Minggu, 18 Mei 2014
Hari Minggu Paskah V
"Bacalah surat Santo Paulus: “Corpus Christi quod est Ecclesia
(Kol:18)”. Kristus dan Gereja adalah hal yang satu. Kristus lah kepala,
Gereja lah Tubuh-Nya. Tidak lah mungkin memiliki iman dan berkata, “Aku
percaya pada Yesus tetapi aku tidak menerima Gereja.” (Paus Yohanes
Paulus I, General Audience on September 13, 1978)"
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 98:1-2)
Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan sebab Ia telah melakukan
karya-karya yang ajaib; Ia telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata
bangsa-bangsa, alleluya.
O sing a new song to the Lord. for he has worked wonders; in the sight of the nations he has shown his deliverance, alleluia.
Cantate Domino canticum novum, alleluia: quia mirabilia fecit Dominus,
alleluia: ante conspectum gentium revelavit iustitiam suam, alleluia,
alleluia.
Pengantar
Minggu ini kita diingatkan agar jangan takut dan gelisah. Mengapa?
Karena Tuhan mengetahui bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk
menjadi takut dan gelisah. Permasalahan keluarga, kondisi keuangan,
pergumulan di dalam dosa dan penyakit dapat mengakibatkan kita menjadi
gelisah dan khawatir. “Mati aku“, adalah reaksi terburuk yang mungkin
dapat terucap jika segala problema itu nampaknya tidak teratasi. Namun
dalam kemungkinan terburuk sekalipun, bahkan pada saat menjelang ajal
kita, Tuhan mengingatkan agar kita tak perlu kuatir. Sebab asalkan kita
setia beriman kepada-Nya, maka Tuhan sudah menyediakan tempat bagi kita
di surga. Oleh karena itu, kematian bagi kita orang percaya sesungguhnya
bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena merupakan awal dari kehidupan
yang baru, di mana kita beroleh pemenuhan akan pengharapan iman kita:
bahwa Tuhan akan menyediakan tempat bagi kita dan kita akan tinggal
bersama-Nya.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang mahabaik, Engkau telah membukakan pintu gerbang
iman bagi semua bangsa segala zaman. Kami mohon, berilah kami pada zaman
sekarang ini orang-orang yang membaktikan diri dalam doa dan pelayanan
sabda. Tambahkanlah jumlah para murid yang percaya penuh akan sabda
Putra-Mu dan yang saling menaruh cinta tanpa pamrih, sebagaimana
diperintahkan kepada kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu,
Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan
berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (6:1-7)
.
"Mereka memilih tujuh orang yang penuh dengan Roh Kudus."
Di kalangan jemaat di Yerusalem, ketika jumlah murid makin bertambah,
timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa
Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena dalam pelayanan sehari-hari
pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan. Berhubung dengan itu
kedua belas rasul memanggil semua murid berkumpul dan berkata, “Kami
tidak merasa puas, karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani
meja. Karena itu, Saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu
yang terkenal baik dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat
mereka untuk tugas itu, sehingga kami sendiri dapat memusatkan pikiran
dalam doa dan pelayanan firman.” Usul itu diterima baik oleh seluruh
jemaat. Lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh
Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas, dan Nikolaus,
seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka itu dihadapkan
kepada para rasul; lalu para rasul pun berdoa dan meletakkan tangan di
atas mereka. Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem
makin bertambah banyak, juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan
percaya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 833
Ref. Kita memuji Allah kar'na besar cinta-Nya.
Ayat. (Mzm 33:1-2.4-5.18-19; Ul:lh. 22)
1. Bersorak-sorailah dalam Tuhan, hai orang-orang benar! Sebab
memuji-muji itu layak bagi orang jujur. Bersyukurlah kepada Tuhan dengan
kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali.
2. Sebab firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan
kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih
setia-Nya.
3. Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang bertakwa, kepada
mereka yang berharap akan kasih setia-Nya; Ia hendak melepaskan jiwa
mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (1Ptr 2:4-9)
"Kamulah bangsa yang terpilih, kaum imam yang rajawi."
Saudara-saudara terkasih, datanglah kepada Kristus, batu yang hidup,
yang dibuang oleh manusia, tetapi dipilih dan dihormati di hadirat
Allah. Biarlah kamu pun dipergunakan sebagai batu hidup untuk
pembangunan suatu rumah rohani bagi suatu imamat kudus, untuk
mempersembahkan persembahan rohani, yang berkenan kepada Allah karena
Yesus Kristus. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: Sesungguhnya, Aku
meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang
mahal, dan siapa yang percaya kepadanya tidak akan dipermalukan. Karena
itu, bagi kamu yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak
percaya, “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah
menjadi batu penjuru: juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu
sandungan. Mereka tersandung padanya karena mereka tidak taat kepada
firman Allah; dan memang sudah ditentukan untuk itu. Tetapi kamulah
bangsa yang terpilih, kaum imam yang rajawi, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri. Maka kamu harus memaklumkan perbuatan-perbuatan
agung Allah. Ia telah memanggil kamu keluar dari kegelapan masuk ke
dalam terang-Nya yang menakjubkan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do=g, 4/4, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, allelluya
Ayat. (Yoh 10:6)
Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tak seorang pun dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (14:1-12)
"Akulah jalan, kebenaran dan hidup."
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga
kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian,
tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke sana untuk
menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke sana dan telah
menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke
tempat-Ku, supaya di tempat Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku
pergi, kamu tahu jalan ke sana.” Kata Tomas kepada-Nya, “Tuhan, kami
tidak tahu ke mana Engkau pergi; Jadi bagaimana kami tahu jalan ke
sana?” Kata Yesus kepadanya, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak
seorang pun dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya
kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu
mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.” Kata Filipus kepada-Nya,
“Tuhan, tunjukkanlah Bapa kepada kami, dan itu sudah cukup bagi kami.”
Kata Yesus kepadanya, “Telah sekian lama Aku bersama-sama engkau,
Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku,
ia telah melihat Bapa, bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa
kepada kami. Tidak percayakah engkau bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari
diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang
melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku bahwa Aku di dalam Bapa
dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya percayalah karena
pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga
pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang
lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Tuhan Yesus menyediakan tempat bagi kita
Kita akan lebih memahami perikop ini jika kita melihat kaitannya dengan
perikop sebelumnya. Di sana dikatakan bahwa Yesus sudah tahu bahwa Rasul
Petrus akan menyangkal-Nya sebanyak tiga kali, dan ketika Ia mengatakan
hal itu di hadapan para rasul lainnya, mereka menjadi sedih karenanya.
Namun kemudian Yesus menghibur mereka, sebab sebagai Allah, Ia- pun
sudah mengetahui bahwa para rasul itu, walaupun jatuh bangun dalam hal
iman, akan akhirnya sampai juga ke surga.
“Aku akan datang kembali” (ayat 3) mengacu kepada kedatangan-Nya
yang kedua (lih. 1 Kor 4:5; 11:26; 1Tes 4:16-17; 1Yoh 2:28), maupun juga
pertemuan-Nya dengan setiap jiwa manusia setelah orang itu wafat. Maka
janji Tuhan Yesus untuk menyediakan tempat di surga, bukan saja
ditujukan kepada para rasul, tetapi juga kepada kita yang percaya
kepada-Nya dan yang setia kepada-Nya sampai akhir.
Janji Tuhan Yesus ini selayaknya menghibur kita; namun juga mengingatkan
agar kita selalu percaya dan setia kepada-Nya. Oleh rahmat Baptisan
kita semua ini menjadi milik Allah, anak- anak angkat Allah di dalam
Kristus (lih. Gal 3:26). Sudahkah kita hidup sebagai anak- anak Allah?
Sebab jika kita terus berjuang untuk hidup sesuai dengan panggilan kita
ini, maka janji Tuhan ini akan digenapi di dalam kita. Mari kita
memeriksa batin kita, agar Tuhan menunjukkan pada kita, dalam hal- hal
apa saja, sikap kita masih belum sesuai sebagai sikap anak- anak Allah.
Dan marilah kita mohon rahmat Tuhan, agar kita dimampukan untuk
memperbaikinya.
Kristus adalah Jalan menuju Allah Bapa
Sebenarnya, jika kita membayangkan bahwa kita hadir di tengah para rasul
2000 tahun yang lalu, saat Yesus mengucapkan perkataan-Nya ini,
kemungkinan kitapun dapat memahami kegundahan hati Rasul Tomas, “Ke
manakah Engkau akan pergi, Tuhan? Aku tidak tahu, bagaimana mungkin aku
tahu jalan ke sana?” Namun sekarang kita perlu berterima kasih kepada
Rasul Tomas, yang menyuarakan kegundahan hatinya, sebab oleh karena itu,
Yesus menjawabnya dengan Sabda-Nya yang meneguhkan, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6).
St. Agustinus mengatakan, “Adalah penting bahwa Tuhan Yesus
mengatakan, ‘Akulah jalan’ untuk menunjukkan kepada para rasul bahwa
mereka sesungguhnya telah mengetahui/ mengenal apa yang mereka pikir
tidak mereka kenal, sebab mereka sudah mengenal Dia.”[1] Nah,
pertanyaannya sekarang: apakah kita sudah mengenal Tuhan Yesus? Hidup
kita di dunia ini memang merupakan kesempatan yang Tuhan berikan kepada
kita untuk bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus, supaya kita dapat
bertumbuh pula dalam kasih kepada-Nya dan kepada sesama demi kasih kita
kepada Kristus. Sebab pada akhirnya, kasih inilah yang kita
persembahkan kembali ke hadirat Tuhan di surga.
Dalam penjelasan The Navarre Bible, dikatakan bahwa Yesus menjadi
‘jalan’ kepada Bapa melalui 5 cara. Pertama melalui ajaran-Nya; sebab
dengan berpegang pada ajaran-Nya kita akan sampai ke surga; kedua,
melalui iman yang diinspirasikan-Nya, sebab Ia datang ke dunia sehingga “barang siapa yang percaya kepada-Nya dapat beroleh hidup yang kekal”
(Yoh 3:16); ketiga, melalui teladan-Nya, sebab tak ada yang dapat
sampai kepada Allah Bapa tanpa meneladani Kristus; keempat, melalui
jasa-Nya, yang memampukan kita untuk masuk ke tempat kediaman abadi, dan
terakhir, Kristus adalah jalan, karena Ia menyatakan Allah Bapa, yang
dengan-Nya Ia adalah Satu, karena ke-Allahan-Nya.[2]
Maka agar kita semakin menghayati bahwa Kristus adalah jalan kepada
Allah Bapa, kita perlu merenungkan ajaran Kristus dan kehidupanNya, dari
lahir-Nya sampai pada wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga.
Hal ini diajarkan oleh St. Fransiskus dari Sales yang mengatakan,
“Seperti halnya anak- anak yang mendengarkan ibunya…., belajar untuk
bicara sesuai dengan bahasa ibunya, demikian pula kita, dengan
membawaNya dekat dengan kita melalui meditasi, permenungan akan
perkataan-Nya, perbuatan-Nya, dan kasih-Nya, kita belajar, dengan
bantuan rahmat Tuhan, untuk berbicara, bertindak dan berkehendak seperti
Dia…. Kita tidak dapat mencapai Allah Bapa dengan melalui jalan lain….;
Ke-Allahan tidak dapat kita lihat dengan baik di dunia ini jika tidak
di dalam kesatuan dengan kemanusiaan Penyelamat kita yang kudus, yang
hidup dan kematian-Nya…. merupakan topik yang paling layak untuk
direnungkan bagi meditasi kita sehari- hari."[3]
Dengan merenungkan kehidupan Yesus, maka kita akan dapat mengarahkan
hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. Itulah sebabnya banyak orang
dapat bertumbuh secara rohani dengan berdoa rosario, karena doa rosario
pada dasarnya adalah doa permenungan peristiwa- peristiwa hidup Yesus.
Dengan permenungan tersebut, umat beriman dibawa untuk lebih menghayati
rencana keselamatan Allah yang dinyatakan di dalam Kristus. Maka ajakan
untuk merenungkan kehidupan Yesus ini adalah ajakan bagi anda dan saya.
Jose Maria Escriva mengatakan, “Ia [Kristus] berbicara kepada
semua manusia, tetapi dengan cara yang istimewa Ia memikirkan orang-
orang yang, seperti anda dan saya, yang berkehendak kuat untuk
menganggap panggilan hidup Kristiani sebagai sesuatu yang serius; Ia
ingin agar Tuhan selalu ada di dalam pikiran- pikiran kita, di mulut
kita, dan di setiap perbuatan kita, termasuk dalam kegiatan- kegiatan
yang paling biasa dan rutin.”[4] Mari kita memeriksa batin kita
dengan jujur, sejauh mana Kristus sudah menjadi pusat dalam pikiran
kita, perkataan kita, kehendak maupun perbuatan kita? Jika Kristus belum
menjadi motivasi yang utama bagi kita tiap- tiap hari, kita perlu
memohon kepada Tuhan untuk membantu kita mengarahkan pikiran dan hati
kita kepada-Nya, supaya hidup kita dapat dipimpin oleh-Nya.
Maka, perkataan Yesus, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup,”
tidak saja hanya ditujukan untuk menjawab Rasul Tomas… Menjadi
Kebenaran dan Hidup adalah sesuatu yang layak bagi Tuhan yang menjelma
menjadi manusia, seperti yang dituliskan oleh Rasul Yohanes dalam
permulaan Injilnya, “Firman itu telah menjelma menjadi manusia … penuh kasih karunia dan kebenaran”
(Yoh 1:14). Kristus adalah kebenaran, sebab dengan kedatangan-Nya ke
dunia Ia menunjukkan bahwa Tuhan setia kepada janji- janji-Nya; dan
karena Ia mengajarkan kebenaran tentang siapakah Tuhan itu. Selanjutnya,
Kristus mengajarkan kepada kita bahwa penyembahan yang sejati adalah
yang dilakukan “di dalam Roh dan kebenaran” (Yoh 4:23), yang
artinya, penyembahan sejati kepada Allah Bapa adalah yang dilakukan di
dalam Diri-Nya, yang adalah Sang Kebenaran itu. Kristus adalah Hidup,
sebab dari kekekalan Ia mempunyai hidup ilahi dengan Allah Bapa (lih.
Yoh 1:4) dan karena Ia menjadikan kita pengambil bagian dalam kehidupan
ilahi, melalui rahmat Baptisan. Inilah sebabnya mengapa Injil
mengatakan, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka
mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus
Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3)[5]
Tentang hal ini St. Agustinus mengajarkan, “….sepertinya, Yesus
berkata, Lewat jalan mana kamu akan pergi? Akulah Jalan. Kemanakah kamu
akan pergi? Akulah kebenaran. Di manakah kamu akan tinggal? Akulah
Hidup. Setiap orang dapat mencapai pengertian akan Kebenaran dan Hidup,
tetapi tidak semua menemukan Jalannya. Para orang bijak di dunia
menyadari bahwa Tuhan adalah kehidupan kekal dan kebenaran yang dapat
diketahui; namun Sang Sabda Allah yang adalah Kebenaran dan Hidup yang
bersatu dengan Allah Bapa, telah menjadi Jalan, dengan menjelma menjadi
manusia. Renungkanlah kerendahan hati-Nya [Kristus] dan kamu akan
mencapai Allah.”[6] O, betapa dalamnya makna kasih Allah yang ditunjukkan-Nya melalui Kristus!
Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa
Banyak orang mempertanyakan ke-Allahan Yesus, sebab mereka tidak
memahami bahwa Allah Bapa dan Putera [Kristus] adalah Satu. Hal inilah
yang kemungkinan juga menjadi pertanyaan Rasul Filipus, “…tunjukkanlah Bapa itu kepada kami”
(ayat 8). Namun Yesus “menegur para rasul karena [mereka]tidak
mengenali Dia, meskipun perbuatan- perbuatan-Nya adalah perbuatan yang
hanya dapat dilakukan oleh Tuhan — berjalan di atas air, mengendalikan
angin badai, mengampuni dosa, membangkitkan orang mati. Karena inilah
mengapa Ia [Kristus] menegur Filipus: karena ia tidak mengenali kodrat
ke-Allahan-Nya melalui kemanusiaan-Nya.”[7]
Sungguh, kita perlu memohon kepada Tuhan agar semakin dapat menghayati
misteri kasih Allah ini, yang begitu tak terbatas dan melampaui batas
pikiran manusia. Sebab hanya kasih Allah yang begitu besarlah yang
membuat-Nya mau mengutus Sang Sabda, yaitu Putera-Nya sendiri untuk
menjadi manusia dan menyelamatkan manusia. “Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai “manusia kepada manusia” ((Surat kepada Diognetus,7,4: Funk, Apostolic Fathers, I, 403)), “menyampaikan sabda Allah”
(Yoh3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan oleh
Bapa kepada-Nya (lih. Yoh 5:36 ; Yoh17:4). Barang siapa melihat Dia,
melihat Bapa juga (lih. Yoh 14:9). Untuk alasan ini Yesus menyempurnakan
wahyu dengan menggenapinya melalui keseluruhan karya-Nya untuk
menghadirkan Diri-Nya dan menyatakan Diri-Nya – melalui Sabda
perkataan-Nya maupun perbuatan-Nya, dengan tanda-tanda serta
mukjizat-mukjizatnya, namun terutama dengan wafat dan kebangkitan-Nya
penuh kemuliaan dari maut, akhirnya dengan mengutus Roh Kebenaran,
menyelesaikan wahyu dengan memenuhinya, dan meneguhkan dengan kesaksian
ilahi, bahwa Allah menyertai kita, untuk membebaskan kita dari kegelapan
dosa serta maut, dan untuk membangkitkan kita bagi hidup kekal.”[8]
Orang yang percaya kepada-Ku akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Kulaku kan, bahkan yang lebih besar
“Sebelum meninggalkan dunia ini, Tuhan Yesus berjanji kepada para
rasul untuk memberikan kepada mereka kuasa sehingga keselamatan Tuhan
dapat dinyatakan melalui mereka. Segala pekerjaan dan mujizat ini
diwartakan di dalam nama Yesus Kristus (lih. Kis 3:1-10; 5:15-16; dst)
dan secara khusus pertobatan bangsa- bangsa kepada iman Kristiani dan
pengudusan mereka diperoleh melalui khotbah pengajaran dan pelayanan
sakramen- sakramen. Hal- hal itu dapat dianggap sebagai pekerjaan-
pekerjaan yang lebih besar daripada pekerjaan-Nya jika kita melihat
bahwa melalui pelayanan para rasul, Injil tidak hanya diwartakan di
Palestina tetapi disebarkan sampai ke seluruh dunia. Namun demikian
kuasa yang luar biasa dalam karya apostolik dan pengajaran bersumber
dari Kristus, yang telah naik ke Surga kepada Allah Bapa: setelah
melewati penghinaan di kayu salib, Yesus telah dimuliakan dan dari surga
Ia menyatakan kuasa-Nya dengan bertindak melalui para rasul-Nya.”[9]
Kuasa para rasul diperoleh dari Kristus yang dimuliakan. Jangan lupa bahwa Kristus pernah bersabda, “Apapun yang kauminta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya” (lih.
Yoh 14:13). Maka jika para rasul dapat melakukan perkara- perkara
besar, semua itu hanya terjadi karena Kristus yang memampukan mereka.
