| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

SERI CATATAN RINGAN: Kemuliaan Kepada Allah di Surga

Dalam tradisi liturgi Gereja, ada 2 madah yang dikenal dengan sebutan Kemuliaan / Gloria. Pertama adalah madah ‘Kemuliaan kepada Allah di surga’ yang selalu kita nyanyikan pada perayaan Ekaristi hari Minggu, dan kedua adalah Gloria Patri atau ‘Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus....’ yang lazim digunakan untuk menutup doa atau sebagai ayat terakhir dalam pendarasan Mazmur. Dari keduanya, yang akan dibahas berikut adalah yang pertama: Gloria in excelsis Deo.

Madah ini bisa dikatakan adalah salah satu madah tertua dalam tradisi Gereja, yang sudah digunakan dalam liturgi sejak masa awal Gereja. Untuk menghargai sejarahnya yang panjang, Gereja saat ini menetapkan aturan bahwa Kemuliaan yang dapat dipakai dalam perayaan Ekaristi adalah yang sesuai dengan Missale Romanum atau terjemahannya yang telah disetujui Takhta Suci. Itu artinya teks eksperimental terhadap madah ini atau lagu lain yang menggantikannya tidak dapat dipakai lagi.

Secara tekstual, Kemuliaan dibagi menjadi empat bagian:

Bagian pertama adalah kalimat pertama madah ini: “Kemuliaan kepada Allah di surga, dan damai di bumi kepada orang yang berkenan pada-Nya.” Kalimat ini sama sekali tidak asing bagi orang kristen, apalagi yang rajin membaca alkitab. Seruan ini diucapkan oleh para malaikat yang menemui para gembala pada malam saat Yesus dilahirkan (lihat Luk 2:14).

Pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa seruan ini diucapkan oleh “sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah” (Luk 2:13). Maka saat melambungkan kembali madah ini, umat beriman ikut menggabungkan diri dengan penghuni surga. Jika dahulu para malaikat memuji Allah karena Sang Sabda telah menjadi manusia, kini Gereja memuji Allah karena sebentar lagi Sabda Allah akan dimaklumkan dan kemudian hadir dalam rupa Hosti Suci.

Bagian kedua dari madah Kemuliaan adalah pujian kepada Allah Bapa. Bagian ini diawali dengan pujian langsung: “Kami memuji Dikau. Kami meluhurkan Dikau. Kami menyembah Dikau. Kami memuliakan Dikau.’ Baru di kalimat selanjutnya disebutkan alasan kenapa Allah patut dipuji, diluhurkan, disembah dan dimuliakan: ‘Kami bersyukur kepada-Mu, karena kemuliaan-Mu yang besar.’ Sekali lagi disebutkan tentang kemuliaan-Nya setelah yang pertama di awal tadi.

Bagian ini ditutup dengan pengakuan tentang siapa Allah itu. Dia adalah ‘Tuhan Allah, Raja surgawi, Allah Bapa yang mahakuasa.’ Pengakuan tentang kemahakuasaan Allah tidak hanya ditemukan dalam madah Kemuliaan, tapi juga pada pengakuan iman baik Syahadat Para Rasul maupun Syahadat Nikea-Konstantinopel. Kedua syahadat ini diawali dengan ‘Aku percaya akan (satu) Allah, Bapa yang mahakuasa

Bagian ketiga adalah pujian kepada Yesus Kristus. Pujian ini sama seperti bagian terakhir sebelumnya, berupa pengakuan tentang siapa itu Yesus. Bagian ini secara singkat-padat menyebutkan tentang Yesus sebagai pribadi kedua dalam misteri Tritunggal Mahakudus. Dia adalah ‘Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal, Tuhan Allah, Anakdomba Allah, Putra Bapa.

Tiga kalimat berikutnya lebih tampak sebagai permohonan yang alkitabiah. Ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus, ia menyebut-Nya sebagai “yang menghapus dosa-dosa dunia” (Yoh 1:29). Seruan “kasihanilah kami” banyak kali disebutkan dalam Injil oleh orang-orang yang merasa berdosa atau membutuhkan pertolongan entah bagi dirinya sendiri maupun orang lain (Mat 9:27, 20:30; Mrk 10:47; Luk 17:13).  Dalam berbagai kesempatan orang-orang meminta “kabulkanlah doa kami” kepada-Nya (Mrk 5:13, 10:35).  Yesus pula yang menyatakan diri-Nya “duduk di sisi Bapa” (Mat 26:64, Mrk 15:62, Luk 22:69, Kis 7:55-56).

Jika ada pertanyaan kenapa tiga permohonan ini muncul dalam madah tentang kemuliaan Tuhan, jawabannya adalah tiga pernyataan berikutnya: “Karena hanya Engkaulah kudus. Hanya Engkaulah Tuhan. Hanya Engkaulah mahatinggi, ya Yesus Kristus.” Tiga pertanyaan dan tiga pernyataan ini adalah pengakuan terhadap kemahakuasaan Yesus, sebagaimana kemahakuasaan Allah Bapa yang sudah diakui sebelumnya.

Bagian keempat sangatlah singkat, hanya terdiri dari satu kalimat yang sesungguhnya melanjutkan kalimat terakhir di atas: “bersama dengan Roh Kudus dalam kemuliaan Allah Bapa.” Kalimat ini singkat namun padat makna. Pertama bisa dilihat bahwa sekali lagi, disebutkan tentang ‘kemuliaan’. Kedua, penyebutan Roh Kudus menggenapi misteri Tritunggal Mahakudus yang juga hendak disampaikan dalam madah Kemuliaan ini: di awal menyebut Allah Bapa, kemudian Allah Putra, dan di akhir Allah Roh Kudus. Ketiga, kalimat trinitaris seperti ini juga banyak ditemukan dalam doa atau madah lainnya misalnya pada doa pembuka atau yang sudah disebutkan di awal artikel ini pada doa “Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus...” dan masih banyak lagi. Seluruh rangkaian pemuliaan ini, seperti halnya pada doa umumnya, ditutup dengan seruan “Amin.

Selain makna literal yang sudah dijelaskan di atas, ada beberapa hal lain terkait dengan madah Kemuliaan ini:
  1. Ada satu aturan dalam Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) tentang menundukkan kepala ketika menyebutkan nama Yesus sebagai tanda hormat. Itu artinya saat Kemuliaan, kita, termasuk Imam, menundukkan kepala pada saat nama Yesus disebut, pada awal dan akhir bagian ketiga.
  2. Terkait dengan poin 1 di atas, pada penyebutan nama Yesus yang kedua kali umumnya dijadikan puncak pada banyak karya musik, entah dibuat lebih meriah atau sedikit lebih lambat untuk memberikan kesan bagian itu memang berbeda dari yang lain dan memberi semacam tanda untuk menundukkan kepala. Contohnya yang dapat ditemukan di Puji Syukur adalah pada Kemuliaan Misa Lauda Sion, Misa Kita II dan Misa Kita IV.
  3. Ada kebiasaan untuk memperlambat tempo, memperlembut dinamika atau memberi harmoni minor pada bagian permohonan pada Yesus Kristus. Ini sebenarnya bukan merupakan keharusan, tergantung interpretasi dari komposer atau dirigen.
  4. Kalimat “Kemuliaan kepada Allah di surga” umumnya dinyanyikan oleh Imam selebran. Ini pun juga bukan keharusan, bahkan di dalam PUMR disebutkan bahwa kalimat ini dapat dinyanyikan oleh koor atau solis. Jadi tidak perlu merasa janggal jika suatu waktu bukan Imam yang menyanyikannya, atau Imam meminta koor yang menyanyikan.

Sumber: Saint Raphael Publishing

Rabu, 06 Agustus 2014 Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya

Rabu, 06 Agustus 2014
Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya
Hari Doa Sedunia untuk Perdamaian di Irak
 
Sabda menjadi manusia, untuk menjadi contoh kekudusan bagi kita: "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku" (Mat 11:29). "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6). Dan di atas gunung transfigurasi, Bapa memerintah: "Dengarkanlah Dia" (Mrk 9:7) Bdk. Ul 6:4-5.. Yesus adalah gambaran inti dari sabda bahagia dan norma hukum yang baru: "Supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 15:12). Kasih ini menuntut penyerahan diri sendiri, dengan mengikutinya Bdk. Mrk 9:34. (Katekismus Gereja Katolik, 459)
      
   
PADA MISA HARI INI ADA GLORIA (MADAH KEMULIAAN), TANPA CREDO (SYAHADAT)
        
Antifon Pembuka (bdk. Mat 17:5)

Dalam awan yang bercahaya tampaklah Roh Kudus, dan terdengarlah suara Bapa: Inilah Putra-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!

In a resplendent cloud the Holy Spirit appeared. The Father's voice was heard: This is my beloved Son, with whom I am well pleased. Listen to him. 
  
Tibi dixit cor meum, quæsivi vultum tuum, vultum tuum Domine requiram: ne avertas faciem tuam a me.

Pengantar

Pada hari ini dikenangkan dan dirayakan peristiwa agung di Gunung Tabor, ketika Tuhan Yesus berubah rupa menjadi sangat mulia dan menyinarkan cahaya. Peristiwa itu menggambarkan kenaikan-Nya ke surga serta kemuliaan-Nya sebagai Allah. Bagi para rasul kejadian ini meneguhkan iman mereka agar tidak goncang bila nanti melihat Yesus menderita sengsara dan wafat di salib. Sebab justru melalui saliblah Yesus menjadi Juruselamat dunia. Kemuliaan yang ditunjukkan-Nya di atas gunung itu bukan hanya menjadi antisipasi untuk kebangkitan-Nya sendiri, melainkan memaklumkan juga kemuliaan yang kelak disediakan bagi seluruh umat beriman. Pada hari ini juga dilaksanakan Hari Doa Sedunia untuk Irak. Inisiatif kali ini disponsori oleh Patriark Chaldean dari Baghdad, Louis Raphael Sako, yang bekerjasama dengan Bantuan bagi Gereja yang Membutuhkan / Aid to the Church in Need (ACN). Dalam kesempatan tersebut, Patriark telah mengirim pesan kepada masyarakat internasional melalui AsiaNews, di mana ia menjelaskan bahwa solusi atas masalah bukan berakhir hanya dengan "mendapatkan Visa" untuk pergi ke negara-negara asing, tetapi untuk "penyelesaian politik yang akan memungkinkan kami untuk tetap tinggal di negara yang kami cintai ini, hidup di dalam keamanan, kesetaraan dan martabat semua." Mari kita turut berdoa bersama bagi Irak. Semoga penyelesaian atas masalah tercapai seperti harapan kita semua.

Doa Pagi

Ya Allah, dalam Penampakan Kemuliaan Putra Tunggal-Mu, Engkau mengukuhkan misteri iman dengan kesaksian Musa dan Elia. Secara mengagumkan, Engkau juga memaklumkan martabat kami sebagai anak-anak angkat-Mu yang terkasih. Semoga kami, yang mendengarkan suara Putra-Mu terkasih, menjadi ahli waris yang sah bersama-Nya, yang hidup dan berkuasa, bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Nubuat Daniel (7:9-10.13-14)
  
"Pakaian-Nya putih seperti salju."
  
Aku, Daniel, melihat takhta-takhta dipasang, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya. Pakaian-Nya putih seperti salju, dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba. Takhta-Nya dari nyala api, roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar. Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya. Beribu-ribu melayani Dia, beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab. Aku terus melihat dalam penglihatan itu, tampak dari langit bersama awan-gemawan seorang serupa Anak Manusia. Ia menghadap Dia Yang Lanjut Usianya itu, dan Ia dihantar ke hadapan-Nya. Kepada Dia yang serupa Anak Manusia itu diserahkan kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja. Maka segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal adanya, dan kerajaan-Nya tidak akan binasa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do = g, 2/4, PS 836
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah, berpekiklah untuk Allah raja semesta.
Ayat. (Mzm 97:1-2.5-6.9; R: lih. 1a.9a)
1. Tuhan adalah Raja. Biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada di sekeliling-Nya, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
2. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
3. Sebab, ya Tuhan Engkaulah Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala dewata.
 
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Petrus (1:16-19)
    
"Suara itu kami dengar datang dari surga."
      
Saudara-saudara, kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitakan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika suara dari Yang Mahamulia datang kepada-Nya dan mengatakan, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Suara itu kami dengar datang dari surga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baik kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing, dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mat 17:5c)
Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (17:1-9)
    
"Wajah-Nya bercahaya seperti matahari."
     
Sekali peristiwa Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka: Wajah-Nya bercahaya seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka tampak kepada mereka, Musa dan Elia sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus, "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia." Sementara Petrus berkata begitu, tiba-tiba turunlah awan yang terang menaungi mereka, dan dari dalam awan itu terdengarlah suara yang berkata, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!" Mendengar itu tersungkurlah murid-murid Yesus dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka. Ia menyentuh mereka sambil berkata, "Berdirilah, jangan takut!" Dan ketika mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung, Yesus berpesan kepada mereka, "Jangan kamu ceritakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan
 
Seorang romo pernah bercerita bahwa ia merasa heran karena di tengah kerumunan banyak orang, ada yang masih mengenalinya. Pada suatu kesempatan ia bertanya orang yang menyapanya tentang bagaimana ia mengenal dirinya. Orang itu mengatakan bahwa ia adalah aktivis Gereja, maka ia mengenal sosok para romo.

 Menurut aktivis Gereja ini, ada yang istimewa dari para romo sebagai orang yang diurapi. Misalnya, penampilannya, cara membawakan dirinya, cara berbicara dan dari wajahnya terpancar sinar kekudusan. Mungkin hal ini kurang mereka sadari, namun dari kacamata orang awam ada sesuatu yang berbeda dari hidup para romo.
 
 Hari ini kita merayakan Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Kita diajak untuk mengarahkan pandangan kepada Yesus yang dinyatakan oleh Bapa sebagai Putra-Nya yang terkasih. Peristiwa di atas gunung yang dialami oleh para murid merupakan kesaksian yang meneguhkan iman akan Yesus sebagai Putra Allah. Oleh karena itu, kita tidak perlu lagi sangsi dan ragu-ragu bahwa Yesus yang kita imani adalah sungguh-sungguh Putra Allah. Pernyataan Allah Bapa yang berbunyi, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia" (Mat 17:5) sangatlah penting untuk dijadikan dasar yang kokoh bagi kita untuk mengimani Yesus, sebagai Putra Bapa. Bapa sendiri berkenan kepada Yesus Putra-Nya, maka pastilah kita juga berkenan akan Yesus dan tidak perlu membuat kita bimbang.

 Hidup bersama Yesus, Putra Allah menjadi saat yang indah dan nyaman. Pengalaman Petrus berkata demikian. Ia mewakili kedua temannya yang merasa bahagia dan nyaman saat berada bersama dengan Yesus di puncak gunung. (Pengalaman) itu menjadi inspirasi yang meneguhkan bahwa berada dan bersama dengan Yesus pasti akan mendatangkan kebahagiaan dan kenyamanan. Karena itu, ketika harapan dan kerinduan kita sebagai orang beriman ingin hidup bahagia dan nyaman, maka yang harus diperjuangkan adalah dekat dan bersama dengan Yesus dalam setiap langkah kehidupan kita.

 Untuk dapat hidup dekat dan berada bersama Yesus, kita mesti mempunyai waktu untuk mendengarkan Dia. Tanpa mendengarkan Yesus, kita tidak akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup kita. (CAFE ROHANI)

"Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

Selasa, 05 Agustus 2014
Hari Biasa Pekan XVIII

Yer 30:1-2.12-15.18-22; Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; Mat 15:1-2, 10-14

"Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

Kita tidak sedang berhadapan dengan teks Kitab Suci yang berbicara tentang higenitas atas kesehatan. Sebab, yang dijadikan alasan oleh beberapa orang Farisi dan ahli Taurat untuk mempermasalahkan para murid yang tidak membasuh tangan sebelum makan, bukanlah masalah higenitas dan kesehatan tetapi masalah adat-istiadat yang berkaitan dengan kenajisan. Menurut tradisi Yahudi, ada banyak sekali barang yang najis seperti: makanan yang disebutkan dalam Im 11:1-47, binatang mati (Im 5:2; 11:24-28; 17:15), mayat atau tulang (Bil 9:6-7; 19:11,16), kuburan (Bil 19:16), penyakit kusta (Im 13:3,11; Bil 5:2,3), lelehan dari tubuh, misalnya darah haid (Im 15:2; Bil 5:2), wanita bersalin (Im 12:2), dll. Kenajisan itu menular, maka setiap orang yang menyentuh orang atau barang yang najis, ikut menjadi najis. Misalnya: seorang wanita sedang haid. Berarti, semua yang disentuhnya najis. Pakaiannya najis. Kalau ia ke pasar, semua barang yang dipegangnya najis. Uang yang dipegang untuk membayar ikut najis. Penjual yang menerima uang najis tersebut ikutan najis juga. Lalu semua barang yang disentuh penjual tersebut juga najis. Kalau ada pembeli lain yang membeli bahan makanan yang sebelumnya telah disentuh oleh wanita najis tadi, maka yang najis tidak hanya bahan makanan tersebut tetapi juga pembeli yang tidak tahu apa-apa tersebut. Sampai di rumah, setelah di masak, yang dihasilkan adalah makanan najis. Anggota keluarga dan semua yang makan, ikut najis juga. Kalau mereka salaman atau menyentuh orang lain, mereka jadi najis. Dan seterusnya. Dengan demikian, hidup menjadi sangat kompeks dan penuh beban karena semua orang boleh dikatakan najis, entah dirinya sadar atau tidak, tahu atau tidak.

Nah, situasi semacam inilah yang hendak dibongkar oleh Yesus. Ia hendak membebaskan para pengikutnya dari hukum dan adat-istiadat yang membebani dan membuat hidup tidak happy. Ia menegaskan bahwa menyentuh sesuatu yang najis itu tidak membuat orang ketularan najis. Maka, Yesus menyentuh dan menyembuhkan orang kusta (Luk 5:12-16), membiarkan diri disentuh wanita yang sakit pendarahan (Luk 8:44-48), Ia juga menyentuh mayat dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; 8:54). Bagi-Nya, juga tidak ada makanan yang haram dan menajiskan, sebab "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (Mat 15:11). Di sini, Yesus menegaskan bahwa yang membuat orang itu najis, sehingga dirinya kotor, tercemar, tidak bersih dan tidak suci bukanlah makanan yang dimakannya tetapi hal-hal jahat yang keluar dari mulut. Kata-kata tidak baik yang kita ucapkan, seperti sumpah serapah, umpatan, penghinaan, kutukan dan ungkapan kebencian atau kemarahan yang lain, itulah yang menajiskan kita. Dan sekarang, hal itu tidak hanya terjadi melalui kata-kata lisan tetapi juga apa yang kadang/sering kita tulis di ruang publik, misalnya di facebook, twitter, dll. Maka, kita harus berhati-hati dalam berkata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, supaya jangan menjadikan kita sendiri najis sehingga dijauhi dan dihindari orang lain.

Doa: Tuhan, berilah kami kebijaksanaan dalam bertutur kata, baik secara lisan maupun tulisan. Amin. -agawpr-

Selasa, 05 Agustus 2014 Hari Biasa Pekan XVIII

Selasa, 05 Agustus 2014
Hari Biasa Pekan XVIII
 
“Kediaman hina dalam hati kita ini merupakan bait kesucian bagi Tuhan!” (Barnabas)
   
Antifon Pembuka (Yer 30:22)
 
Kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu.

Doa Pagi

Tuhan, Engkau selalu mencintaiku walau tak jarang aku melakukan hal-hal yang mengecewakan Engkau. Semoga pengampunan-Mu yang tak kenal batas ini dapat kulakukan pula terhadap siapa saja yang mengecewakan diriku hari ini. Buatlah aku sabar dan menyadari bahwa diriku tidak lebih baik dari orang lain. Amin.
 
Walaupun kelihatannya murka atas dosa dan ketidaktaatan Israel, namun Allah masih tetap mengasihani dan menyayangi mereka. Dia tidak meninggalkan mereka dan tetap menyertai bahkan memulihkan keadaan mereka.
 
Bacaan dari Kitab Yeremia (30:1-2.12-15.18-22)

Tuhan bersabda kepada Yeremia demikian, “Beginilah sabda Tuhan, Allah Israel, ‘Tulislah segala perkataan yang telah Kusabdakan kepadamu dalam sebuah kitab’.” Beginilah sabda Tuhan tentang Israel, “Penyakitmu sangat parah, lukamu tak tersembuhkan! Tiada orang yang membela hakmu, tiada obat untuk bisulmu, tiada kesembuhan lagi. Sungguh, Aku telah memukul engkau dengan pukulan musuh, dan dengan hajaran yang bengis, karena kesalahanmu banyak dan besarlah jumlah dosamu! Mengapa engkau berteriak karena penyakitmu? Mengapa engkau mengaduh karena kepedihanmu sangat payah? Karena kesalahanmu banyak, dan dosamu besar jumlahnya, maka Aku telah melakukan semuanya ini kepadamu.” Dan beginilah sabda Tuhan selanjutnya, “Sesungguhnya, Aku akan memulihkan keadaan kemah-kemah Yakub, dan akan mengaasihani tempat-tempat tinggalnya. Kota itu akan dibangun kembali di atas reruntuhannya, dan purinya akan berdiri di tempatnya yang asli. Nyanyian syukur akan terdengar dari antara mereka, juga suara orang yang bersukaria. Aku akan membuat mereka berlipatganda, dan mereka tidak akan berkurang lagi. Aku akan membuat mereka dipermuliakan, dan mereka tidak akan dihina lagi. Anak-anak mereka akan menjadi seperti dahulu kala, dan perkumpulan mereka akan tinggal tetap di hadapan-Ku. Aku akan menghukum semua orang yang menindas mereka. Orang yang memerintah atas mereka akan tampil dari antara mereka sendiri. Dan orang yang berkuasa atas mereka akan bangkit dari tengah-tengah mereka. Aku akan membuat dia maju dan mendekat kepada-Ku. Sebab siapakah yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk mendekat kepada-Ku?” demikianlah firman Tuhan. Maka kamu akan menjadi umat-Ku, dan Aku akan menjadi Allahmu.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan 
Ref. Tuhan akan membangun Sion dan menampakkan diri dalam kemuliaan.
Ayat. (Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23)
1. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
2. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi, untuk mendengarkan keluhan orang tahanan, dan membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.
3. Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu. Supaya nama Tuhan diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem apabila para bangsa berkumpul bersama-sama dan kerajaan-kerajaan berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Rabi, Engkau Anak Allah, Engkaulah raja Israel. Alleluya.

