Senin, 23 Juni 2014
Hari Biasa Pekan XII
Oleh Tuhan kita diberi kurnia istimewa, boleh ikut memakai nama yang
dari Allah, nama yang melebihi segala nama: kita disebut orang Kristiani
(St. Gregorius dari Nissa)
Antifon Pembuka (Mzm 33:22)
Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, sebab pada-Mulah kami berharap.
Doa Pagi
Ya Tuhan, bantulah kami dengan rahmat-Mu agar kami tidak mudah
menyalahkan orang lain tetapi berani merefleksi diri sendiri, membenahi
apa yang kurang pada diri sendiri dan tidak sibuk mencari kesalahan
orang lain. Berkatilah kami sepanjang hari ini sehingga dapat berlaku
jujur dan rendah hati. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Bacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja (17:5-8.13-15a.18)
"Tuhan menjauhkan Israel dari hadapan-Nya, dan tidak ada yang tinggal kecuali suku Yehuda saja."
Pada waktu itu setelah memenjarakan Raja Hosea, Salmaneser, raja Asyur,
menjelajah seluruh negeri Israel. Ia menyerang Kota Samaria dan
mengepungnya selama tiga tahun. Dalam tahun kesembilan zaman Raja Hosea
raja Asyur merebut Samaria. Ia mengangkut orang-orang Israel ke Asyur,
ke dalam pembuangan, dan menyuruh mereka tinggal di Halah, di tepi
Sungai Habor, yakni sungai negeri Gozan, dan di kota-kota orang Madai.
Hal itu terjadi, karena orang Israel telah berdosa kepada Tuhan, Allah
mereka, yang telah menuntun mereka dari tanah Mesir, dari kekuasaan
Firaun, raja Mesir, dan karena mereka telah menyembah allah lain. Lagi
pula mereka telah hidup menurut adat istiadat bangsa-bangsa yang telah
dihalau Tuhan dari depan orang Israel, dan menurut ketetapan yang telah
dibuat raja-raja Israel. Tuhan telah memperingatkan orang Israel dan
orang Yehuda dengan perantaraan semua nabi dan semua pelihat,
"Berbaliklah kalian dari jalan-jalanmu yang jahat itu; dan tetaplah
mengikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala
undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan yang
telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku para
nabi." Tetapi mereka tidak mau mendengarkan; mereka bertegar hati
seperti nenek moyangnya yang tidak percaya kepada Tuhan, Allah mereka.
Mereka menolak ketetapan dan perjanjian Tuhan, yang telah diadakan
dengan nenek moyang mereka, mereka membuang peraturan-peraturan Tuhan
yang telah disampaikan kepada mereka. Sebab itu Tuhan sangat murka
kepada Israel, dan menjauhkan mereka dari hadapan-Nya; tidak ada yang
tinggal kecuali suku Yehuda saja.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Selamatkanlah kami dengan tangan kanan-Mu, ya Tuhan, dan jawablah kami.
Ayat. (Mzm 60:3.4-5.12-13)
1. Ya Allah, Engkau telah membuang kami, dan menembus pertahanan kami; Engkau telah murka; pulihkanlah kami!
2. Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; perbaikilah
retak-retaknya, sebab kami telah goyah. Engkau telah membuat umat-Mu
mengalami penderitaan yang berat, Engkau telah memberi kami minum anggur
yang memusingkan.
3. Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami? Bukankah Engkau
tidak maju bersama bala tentara kami? Berikanlah kepada kami pertolongan
terhadap lawan, sebab sia-sialah penyelamatan dari manusia.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Firman Tuhan itu hidup dan kuat, menusuk ke dalam jiwa dan roh.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:1-5)
"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri."
Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Janganlah menghakimi, supaya
kalian tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang telah kalian pakai
untuk menghakimi, kalian sendiri akan dihakimi. Dan ukuran yang kalian
pakai untuk mengukur akan ditetapkan pada kalian sendiri. Mengapakah
engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu
sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada
saudaramu, ‘Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu’, padahal
di dalam matamu sendiri ada balok? Hai orang munafik, keluarkanlah
dahulu balok dari matamu sendiri, maka engkau akan melihat dengan jelas
untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Injil hari ini, walaupun begitu sederhana dan mudah dimengerti,
tetapi mengajak kita untuk merefleksikan kembali hidup pribadi kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih lagi apabila kita adalah seorang
pemimpin sebuah organisasi, mengkritik merupakan hal yang begitu mudah.
Komentar adalah sesuatu yang biasa. Tidak pernah ada manusia yang
sempurna, tetapi kita mempunyai Guru yang sempurna, yaitu Yesus. Yesus
mengajak kita untuk merefleksikan setiap kritik yang seringkali dengan
mudahnya kita lancarkan kepada orang lain. Kelemahan-kelemahan orang
lain terkadang membuat kita tidak tahan untuk mengomentarinya, semisal
saja kita sering mengatakan kepada orang lain “kamu egois”, Yesus, guru kita yang sempurna mengatakan
“Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan
dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan
kepadamu.” (Mat 7:2), ketika kita mengatakan orang lain egois,
sudahkah kita melihat diri kita sendiri? Apakah pribadi kita sudah mampu
melepaskan ke-egoisan dalam diri sendiri, sehingga dapat dengan
mudahnya menghakimi orang lain? . “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”
(Mat 7:3) sudahkah kita melihat diri sendiri? Kita bisa saja menasihati
orang lain dalam kasih untuk saling membangun diri dan bertumbuh di
dalam Yesus, tetapi menasihati orang lain tidak sama dengan menghakimi.
Yesus mengatakan “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.”
(Mat 7:1). Hak menghakimi bukanlah milik kita, kita hanya manusia
kepunyaan dan ciptaan Allah. Menghakimi merupakan sikap dimana kita
mampu menuntut orang lain untuk melakukan kebajikan dan kebaikan, tetapi
diri sendiri belum mampu melakukan kebajikan dan kebaikan yang kita
tuntut pada orang lain. Jika ini yang terjadi, maka kita sendiri pun
akan dengan mudah dihakimi orang lain, istilah zaman sekarang akan dicap
sebagai “omong doang” dan bahayanya lagi “dihakimi” oleh Allah yang
mempunyai hak untuk menghakimi. Menasihati, bukanlah menuntut orang lain
untuk melakukan kebajikan dan kebaikan yang kita mau terhadap orang
lain. Menasihati dan menghakimi memang sama – sama berusaha untuk
membangun hidup orang lain menjadi lebih baik, dan yang terpenting
semakin berkembang di dalam Yesus. Tetapi, menasihati memiliki dimensi
dimana kita sendiri harus mengakui bahwa “saya sendiri masih belum sempurna”, dan ketika nasihat dilancarkan, kita menyadari betul bahwa saat itu nasihat berbalik kearah kita sendiri.
Menghakimi hanya mempunyai satu arah, yaitu kita sendiri kepada orang
yang dituntut, menghakimi hanya menciptakan pribadi yang tidak rendah
hati seperti Yesus, sikap menghakimi hanyalah sikap yang dipenuhi dengan
ambisi dan kemarahan. Menasihati, mempunyai dua arah, dimana “saya
menasihati kamu” dan dengan sendirinya nasihat itu berbalik kearah saya,
dan dengan segala keterbatasan manusia, bersama semua orang yang tidak
sempurna kita mau membangun kasih terhadap sesama dan Yesus.
Menasihati menuntut sikap rendah hati. Santo Fransiskus dari Assisi,
orang kudus yang dengan total mengikuti Injil untuk mencapai kesatuan
penuh dalam kasih akan Yesus pernah mengajarkan untuk “menerima setiap kelemahan orang lain dalam kerendahan hati”. Mari, kita belajar untuk tidak menghakimi orang lain, sebab “mulutmu adalah harimaumu”,
apa yang kita katakana merupakan cerminan pribadi kita secara tidak
langsung. Sebagai anak – anak Allah, kita harus mengenakan kata – kata
Kristus yang penuh kasih dan kelembutan.
Godaan yang paling sering dan paling tersembunyi ialah kekurangan iman
dari pihak kita. Hal itu tidak menyatakan diri dalam ketidakpercayaan
jelas, tetapi de fakto menonjolkan hal-hal lain. Kalau kita mulai
berdoa, seribu satu pekerjaan dan kesusahan yang kita anggap sangat
mendesak, menampilkan diri sebagai sangat penting. Inilah saatnya, di
mana menjadi nyata, kepada apa hati kita memberikan prioritas. Suatu
ketika kita menghadap Tuhan sebagai pertolongan kita yang terakhir,
tetapi kita tidak selalu benar-benar yakin akan pertolongan-Nya. Pada
waktu lain kita menjadikan Tuhan itu sekutu kita, namun hati kita tetap
sombong. Dalam semua hal ini kekurangan kita dalam iman menyatakan bahwa
kita belum cukup rendah hati: "Di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat
apa-apa" (Yoh 15:5). (Katekismus Gereja Katolik, 2732)
Deus Providebit