Demikian pula seharusnya, jika Tuhan mengijinkan kita turut mengambil
bagian dalam karya kerasulan-Nya, untuk memberitakan kasih Allah dan
membawa sesama kita kepada Tuhan, kita harus melihatnya sebagai karya
Kristus, dan bukan semata karena kemampuan kita.
St. Agustinus menjelaskannya, seolah demikianlah yang dikatakan Tuhan Yesus, “Bukannya
bahwa ia yang percaya kepada-Ku akan menjadi lebih besar daripadaku,
tetapi hanya bahwa Aku akan melakukan perbuatan- perbuatan yang lebih
besar daripada sekarang; lebih besar, oleh dia yang percaya kepada-Ku,
daripada yang Kulakukan sendiri sekarang tanpa dia.”[10]. O,
betapa besar rencana Allah dan penyelenggaraan-Nya yang dinyatakan di
dalam Gereja-Nya yang kudus, di mana kita dapat terus menerima
rahmat-Nya dan menimba kekuatan dari Sang Hidup ilahi, melalui
pengajaran Firman Tuhan dan sakramen- sakramen yang disampaikannya.
Pesan yang layak diingat: Jangan takut
Santo Yohanes Paulus II adalah Paus yang paling sering menyuarakan tema
ini dalam khotbah- khotbahnya: Jangan takut! Menurut Uskup Agung Fulton
Sheen yang pernah menghitung kata “Jangan takut” di Kitab Suci,
konon jumlahnya adalah 365 kali. Tentu ini bukan kebetulan, dan bahwa
Tuhan mengingatkan kita setiap hari dalam setahun agar kita jangan
takut, jangan lekas gelisah dan khawatir. Ini adalah pesan yang selalu
relevan dan pas dengan keadaan kita saat ini. Sebab apapun yang sedang
kita hadapi, baik tantangan, kesulitan, ataupun bencana, tidak akan
dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (lih. Rom 8:38-39). Asalkan
kita berpegang kepada Kristus dan mengandalkan Dia, yang adalah Jalan,
Kebenaran dan Hidup, kita akan memperoleh jalan keluar. Jika janji Tuhan
ini digenapi dalam hidup banyak orang percaya, kita harus yakin hal itu
juga terjadi dalam hidup kita.
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera
dalam Aku…. Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:33)
CATATAN KAKI:
St. Agustinus, In Ioann. Evang., 66,2
lih. The Navarre Bible, St. John, (Ireland, Four Courts Press, 1987), p. 184
St. Francis de Sales, Introduction to the Devout Life, part II, chap. 1,2
J. Escriva, Friends of God, 127
lih. The Navarre Bible, Ibid., p.185
St. Augustine, De verbis Domini sermones, 54
St. Agustinus, De Trinitate, Book 7
Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbum, 4
The Navarre Bible, Ibid., p.187
St. Agustinus, In Ioann. Evang., 72, 1
Tata gerak dan sikap tubuh imam, diakon, para pelayan, dan jemaat haruslah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga:
(1) seluruh perayaan memancarkan keindahan dan sekaligus kesederhanaan yang anggun;
(2) makna aneka bagian perayaan dipahami secara tepat dan penuh; dan
(3)
partisipasi seluruh jemaat ditingkatkan.[*] Oleh karena itu, ketentuan
hukum liturgi dan tradisi Ritus Romawi serta kesejahteraan rohani umat
Allah harus lebih diutamakan daripada selera pribadi dan pilihan yang
serampangan.
Sikap tubuh yang seragam menandakan kesatuan seluruh
jemaat yang berhimpun untuk merayakan Liturgi Kudus. Sebab sikap tubuh
yang sama mencerminkan dan membangun sikap batin yang sama pula.
(Pedoman Umum Misale Romawi, No. 42)
[*] Cf.
Second Vatican Ecumenical Council, Constitution on the Sacred Liturgy,
Sacrosanctum Concilium, nos. 30, 34; cf. also Sacred Congregation of
Rites, Instruction Musicam sacram, On music in the Liturgy, 5 March
1967, no. 21.