi manusia itu sendiri (Mat
26:26-29). Iman akan Sabda-Nya tersebut menjadikan kita pewaris
kehidupan kekal, dan akan dibangkitkan pada akhir zaman.
Adrian Pristio, O.Carm/CAFE ROHANI