Walaupun kelihatannya melanggar adat istiadat nenek moyang, namun Yesus sebenarnya mau menunjukkan sebuah kebenaran yang telah tertutup akibat perhatian berlebihan terhadap tata adat istiadat itu sendiri. Yesus menyampaikan pemulihan dan pembenahan.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (15:1-2, 10-14)
 
Sekali peristiwa datanglah kepada Yesus beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem. Mereka berkata, “Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.” Yesus lalu memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka, “Dengarkan dan camkanlah, bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Maka datanglah para murid dan bertanya kepada Yesus, “Tahukah Engkau bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang Farisi?” Tetapi Yesus menjawab, “Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di surga, akan dicabut sampai akar-akarnya. Biarkanlah mereka itu. Mereka itu orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lubang.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus
 
Renungan
 
Penyesatan di zaman ini sering terjadi karena orang salah menempatkan hal-hal yang rohaniah dengan yang jasmaniah. Hal-hal yang rohaniah harus mengatasi hal-hal jasmaniah termasuk urusan mencuci tangan dan melakukan adat istiadat. Orang-orang Yahudi ternyata salah mengerti. Mereka menempatkan hal-hal fisik dan jasmaniah melampaui hal-hal rohaniah. Itu sebabnya Yesus marah. Yesus pun akan marah jika kita melakukan hal yang sama. Sebab dengan begitu kita menomorduakan apa yang sangat penting dalam hidup beriman kita. Sebelum Tuhan marah pada kita, mari kita tempatkan Dia di atas segala-galanya.

Doa Malam

Tuhan, ajarlah aku bersikap baik, bertutur bahasa lemah lembut seperti hati-Mu yang penuh cinta kasih. Berkatilah aku agar dapat melaksanakannya secara spontan tanpa menimbang-nimbang untung dan rugi, juga tanpa memandang rupa dan mencari balas jasa. Amin.
RUAH

"Setelah orang banyak itu disuruh pergi Yesus mendaki bukit untuk berdoa seorang diri."

Senin, 04 Agustus 2014
Peringatan Wajib St. Yohanes Maria Vianney, Imam
 
Yer 28:1-17; Mzm 119:29.43.79.80.95.102; Mat 14:22-36
 
"Setelah orang banyak itu disuruh pergi Yesus mendaki bukit untuk berdoa seorang diri."
 
Kematian seorang saudara tentu membawa rasa sedih dan kehilangan. Yesus pun mengalami hal yang sama. Setelah mendengar kematian sepupu-Nya, Yohanes Pembaptis, Yesus menyingkir dan hendak mengasingkan diri ke tempat yang sunyi (Mat 14:12-13). Tentu, maksud Yesus adalah untuk berdoa. Namun, orang banyak mengikuti-Nya. Mereka membutuhkan-Nya. Maka, didorong oleh belas kasih, Ia tidak jadi berdoa tetapi melayani mereka dan menyembuhkan yang sakit (Mat 13:14). Ketika hari sudah malam dan mereka kelaparan, Yesus tidak menyuruh mereka pergi begitu saja dengan perut lapar, tetapi Ia memberi mereka makan (Mat 13:16-21). Baru, setelah mereka kenyang, Yesus menyuruh mereka pulang (Mat 14:22). Yesus pasti sudah capek. Namun, Ia tidak lupa akan niat-Nya semula. Berdoa. Maka, setelah para murid mendahului-Nya ke seberang dan orang banyak itu pulang, Yesus segera naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri sampai kira-kira jam 3 (Mat 14:23-25). Setelah berdoa, Ia kembali bersama para murid, yang ternyata butuh perlolongan-Nya karena kapal mereka diombang-ambingkan gelombang laut (Mat 14:24-32).

Demikianlah, doa yang benar tidak terpisah dari realitas hidup sehari-hari. Doa bukanlah tempat untuk mengasingkan diri dari realitas hidup. Doa yang otentik berisi pengalaman hidup yang nyata dan sekaligus meresapi serta menjadi daya untuk menghadapi kenyataan hidup sehari-hari. Dalam doa-Nya, Yesus tidak hanya membawa kesedihan-Nya atas kematian Yohanes Pembaptis, tetapi juga atas kekejaman yang dilakukan penguasa Herodes. Yesus tidak meninggalkan orang banyak yang membutuhkan-Nya dengan alasan untuk berdoa. Maka, Ia tetap melayani mereka. Namun, Ia juga tidak lalu lupa berdoa dengan alasan terlalu capek dan sibuk melayani. Maka, setelah karya pelayanan-Nya hari itu selesai, Ia berdoa. Tidak hanya sebentar tetapi lama. Yesus sungguh menyadari bahwa keduanya, antara doa dan pelayanan, tidak boleh dipisahkan. Keduanya saling mengisi.

St. Yohanes Maria Vianney, yang kita peringati hari ini, sungguh menghayati pola hidup Yesus tersebut. Ia menjadikan doa, terutama Ekaristi sebagai sumber dan pusat hidup rohani dan pelayanan pastoralnya. Ia berkata, “Segala perbuatan-perbuatan baik digabung menjadi satu masih tidak sebanding dengan Kurban Misa, sebab perbuatan-perbuatan baik itu adalah karya manusia, sedangkan Misa Kudus adalah karya Allah.” Dalam misa, kita membawa dan mempersembahkan kepada Tuhan seluruh pengalaman hidup kita sekaligus menimba kekuatan dari Tuhan melalui Sabda-Nya, Tubuh-Nya dan berkat-Nya yang diberikan kepada kita.

Doa: Tuhan, ingatkanlah kami untuk menghayati secara seimbang dan sebagai satu kesatuan tak terpisahkan antara kehidupan rohani kami, khususnya Ekaristi, dengan aktivitas, pekerjaan dan pelayanan kami sehari-hari. Amin. -agawpr-

Senin, 04 Agustus 2014 Peringatan Wajib St. Yohanes Maria Vianney, Imam

Senin, 04 Agustus 2014
Peringatan Wajib St. Yohanes Maria Vianney, Imam
 
Umat beriman harus memberi kesaksian tentang nama Allah, dengan mengakui imannya tanpa takut Bdk. Mat 10:32; 1 Tim 6:12.. Khotbah dan katekese harus diresapi dengan penyembahan dan penghormatan terhadap nama Tuhan Yesus Kristus. (Katekismus Gereja Katolik, 2145)
   

Antifon Pembuka (Mzm 131:9)
 
Semoga para imam-Mu berpakaian kesucian, dan umat-Mu bersorak kegirangan.

Doa Pagi


Allah Bapa kami maha pengasih, tetapkanlah hati kami di saat harus mengalami kesulitan dalam mewartakan kebenaran-Mu. Tambahkanlah iman, harap dan kasih-Mu kepada kami agar hidup kami berkenan kepada-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan dari Kitab Yeremia (28:1-17)
   
    
"Hai Hananya, Tuhan tidak mengutus engkau! Engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta."
     
Peristiwa ini terjadi di Kota Yerusalem pada awal pemerintahan Zedekia, raja Yehuda, yaitu dalam bulan yang kelima tahun yang keempat. Nabi Hananya bin Azur, yang berasal dari Gibeon, berkata kepadaku di rumah Tuhan, di depan mata imam-imam dan seluruh rakyat, "Beginilah sabda Tuhan semesta alam, Allah Israel, 'Aku telah mematahkan penindasan raja Babel. Dalam dua tahun ini segala perkakas rumah Tuhan yang telah diambil dari rumah ini oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang diangkutnya ke Babel, akan Kukembalikan ke tempat ini. Juga Yekhonya bin Yoyakim, raja Yehuda, beserta semua orang buangan dari Yehuda yang dibawa ke Babel akan Kukembalikan ke tempat ini, demikianlah sabda Tuhan! Sungguh, Aku akan mematahkan penindasan raja Babel itu!" Lalu berkatalah Nabi Yeremia kepada Nabi Hananya di depan para imam dan seluruh rakyat yang berdiri di rumah Tuhan. Kata nabi Yeremia, "Amin! Semoga Tuhan berbuat demikian! Moga-moga Tuhan menepati perkataan-perkataan yang kaunubuatkan itu dengan mengembalikan perkakas-perkakas rumah Tuhan dan semua orang buangan dari Babel ke tempat ini. Hananya, dengarlah perkataan yang akan kukatakan kepadamu dan kepada seluruh rakyat ini. Nabi-nabi yang ada sebelum aku dan sebelum engkau dari dahulu kala telah bernubuat kepada banyak negeri dan terhadap kerajaan-kerajaan yang besar tentang perang dan malapetaka dan penyakit sampar. Tetapi mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh Tuhan." Kemudian Nabi Hananya mengambil gandar yang terpasang pada tengkuk nabi Yeremia, lalu mematahkannya. Berkatalah Hananya di depan mata seluruh rakyat itu. "Beginilah sabda Tuhan, 'Dalam dua tahun ini begitu jugalah Aku akan mematahkan kuk Nebukadnezar, raja Babel, dari pada tengkuk segala bangsa!" Kemudian pergilah nabi Yeremia dari sana. Dan sesudah nabi Hananya mematahkan gandar dari pada tengkuk nabi Yeremia, bersabdalah Tuhan kepada Yeremia, "Pergilah dan katakanlah kepada Hananya, 'Beginilah sabda Tuhan: Engkau telah mematahkan gandar kayu, tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai gantinya! Sebab beginilah sabda Tuhan semesta alam, Allah Israel, 'Kuk besi akan Kutaruh ke atas tengkuk segala bangsa ini, sehingga mereka takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel. Sungguh, mereka akan takluk kepadanya! Malahan binatang-binatang di padang telah Kuserahkan kepadanya." Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya, "Dengarkanlah, hai Hananya! Tuhan tidak mengutus engkau, dan engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta. Sebab itu beginilah sabda Tuhan, 'Sungguh, Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi. Tahun ini juga engkau akan mati, sebab engkau telah menghasut rakyat murtad kepada Tuhan." Maka matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga, pada bulan yang ketujuh.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 119:29.43.79.80.95.102; R: 68)
1. Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah aku Taurat-Mu.
2. Janganlah sekali-kali mencabut firman kebenaran dari mulutku, sebab aku berharap kepada hukum-hukum-Mu.
3. Biarlah berbalik kepadaku orang-orang yang takut kepada-Mu, orang-orang yang tahu peringatan-peringatan-Mu.
4. Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan-ketetapan-Mu, supaya jangan aku mendapat malu.
5. Orang-orang fasik menantikan aku untuk membinasakan aku; tetapi aku hendak memperhatikan peringatan-peringatan-Mu.
6. Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.
   
