Minggu, 31 Agustus 2014
Hari Minggu Biasa XXII
Murid
Kristus harus mempertahankan iman dan harus hidup darinya, harus
mengakuinya, harus memberi kesaksian dengan berani dan melanjutkannya;
Semua orang harus “siap-sedia mengakui Kristus di muka orang-orang, dan
mengikuti-Nya menempuh jalan salib di tengah penganiayaan, yang selalu
saja menimpa Gereja” (Lumen Gentium 42, Bdk. Dignitatis Humanae 14).
Pengabdian dan kesaksian untuk iman sungguh perlu bagi keselamatan:
“Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan
mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barang siapa
menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan
Bapa-Ku yang di surga” (Mat 10:32-33). (Katekismus Gereja Katolik, 1816)
Antifon Pembuka (Mzm 85:3.5)
Kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang
hari. Engkau baik hati, ya Tuhan, dan suka mengampuni, kasih setia-Mu
berlimpah bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.
Have mercy on me, O Lord for I cry to you all the day long. O Lord,
you are good and forgiving, full of mercy to all who call to you.
Miserere mihi Domine, quoniam ad te clamavi tota die: quia tu Domine
suavis ac mitis es, et copiosus in misericordia omnibus invocantibus te.
Tobat 3 (bds. Mat 16:21-27)
Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah melaksanakan kehendak Bapa, sekalipun
diejek dan dicemooh orang, sebagaimana pengalaman Nabi Yeremia. Tuhan, kasihanilah kami.
Seluruh hidup-Mu merupakan ibadat kepada Tuhan, suatu liturgi hidup, sebab Engkau telah mengorbankan diri-Mu kepada Bapa. Kristus, kasihanilah kami.
Engkau telah bersabda, "Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya." Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pagi
Allah yang Mahakuasa, Engkaulah sumber dan asal segala yang baik.
Bangkitkanlah dalam diri kami kasih akan Dikau dan tambahkanlah iman
kami. Semoga Engkau memupuk benih-benih yang baik dalam diri kami dan
memeliharanya sampai menghasilkan buah. Dengan pengantaraan Yesus
Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh
Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepan-jang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yeremia (20:7-9)
"Firman Tuhan telah menjadi cela dan cemooh bagiku sepanjang hari."
Kata Nabi Yeremia, “Engkau telah membujuk aku, ya Tuhan, dan aku telah
membiarkan diriku Kaubujuk. Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau
menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semua orang
mengolok-olokkan aku. Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku
berteriak, terpaksa berseru, “Kelaliman! Aniaya!” Sebab firman Tuhan
telah menjadi cela dan cemooh bagiku sepanjang hari. Tetapi apabila aku
berpikir, ‘Aku tidak mau mengingat Tuhan, dan tidak mau mengucapkan
firman lagi demi nama-Nya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti
api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku
berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 2/2, PS 843
Ref. Jiwaku haus pada-Mu, Tuhan, ingin melihat wajah Allah.
Ayat. (Mzm 63:2.3-4.5-6.8-9; Ul: 2b, 2/4)
1. Ya Allah Engkaulah Allahku, kucari-cari dan kudambakan Engkau jiwaku
menghauskan Tuhanku laksana gurun gersang, tandus tanpa air.
2. Semoga hamba boleh memandang Tuhanku melihat kemuliaan-Mu yang besar
Cinta-Mu lebih berharga daripada hidup hendaknya mulutku memuji-Mu.
3. Demikianlah sepanjang hidupku aku hendak menghormati Engkau. Jiwaku
dikenyangkan dengan lemak dan sumsum, aku bersorak-sorai dan
memuji-muji.
4. Jiwaku melekat pada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku. Sungguh Engkau
melulu yang menolong dan di bawah sayap-Mu sentosalah aku.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (12:1-2)
"Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup."
Saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihati kamu, supaya
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus yang
berkenan kepada Allah. Itulah ibadahmu yang sejati! Janganlah kamu
menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, mana yang
baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Ef 1:17-18)
Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus menerangi mata hati kita, supaya
kita memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:21-27)
"Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya."
Sekali peristiwa Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus
pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak
tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan
dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping
dan menegur Dia, katanya, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal
itu sekali-kali takkan menimpa Engkau!” Maka Yesus berpaling dan
berkata kepada Petrus, “Enyahlah Iblis! Engkau suatu batu sandungan
bagi-Ku, sebab engkau memikirkan bukan yang dipikirkan Allah, melainkan
yang dipikirkan manusia.” Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Setiap orang yang mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul
salibnya dan mengikuti Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Tetapi barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya bagi seseorang
jika ia memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Apakah
yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan
datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya. Pada
waktu itu Ia akan membalas setiap orang setimpal dengan perbuatannya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Menyangkal adalah suatu tindakan yang tidak baik, karena seseorang
tidak dianggap setia kepada majikan atau hal-hal lain yang dipercayakan
kepadanya. Sehubungan dengan religiusitas, menyangkal dianggap sebagai
salah satu tindakan yang sangat tidak terpuji. Orang tersebut dianggap
tidak setia dan tidak berani menunjukkan sikap beriman pada
religiusitasnya.
Kelihatannya, menyangkal itu tidak selamanya negatif. Contohnya adalah
Injil hari ini. Yesus malah mengatakan bahwa syarat menjadi murid-Nya
adalah berani menyangkal. Tetapi, yang disangkal bukan hal-hal yang
datang dari luar diri, melainkan diri sendiri. Syarat ini dikatakan
Yesus kepada murid-Nya, Petrus, saat ia menegur-Nya waktu mengatakan
bahwa Ia akan pergi ke Yerusalem untuk menanggung banyak penderitaan
dan bahkan kematian.
Yesus seakan mau menyadarkan Petrus bahwa jika Ia menuruti keinginan
hati dan jika mau, Ia bisa tidak pergi ke Yerusalem untuk menghindari
penderitaan dan kematian tersebut. Memilih tempat paling enak dan
menyenangkan seringkali dianggap sebagai pilihan utama. Akan tetapi,
Yesus tidak mengikuti kecenderungan itu. Ia tidak memilih kenikmatan
hidup tersebut. Dalam konteks inilah Yesus mengajarkan kepada Petrus
agar sebagai pengikut-Nya, ia berani mengatakan “tidak” pada diri
sendiri.
Mengapa harus menyangkal diri sendiri? Mengapa berani mengatakan
“tidak” pada diri sendiri? Yesus seakan menyingkapkan rahasia
kemuridan. Rintangan untuk mencapai tujuan kemuridan bukan berasal dari
orang lain, melainkan dari diri sendiri. Pengaruh orang di sekitar,
godaan dari sesama, godaan setan dan lain sebagainya belum sebanding
dengan godaan yang berasal dari diri sendiri. Inilah yang merintangi
tujuan kemuridan.
Sehubungan dengan penyangkalan, salah seorang yang berhasil
melaksanakannya secara sempurna adalah Yeremia. Ia tidak bisa jatuh
pada bujukan dan rayuan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka
selalu mengolok-olok Yeremia karena ketaatannya untuk melaksanakan
firman Tuhan. Padahal, seandainya tidak taat kepada Tuhan, ia pasti
tidak akan diejek. Akan tetapi, Yeremia sadar akan tujuannya sebagai
nabi Tuhan, sehingga ia tidak sampai jatuh ke tangan para pembujuknya.
Ia berani mengatakan “tidak” demi tujuan itu, walau kelihatan suatu
kebodohan bagi orang lain (Yer 20:7-18).
Penyangkalan diri atau berani mengatakan “tidak” membutuhkan suatu
pendasaran kuat, yaitu iman. Inilah salah satu ujian bagi kedalaman
iman seseorang. Tidak jarang orang berpengaruh dan tergoda untuk
membuat suatu perbuatan yang merugikan iman. Tidak jarang orang berbuat
dosa karena tidak berani mengatakan “tidak” pada dirinya. Bahkan,
tidak jarang seorang Katolik pergi meninggalkan Gereja, karena tidak
berani mengatakan “tidak” pada pengaruh orang lain.
Bacaan hari ini, terlebih Injil, memberikan kepada kita suatu sikap
penyangkalan diri yang seharusnya dimiliki setiap orang. Seandainya
setiap orang bisa menyangkal diri atau berani mengatakan “tidak”,
kemuridan Yesus yang kita miliki akan terlaksana dengan sempurna. (Edison Tinambunan; RUAH)