| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”

Sabtu, 10 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah

Bacaan silahkan lihat (di sini)

 Dalam hidup kita sering mendengarkan kata-kata yang keras dan pedas. Reaksi atas hal ini bisa berbeda. Mereka yang ‘berdarah panas’, biasanya langsung menanggapi dengan keras. Sikap demikian yang muncul dalam diri para murid dalam kisah Injil hari ini. Banyak yang ‘berdarah panas’, marah dan akhirnya meninggalkan Yesus, kembali ke rumah masing-masing.

Apa yang membuat sikap ini terjadi? Kita harus membaca kembali bacaan kemarin, tentang “Roti Hidup”. Orang yang mau selamat harus bersekutu dengan-Nya, dengan menyantap Tubuh-Nya. Orang-orang Yahudi protes. Setiap pribadi bisa sampai kepada Allah secara langsung. Maka, ketika Yesus ini mengatakan bahwa hidup abadi hanya didapatkan dengan mengikuti Dia dan lewat Dia, bagi mereka hal itu merupakan penghujatan kepada Allah! Inilah yang membuat mereka banyak meninggalkan Yesus. Mereka tidak menerima Yesus sebagai Mesias yang telah diutus Allah untuk membebaskan umat manusia dari belenggu dosa dan maut. Mereka hanya mau menerima Dia sebagai raja dunia yang mengenyangkan seperti saat menerima makanan dari Yesus; dan seperti nenek moyang mereka yang menerima manna. Pemikiran yang sangat duniawi!

Bisa jadi, itulah sikap beriman kita. Kita mau menerima Allah yang hanya memenuhi keinginan dan kepentingan kita. Kita ingin mengatur Allah demi kehidupan duniawi kita. Coba saja ingat doa-doa yang kita panjatkan, kerapkali bersifat duniawi. Berilah kesehatan, rezeki, kesenangan, jauhkan dukacita dan kesedihan; dan banyak lagi permintaan bersifat jasmani. Coba refleksikan, ketika semua diterima, adalah rasa syukur dan merasa cukup? Tidak, kita terus merasa kekurangan.

Tuhan kerapkali memberi sesuatu “yang keras” dalam kehidupan kita, seperti dukacita, kegagalan, ketidakmampuan dan sejenisnya. Sendirian kita memang kerap lemah. Maka kita harus bersekutu dengan Allah lewat santapan rohani, Tubuh-Nya yang kita terima lewat Sakramen Mahakudus. Kesatuan itu kemudian berbuah lewat persekutuan keluarga, di mana kita dapat saling meneguhkan dan membahagiakan. Jika kondisi keluarga seperti itu, maka akan menjadi tempat pertumbuhan bagi putra-putri kita untuk panggilan khusus sebagai imam atau biarawan-biarawati. Bagaimana dengan keluarga kita? (Pahala Hasudungan, O.Carm/Cafe Rohani)

Sabtu, 10 Mei 2014 Hari Biasa Pekan III Paskah

Sabtu, 10 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah
            
Pernyataan pertama mengenai Ekaristi, memisahkan murid-murid-Nya dalam dua kelompok, sebagaimana juga penyampaian mengenai sengsara-Nya menimbulkan reaksi menolak pada mereka: "Perkataan ini keras, siapakah sanggup mendengarkannya?" (Yoh 6:60). Ekaristi dan salib adalah batu-batu sandungan. Keduanya membentuk misteri yang sama, yang tidak berhenti menjadi sebab perpecahan. "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (Yoh 6:67). Pertanyaan Tuhan ini bergema sepanjang masa; melalui pertanyaan ini cinta-Nya mengundang kita, supaya mengakui bahwa hanya Dialah memiliki "perkataan hidup kekal" (Yoh 6:68) dan bahwa siapa yang menerima anugerah Ekaristi-Nya dengan penuh iman, menerima Dia sendiri. (Katekismus Gereja Katolik, 1336)
    
Antifon Pembuka (lih. Kol 2:12)
     
Kita dikubur bersama Kristus dalam pembaptisan dan dibangkitkan bersama dengan Dia pula berkat kepercayaan kita akan kuasa Allah, yang telah membangkitkan Kristus dari alam maut. Alleluya.
       
Doa Pagi  
      
Allah Bapa yang Mahamurah, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau menganugerahkan kehidupan kekal kepada kami. Kami mohon, tariklah diri kami untuk selalu dekat dengan-Mu dan selalu rindu untuk tinggal bersama-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
     
Perjalanan Petrus adalah perjalanan kasih yang menyelamatkan. Orang yang sakit disembuhkannya dan yang mati dijadikannya hidup kembali. Kehadirannya menampakkan kehadiran Kristus.
       
Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:31-42)
    
"Jemaat dibangun, dan jumlahnya makin bertambah besar, oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus."
   
Selama beberapa waktu setelah Saulus bertobat, jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus. Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan kemana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida. Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Kata Petrus kepadanya, “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” Seketika itu juga bangunlah orang itu. Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan. Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita, dalam bahasa Yunani: Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. Adapun Lida dekat dengan Yope. Maka ketika murid-murid mendengar bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan, “Segeralah datang ke tempat kami.” Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas, dan semua janda datang berdiri di dekatnya. Sambil menangis, mereka menunjukkan kepada Petrus semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. Tetapi Petrus menyuruh mereka keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kmudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata, “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya, dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu ia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup. Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope, dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. Sesudah peristiwa itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, 3/4, PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu. Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Ayat. (Mzm 116:12-13.14-15.16-17; Ul: 1Kor 10:lh.16)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku. Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
3. Ya Tuhan, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu! Engkau telah melepaskan belengguku: Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan.
  
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (lih. Yoh 6:63b.68b)
Perkataan-perkataan-Mu adalah roh dan hidup. Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.
    
Perkataan Yesus tentang Roti hidup menguji dan memurnikan kesediaan untuk mengikuti Kristus. Bersama keduabelas murid Yesus setiap orang ditantang untuk setia sampai akhir.
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:60-69)
   
"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal."
    
Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, maka berkatalah Ia kepada mereka, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Lalu bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna! Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid Yesus mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan
    
Pernyataan Yesus tentang diri-Nya dirasa sangat keras sehingga membuat banyak orang yang mengikuti Dia bersungut-sungut. Lalu mereka mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Bagaimana perasaan kita? Apakah kita merasa bahwa perkataan Yesus ini keras? Apakah kita juga mau mengundurkan diri? Tidak! Bersama Petrus kita berkata, “Kepada siapa kami akan pergi? Kami percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6:68-69)
  
Doa Malam
    
Tuhan, kendalikanlah keinginan-keinginan yang tidak teratur dari padaku. Semoga apa yang ada di dunia ini, kupakai sejauh membantu dan menjadi sarana saja untuk mencapai tujuan hidupku yaitu keselamatan di dalam Engkau, kini dan sepanjang masa. Amin.
    
RUAH

Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Jumat, 09 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah
     
Kis 9:1-20; Mzm 117:1bc.2; Yoh 6:52-59
       
Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Pada tahun 1263, ada seorang imam bernama Petrus dari Prague yang mengalami krisis iman. Akibat ajaran sesat dari bidaah yang dipimpin Berengarius, ia mengalami keraguan bersar bahwa roti ekaristi yang telah dikonsekrir benar-benar Tubuh Kristus. Maka, ia bermaksud mengadakan perjalanan ziarah ke makam St. Petrus di Roma dengan harapan mendapat pencerahan. Dalam peziarahan tersebut, ia singgah di Bolsena, sebuah kota kecil sebelah utara Roma dan merayakan Ekaristi di Gereja St. Kristina. Pada saat konsekrasi, ketika ia mengucapkan kata-kata, “Inilah Tubuh-Ku,” hosti di tangannya berubah menjadi daging dan mengucurkan darah yang menetes ke korporal. Segera, ia melaporkan kejadian tersebut kepada Paus Urbanus IV. Paus pun kemudian menegaskan bahwa mukjizat teresebut merupakan jawaban pasti atas keraguan Rm. Petrus sekaligus mematahkan ajaran sesat dari Berengarius. Yesus Kristus sungguh-sungguh hadir dalam hosti suci yang telah dikonsekrir dalam Misa. Dia benar-benar makanan bagi kita. Setiap kali kita menerima komuni, kita memakan-Nya sehingga kita mendapatkan hidup dari-Nya. Sebagaimana kalau kita makan nasi dengan segala lauk pauknya, kita mendapatkan energi dan kehidupan dari makanan tersebut; demikian pula dengan makan Tubuh Kristus kita pun mendapatkan energi dan kehidupan dari-Nya. Sebagaimana kalau misalnya kita makan petai, maka keringat, urine, dan mulut kita bau petai; demikian pula hendaknya dengan makan Tubuh Kristus, seluruh diri kita juga bau Yesus. Artinya, pikiran, perasaan, perkataan dan tindakan-tindakan kita sungguh dijiwai oleh Yesus sendiri yang senantiasa mengasihi, melayani, mengampuni dan mengorbankan diri.


Doa: Bapa, kami bersyukur karena melalui sakramen Ekaristi, Putera-Mu Yesus Kristus menjadikan diri-Nya sebagai makanan bagi kami. Semoga hidup kami dijiwai oleh-Nya sehingga kami semakin mampu untuk mengasihi, melayani, mengampuni dan rela berkorban. Amin. -agawpr-

Jumat, 09 Mei 2014 Hari Biasa Pekan III Paskah

Jumat, 09 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah
    
Menjadi hak sekalian umat beriman bahwa liturgi, khususnya perayaan Misa Kudus, dilangsungkan sungguh sesuai dengan hasrat Gereja, sesuai dengan penetapan-penetapannya seperti di gariskan dalam buku-buku liturgi dan dalam hukum-hukum dan peraturan lainnya, demikian pula, umat katolik berhak untuk sebuah kurban Misa Kudus yang dirayakan bagi mereka secara utuh, sesuai dengan Ajaran Gereja, dan akhirnya, adalah hak komunitas katolik bahwa Ekaristi yang Maha Kudus itu dilaksanakan baginya sedemikian rupa sehingga sungguh mencolok sebagai sakramen kesatuan, seraya menjauhkan segala cela dan ulah yang dapat menimbulkan perpecahan dalam Gereja. (Redemptionis Sacramentum, Instruksi VI tentang sejumlah hal yang perlu dilaksanakan atau dihindari berkaitan dengan Ekaristi Mahakudus, No. 12)

     
Antifon Pembuka (Why 5:12)
    
Anak Domba yang telah dikurbankan pantas menerima kekuatan dan keallahan, kebijaksanaan, keperkasaan dan kehormatan. Alleluya.

Doa Pagi


Allah Bapa sumber kehidupan sejati, Engkau telah menyediakan makanan surgawi bagi kami, yaitu Tubuh dan Darah Putra-Mu. Ajarilah kami untuk sungguh-sungguh mengimani kehadiran Putra-Mu dalam Ekaristi ini, sehingga kami pun dapat menimba daya hidup dari-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:1-20)
        
"Orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku, untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain."
     
Ketika pecah penganiayaan terhadap jemaat, hati Saulus berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah, dan kedengaran olehnya suatu suara yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu! Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota. Di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Maka termangu-mangulah temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jua pun. Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa. Teman-temannya harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya Saulus tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum. Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan, “Ananias!” Jawabnya, “Ini aku, Tuhan!” Firman Tuhan, “Pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus, yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Jawab Ananias, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu betapa banyak kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.” Tetapi firman Tuhan kepadanya, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain, kepada raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.” Dan seketika itu juga seolah-olah ada selaput gugur dari matanya, sehingga Saulus dapat melihat lagi. Saulus bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. 
Demikianlah sabda Tuhan 
U. Syukur kepada Allah.
       
Mazmur Tanggapan, do = f, 4/4, PS 827
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat. (Mzm 117:1bc.2)
1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.
   
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 6:56)
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:52-59)
        
"Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman."
      
Di rumah ibadat di Kapernaum orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan?” Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu, barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan
   
Bagaimana reaksi kita, kalau Yesus berkotbah di gereja, demikian “Jika kamu tidak makan daging-Ku dan minum darah-Ku, kamu tidak memiliki hidup dalam dirimu... daging-Ku benar-benar makanan dan darah-Ku benar-benar minuman.” (ay. 53-55). Apakah kita bisa percaya? Mungkin kita hanya menganggap angin lalu dan acuh tak acuh, atau mendengarkan tanpa mempedulikan isinya; atau bahkan kita pergi ke luar gereja dan berpura-pura ke kamar mandi, sambil menggerutu sendirian, “Dasar pengkotbah gila!”
  
Untunglah, Sabda itu sudah masuk dalam kanon Kitab Suci, sehingga kita tak merasa perlu banyak bertanya, walau tidak paham akan maksud Yesus itu. Sabda Yesus tersebut menjadi terang-benderang, jika kita tempatkan dalam peristiwa Perjamuan Terakhir. Yesus mendirikan Sakramen Ekaristi sebagai kenangan akan karya penebusan-Nya. Tubuh Yesus yang dikurbankan di kayu salib benar-benar berubah wujud menjadi makanan, dalam rupa roti tak beragi. Darah Yesus yang ditumpahkan bagi manusia demi pengampunan dosa benar-benar menjadi minuman, dalam rupa anggur. Tubuh dan darah-Nya harus bisa dimakan dan diminum, agar menjadi kenangan akan karya penebusan bagi yang menyantap-Nya.
  
Itu logika ‘terbalik’ dari penjelasan Ekaristi yang kita ketahui dalam buku-buku Katekismus. Selama ini, kita mendapatkan satu sisi penjelasan, demikian: Dalam konsekrasi, kita mengimani bahwa roti dan anggur, diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, lewat tangan imam yang mengkonsekrasi. Namun, tak menyalahi dogma Gereja, jika kita memperkaya penjelasan tentang Ekaristi tersebut demikian: Saat konsekrasi, Yesus mengejawantah (berinkarnasi) dalam rupa roti dan anggur yang sudah disiapkan. Dengan demikian, tubuh-Nya benar-benar menjadi makanan, dan Darah-Nya benar-benar menjadi minuman. Dengan kata lain, demi menjadikan tubuh-Nya sebagai makanan dan darah-Nya menjadi minuman, Yesus rela berinkarnasi dalam rupa roti dan anggur.
   
“Oleh konsekrasi terjadilah perubahan [transsubstansiasi] roti dan anggur ke dalam tubuh dan darah Kristus. Di dalam rupa roti dan anggur yang telah dikonsekrir itu Kristus sendiri, Dia yang hidup dan dimuliakan, hadir sungguh, nyata, dan secara substansial dengan tubuh-Nya, darah-Nya, jiwa-Nya, dan kodrat ilahi-Nya Bdk. Konsili Trente: DS 1640; 1651..” (Katekismus Gereja Katolik, 1413)

Apa pun penjelasan misteri Ekaristi, dan bagaimana pun cara mengungkapkannya, yang terpenting kita harus berpegang teguh pada Sabda Yesus Kristus, Allah Putra yang menjadi manusia itu sendiri (Mat 26:26-29). Iman akan Sabda-Nya tersebut menjadikan kita pewaris kehidupan kekal, dan akan dibangkitkan pada akhir zaman.

Adrian Pristio, O.Carm/CAFE ROHANI

Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, "Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku"

Kamis, 08 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah
 
Kis 8:26-40; Mzm 66:8-9.16-17.20; Yoh 6:44-51
   
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, "Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku"

Menjadi Katolik adalah panggilan. Artinya, Tuhanlah yang memanggil kita untuk menjadi umat-Nya sebagaimana ditegaskan oleh Yesus bahwa Bapalah yang menarik kita untuk datang kepada-Nya dan menjadi murid-Nya. Kita disebut Kristiani karena kita adalah pengikut Kristus. Ada 2 hal yang baik untuk kita renungkan. Pertama, kalau dikatakan bahwa kita menjadi murid Kristus karena ditarik oleh Bapa, apakah bagi kita Tuhan dengan segala misteri, kehendak dan hukum-Nya selalu menarik? Kalau menarik, tentunya kita selalu memberi perhatian kepada-Nya dan selalu meluangkan waktu untuk-Nya. Yang kedua, panggilan Tuhan itu terus-menerus berlangsung. Tuhan menarik, memanggil dan mengundang kita melalui banyak cara yang aktual. Selain melalui dorongan hati nurani dan kenginan-keinginan untuk meningkatkan penghayatan hidup rohani seperti berdoa, membaca Kitab Suci, aktif ke Gereja, dll., untuk zaman sekarang, Tuhan juga menyapa dan mengundang kita melalui pengumunan di gereja, melalui undangan atau sms atau bbm dari pengurus lingkungan untuk ikut kegiatan lingkungan, latihan kor, pendalaman iman, rosario, dll., termasuk undangan untuk terlibat aktif dalam masyarakat sebagai perwujudan iman. Bagaimana sikap kita terhadap undangan-undangan tersebut? Apakah kita merasa tertarik sehingga memperhatikan, menempatkannya dalam skala prioritas hidup kita dan memenuhinya?

Doa: Tuhan, Engkau menarik dan mengundang kami untuk datang kepada-Mu. Semoga, kami sungguh memberi perhatian pada-Mu dan pada undangan-Mu itu sehingga selalu tergerak untuk memenuhinya. Amin. -agawpr-

Akulah Roti Hidup

Ada suatu kisah menarik dalam hubungan dengan perkataan Yesus mengenai “Akulah Roti Hidup” ini. Ketika Misa Sabtu sore selesai, seorang anak muda cepat-cepat menjumpai saya. Kemudian dia berkata, “Romo, hidup rohani saya mungkin sangat kering. Ketika saya memandang “hosti” yang diangkat romo di altar waktu Misa, saya tidak merasa apa-apa. Saya hanya lihat, itu roti biasa.” Ketika mendengar ungkapan yang sungguh tulus dari anak muda ini, saya hanya tersenyum. Lalu, saya mengajak dia masuk ke kantor saya.

 Ketika berada di kantor, saya pun tidak berbicara banyak pada dia. Saya hanya meminta padanya untuk mengikuti Misa setiap hari, walaupun kehidupan rohaninya sungguh kering. Saya katakan padanya, “OK, kamu merasa kehidupan rohanimu kering kerontang. Saya minta kamu ikut saja setiap Misa dan tanpa berkata apa-apa. Pandang saja ke altar, ketika imam mengangkat “piala” dan “hosti” itu.” Dia pun mengikuti nasihat saya ini. Dengan taat dan rajin, setiap Minggu, bahkan setiap hari, dia selalu mengikuti perayaan Ekaristi atau Misa di paroki. Hal ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Saya menunggu, apa yang akan terjadi dalam kehidupan rohaninya, saat dia dengan tekun mengikuti perayaan Misa.

 Akhirnya, sekarang dia sungguh mulai menyadari bahwa memang benar Hosti dan Anggur itu adalah Tubuh dan Darah Yesus sendiri. Dia sangat percaya dan yakin! Dia mengatakan bahwa dalam Ekaristi, Yesus tidak memberi kita suatu “barang”, tetapi diri-Nya sendiri, “Akulah roti hidup!” Dia memberikan Tubuh-Nya sendiri dan mencurahkan Darah-Nya sendiri bagi kita. Anak muda tersebut telah “mengalami” peristiwa yang mengubah pandangannya tentang Ekaristi.

 Sebagai orang Katolik, kita pantas bersyukur karena selalu diberi kesempatan untuk bisa bersatu dengan Yesus melalui Ekaristi. Dalam Sakramen Ekaristi, Tuhan Yesus Kristus memberikan anugerah sangat besar kepada setiap orang yang mengimani-Nya, yaitu Tubuh dan Darah-Nya sendiri, dalam rupa roti dan anggur. Maka, mari kita rajin dan tekun merayakan Ekaristi dengan penuh iman. Sebab, dalam Ekaristi itulah kita diundang oleh Tuhan untuk bersatu dengan Dia secara sakramental, tanpa kata, demi keselamatan kita dan umat manusia lainnya. (Alberto Djono Moi, O.Carm/Cafe Rohani)

Kamis, 08 Mei 2014 Hari Biasa Pekan III Paskah

Kamis, 08 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah
  
Liturgi tidak pernah menjadi milik pribadi siapa pun, baik itu selebran atau komunitas dimana misteri dirayakan – St. Yohanes Paulus II: “Ekaristi dan hubungannya dengan Gereja”

     
Antifon Pembuka (Kel 15:1-2)
     
Marilah kita memuji Allah, pahlawan gagah perkasa. Ia menyelamatkan kita dengan kekuatan-Nya yang jaya. Alleluya.
  
Doa Pagi

    
Allah Bapa yang mahamulia, kami bersyukur karena Yesus Kristus, Putra-Mu adalah Roti Hidup yang turun dari surga dan yang memberi hidup bagi kami. Kami rindu untuk menyambut Tubuh dan Darah Kristus yang kami terima dalam Ekaristi sebagai bukti bahwa Yesus berbagi kasih kepada manusia. Semoga kenangan yang luhur ini membuat kami semua semakin berani berbuat kasih kepada sesama. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.
   
Firman Tuhan menghantar sida-sida kepada pertobatan dengan mau memberi diri dibaptis. Rahmat baptis menghantar pengenalan akan Sang Juruselamat dan iman akan Dia itu menyelamatkan.
   

Bacaan dari Kisah Para Rasul (8:26-40)

   
"Jika Tuan percaya dengan segenap hati, Tuan boleh dibaptis."
    
Waktu Filipus di Samaria, berkatalah seorang malaikat Tuhan kepadanya, “Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menyusur jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.” Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang, ia duduk dalam keretanya sambil membaca kitab Nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus, “Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!” Filipus segera mendekat, dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab Nabi Yesaya. Kata Filipus, “Mengertikah Tuan apa yang Tuan baca itu?” Jawabnya, “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya, siapakah yang akan menceritakan asal usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Maka kata sida-sida itu kepada Filipus, “Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?” maka mulailah Filipus berbicara, dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. Mereka melanjutkan perjalanan, dan tiba di suatu tempat yang ada airnya. Lalu kata sida-sida itu, “Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?” Sahut Filipus, “Jika Tuan percaya dengan segenap hati, boleh.” Jawabnya, “Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.” Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus, dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia menjelajah daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 822
Ref. Pujilah Allah alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 66:8-9.16-17.20; R:1)
1. Pujilah Allah kami, hai para bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah.
2. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takwa kepada Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadapku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.
3. Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku, dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya daripadaku.
   
Bait Pengantar Injil, do = g, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 6:51)
Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, sabda Tuhan. Barangsiapa makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.
 
Yesus Kristus adalah roti hidup yang menghantar setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Yesus memberikan diri-Nya bagi kehidupan dunia. Siapa yang percaya kepada-Nya akan hidup selama-lamanya.
        
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:44-51)
   
"Akulah roti hidup yang telah turun dari surga."
       
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku; dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi; Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa! Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan
 
Yesus menyatakan diri-Nya sebagai roti yang turun dari surga, yang dianugerahkan untuk kehidupan dunia. Barangsiapa yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya akan hidup selama-lamanya. Apakah ketika kita menyambut Tubuh dan Darah Yesus kita sungguh yakin bahwa kita makan Tubuh dan Darah Yesus? Apakah ada kemajuan yang sangat berarti yang telah kita capai karena makan Tubuh dan Darah-Nya?

Doa Malam

Tuhan, berilah kesadaran kepada kami semua agar Sakramen Ekaristi semakin menjadi pusat hidup kami. Berkatilah agar umat-Mu memiliki kerinduan yang dalam akan Ekaristi, sehingga senantiasa mengusahakan untuk hadir menimba kekuatan baru, jika tidak bisa setiap hari, setidaknya pada hari Minggu. Amin.
  
“Kami menyebut makanan ini Ekaristi, dan tak satu orangpun diperbolehkan untuk mengambil bagian di dalamnya kecuali jika ia percaya kepada pengajaran kami… Sebab kami menerima ini tidak sebagai roti biasa atau minuman biasa; tetapi karena oleh kuasa Sabda Allah, Yesus Kristus Penyelamat kita telah menjelma menjadi menjadi manusia yang terdiri atas daging dan darah demi keselamatan kita, maka, kami diajar bahwa makanan itu yang telah diubah menjadi Ekaristi oleh doa Ekaristi yang ditentukan oleh-Nya, adalah Tubuh dan Darah dari Kristus yang menjelma dan dengan perubahan yang terjadi tersebut, maka tubuh dan darah kami dikuatkan.” -- St. Yustinus, Martir
     
 
RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy