| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kobus: 20 Juli 2014 Hari Minggu Biasa XVI


Ada Rosario bentuk lain?


Sekali peristiwa orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus. Tetapi Yesus tahu maksud mereka, lalu menyingkir dari sana.

Sabtu, 19 Juli 2014
Hari Biasa Pekan XV

Mi 2:1-5; Mzm 10:1-2.3-4.7-8.14; Mat 12:14-21

Sekali peristiwa orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus. Tetapi Yesus tahu maksud mereka, lalu menyingkir dari sana.

Ketika tahu banyak orang Farisi bermaksud jahat tehadap-Nya, yakni ingin membunuh-Nya, Yesus memilih untuk pergi dan menyingkir. Padahal, Yesus juga mempunyai banyak pengikut untuk melawan mereka. Tampa melibatkan para pengikut-Nya pun, Yesus sebenarnya bisa melawan dan menghancurkan mereka. Lha wong roh jahat dan badai yang mengamuk di lautan saja bisa dengan mudah Ia kendalikan, apalagi hanya segerombolan orang-orang Farisi. Namun, Yesus memilih untuk tidak melakukan hal itu. Ia tidak mau melawan dan menggunakan kekerasan tetapi memilih jalan damai, yakni dengan cara menyingkir. Hal ini amat berbeda dengan realitas yang kadang/sering kita jumpai dalam masyarakat kita. Ketika merasa ada yang mengancam dan menantang, biasanya orang segera balik mengancam dan menantang. Ketika ada orang yang dirasa mencemarkan nama baiknya atau menista agamanya, orang buru-buru melawan dengan kekerasan.

Dari sini kita diajak belajar beberapa hal. Pertama, belajar dari Yesus bagaimana menghadapi orang-orang yang bermaksud jahat, yaitu bukan dengan perlawanan dan kekerasan tetapi dengan jalan damai. Sebisa mungkin kita ajak berdialog tapi kalau tidak bisa ya menghindar atau menyingkir. Namun, yang lebih penting dari itu semua adalah kita mau mendoakan mereka (bdk. Mat 5:44). Kedua, Kita harus selalu berusaha untuk menghindarkan diri dari pikiran dan keinginan-keinginan jahat karena dengan demikian Tuhan pun bisa jadi menyingkir dari kita. Tuhan memang datang untuk orang berdosa, tapi orang berdosa mau bertobat dan mau mendekati-Nya dengan maksud baik (bdk. Luk 5:32), bukan yang mau mendekatinya dengan maksud jahat seperti orang-orang Farisi tersebut. Ketiga, kalau orang yang berniat jahat dan mengganggap dirinya berkuasa disingkiri oleh Yesus, sebaliknya orang yang lemah dan mengandalkan Dia justru didekati-Nya, diberi-Nya kekuatan dan pertolongan. Sebab, "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Kepada-Nyalah semua bangsa akan berharap.” (Mat 12:20-21).

Doa: Tuhan, "bebaskanlah kami dari segala yang jahat". Amin. -agawpr-

Sabtu, 19 Juli 2014 Hari Biasa Pekan XV

Sabtu, 19 Juli 2014
Hari Biasa Pekan XV
   
“Sebelum diberkati dengan sabda surgawi namanya roti. Tetapi setelah konsekrasi roti itu merupakan Tubuh Kristus” (St. Ambrosius)
     

Antifon Pembuka (Mat 12:18)
   
Inilah hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi. Roh-Ku akan Kucurahkan kepada Dia, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada sekalian bangsa.

Doa Pagi


Allah yang kekal dan kuasa, sering kami jatuh dalam hal-hal yang jahat dan dosa yang sama. Insafkanlah kami ya Allah, agar kami tidak dicampakkan ke dalam kegelapan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
  
Tempat tidur bagi orang benar merupakan tempat untuk beristirahat dan mengalami mimpi indah. Tidak demikian bagi orang fasik dan jahat. Tempat tidur pun dijadikan sebagai tempat untuk merancang dan mempersiapkan kejahatannya. Allah melihat perbuatan itu durjana. Maka celakalah yang melakukannya.
  
Bacaan dari Nubuat Mikha (2:1-5)
    
    
"Berteriaklah kepada Tuhan dengan nyaring, hai putri Sion."
    
Celakalah orang-orang yang merancang kedurjanaan dan merencanakan kejahatan di tempat tidurnya! Pada waktu fajar mereka melakukannya, sebab hal itu ada dalam kekuasaannya. Bila menginginkan ladang, mereka merampasnya; bila menginginkan rumah, mereka menyerobotnya. Mereka menindas orang bersama isi rumahnya dan manusia bersama milik warisannya. Sebab itu beginilah sabda Tuhan, “Sungguh Aku merancang malapetaka terhadap kaum ini. Dan kalian takkan dapat menghindarkan lehermu dari padanya. Kalian takkan dapat lagi berjalan angkuh, sebab waktu itu adalah waktu yang mencelakakan. Pada hari itu orang akan melontarkan sindiran tentang kalian dan akan memperdengarkan suatu ratapan. Mereka akan berkata, “Kita telah dihancurluluhkan! Bagian warisan bangsaku telah diukur dengan tali, dan tak ada orang yang mengembalikannya. Ladang-ladang kita dibagikan kepada orang-orang yang menawan kita.” Sebab itu tidak akan ada bagimu orang yang melontarkan tali dengan undian di dalam jemaah Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan
Ref. Ya Tuhan, janganlah Kaulupakan orang yang tertindas.
Ayat. (Mzm 10:1-2.3-4.7-8.14)
1. Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh ya Tuhan, dan menyembunyikan diri-Mu di kala aku kesesakan? Karena congkak, orang fasik giat memburu orang yang tertindas, mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan.
2. Orang fasik memuji-muji keinginan hatinya, orang tamak mengutuk dan menista Tuhan. Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas, “Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!” itulah seluruh pikirannya.
3. Mulutnya penuh dengan sumpah serapah, dengan tipu dan penindasan; di lidahnya ada kelaliman dan kejahatan. Ia duduk menghadang di gubuk-gubuk, di tempat yang tersembunyi ia membunuh orang yang tak bersalah. Matanya mengintip orang yang lemah.
4. Engkau memang melihatnya, sebab Engkaulah yang melihat kesusahan dan sakit hati, supaya Engkau mengambilnya ke dalam tangan-Mu sendiri. Kepada-Mulah orang lemah menyerahkan diri; untuk anak yatim Engkau menjadi penolong.

Bait Pengantar Injil do = f, 4/4, kanon, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (2Kor 5:19)
Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dalam diri Kristus dan mempercayakan warta perdamaian kepada kita.
 
Yesus sadar dan tahu betul bahwa kebaikan dan kebenaran yang dilakukan-Nya tidak mudah diterima oleh orang-orang munafik. Yesus tidak mau mati konyol membabi buta menghadapi orang-orang seperti kaum Farisi dan Herodian. Maka Ia mengambil strategi mengalah dan mundur. Bukankah berlaku selalu mundur bukan berarti kalah?
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:14-21)
    
"Dengan keras Yesus melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah sabda yang telah disampaikan."
   
Sekali peristiwa orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus. Tetapi Yesus tahu maksud mereka, lalu menyingkir dari sana. Banyak orang mengikuti Dia, dan Ia menyembuhkan mereka semua. Dengan keras Ia melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah sabda yang telah disampaikan oleh Nabi Yesaya, “Lihatlah, itu hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepadanya jiwa-Ku berkenan. Roh-Ku akan Kucurahkan atas Dia, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada sekalian bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak, suara-Nya tidak terdengar di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Kepada-Nyalah semua bangsa akan berharap.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
  
Renungan

    
Betapa banyaknya musuh kebaikan. Allah dalam diri Yesus adalah kebaikan (tertinggi). Kebaikan akan dibunuh, Dia menyingkir. Bukan untuk diri-Nya tetapi untuk pengharapan. Dia mengajarkan bahwa orang jahat masih ada harapan untuk baik. Betapa berharganya waktu untuk Yesus dalam memberi contoh memperbanyak kebaikan dan apa itu baik. Bahkan menyingkir seperti itu yang nampak tidak terhormat, adalah tindakan baik.

Doa Malam

Bapa kami di surga, kepada-Mulah semua bangsa berharap melalui Yesus yang Kaukasihi. Tambahkanlah iman kami akan pemeliharaan-Mu terhadap hidup kami walau jauh dari jangkauan akal budi kami. Sebab Engkaulah harapan kami sepanjang masa. Amin.

RUAH

"Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan"

Jumat, 18 Juli 2014
Hari Biasa Pekan XV

Yes 38:1-6.21-22; 7-8; MT Yes 38:10.11.12abcd.16; Mat 12:1-8

"Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan"

Seringkali, kita umat Katolik ditanya oleh saudara/i kita yang Kristen Protestan, "Mengapa kok umat (Gereja) Katolik tidak melakukan persepuluhan?" Memang, Gereja Katolik tidak mewajibkan umatnya untuk memberikan 10% penghasilan bulanannya kepada Gereja berdasarkan praksis umat Israel Perjanjian Lama (Kej 14:17-24; Ul 14:22-23; Neh 10:37-38; Im 27:32-33). Dalam Perjanjian Baru, praktik persepuluhan ini tidak lagi tampak karena yang lebih ditekankan adalah memberi atas dasar belas kasih dan secara sukarela, sebagaimana dikatakan oleh Paulus, "Hendaknya masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2 Kor 9:7). Selain itu, Yesus juga mengkritik praktik hidup ahli Taurat dan orang Farisi yang meski memenuhi kewajiban persepuluhan tetapi mengabaikan belas kasih. "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” (Mat 23:23). Maka, dengan tidak menerapkan praktik persepuluhan tersebut, Gereja hendak menekankan semangat dasar cinta kasih atau belas kasih.

Memang, Hukum Kanonik menegaskan bahwa "Kaum beriman kristiani terikat kewajiban untuk membantu memenuhi kebutuhan Gereja, agar tersedia baginya yang perlu untuk ibadat ilahi, karya kerasulan dan amal-kasih serta sustentasi yang wajar para pelayan. Mereka juga terikat kewajiban untuk memajukan keadilan sosial dan juga, mengingat perintah Tuhan, membantu orang-orang miskin dengan penghasilannya sendiri." (Kan 222 § 1 dan 2) . Namun, semangat dasar yang hendak ditekankan bukanlah kewajiban berdasarkan hukum/aturan tetapi lebih semangat cinta kasih kepada Allah dan sesama. Mengenai jumlahnya, itu semua diserahkan kepada masing-masing, sesuai dengan kemampuan dan situasi berdasarkan semangat cinta kasih tadi ditambah kemurahan hati. Tidak ada artinya sebuah pemberian atau persembahan yang besar jumlahnya, jika tidak didasari oleh cinta kasih, yang merupakan hukum utama bagi kita (Mat 22:37-40).

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk mempunyai hati yang penuh belas kasih sebagai dasar dari seluruh sikap, perkataan dan perbuatan kami. Amin. -agawpr-

Jumat, 18 Juli 2014 Hari Biasa Pekan XV

Jumat, 18 Juli 2014
Hari Biasa Pekan XV
    
Orang yang telah percaya pada Allah akan memahami kebenaran, dan yang setia dalam kasih akan tinggal pada-Nya. Sebab kasih setia dan belas kasihan menjadi bagian orang-orang pilihan-Nya. --- Keb 3:9
   

Antifon Pembuka (Hos 6:6)
   
Aku menyukai kasih setia dan bukan kurban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban sembelihan.
 
Doa Pagi
  

Allah Bapa yang berbelaskasih, Engkau telah mendengarkan doa Hizkia dan mengabulkannya. Tambahkanlah niat kami untuk mau berdoa dengan sungguh-sungguh agar kami pun mengalami daya dari doa itu sendiri. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan dari Kitab Yesaya (38:1-6.21-22; 7-8)
    
"Aku telah mendengar doamu dan melihat air matamu."
       
Pada waktu itu Hizkia , raja Yehuda, jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah Nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: "Beginilah sabda Tuhan, "Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada Tuhan. Ia berkata, "Ya Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di hadapan-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. Maka bersabdalah Tuhan kepada Yesaya, "Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia, 'Beginilah sabda Tuhan, Allah Daud, leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sungguh, Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi, dan Aku akan melepaskan dikau dan kota ini dari tangan raja Asyur dan Aku akan melindungi kota ini." Kemudian berkatalah Yesaya, "Hendaknya diambil sebuah kue dari buah ara dan ditaruh di atas barah itu, maka raja akan sembuh." Sebelum itu Hizkia telah berkata, "Apakah yang akan menjadi tanda, bahwa aku akan pergi ke rumah Tuhan?" Jawab Yesaya, "Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari Tuhan, bahwa Tuhan akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya, 'Sungguh, bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan Ahas akan Kubuat mundur ke belakang sepuluh tapak dari yang telah dijalaninya'." Maka pada penunjuk matahari itu mundurlah matahari sepuluh tapak ke belakang dari jarak yang telah dijalaninya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
       
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, Engkau telah menyelamatkan hidupku.
Ayat. (Yes 38:10.11.12abcd.16)
1. Aku berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku.
2. Aku berkata: Aku tidak akan melihat Tuhan lagi di negeri orang-orang yang hidup; aku tidak lagi akan melihat seorang pun di antara penduduk dunia.
3. Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala; seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku; Tuhan memutus nyawaku dari benang hidup.
4. Ya Tuhan, karena inilah hatiku mengharapkan Dikau: Tenangkanlah batinku, buatlah aku sehat, buatlah aku sembuh.
   
Bait Pengantar Injil do = f, 2/2, PS 951
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 10:27) 2/4
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan; Aku mengenal mereka dan mereka mengenal aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:1-8)
     
"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
     
Pada suatu hari Sabat, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di lading gandum. Karena lapar murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada Yesus, “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Tetapi Yesus menjawab, “Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam bait Allah, dan mereka semua makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam. Atau tidakkah kalian baca dalam Kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi bait Allah. Seandainya kalian memahami maksud sabda ini, ‘Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan’, tentu kalian tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Sebab Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
 
Renungan
 
Bicara soal jaminan, spontan pikiran kita tertuju pada pinjaman. Artinya, kalau seseorang meminjam selalu dibutuhkan jaminan, sehingga pinjaman dapat diberikan. Jaminan membuat rasa nyaman bagi siapa pun, baik yang berhutang maupun yang memberikan pinjaman. Intinya, jaminan ditujukan untuk memberikan rasa nyaman. Kalau ada jaminan hidup, maka hidup akan lebih nyaman. Kalau ada jaminan kesehatan, sosial, hari tua, kerja dan yang lainnya; hidup akan lebih nyaman untuk dijalani. Adanya jaminan bukan berarti kita tidak dapat sakit, tua, lapar atau mati. Sebaliknya, itu adalah pertanda bahwa kita rentan terhadap semua itu. Lantas, jaminan apa yang kita butuhkan agar kerentanan tersebut membuat kita lebih bahagia dalam menjalani dan mensyukuri kehidupan?

Mari kita lihat pengalaman Hizkia. Ketika difirmankan bahwa ia akan mati dan tidak akan sembuh lagi dari sakitnya, ia menjadi lemas karena sudah pasti akan mati. Tidak ada obat apa pun yang bisa menolongnya. Namun, apa yang dilakukannya? Ia hanya pasrah pada Tuhan, berdoa mengungkapkan keluh kesah kepada-Nya. Apa yang terjadi? Tuhan mendengar doanya dan mengusap air matanya. Tuhan memberikan jaminan hidup 15 tahun lagi kepadanya.

Injil hari ini memperlihatkan konflik antara kebutuhan hidup dan aturan keagamaan. Konflik yang sangat banyak kita alami dalam hidup sehari-hari. Seperti lembur pada hari Minggu, sehingga meninggalkan Gereja. Tidak sempat mengaku dosa sekali setahun. Tidak bisa merayakan Ekaristi sekali seminggu padahal setiap hari ada perayaan Ekaristi. Tertunda baptisan, karena tidak bisa mengikuti pelajaran yang jumlah pertemuannya sudah diminimalisir dan lain sebagainya. Apa yang harus kita lakukan dan pahami dari situasi ini?

Saudaraku, Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat; Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan. Artinya, sebagai anak-anak Allah, tidaklah elok kita disibukkan oleh hal-hal duniawi sampai mengabaikan kewajiban kita sebagai orang beriman. Semakin banyak kita mengabaikan Tuhan dan hal-hal rohani karena kesibukan pada hal-hal duniawi, itu artinya kita lebih yakin bahwa yang menjamin hidup ini bukanlah Tuhan. (Kartolo Malau, O.Carm)

"Enaklah kuk yang Kupasang, dan ringanlah beban-Ku.”

Kamis, 17 Juli 2014
Hari Biasa Pekan XV

Yes 26:7-9.12.16-19; Mzm 102:13-14ab.15.16-18.19-21; Mat 11:28-30

"Enaklah kuk yang Kupasang, dan ringanlah beban-Ku.”

Ketika membaca dan merenungkan Injil ini, saya ingat akan para guru dan dosen yang setiap kali selalu membuat soal dan menguji para murid atau mahasiswanya. Hal ini pun juga saya lakukan ketika menjadi guru dan dosen. Guru dan dosen, kalau menguji para murid atau mahasiswanya, tentu harus membuat soal. Berhadapan dengan soal-soal tersebut, tidak jarang para murid atau mahasiswa mengalami persoalan dan kesulitan. Harus belajar, mengingat, menghafal, memahami supaya bisa memberikan jawaban yang benar. Ada juga murid dan mahasiswa yang gelisah dan takut ketika harus ujian, bahkan sampai berdampak ke fisik dan psikis, misalnya: sariawan, asam lambung meningkat, sering kencing, dll. Ada juga yang sampai semaput di ruang ujian.

Ujian yang dibuat oleh para guru dan dosen, tentu tidak pernah dibuat untuk menjadikan para murid atau mahasiswa sengsara dan menderita. Bahwa mereka mengalami berbagai kesulitan dan sepertinya terbebani, mungkin iya. Namun tidak pernah dimaksudkan demikian. Ujian dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, kemampuan dan keterampilan murid atau mahasiswa yang bersangkutan sehingga layak dinyatakan berhasil atau tidak, sudah bisa lanjut ke level selanjutnya atau belum, tamat/lulus atau tidak. Dengan kata lain, ujian merupakan salah satu instrumen untuk membantu para murid atau mahasiswa untuk meningkatkan kualitas mereka.

Tuhan pun kadang juga sengaja memasang kuk di pundak kita. Ia memberi kita beban dan ujian sehingga tidak kjarang kita mengalami kesulitan dan keletihan. Namun, hal itu tidak dimaksudkan oleh Tuhan agar kita sengsara tetapi agar kita sungguh-sungguh teruji dan semakin berkualitas dalam iman. Toh, seandainya kita kepayahan, Tuhan selalu hadir dan menolong serta memberi kelegaan. Asal kita mau datang kepada-Nya dan belajar dari pada-Nya, tidak malah meninggalkan Dia dengan pelarian-pelarian yang justru semakin membuat kita terpuruk. Per aspera ad astra. Dengan bekerja keras (berjerih payah) menggapai bintang-bintang.

Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk menerima dan menikmati betapa enaknya kuk yang Kaupasang dalam pundak kami dan semoga melalui kuk-kuk tersebut kami semakin memiliki iman yang mendalam dan tangguh. Amin. -agawpr-

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy