Minggu, 10 Agustus 2014
Hari Minggu Biasa XIX
Berlaku di luar Indonesia, pada keuskupan-keuskupan di mana perayaan
Hari Raya SP. Maria Diangkat ke Surga tidak dipindahkan pada tanggal 10
Agustus 2014
Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan
Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di
dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita. (1Yoh 3:24)
Antifon Pembuka (Mzm 74:20.19.22.23)
Ingatlah akan perjanjian-Mu, ya Tuhan, dan janganlah Engkau lupakan
umat-Mu yang tertindas. Bangkitlah ya Tuhan, belalah perkara-Mu,
janganlah Engkau lupakan seruan orang yang mencari Engkau.
Look to your covenant, O Lord, and forget not the life of your poor
ones for ever. Arise, O God, and defend your cause, and forget not the
cries of those who seek you.
Respice, Domine, in testamentum tuum, et animas pauperum tuorum ne
derelinquas in finem: exsurge Domine, et iudica causam tuam: et ne
obliviscaris voces quærentium te.
Doa Pagi
Allah Bapa yang Mahakuasa dan kekal, berkat pengajaran Roh Kudus kami
boleh menyebut Engkau: Bapa. Kobarkanlah dalam diri kami semangat
sebagai anak-anak-Mu, agar kami layak menerima warisan yang telah Engkau
janjikan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang
bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa,
Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (19:9a.11-13a)
"Berdirilah di atas gunung itu di hadapan Tuhan."
Sekali peristiwa, ketika Elia sampai di Gunung Horeb, masuklah ia ke
dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka berfirmanlah Tuhan
kepadanya, "Hai Elia, keluarlah dan berdirilah di atas gunung itu di
hadapan Tuhan!" Lalu Tuhan lewat. Angin besar dan kuat membelah
gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu mendahului Tuhan. Namun,
Tuhan tidak berada dalam angin itu. Sesudah angin itu datanglah gempa.
Namun, dalam gempa Tuhan pun tidak ada. Sesudah gempa menyusullah api.
Namun, Tuhan juga tidak berada dalam api itu. Api itu disusul bunyi
angin sepoi-sepoi basa. Mendengar itu, segeralah Elia menyelubungi
wajahnya dengan jubah, lalu keluar dan berdiri di depan pintu gua itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 815
Ref. Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan
Ayat. (Mzm 85:9ab-10.11-12.13-14; Ul: 9a)
1. Aku ingin mendengar apa yang hendak difirmankan Tuhan. Bukankah Ia
hendak berbicara tentang damai? Sungguh, keselamatan dari Tuhan dekat
pada orang-orang bertakwa, dan kemuliaan-Nya diam di negeri kita.
2. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan
berpelukan. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilah akan merunduk
dari langit.
3. Tuhan sendiri akan memberikan kesejahteraan, dan negeri kita akan
memberikan hasil. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan damai akan
menyusul di belakang-Nya.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (9:1-5)
"Aku rela terkutuk demi saudara-saudaraku."
Saudara-saudara, demi Kristus aku mengatakan kebenaran, aku tidak
berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat
berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan aku rela terkutuk dan
terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku menurut
daging. Sebab mereka itu adalah orang Israel. Mereka telah diangkat
menjadi anak Allah, telah menerima kemuliaan dan perjanjian-perjanjian,
hukum Taurat, ibadat dan janji-janji. Mereka itu keturunan bapa-bapa
leluhur, yang menurunkan Mesias sebagai manusia, yang mengatasi segala
sesuatu. Dialah Allah yang harus dipuji selama-lamanya. Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mzm 130:5)
Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (14:22-33)
"Tuhan, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air!"
Sesudah mengenyangkan orang banyak dengan roti, Yesus segera menyuruh
murid-murid-Nya naik perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara Ia
menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya
pulang, Yesus mendaki bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah
malam, Ia sendirian di situ. Perahu para murid sudah beberapa mil
jauhnya dari pantai, dan diombang-ambingkan gelombang karena angin
sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka dengan
berjalan di atas air. Melihat Dia berjalan di atas air, para murid
terkejud dan berseru, "Itu hantu!" Dan mereka berteriak-teriak
ketakutan. Tetapi, Yesus segera menyapa mereka, kata-Nya "Tenanglah!
Akulah ini, jangan takut!" Lalu Petrus berseru, "Tuhan, jika benar Tuhan
sendiri, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air."
Kata Yesus, "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di
atas air mendapatkan Yesus. Tetapi, ketika dirasakannya tiupan angin
kencang, Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam lalu berteriak,
"Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang
Petrus, dan berkata, "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau
bimbang?" Keduanya lalu naik ke perahu dan angin pun redalah. Dan mereka
yang ada di perahu menyembah Dia, katanya, "Sungguh, Engkau Anak
Allah!"
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Laut dalam Kitab Suci adalah lambang dari kekuatan akan kekacauan dan
kejahatan. Ternyata gelombang dahsyat itu takluk pada Sabda Yesus.
Masalah, tantangan dan hambatan akan ada dimana-mana dan kapan saja,
apalagi ketika orang setia pada imannya pasti akan menghadapi aneka
tantangan, hambatan atau masalah, yang tidak lain merupakan ‘gelombang
kehidupan’. Perahu adalah lambang Gereja. Sehingga, peristiwa itu
mengisahkan Gereja yang sedang menghadapi bahaya. Menurut keyakinan
orang Israel pun, laut atau danau merupakan tempat kekuatan jahat yang
selalu mengancam manusia. Karena itu para murid berteriak ketakutan:
"Itu hantu!", saat Yesus berjjalan di atas air. Yesus menenangkan mereka
dengan mewahyukan diri-Nya: "Aku ini, jangan takut!" Petrus belum yakin
sehingga meminta Yesus bersabda agar ia dapat berjalan di atas air dan
mendapatkan-Nya. Petrus pun berjalan di atas air. Namun ketika angin
bertiup, takutlah ia dan mulai tenggelam. Itu tanda bahwa imannya belum
mantap sehingga ia memohon pertolongan dari-Nya. Ia mengulurkan
tangan-Nya sebagai tanda bahwa Yesus siap menolong manusia. Yesus pun
naik ke perahu dan angin reda. Yesus campur tangan dalam kehidupan
manusia dan ancaman dari yang jahat dikalahkan.
Hidup orang beriman yang mencari Tuhan seperti berlayar ditengah badai.
Penuh tantangan dan perjuangan namun satu hal yang boleh diharapkan
adalah keikut settaan Tuhan dalam perjuangan itu. Kita mungkin jatuh,
gagal tetapi selalu ada Tuhan yang akan membangkitkan kita kembali. Pada
saat dibangkitkan kembali itulah kita merasakan kehadiran Tuhan secara
nyata dengan mukjizat-Nya.
Bagi Santo Paulus, mewartakan Kabar Gembira kepada orang lain, merupakan
tugas perutusan yang tidak mungkin bisa ditawar. Karena dia sungguh
yakin bahwa Allah menghendaki semua orang memperoleh keselamatan melalui
Yesus Kristus. Kemuliaan Yesus diraih dengan terlebih dahulu memikul
salib dan menanggung penderitaan. Yesus siap dan telah melakukannya.
Jika kita ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita pun mesti berani
mengalami banyak sengsara. Sebagai seorang Katolik, kita telah berada
dalam perahu keselamatan, yaitu Gereja Katolik. Meskipun kita umat
Katolik telah berada dalam perahu keselamatan itu, kita harus tetap
menjaga diri kita agar tetap layak beroleh keselamatan. Dengan kata
lain, kita umat Katolik harus bertahan sampai pada kesudahannya (Baca
Matius 10:22, 24:13; Markus 13:13) agar dapat selamat. Bertahan pada
kesudahannya di sini dapat bermakna kita tetap berada dalam Gereja
Katolik, tidak berbuat dosa berat dan sebagainya sehingga kita umat
Katolik tidak meninggal dalam keadaan berada di luar Gereja Katolik
(sekalipun KTP masih Katolik) atau dalam keadaan berdosa berat. Saat ini
pikiran dan perasaan kita ada bersama saudara-saudara kita di Suriah
dan Irak yang tertindas. Marilah kita berdoa untuk mereka dengan
keyakinan bahwa Tuhan dalam segala manifestasi-Nya hadir bersama mereka
dan menyelamatkan mereka dalam iman akan Gereja yang Satu, Kudus dan
Apostolik. Melalui pesan Injil Minggu Biasa XIX, ajakan Yesus cukup tegas dan jelas, dalam menghadapi badai
gelombang kehidupan yang dahsyat. Kita harus datang kepada Allah dengan
suatu keyakinan yang besar dan mantap serta membuang jauh-jauh segala
bentuk keraguan dan kebimbangan. Segera datang kepada-Nya jangan
menunda, karena Yesus akan segera mengulurkan tangan-Nya untuk
membantunya.Yesus selalu siap dengan sikap siap sedia “Akulah ini.
Jangan takut”.