Sabtu Sore, 07 Juni 2014
Vigili Pentakosta
"Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan
Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui
bahwa Aku, Tuhan, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman
Tuhan." (Yeh 37:14)
Bentuk sederhana dari Misa Vigili
Antifon Pembuka (bdk. Rm 5:5, 8:11)
Cinta kasih Allah dicurahkan ke dalam hati kita berkat Roh-Nya yang tinggal dalam diri kita. Alleluya.
Doa Sore
Allah yang Mahakuasa dan kekal, Engkau menghendaki agar perayaan Paskah
dirangkum dalam masa suci lima puluh hari. Anugerahkanlah Roh-Mu agar
bangsa-bangsa yang tercerai-berai dan yang berbeda bahasa dan budaya
dihimpun kembali dan bersatu padu memuji nama-Mu. Dengan pengantaraan
Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam
persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.
Bacaan Pertama
dan atau Kel 19:3-8a.16-20b atau Yeh 37:1-14 atau Yl 2:28-32 (bacaan dapat digunakan semuanya)
Bacaan dari Kitab Kejadian (11:1-9)
"Kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan Tuhan bahasa seluruh bumi."
Pada zaman dahulu, seluruh bumi satu bahasanya dan sama logatnya. Pada
suatu hari mereka berangkat ke arah timur dan menemukan tanah datar di
tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. Mereka berkata satu sama
lain, "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Batu
bata itu mereka pakai sebagai batu bangunan, dan aspal sebagai
perekatnya. Mereka berkata, "Marilah kita dirikan sebuah kota dengan
sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari
nama, supaya kita jangan sampai terserak ke seluruh bumi." Lalu turunlah
Tuhan untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak
manusia itu. Maka Tuhan bersabda, "Mereka ini satu bangsa dan satu pula
bahasa mereka semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka. Mulai dari
sekarang apa pun yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan
terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacau-balaukan bahasa mereka,
sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing." Demikianlah
mereka diserakkan oleh Tuhan dari situ ke seluruh bumi, dan mereka
berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota
itu disebut Babel, karena di situlah bahasa seluruh bumi
dikacau-balaukan Tuhan, dan dari situlah mereka diserakkan Tuhan ke
seluruh bumi.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = as, 4/4, PS 826
Ref. Curahkan rahmat dalam hatiku, ciptakan hati dan semangat baru.
Ayat. (Mzm 104:1-2a.24.25c.27-28.29bc-30; R: 30)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sungguh besar!
Betapa banyak karya-Mu, ya Tuhan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu.
2. Apabila Engkau mengambil roh mereka, matilah mereka dan kembali
menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu mereka pun tercipta kembali
dan Engkau membaharui muka bumi.
3. Biarlah kemuliaan Tuhan untuk selama-lamanya, biarlah Tuhan
bersukacita atas semua yang diciptakan-Nya. Biarlah renunganku berkenan
kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena Tuhan.
Pilihan lain Mazmur Tanggapan: Mzm 33:10-11, 12-13, 14-15; Ul: 12b; MT
Daniel 3:52, 53, 54, 55, 56; Ul: 52b atau Mzm 19:8,9,10,11; Ul: Yoh
6:68c; Mzm 107:2-3, 4-5, 6-7, 8-9; Ul: 1 (dapat digunakan seluruhnya)
Bacaan Kedua
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (8:22-27)
"Roh berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."
Saudara-saudara, kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk
sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya
mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita
juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai
anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam
pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi;
sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi
jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya
dengan tekun. Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita;
sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh
sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak
terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud
Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk
orang-orang kudus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = as, 2/2, PS 957
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. 2/4
Datanglah hai Roh Kudus, penuhilah hati kaum beriman, dan nyalakanlah api cinta-Mu di dalam hati mereka.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (7:37-39)
"Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
Pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan Pondok Daun, Yesus
berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan
minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab
Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang
dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya
kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Antifon Komuni (lih. Yoh 7:37)
Pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan, Yesus berdiri dan berseru, "Siapa saja yang haus, hendaklah ia datang kepada-Ku, dan minum!" Alleluya
Renungan
"Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang
puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita
jangan terserak ke seluruh bumi." (Kej 11:4), demikian cita-cita dan
impian orang sombong serta serakah. Orang yang berusaha merealisasikan
cita-cita dan impian yang demikian itu akhirnya akan jatuh berantakan,
sebagaimana telah terjadi di Babel. "Mereka ini satu bangsa dengan
satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai
dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak
akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana
bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa
masing-masing." (Kej 11:6-7). Karena egoisme, kesombongan dan
keserakahan orang kaya tertentu maka hancur dan rusaklah lingkungan
hidup maupun kehidupan bersama. Hampir semua lapisan tanah ditutupi
beton dan bangunan yang tinggi, maka banjir bandang tak terhindari,
itulah yang akhir-akhir ini terjadi. Dibalik kejayaan keberhasilan
duniawi yang antara lain ditandai oleh gedung-gedung pencakar langit,
hotel dan losmen terjadilah kemerosotan moral manusia. Maklum cukup
banyak hotel dan losmen telah menjadi tempat terselubung untuk
pelacuran, tempat untuk melakukan ketidak-setiaan atau perselingkuhan.
Dibalik hingar bingar dan nyanyian ada narkoba dan pelecehan seksual.
Dibalik kesuksesan kepemilikan sarana komunikasi seperti HP ada
kehancuran komunikasi kasih antar manusia. Memperhatikan kasus Babel
yang menjadi simbol kesombongan dan keserakahan manusia, marilah kita
sebagai orang beriman mawas diri: apakah saya juga tergerak atau dijiwai
untuk membangun sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit alias
dambaan atau impian kosong, hampa?
Saat di Babel, menurut catatan Alkitab, orang-orang tercerai berai dan
terjadilah kekacauan bahasa, hasil dari kesombongan dan keangkuhan
manusia yang ingin membangun dengan usahanya sendiri, tanpa Allah, “sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit”
(Kej 11:4). Menara babel adalah contoh yang tepat dari kesombongan yang
sia-sia. Pada saat Pentakosta, perpecahan ini disatukan. Tidak ada lagi
keangkuhan terhadap Allah, tidak ada pula perdebatan antara manusia
dengan sesamanya; namun, ada keterbukaan pada Allah, ada keterbukaan
untuk menyerukan perkataan-Nya: bahasa baru, karena kasih Allah telah
dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada
kita (Rm 5:5); bahasa yang dapat dimengerti setiap orang dan, yang
sekalinya diterima, dapat diekspresikan dalam tiap kehidupan dan tiap
kebudayaan. Bahasa Roh, bahasa Injil, adalah bahasa persatuan yang
mengundang kita untuk menjadi lebih baik dari sikap tertutup, sikap masa
bodoh, perpecahan, dan permusuhan.
Perikop injil Yohanes berbicara tentang hati yang akan mengalir
aliran-aliran air hidup. Dikatakan bahwa pada hari terakhir, yaitu pada
puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus,
baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku,
seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir
aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan Yesus dengan
aliran-aliran air hidup ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang
percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum
dimuliakan. Dengan kata lain, aliran-aliran air yang keluar dari hati
manusia itu, membawa kehidupan dan bukan kematian. Karena aliran-aliran
air tersebut berasal dari Allah sendiri. Dan kita sudah tahu hakikat dan
sifat air. Air itu bisa memberi kesegaran, kesejukan, menghilangkan
haus dan memberi kehidupan bagi seluruh umat manusia. Dan aliran-aliran
air hidup itu adalah Roh Kudus yang akan diutus oleh Yesus.
Kehadiran Roh Kudus dalam diri kita, mampu mengubah kehidupan manusia
yang lama menjadi manusia baru. Kehidupan manusia lama kita, biasanya
ditandai dengan beberapa sikap. Pertama, sikap suka mengeluh. Sikap suka
mengeluh, membuat hidup kita tidak bahagia. Sebab kita tidak mampu
melihat hal yang baik dalam diri kita. Sebaliknya, jika kita menerima
Roh Kudus, maka sikap suka mengeluh akan diubah dengan kemampuan
mengucap syukur. Roh Kudus membuat kita bisa bergembira, walaupun kita
hanya makan tempe dan tahu. Kedua, sikap tidak mempunyai pengharapan.
Tidak ada orang yang paling sial di dunia, selain orang yang tidak
mempunyai pengharapan. Sementara dengan kehadiran Roh Kudus, kita bisa
melihat masa depan dengan keyakinan bahwa Allah tidak pernah
meninggalkan kita. Ketiga, sikap suka menebar kebencian dan mementingkan
diri sendiri. Dengan kuasa Roh Kudus, kita mampu menjadi pembawa damai.
Saat menjadi pembawa damai, hati kita akan jadi tenang dan damai. Lebih
lanjut, Katekismus Gereja Katolik, No. 2630 menerangkan:
"Perjanjian Baru hampir tidak mengenal doa keluhan, seperti yang sering
ditemukan dalam Perjanjian Lama. Dalam Kristus yang bangkit, doa Gereja
diwarnai oleh harapan, meskipun kita masih menanti dan masih harus
menobatkan diri hari demi hari. Doa Kristen muncul dari kedalaman yang
lebih besar. Santo Paulus menamakan asal doa ini "mengeluh"; yang ia
maksudkan, ciptaan yang "mengeluh dan merasa sakit bersalin" (Rm 8:22).
Ia juga maksudkan kita, karena kita "mengeluh dalam hati sambil
menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab
kita diselamatkan dalam harapan" (Rm 8:23-24). AkhirnyaSsanto Paulus
juga maksudkan Roh Kudus, yang, menggantikan kita "dalam kelemahan kita,
sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh
sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak
terucapkan" (Rm 8:26)."
Marilah kita buka hati kita terhadap bisikan atau sentuhan Roh Kudus.
Hidup doa adalah masalah hati, perjumpaan hatiku dengan Hati Allah,
sehingga hatiku dikuasai oleh Allah dan dengan demikian kita hidup dan
bertindak sesuai dorongan atau bisikan Roh-Nya, dan tidak mengikuti
kemauan atau keinginan pribadi. Maka salah satu ujud doa yang baik
adalah permohonan rahmat Allah, yang kita butuhkan agar kita dapat hidup
dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kata lain jika kita
mohon keselamatan jiwa kita sendiri maupun orang lain, yakinlah bahwa
permohonan kita pasti dikabulkan. Pengabulan doa butuh kerjasama kita
sebagai manusia yang lemah dan rapuh ini. Jika kita mohon keselamatan
jiwa maka semua usaha, kerja dan pelayanan kita memiliki tujuan utama
keselamatan jiwa manusia, bukan harta benda atau uang. Kita tidak
mungkin mengetahui kuasa Allah sepenuhnya, karena Ia adalah Mahakuasa,
maka juga tak mungkin kita memaksa Allah untuk mengabulkan permohonan
atau dambaan kita, apalagi yang menjadi permohonan atau dambaan kita
bukan keselamatan jiwa manusia. Namun jika kita mohon keselamatan jiwa
manusia, sekali lagi percayalah pasti akan dikabulkan, karena Ia Mahakuasa.