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Rabi, Engkau Anak Allah, Engkaulah raja Israel.
        
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (14:22-36)


Sekali peristiwa, setelah mengenyangkan orang banyak dengan roti, Yesus segera menyuruh murid-murid-Nya naik perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh pergi Yesus mendaki bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia seorang diri di situ. Perahu para murid sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Melihat Dia berjalan di atas air, para murid terkejut dan berseru, “Itu hantu!” Dan mereka berteriak ketakutan. Tetapi Yesus segera menyapa mereka, kata-Nya, “Tenanglah! Akulah ini, jangan takut!” Lalu Petrus berseru, “Tuhan, jika benar Tuhan sendiri, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air.” Kata Yesus, “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasakannya tiupan angin kencang, Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam lalu berteriak, “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya memegang dia dan berkata, “Orang kurang percaya! Mengapa engkau bimbang?” Keduanya lalu naik ke perahu dan redalah angin. Dan mereka yang ada di perahu menyembah Dia, katanya, “Sungguh, Engkau Anak Allah.” Setibanya di seberang mereka mendarat di Genesaret. Begitu Yesus dikenal oleh orang-orang setempat, mereka memberithukannya ke seluruh daerah. Maka semua orang sakit dibawa kepada-Nya. Mereka memohon, supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah Dia menjadi sembuh.

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan

   
Sudahkah kita percaya, dan berserah diri sepenuhnya kepada Yesus? Injil hari ini mengajak kita untuk tidak perlu takut secara berlebih akan suatu hal pun di dunia ini. Kita semua telah menjadi warga Gereja Katolik karena rahmat baptisan. Karena rahmat Baptisan kita bersatu dan menerima Kristus. Menerima Kristus akan melibatkan banyak konsekuensi, salah satu hal yang sering kita lupakan adalah untuk tidak pernah takut (secara berlebih) akan suatu hal pun di dunia.

St Petrus percaya kepada Yesus, karena imannya akan Yesus ia berjalan di atas air. Mukjizat ini bukan karena Petrus itu orang kudus, tetapi pertama – tama Iman dalam Kristus yang mengerjakan mukjizat ini, dan terutama dalam rahmat yang dianugerahkan Kristus kepadanya. Selang beberapa waktu kemudian, karena angin ribut sempat datang menghempas badannya, Petrus terjatuh dan meminta tolong, dan Yesus menolongnya. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di air, semua situasi tampak biasa saja dan St Petrus tidak ragu untuk berjalan di atas air. Ini mirip dengan gambaran hidup kita, ketika situasi tampak biasa – biasa saja, hati kita tenang, rileks, tak ada yang dipikirkan. Lain cerita, ketika angin menghempas St Petrus, Petrus ketakutan, ketakutannya sedikit membuat St Petrus lupa akan imannya akan Kristus. Ketakutanlah yang meliputi St Petrus, tidak lagi imannya yang menerangi jalan-jalannya dan yang membuat dia mampu berjalan di atas air. Hidup kita pun seperti itu, sekali suatu peristiwa yang tidak meng-enakkan datang menghampiri, kita akan runtuh, ketakutan menyelubungi hidup kita, kita lupa dan tidak lagi berpikir tentang Yesus, sang Gembala, Guru dan Penyelamat.

Dalam situasi yang menakutkan, kurang meng-enakkan, kita harus belajar menerima dan mengolah semua realitas kehidupan, sehingga kita dapat menjadi pribadi yang tahan uji dan bijaksana. Tetapi, tidak dapat berhenti sampai disitu saja, kita memerlukan iman, iman kepada Yesus. Iman kepada Yesus akan menjernihkan dan menerangi langkah hidup kita, sehingga tidak ada lagi ketakutan yang berlebih, kekhawatiran yang sia-sia dan pemikiran yang bukan – bukan. Iman kepada Yesus memberikan kepada kita harapan bahwa ketika kita mau menerima dan mengolah semua ketakutan dan kegelisahan hidup, maka Yesus akan menyertai hidup kita senantiasa, dan tidak akan meninggalkan kita seorang diri seperti anak sebatang kara. Menerima Yesus juga tidak boleh sekedar ketika permasalahan dan kegelisahan hidup itu datang, tetapi setiap saat dan setiap waktu. Mari, kita belajar untuk menerima Yesus dan menjadi cerminan pribadi Kristus!
   
Deus Providebit

"Sambil menengadah ke langit diucapkan-Nya doa berkat, dibagi-bagi-Nya roti itu dan diberikannya kepada murid-murid-Nya. Para murid lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak."

Minggu, 03 Agustus 2014
Hari Minggu Biasa XVIII

Yes 55:1-3; Mzm 145:8-9.15-16.17-18; Rm 8:35.37-39; Mat 14:13-21

"Sambil menengadah ke langit diucapkan-Nya doa berkat, dibagi-bagi-Nya roti itu dan diberikannya kepada murid-murid-Nya. Para murid lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak."

Perikup Injil ini seringkali diberi judul "Mukjizat Penggandaan Roti". Memang, kendati tidak kata "menggandakan" yang menunjuk pada tindakan Yesus, namun faktanya Ia membuat 5 roti dan 2 ikan cukup untuk memberi makan 5000 orang lebih, bahkan sisa. Ketika banyak orang kelaparan, para murid mengusulkan 2 solusi: menyuruh mereka PERGI supaya MEMBELI roti. Yesus tidak menerima usul mereka. Ia tidak menyuruh mereka pergi, pun tidak meminta mereka membeli roti. Ia memberi perintah tegas kepada para murid: "Kamu harus memberi mereka makan!" Para murid berbicara mengenai MEMBELI, sementara Yesus bicara soal MEMBERI. Bagaimana caranya? Para murid yang mempunyai hanya sedikit makanan, hanya 5 roti dan 2 ikan, diminta oleh Yesus agar mereka rela menyerahkannya kepada-Nya. "Bawalah kemari", kata-Nya. Maka, Yesus mengambil 5 roti dan 2 ikan tersebut lalu mengucapkan DOA BERKAT dan MEMBAGI-BAGIKANNYA kepada para murid dan para murid MEMBAGI-BAGIKANNYA kepada orang banyak. Nah, saya rasa di sinilah kuncinya: Yesus mengadakan mukjizat penggandaan roti dengan 3 langkah. Pertama, meminta kesediaan para murid untuk menyerahkan kepada-Nya 5 roti dan 2 ikan yang mereka miliki; kedua, Ia memberkati ke-5 roti dan ke-2 ikan tersebut; dan ketiga lalu membagi-bagikannya kepada para murid untuk diteruskan kepada orang banyak yang berkumpul.

Apa yang dilakukan Yesus ini, selalu kita ulang setiap kali kita merayakan Ekaristi. Dalam Doa Syukur Agung, khususnya pada bagian kosekrasi atas roti, kita melakukan persis yang dibuat Yesus sebagai kenangan akan Dia. Kemudian, dalam komuni, roti ekaristi itu pun dibagikan kepada kita. Bagi kita, roti itu bukan sekedar memenuhi rasa lapar kita akan Tuhan tetapi juga memberi kekuatan kepada kita untuk menjadikan kita sendiri sebagai "roti yang dibagi-bagikan". Artinya, setelah kita menerima roti ekaristi, yakni Tubuh Kristus sendiri, yang dibagikan kepada kita, kita pun juga harus berbagi. Membagikan sedikit yang kita miliki, seperti halnya yang dilakukan para murid, supaya Tuhan memberkatinya dan menjadikannya berlipat ganda sehingga bisa mencukupi kebutuhan kita bersama orang lain.

Berkaitan dengan berbagi ini, saya mempunyai pengalaman menarik bersama teman-teman Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia, yang tahun ini genap berusia 12 tahun dan resmi menjadi Yayasan. Tahun 2011 lalu, saya mulai bergabung tetapi belum sebagai donatur, baru sebagai pendamping/pembimbing rohani. Baru mulai tahun 2014 kemarin, saya tergerak untuk juga ikut serta menjadi donatur. Kakak saya sempat heran, "Adekku kuwi duwe duwit seka ngendi, wong studi". Memang! Tahun 2013/2014 saya mempunyai 45 anak asuh dengan total beaya Rp 14.640.000,00 untuk setengah semester. Apa yang saya lakukan hanyalah mengetuk hati saudara/saudari saya yang setiap hari menerima BBM renungan harian. Ternyata cukup banyak dari saudara/saudari saya itu yang sangat antusias untuk bergabung dan berbagi. Ada yang per bulan memberikan 30.000, 50.000, 75.000, 100.000, sampai 300.000. Akibatnya, terkumpul dana Rp 20.913.901,00 sehingga ada sisa Rp 6.273.901,00. Benar-benar seperti mukjizat penggandaan roti seperti kisah dalam Injil hari ini. Selain itu, beberapa saudara/saudari saya lainnya juga tergerak untk memberikan donari langsung ke AAT. Artinya, mereka melakukan registrasi langsung sebagai donatur dan secara langsung pula memilih anak asuh. Bahkan, di luar yang rutin tersebut, masih ada beberapa yang secara tidak rutin juga memberikan donasinya untuk disalurkan bagi anak-anak mahasiswa. Tahun Ajaran 2014/2015 ini, saya pun melanjutkan gerakan berbagi sekaligus dengan menambah jumlah anak menjadi 50 anak asuh. Puji Tuhan, saudara/saudari yang tahun lalu sudah berbagi, tahun ini bersedia melanjutkan dan masih ditambah beberapa saudara/saudari lain. Hari ini, masih 528 anak yang belum mendapatkan donatur untuk Tahun Ajaran 2014/2015 ini. Namun, saya percaya bahwa saat ini juga Tuhan Yesus sedang mengerjakan mukjizat "penggandaan roti" melalui kesediaan kita untuk mempersembahkan kepada-Nya dan membagikan kepada sesama dari sedikit yang kita miliki.

Doa: Tuhan, Engkau bersabda, "Kamu harus memberi mereka makan!" Bukalah hati kami supaya kami pun tergerak oleh belas kasihan seperti Engkau, kemudian dengan penuh sukacita kami rela mempersembahkan kepada-Mu dan membagikan kepada sesama dari sedikit yang kami miliki. Amin. -agawpr-

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy