| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Perhatian! Berkaitan dengan siaran Misa melalui media komunikasi (TV/Radio/Internet)

Tayangan streaming misa, baik live maupun rekaman diadakan sebagai tawaran bagi mereka yang karena satu dan lain hal (misalnya karena sakit, sedang terjadi bencana alam, contohnya banjir, akses ke gereja sulit/hujan abu) sehingga tidak dapat menghadiri Misa Kudus, agar mereka tetap dapat berpartisipasi dengan cara tertentu dalam perayaan Ekaristi yang diadakan dalam komunitas.

Mengikuti acara Misa yang ditayangkan di TV atau mendengarkan siaran misa di Radio bukan merupakan pengganti bagi mengikuti Misa di gereja dan dengan demikian, tidak memenuhi kewajiban untuk ketentuan menguduskan Hari Tuhan pada hari Minggu maupun pada Hari Raya Wajib Gereja.
  
Dalam perayaan tersebut, yang terjadi adalah Spiritual Communion (Komuni batin/ rohani) dan hal ini tidak dapat menggantikan kesempurnaan penerimaan Komuni secara nyata yaitu dengan menyambut Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan Kristus dalam Ekaristi. Kehadiran Yesus secara nyata dalam rupa roti dan anggur juga mensyaratkan tanggapan nyata dari Gereja-Nya dengan menyambutnya juga secara nyata, tentu bagi yang tidak terhalang untuk melakukannya (yang tidak dalam keadaan berdosa berat). Komuni kudus ini tidak dapat digantikan, ataupun direduksi menjadi Komuni spiritual melalui siaran Misa di TV atau Radio. Oleh karena itu, tidak mungkin suatu hari Gereja menjadi churchless dengan hanya mengadakan tayangan Misa secara virtual di TV, sebab perayaan Misteri Paskah Kristus dalam sakramen Ekaristi, justru merupakan tanda yang nyata kehadiran Kristus yang terus menyertai Gereja-Nya dan yang memberikan hidup ilahi-Nya kepada kita anggota-anggota-Nya sebagai penggenapan dari Yoh 6:51-58. Perayaan Ekaristi tidak dapat direduksi menjadi sekedar menayangkan bacaan Kitab Suci, homili dan perkataan konsekrasi. Tetapi kita juga diundang untuk menerima Ekaristi itu, yaitu Kristus yang hadir secara nyata dalam rupa Hosti Kudus itu. Hal ini yang tidak dapat digantikan dengan tayangan Misa secara virtual. Dalam hal lain, umat yang telah mengikuti Misa Kudus pada hari Minggu/Hari Raya di gereja masing-masing, atau sudah memiliki komitmen "Saya akan mengikuti misa jam .... di gereja....." tidak masalah menonton siaran tersebut, entah satu, dua kali atau lebih. Semoga dapat dipahami.



Diolah dari www.katolisitas.org dengan edit penyesuaian.

Prakata Bulan Kitab Suci Nasional 2014

 Bulan Kitab Suci Nasional 2014 ini merupakan tahun II dari tema umum gerakan Kitab Suci Nasional “Sabda Allah dalam Keluarga” (2013-2016). Adapun visi dari tema umum ini adalah “keluarga kristiani yang mendengarkan dan melaksanakan Sabda Allah dan meneruskan iman kristiani kepada anak-anak.” Tema tahun ini adalah “Keluarga Beribadah dalam Sabda.” Untuk mendalami tema ini, disiapkan tulisan yang memuat empat bahan pendalaman Kitab Suci untuk kategori dewasa: 
I. Keluarga sebagai tempat kehadiran Allah (Kej 18:1-15),
II. Ibadah keluarga sebagai sekolah iman (Ul 6:20-25),
III. Ibadah dan kehidupan (Am 5:20-27)
IV. Keluarga yang beribadah dalam Roh dan Kebenaran (Yoh 4:19-26).
Keluarga yang beribadah bersama mewujudkan terbangunnya Gereja Rumah Tangga (LG 11), di mana mereka tidak hanya ber-kumpul untuk semakin mengasihi, tetapi juga untuk berdoa bersama, mendengarkan firman, dan memohon kepada Tuhan. Indah sekali janji Tuhan, “Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga” (Mat 18:19). Hal ini terjadi karena Tuhan sendiri berkenan hadir dalam keluarga yang mau berkumpul dalam nama-Nya (bdk. Mat 18:20). Materi ini disusun dengan metode Lectio Divina, yakni pembacaan Kitab Suci yang direnungkan dengan tujuan untuk berdoa dari Kitab Suci dan hidup dari Sabda Allah. Bagian “Tujuan” dan “Gagasan Pokok” akan membantu pemandu dan peserta untuk melihat arah pendalaman teks. Bagian “penjelasan” tidak dimaksudkan untuk dibacakan semuanya, melainkan keterangan tambahan untuk memahami teks dengan lebih baik. Diharapkan pertanyaan informatif atas teks yang diajukan peserta dibicarakan bersama. Materi ini masih terbuka untuk disesuaikan dengan situasi-kondisi setempat. Akhirnya, saya ucapkan selamat merenungkan Firman bersama selama bulan kitab suci 2014 ini.

Seminari Tinggi Beato Giovanni Malang, 5 Februari 2014

Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr

Pertemuan I: Keluarga sebagai Tempat Kehadiran Allah

BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2014
KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA
oleh Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 2014

Pertemuan I: Keluarga sebagai Tempat Kehadiran Allah

TUJUAN:
1. Peserta mengimani kehadiran dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan berkeluarga, juga dalam aneka kesulitan konkret keluarga.
2. Peserta berusaha membangun Altar Rumah Tangga dalam kesempatan ibadah keluarga bersama.
3. Peserta menyadari dan menanggapi kehadiran Tuhan dalam diri sesama yang membutuhkan perhatian dan pertolongan kita.

GAGASAN POKOK:
 
Tuhan hadir dan menyertai perjalanan umat-Nya (bdk. Mat 28:20b). Dia tidak hanya hadir di tempat ibadah, tetapi juga di dalam keluarga Kristiani. Terlebih bila keluarga Kristiani sungguh berkumpul dalam nama-Nya, Tuhan berkenan hadir di tengahnya (Mat 18:20). Secara konkret hal ini nyata ketika anggota keluarga berkumpul, berdoa, dan mendengarkan Kitab Suci bersama. “Sebab dalam kitab-kitab suci Bapa yang ada di surga penuh cinta kasih menjumpai para putra-Nya, dan berwawancara kepada mereka, ” demikian penegasan para Bapa Konsili Vatikan II (DV 21). Dalam kesempatan ibadah keluarga, Tuhan sungguh hadir dan berfirman melalui sabda-Nya. Tuhan yang hadir dan menyertai perjalanan keluarga kita juga mengetahui setiap pergumulan dan masalah yang kita hadapi. Dia berkenan pula menanggapi harapan dan permohonan keluarga kita.
 
Demikian pula yang dialami oleh keluarga Abraham. Abraham telah percaya akan janji Tuhan bahwa dia akan dianugerahi banyak keturunan, melalui Sara, istrinya (Kej 15:4-5; Kej 17:6.16.19). Namun, janji itu tidak kunjung terpenuhi. Dalam perikop yang kita renungkan ini (Kej 18:1-15) Tuhan sendiri berkenan datang dan bertamu ke kemah Abraham untuk membawa kabar sukacita bahwa istrinya tahun depan akan melahirkan anak laki-laki. Suatu berita yang membuat Sara yang mandul itu tertawa dalam hati. Namun, bagi Allah tiada hal yang mustahil. Demikian pula, tiada yang mustahil bagi Allah untuk menyelesaikan setiap pergumulan keluarga kita. 
    
Hal yang menarik adalah Abraham tidak menyadari bahwa salah satu dari tamunya adalah Tuhan sendiri. Dengan antusias dia menyambut para tamunya yang membutuhkan pertolongan dan menyajikan hidangan berlimpah kepada mereka. Pelayanan yang murah hati ini berbuah dengan berita sukacita bagi keluarga Abraham. Maka penulis surat kepada orang Ibrani mengingatkan, “Jangan lupa kamu memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat” (Ibr 13:2). Kemurahhatian Abraham kepada para tamunya menggarisbawahi penegasan Tuhan Yesus pada saat pengadilan terakhir kelak, “Ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan” (Mat 25:35).

PENGANTAR

Bapak-ibu, selamat berjumpa kembali dalam pertemuan bulan kitab suci 2014. Tema BKSN kali ini adalah Keluarga beribadah dalam Sabda. Tentu sejak tahun lalu keluarga kita telah mengupayakan ibadah keluarga seminggu sekali. Dan sekarang kita akan mengikuti pertemuan BKSN selama empat kami, kiranya Firman Tuhan yang akan kita pelajari dan renungkan bersama akan membantu kita memahami lebih baik bagaimanakah ibadah yang dikehendaki Tuhan.

Pada pertemuan pertama ini kita akan merenungkan kehadiran Tuhan di dalam keluarga. Jadi, Tuhan tidak hanya bertakhta di surga, hadir dalam perayaan Ekaristi di gereja, tetapi juga berkenan hadir dalam keluarga kita masing-masing. Kita akan merenungkan pengalaman keluarga Abraham dalam Kej. 18:1-15, dimana Tuhan sendiri berkenan datang bertamu dan memberikan berkat-Nya. Mari sekarang kita menyiapkan hati.

DOA PEMBUKA

Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus mem-bangkitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567). 
         
Tuhan Yesus, Sang Imanuel, saat ini Engkau hadir di tengah kami karena kami berkumpul dalam nama-Mu. Bimbinglah kami dengan terang Roh Kudus-Mu agar dapat memahami kebenaran Firman-Mu. Engkau yang berkenan hadir dan menyertai perjalanan Gereja, kiranya juga berkenan menyertai perjalanan dan pergumulan keluarga kami masing-masing. Bantulah kami semakin menyadari dan mengalami Engkau yang hadir dalam setiap pergumulan keluarga kami. Sebab Engkaulah, Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

LECTIO

1. Membaca Teks (Kejadian 18:1-15)
Pembacaan teks bisa dilakukan dengan pemeranan: Narator (ay.1-2,7-8,10b-12a, dan pengantar beberapa dialog), Abraham (ay. 3-5a, 9b), ketiga tamu (ay. 5b, 9a), yang salah satunya adalah Tuhan (ay. 10, 13b-14, 15b), dan Sara (ay. 12, 15a). Lalu masing-masing peserta diberi kesempatan menyimak teks lagi untuk lebih memahami kisah ini.

2. Penjelasan
Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacakan. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:
1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks. 

Tamu Abraham (ay. 1-8). Peristiwa ini berlangsung di kemah Abraham, dekat pohon tarbantin di Mamre. Pohon tarbantin bukanlah jenis pohon tertentu, melainkan pohon besar yang di daerah kering, yang kerap dianggap sebagai pohon suci. Mamre berada dekat Hebron. Di sini Abraham telah mendirikan mezbah bagi Tuhan (Kej. 13:8). Di Hebron pula kelak Daud memerintah selama tujuh tahun enam bulan sebelum memerintah atas seluruh Israel (2Sam. 2:11).

Waktu itu siang hari, suasana panas terik sehingga Abraham duduk beristirahat di kemahnya. Mereka yang dalam perjalanan pun akan berteduh pada rerantingan pohon. Maka demi melihat ketiga orang di hadapan kemahnya, Abraham pun berlari menyongsong mereka. Dengan hormat ia menyapa mereka “tuanku” (3), “tuan-tuan” (4) dan menyebut
diri “hambamu” (5). Dia sujud sampai ke tanah sebagai ungkapan hormat menerima tamu agung. Namun, dia sama sekali tidak mengenal mereka, apalagi untuk menyadari bahwa salah satunya adalah Tuhan.

 Kepada ketiga orang itu dia menawarkan bantuan, bagi mereka akan diambilkan air untuk membasuh kaki dari debu (lih. Luk. 7:44-46), dipersilakan duduk istirahat di bawah pohon, dan menikmati roti agar kembali segar untuk melanjutkan perjalanan. Abraham mengecilkan tawarannya, padahal dia merencanakan suatu jamuan besar bagi mereka. Di antara bangsa pengembara merupakan suatu kehormatan besar bila bisa menerima dan menjamu orang asing di kemahnya. Ketiganya pun menerima tawaran Abraham.

 Antusiasme Abraham dalam menjamu tamu tampak dari 3 kali kata “segera” digunakan: ia segera ke kemah (ay. 6), meminta istrinya segera membuat roti (ay. 6) dan bagaimana bujangnya segera mengolah anak lembu empuk yang telah dipilihnya (ay. 7). Hidangan harus segera disiapkan. Para tamu tidak boleh terlalu lama menunggu.

 Kemurahan hati Abraham tampak dari jamuan mewah yang disiapkan. Roti bundar pipih berdiameter 45-an cm dari bahan tiga sukat (3 X 12 liter) tepung terbaik. Suatu jumlah yang banyak untuk tiga orang tamu. Demikian pula dipilihkan daging anak lembu yang empuk. Lalu Abraham sendiri bertindak sebagai pelayan meja. Sebagai sajian pembuka, dihidangkan
dadih dan susu. Dadih adalah air susu sapi/kambing yang telah dikentalkan, yang diperoleh bila susu ditumbuk dalam kulit kambing dengan sisa dadih yang lama (Ams. 30:33). Para pengembara biasanya tidak minum air anggur, tetapi minum air, maka bila kepada mereka dihidangkan susu cair (dari lembu, unta, atau kambing) berarti bagi mereka diadakan pesta. Baru kemudian disajikan hidangan pokok. Sedang mereka makan, Abraham berdiri dekat mereka dan siap melayani.

Pembaharuan Janji (ay. 9-15).
Bagian berikutnya menunjukkan siapa sebenarnya tamu Abraham itu. Sebab ketiganya mengenal nama istri Abraham (ay. 9). Salah satunya berkata bahwa tahun depan Sara akan mempunyai anak laki-laki (ay. 10). Tamu ini mengenal kerinduan keluarga ini dan bagaimana mereka menantikan janji Tuhan. Tamu itu juga mengetahui bahwa Sara yang berada di balik kemah tertawa dalam hati atas berita itu (ay. 12). Agaknya baru di sini Abraham menyadari bahwa Tuhan sendiri yang berkunjung ke kemahnya dan membawa kabar gembira. Tahun depan dia akan memiliki anak laki-laki dari Sara. Janji Tuhan dalam Kej 15:4-5; Kej 17:6.16.19 segera tergenapi. Memang Sara itu mandul (Kej 11:30) dan Abraham sendiri telah lanjut usia, sehingga Sara tertawa dalam hati atas pernyataan tamu mereka. Tetapi bagi Allah tiada hal yang mustahil. Tiada yang mustahil pula bagi Allah untuk menjadikan perawan Maria sebagai Bunda Penebus (Luk 1:37). Ketika Tuhan menanyakan ketidakpercayaan Sara yang tertawa dalam hati, Sara menyangkalnya. Tetapi Tuhan menegaskan bahwa Sara memang tertawa (ay. 15). Dari sinilah anak mereka kelak diberi nama “Ishak” (lih. Kej 21:6).

MEDITATIO

Pemandu mengajak peserta masuk dalam keheningan dengan mata terpejam, lalu membayangkan adegan yang telah dibaca bersama. Selanjutnya dalam hati mereka merenungkan beberapa pertanyaan berikut ini:
a. Apa saja yang bisa Anda teladan dari sikap Abraham?
b. Mengapa Sara tidak percaya? Bagaimana bila Anda menjadi Sara?
c. Apa yang harus dilakukan agar seluruh anggota keluarga selalu ingat akan kehadiran Tuhan di dalam rumah masing-masing.
d. Sejauh mana sikap murah hati pada sesama berhubungan dengan kehadiran Tuhan dalam keluarga? Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil permenungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagikan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu memberikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.

ORATIO

Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”

DOA PENUTUP

Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan. Kami bersyukur Tuhan bahwa Engkau sungguh berkenan hadir melalui Kitab Suci yang kami baca dan renungkan bersama. Engkau hadir pula di tengah keluarga kami dan mengerti segala persoalan dan pergumulan keluarga kami masing-masing. Kami serahkan segala kesulitan dan masalah keluarga kami ke dalam tangan-Mu dan kami percaya bagi-Mu tiada hal yang mustahil untuk menyelesaikannya. Bantu kami pula Tuhan, untuk menolong Engkau dalam diri mereka yang membutuhkan pertolongan kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

"Hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".

Jumat, 22 Agustus 2014
Peringatan Wajib SP Maria, Ratu

Yeh. 37:1-14; Mzm. 107:2-3,4-5,6-7,8-9; Mat. 22:34-40;

"Hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".

Ada dua hukum utama dan keduanya ada pada satu kata: kasih. Yang pertama adalah kasih kepada Tuhan dan yang kedua adalah kasih kepada sesama. Hukum yang kedua sama dengan yang pertama. Sebab, "tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan" (1 Yoh 4:20). Dengan kata lain, mengasihi sesama yang kelihatan adalah cara dan sarana yang paling utama bagi kita untuk mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan. Nah, siapakah sesama yang kelihatan itu? Ya siapapun yang kita lihat setiap hari, baik langsung maupun tidak. Yang dilihat secara langsung adalah siapa pun yang kita jumpai secara fisik, yang hidup bersama kita, yang bekerja bersama kita. Sedangkan yang dilihat secara tidak langsung adalah siapa pun yang hadir dan mengisi hidup kita, meski kita tidak berjumpa dan melihatnya secara fisik. Misalnya, saat ini saya jauh dari orangtua dan keluarga, namun saya marasakan kehadiran mereka dalam hidup saya meski saya tidak melihatnya secara fisik. Nah, sekarang bagaimana kita mengasihi mereka? Seperti kita mengasihi diri kita sendiri, kata Yesus. Kita pasti menginginkan, merencanakan, melakukan dan memberikan yang terbaik untuk diri kita sendiri, bukan? Maka, demikian pula: kita inginkan, kita rencanakan, kita lakukan dan kita berikan yang terbaik buat sesama kita. Dengan demikian, kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.

Doa: Tuhan, bimbinglah kami untuk mengasihi sesama kami seperti diri kami sendiri, yakni dengan hanya menginginkan, merencanakan, melakukan dan memberikan yang terbaik pada sesama kami. Amin. -agawpr-

Jumat, 22 Agustus 2014 Peringatan Wajib SP. Maria, Ratu

Jumat, 22 Agustus 2014
Peringatan Wajib SP. Maria, Ratu
 
"Kamu tidak dapat mengasihi kecuali melalui kerendahan hati." (St. Agustinus)

Antifon Pembuka (Mzm 44:10)

Permaisuri berdiri di sisi Baginda, pakaiannya beraneka warna dan selubungnya berkilau laksana emas.

Doa Pagi


Ya Allah, dalam diri Putra-Mu kami selalu mengalami betapa besar cinta-Mu kepada kami. Kami mohon, jiwailah kami dengan roh cinta kasih-Mu agar kami dapat mencintai Engkau dan sesama secara nyata, baik dalam pikiran, perkataan maupun tindakan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
   
Bacaan-bacaan dan Mazmur Tanggapan dari hari biasa, atau dari Rumus Umum SP. Maria, misalnya: Yes 9:1-6, Mzm 113:1-2.3-4.5-6.7-8; R: 2; Luk 1:26-38
      
Harapan Israel akan kehidupan dan kesejahteraan mereka telah musnah. Harapan itu telah mati seperti tulang-belulang. Namun, Allah mewahyukan harapan baru. Dia menjanjikan kehidupan baru bagi orang-orang Israel yang mau berpaut kepada-Nya.
  
Bacaan dari Kitab Yehezkiel (37:1-14)
   
"Hai tulang-tulang kering, dengarlah sabda Tuhan. Aku akan membangkitkan kalian dari dalam kubur, hai kaum Israel."
          
Pada suatu hari, kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang-tulang. Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering. Lalu Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?" Aku menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!" Lalu firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN! Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN." Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan kepadaku; dan segera sesudah aku bernubuat, kedengaranlah suara, sungguh, suatu suara berderak-derak, dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain. Sedang aku mengamat-amatinya, lihat, urat-urat ada dan daging tumbuh padanya, kemudian kulit menutupinya, tetapi mereka belum bernafas. Maka firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali." Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar. Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel. Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang. Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman TUHAN."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan
Ref. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab kekal abadi kasih setia-Nya.
Ayat. (Mzm 107:2-3.4-5.6-7.8-9; R:1)
1. Biarlah itu dikatakan orang-orang yang ditebus Tuhan, yang ditebus-Nya dari kuasa yang menyesakkan, yang dikumpulkan-Nya dari negeri-negeri, dari timur dan dari barat, dari utara dan selatan.
2. Ada orang-orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan; mereka lapar dan haus, jiwa mereka lemah lesu. 
3. Maka dalam kesesakannya berseru-serulah mereka kepada Tuhan dan Tuhan melepaskan mereka dari kecemasan. Dibawa-Nya mereka menempuh jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang. 
4. Biarlah mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, karena karya-karya yang ajaib terhadap anak-anak manusia; sebab Tuhan memuaskan jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan. 

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Tunjukkanlah lorong-Mu kepadaku, ya Tuhan, bimbinglah aku menurut sabda-Mu yang benar.
    
Yesus menegaskan kembali hukum utama dalam hukum Taurat adalah mengasihi Tuhan dan sesama. Kedua hukum ini menjadi kunci karena di satu sisi mengandung nilai pengakuan dan penghormatan akan Allah sebagai Sang Pencipta, Pemelihara dan Pengudus kehidupan. Di sisi lain, ada bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, karena manusia adalah citra Allah sendiri.
     
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:34-40)
  
"Kasihilah Tuhan Allahmu, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri."
       
Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membungkam orang-orang Saduki, berkumpullah mereka. Seorang dari antaranya, seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus hendak mencobai Dia, "Guru, hukum manakah yang terbesar dalam hukum Taurat?" Yesus menjawab, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan segenap akal budimu. Itulah hukum yang utama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
   
Renungan 

          
Mengasihi Tuhan dan sesama adalah hukum yang terutama bagi pengikut Kristus. Keduanya tak terpisah dan saling terkait satu dengan yang lain. Melalui Injil hari ini kita patut bertanya, “Apakah aku selama ini sudah hukum utama ini?” Atau sebaliknya, “Apakah aku lebih mencintai diriku sendiri sehingga tak ada tempat bagi Tuhan dan sesamaku?”
         
"Dalam keuskupan, yang dipercayakan kepada mereka, para Uskup sebagai pengganti para Rasul dengan sendirinya mempunyai segala kuasa biasa, khusus dan langsung, yang diperlukan untuk menjalankan tugas pastoral mereka. Tetapi selalu dan dalam segala hal tetap utuhlah kuasa, yang berdasarkan jabatannya ada pada Imam Agung di Roma, untuk mengkhususkan hal-hal tertentu bagi wewenangnya sendiri atau bagi kuasa gerejawi lainnya. Masing-masing Uskup diosesan dikuasakan untuk dalam perkara khusus memberi dispensasi dari hukum umum Gereja kepada Umat beriman, yang menurut kaidah umum berada di bawah wewenangnya, setiap kali menurut pertimbangannya hal itu berguna bagi kesejahteraan rohani mereka; kecuali bila oleh Kewibawaan Tertinggi Gereja hal itu telah dikecualikan secara khusus." (Dekrit Christus Dominus, 8)
    
Doa Malam
     
Yesus yang penuh kasih, kami percaya bahwa Roh-Mu senantiasa menyertai kami dalam segala usaha dan niat serta tingkah laku kami dalam mengabdi dan mengasihi Engkau serta sesama. Yesus terimalah persembahan diri kami di akhir hari ini. Amin.
          
RUAH

NYANYIAN PUN DOA

 
Syalom aleikhem. Minggu lalu, dalam Misa, kita merayakan Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam kebiasaan Gereja Katolik di Indonesia, HUT RI dirayakan sebagai solemnitas (‘hari raya’) seturut keputusan para uskup dalam MAWI (kini KWI, Konferensi Waligereja Indonesia) tahun 1972. HUT RI dirayakan juga dalam liturgi Gereja Katolik di Indonesia. Maksudnya, disyukuri dalam liturgi sebagai rahmat Allah bagi kita rakyat Indonesia ini.

Mengingat Misa kita Minggu lalu, mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa Misa tidak dipenuhi dengan aneka nyanyian wajib nasional yang khas 17-an, seperti: Hari Merdeka, Berkibarlah Benderaku, Andika Bayangkari dsb. Mengapa aneka nyanyian wajib nasional itu, oleh Tim Liturgi “terlarang” untuk dinyanyikan dalam Misa? Sepertinya pada tahun yang sudah-sudah, Misa dipenuhi dengan berbagai nyanyian khas agustusan; mengapa tahun ini tidak?

Jawabannya sederhana. Setidaknya ada 2 jawaban. Pertama, Misa bukanlah upacara bendera atau acara kenegaraan. Kedua, nyanyian liturgi berbeda dengan nyanyian wajib nasional. Di bawah ini penjelasannya.

Misa adalah kurban Kristus. Misa adalah perjamuan Tuhan. Misa adalah syukur yang agung atas karya Kristus. Dalam Misa, yang utama adalah Kristus. Ini berbeda bukan dengan upacara kenegaraan. Maka, aneh sekali kalau Kristus tidak “disebut” dalam nyanyian-nyanyian yang kita lantunkan. Nyanyian wajib nasional ‘kan tidak menyebut Kristus sama sekali. Selanjutnya, mari mengerti bahwa suatu nyanyian diciptakan untuk tujuan tertentu. Nyanyian profan, pop, juga nyanyian rohani sekalipun tidak begitu saja bisa dipakai untuk liturgi karena diciptakan BUKAN untuk liturgi. Ini intinya: Dalam liturgi, nyanyian pun adalah doa kepada Allah yang kita sembah. Jadi, jangan asal nyanyi, jangan asal ada lagu.

R.D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Imam Gereja Katolik Ritus Latin
untuk Keuskupan Bandung

"Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja."

Kamis, 21 Agustus 2014
Peringatan Wajib St. Pius X, Paus

Yeh. 36:23-28; Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Mat. 22:1-14.

"Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja."

 Kerajaan surga bukan hanya urusan masa depan setelah hidup kita di dunia ini berakhir, tetapi juga menyangkut hidup kita saat ini. Sebab, kerajaan surga sudah hadir di tengah-tengah kita. Oleh karena itu, hari ini kita berbicara dan merenungkan tentang kerajaan surga yang hadir di dunia ini, yakni dalam perjamuan Tuhan, Ekaristi. Santo Yohanes Paulus II, dalam Ensiklik Ecclesia de Eucharistia, no.19, mengatakan: "Sungguh Ekaristi adalah secercah penampakan surga di atas bumi. Ekaristi adalah seberkas sinar mulia dari Yerusalem surgawi yang menembus awan sejarah dan menerangi peziarahan kita". Bila kita merayakan Ekaristi dan menyambut Tubuh Kristus, kita mencicipi perjamuan surgawi sebagaimana dinyatakan oleh Yesus sendiri: "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman" (Yoh 6:54). Oleh karena itu, marilah kita sungguh-sungguh menghargai martabat luhur Ekaristi ini. Jangan sekali-kali kita menolak undangan Tuhan untuk hadir dan berpartisipasi dalam Ekaristi-Nya seperti orang-orang yang berdalih untuk tidak datang dalam perjamuan sang raja seperti diceritakan dalam Injil. 

  Kita tahu bahwa Misa Mingguan dan Hari Raya itu hukumnya wajib (Perintah Gereja no.2). Satu-satunya alasan yang dapat dibenarkan untuk tidak mengikuti Misa hari Minggu adalah karena sakit sehingga tidak mungkin untuk pergi ke Gereja. Tentu, jarak Gereja yang amat jauh sehingga tidak terjangkau, masih bisa dimaklumi. Namun, alasan kesibukan dan kemalasan, sama sekali tidak bisa diterima. Selain itu, tidak cukup bagi kita hanya sekedar datang saja ke Misa. Kita harus berpakaian pesta karena kita menghadiri perjamuan Tuhan. Tentu, pakaian pesta yang dimaksud di sini tidak sebatas pakaian yang pantas untuk beribadah dan menghadap Tuhan, tetapi juga hati, budi, dan badan kita yang sungguh-sungguh siap dan mau terlibat dalam perayaan itu. Sangat diharapkan agat dalam setiap Misa, kita terlibat secara penuh, sadar dan aktif (Sacrosanctum Concilium no.14). Artinya, kita mengikuti perayaan Ekaristi secara penuh dari awal sampai akhir dan menghayatinya dengan sepenuh hati, budi dan badan; disertai dengan pengertian dan pemahaman yang baik mengenai apa yang sedang kita lakukan, kita lihat dan kita dengar. Jadi kita tidak boleh pasif tetapi harus aktif: mengikuti tata gerak liturgi, menjawab aklamasi-aklamasi bagian umat, mendengarkan dengan penuh perhatian, ikut bernyanyi dan syukur kalau mau aktif juga sebagai petugas liturgi.

Doa: Tuhan, kami bersyukur karena melalui Ekaristi, kami boleh mencicipi perjamuan surgawi yang Kausediakan bagi kami. Semoga kami tidak pernah melewatkan setiap kesempatan untuk merayakan Ekaristi dan bantulah kami untuk menghayatinya dengan baik dan dengan keterlibatan yang penuh, sadar dan aktif. Amin. -agawpr-

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy