| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Pertemuan III: Ibadah dan Kehidupan


BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2014
KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA
oleh Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 2014

Pertemuan III: Ibadah dan Kehidupan

TUJUAN:
1. Peserta menyadari bahwa ibadah sejati tidak berhenti pada urusan ritual, apalagi untuk “menyuap” Tuhan, tetapi harus berbuah dalam kehidupan sehari-hari yang diwarnai perilaku adil dan benar.
2. Peserta menyadari bahwa yang terutama dikehendaki oleh Tuhan adalah perwujudan semangat keadilan dan kebenaran dalam keluarga dan di masyarakat, dan tidak mudah berpuas diri dengan kesemarakan ritual ibadah dan kelimpahan persembahan.

GAGASAN POKOK:
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal ini tampak dari tempat ibadah yang terus dibangun dan selalu dipenuhi jemaat, terlebih saat hari raya. Di tempat-tempat umum pun aneka simbol keagamaan mudah kita jumpai. Namun, penuh sesaknya tempat ibadah dan kesemarakan ritual ibadah apakah sudah berpengaruh pada kehidupan bersama yang diwarnai keadilan dan kebenaran? Atau, jangan-jangan dalam masyarakat kita sebe-narnya terjadi proses sekularisasi, pembedaan antara praktek ritual di tempat ibadah dan pengamalan iman dalam kehidupan? Perayaan ibadah di Indonesia memang berlangsung meriah, namun mungkin belum berbanding lurus dengan perilaku benar, adil, jujur, dan kerelaan berkurban bagi sesama yang menderita. Bahkan korupsi kadang dianggap sebagai “budaya” dan tak jarang merasuk pula dalam lembaga keagamaan. Maka, perlu diwaspadai bila ibadah itu sebatas pemenuhan tindakan ritual sesuai norma yang digariskan, tetapi tidak berbuah dalam ibadah sosial dalam kehidupan sehari-hari. Orang mudah merasa puas diri bila sudah melakukan ritual ibadah secara semarak dan sedetail mungkin seturut rubrik-rubrik upacara yang telah ditentukan, namun hatinya belum juga tergerak untuk lebih memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Padahal Tuhan Yesus menghendaki bahwa melalui kita yang beribadah dan menyambut Ekaristi, berkat-Nya kita teruskan sehingga Sang Roti Hidup itu sungguh memberikan hidup bagi dunia di sekitar kita (lih. Yoh 6:51). Persoalan makin pelik, manakala ibadah justru dimaksudkan untuk menyuap Tuhan agar tidak murka atas perilaku kita yang bertentangan dengan se-mangat keadilan dan kebenaran. Dalam konteks inilah kritik Tuhan melalui nabi Amos perlu kita perhatikan. Amos menyatakan bahwa yang dikehendaki Tuhan bukanlah kelimpahan kurban persembahan ataupun kesemarakan ritual ibadah, melainkan perwujudan keadilan dan kebenaran. Ibadah se-mestinya menggerakkan orang semakin memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Umat Kerajaan Israel yang tidak mau mengindahkan peringatan Tuhan pun diancam akan dibuang ke negeri asing. Melalui nubuat Amos 5:21-27 ini kita diajak mengupayakan agar ibadah keluarga kita pun berbuah dalam perilaku adil dan benar. Kasih kepada Tuhan mesti mengalir pada kasih kepada sesama, dimulai di antara anggota keluarga kita dan selanjutnya meluas di tempat kerja, di gereja, dan di masyarakat.

PENGANTAR
   
Para saudara terkasih, beribadah kepada Tuhan merupakan ungkapan iman kita. Ketika beribadah kepada Tuhan kita membawa aneka persembahan dan menyemarakkan ibadah dengan nyanyi-an dan musik. Kita merasa puas dan senang bila ibadah kita berlangsung dengan khidmat, meriah, dan mengena di hati. Apakah cukup demikian? Dalam pertemuan ketiga ini kita akan merenungkan keterkaitan antara ibadah dan kehidupan. Kita akan merenungkan kritik Tuhan sendiri melalui nabi Amos 5: 20- 27. Ternyata Tuhan bisa menolak kurban persembahan dan ibadah yang meriah. Sebab yang paling dikehendaki Tuhan adalah perwujudan keadilan dan kebenaran. Ibadah Ritual mesti berbuah dalam ibadah sosial yang memperjuangkan keadilan sosial dan kasih kepada sesama yang menderita. Mari sejenak kita siap hati. 
 

DOA PEMBUKA
  
Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus mem-bangkitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567). 

        
Allah yang maha kuasa dan maha adil, kami bersyukur bahwa kami dapat senantiasa mendengarkan Firman-Mu dan beribadah kepada-Mu. Syukur pula atas Ekaristi Kudus yang senantiasa boleh kami rayakan bersama. Bantulah kami dengan rahmat-Mu agar mampu meneruskan berkat-Mu kepada semua orang yang kami jumpai. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin. 

LECTIO
  
1. Membaca Teks (Amos 5:21-27)

Teks Amos ini dapat dibacakan bergantian per ayat, satu orang satu ayat. Kemudian masingmasing menyimak teks kembali dengan membaca dalam hati.
2. Penjelasan
Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacaka. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:



1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks.
  
Nabi Amos semula adalah pemungut buah ara hutan (Am 7:14) dan peternak domba dari Tekoa, wilayah kerajaan Yehuda atau Kerajaan Selatan (Am 1:1). Dia diutus Tuhan untuk bernubuat di Kerajaan Israel atau Kerajaan Utara, semasa raja Yerobeam II (786-746 SM) menjadi raja Israel (bdk. 2 Raj 14:23-29). Pada masa Yerobeam II Kerajaan Israel mengalami kemakmuran. Orang-orang kaya memiliki rumah musim dingin dan musim panas, bahkan rumah-rumah gading (3:15) atau rumah-rumah dari batu pahat (5:11). Ada pula yang tidur di tempat tidur dari gading (6:4). Sementara wanita Samaria digambarkan sebagai lembu Basan yang mabuk kemewahan (4:1). Namun, kemakmuran yang dinikmati
segelintir orang itu tidak berdampak pada keadilan sosial. Demi uang maka orang benar dan orang miskin dijual (2:6). Perempuan-perempuan muda juga dilecehkan (2:7). Orang kaya dan berkuasa suka memeras orang lemah dan menginjak orang miskin (4:1). Keadilan bisa diubah dan kebenaran diabaikan (5:7). Para hakim mau menerima uang suap dalam pengadilan sehingga orang benar dan orang miskin pun terjepit (5:12). Perikop yang kita renungkan berbicara kritik Tuhan melalui Amos atas ibadah Israel yang tidak membawa dampak dalam keadilan sosial. 


Tuhan menolak Kurban Israel (ay. 21-23). Umat Israel suka dengan segala kemeriahan ibadah dan upacara kurban. Mereka beribadah di Betel dan di Gilgal (4:4). Di Betel terletak bait suci kerajaan (7:10), yang asal mulanya dikaitkan dengan mimpi Yakub di Betel (Kej 28:10-22), bahkan Abraham (Kej 12:8). Sementara bait suci di Gilgal menjadi pusat keagamaan di zaman Saul (1 Sam 11:15) dan Daud (2 Sam 19:15), dan masih dipakai pada zaman Amos (4:4, 5:5).
 

Orang Israel memang rajin mengikuti perayaan ibadah. Setidak-nya tiga kali setahun mereka diwajibkan menghadap Tuhan (bdk. Kel 23:14), yakni pada hari raya roti tidak beragi, Hari Raya Tujuh Minggu atau Pentakosta, dan hari raya pondok daun (lih. Im 23:4- 44). Di tempat ibadah itu orang Israel mempersembahkan kurban bakaran, kurban sajian, dan kurban keselamatan (Am 5:22). Kurban bakaran berupa lembu sapi, kambing domba, atau burung tekukur/ merpati disembelih lalu dibakar di mezbah (lih. Im 1). Kurban sajian berupa 12 roti dari gandum terbaik dalam dua susunan yang diganti setiap hari Sabat dan kemudian dimakan oleh para imam (bdk. Im 2). Sementara kurban keselamatan yang dimaksudkan sebagai ucapan syukur atau pembayaran nazar dilakukan dengan mempersembahkan lembu, atau kambing/domba (lih. Im 3). Aneka kurban persembahan yang menjadi kurban api-apian bagi Tuhan ini diyakini baunya akan menyenangkan hati Tuhan (Im 1:9.13.17; 3:5,dst). Mereka juga menyertai ibadah ini dengan kemeriahan nyanyian dan iringan lagu gambus nan merdu (Am 5:23). Mereka mengira bahwa dengan banyaknya kurban persembahan dan meriahnya ritual upacara maka Tuhan akan berkenan dan membuat hubungan mereka dengan Tuhan tetap baik. Namun sayang, ternyata kurban berlimpah dan ibadah meriah itu justru ditolak oleh Tuhan. Mengapa? 

Keadilan dan Kebenaran, Bukan Kurban (ay. 24-25). Sebenarnya bukan kurban persembahanlah yang dikehendaki Tuhan, melainkan ucapan syukur dan pemenuhan nazar (Mzm 50:7-14). Tuhan tidak berkenan bila persembahan itu dimaksudkan untuk menutup mata Tuhan atas perilaku pembawa persembahan yang tidak benar dan tidak adil. Percuma saja mereka beribadah bila mereka tetap melakukan ketidakadilan (lih. 2:6.7; 4:1; 5:7.12), apalagi bila kurban persembahan itu justru hasil pemerasan dan ketidakadilan. Kurban persembahan dan kesemarakan ritual harus berbuah dalam keadilan sosial dan kasih kepada sesama yang menderita. Dalam kitab Amos keadilan (mispat) dikaitkan dengan sikap adil dalam pengadilan di pintu gerbang kota sehingga orang benar dan orang lemah terlindungi. Sementara kebenaran (tsedaqah) adalah milik mereka yang memenuhi tanggung jawab dalam kehidupan bersama. Tuhan mengingatkan bagaimana selama 40 tahun di padang gurun nenek moyang Israel tidak mempersembahkan kurban sembelihan dan kurban sajian, namun tetap berkenan di hati Tuhan (Am. 5:25). Karena bukan kurban persembahan yang Tuhan kehendaki, melainkan pelaksanaan kebenaran dan keadilan.
 

Ancaman Hukuman (ay. 26-27).
Sebagai konsekuensi atas ibadah mereka yang tidak dibarengi dengan keadilan dan kebenaran, Tuhan akan membuang mereka jauh ke seberang Damsyik, yakni di negeri Asyur. Hal ini terjadi pada tahun 722 SM. Pada saat itu mereka juga akan membawa berhala-berhala mereka. Sakut adalah nama dewa bintang dari Mesopotamia yang dikaitkan dengan planet Saturnus. Disebut “rajamu” bisa jadi karena dewa Saturnus dipandang sebagai raja utama bagi bangsa Israel. Demikian pula Kewan, “dewa bintangmu” adalah nama berhala lain yang patungnya juga dibuat oleh orang Israel. Dengan demikian ritual ibadah Israel juga diwarnai dengan praktek sinkretisme, seperti yang telah diwariskan oleh Yerobeam, raja pertama Kerajaan Israel yang membuatkan patung lembu emas di Betel dan di Dan (lih. 1 Raj 12:25-33). Di tanah Israel mereka telah mengimpor dan membuat patung dewa-dewi bintang orang Mesopotamia. Namun ironisnya, mereka justru akan dibuang bersama berhala mereka ke negeri Asyur, tempat dari mana dewa-dewi itu berasal.
 

MEDITATIO
  
Pemandu mengajak para peserta masuk dalam suasana hening dan dalam keheningan kembali mendengarkan pembacaan teks Amos 5:21-27. Lalu pemandu mengajak peserta untuk:

• Mengingat kembali kesalahan yang dibuat oleh umat Israel dan peringatan yang disampaikan oleh Amos kepada mereka.
• Merenungkan bagaimana pesan yang Nabi Amos dapat dilaksanakan di dalam keluarga dan bagaimana ibadah yang dilakukan dalam keluarga membuahkan hasil dalam sikap dan perilaku yang nyata.
Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil permenungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagi-kan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu mem-berikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.

ORATIO
 

Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”
 

DOA PENUTUP 
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan. 

Ya Allah yang Maharahim, ampunilah kami bila selama ini kami kurang bersikap adil dan benar dalam keluarga, di tempat kerja, dan di masyarakat. Dengan bantuan rahmat-Mu, kami ingin mengupayakan kebenaran dan keadilan dimana pun kami berada. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Pertemuan II: Ibadah Keluarga sebagai Sekolah Iman


BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2014
KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA
oleh Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 2014

Pertemuan II: Ibadah Keluarga sebagai Sekolah Iman

TUJUAN:
1. Peserta menyadari tanggung jawab mewujudkan Gereja Rumah Tangga dan mendidik anak-anak dalam iman Katolik.
2. Peserta menyadari bahwa ibadah keluarga merupakan kesempatan untuk bersama-sama mendengarkan Sabda Tuhan dan mewujudkan kehendak-Nya dalam kehidupan seharihari.
3. Peserta memiliki motivasi yang benar dalam beribadah kepada Tuhan.

GAGASAN POKOK:
Pada saat perkawinan suami-istri berjanji akan mendidik anak-anak dalam iman Katolik. Hal ini ditegaskan oleh para Bapa Konsili Vatikan II, “Dalam Gereja-keluarga itu hendaknya orangtua dengan perkataan dan teladan menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anak mereka” (LG 11). Menurut Paus Yohanes Paulus II, sejak dini anak-anak perlu diajar untuk mengenal Allah dan kehendak-Nya (Familiaris Consortio 60).
   
Dalam hal ini kita bisa belajar pada tradisi Yahudi, bagaimana orangtua mengajarkan iman kepada anak-anaknya. Dalam perayaan Paskah di keluarga anak-anak diajar untuk mengerti makna perayaan/liturgi Paskah (lih. Kel 12). Mereka juga diajar untuk mengasihi Allah yang esa dengan segenap hati dan kekuatan (lih. Ul 6:4-5). Sementara dalam perikop yang kita renungkan pada pertemuan ini (Ul 6:20-25) anak-anak akan diberi motivasi dan alasan untuk melakukan semua perintah dan ketetapan Tuhan. 
        
Motivasi bangsa Israel melakukan kehendak Tuhan bukanlah karena takut akan hukuman-Nya atau agar Tuhan memenuhi keinginan mereka, melainkan karena mereka menyadari karya keselamatan Tuhan yang telah ditunjukkan dalam pengalaman bangsa Israel. Mereka telah dibebaskan oleh Tuhan dari perbudakan Mesir dan dianugerahi tanah yang telah dijanjikan kepada para bapa bangsa (Kej 15:18-21, Kej 17:8). Konsekuensinya, mereka diminta untuk melakukan segala ketetapan Tuhan dan takut kepada-Nya, sehingga mereka senantiasa dalam keadaan baik. Inilah motivasi yang benar orang melakukan kehendak Tuhan, yang kiranya juga harus menjadi motivasi dan alasan keluarga Kristiani mentaati Firman Tuhan. 

Kesetiaan melakukan kehendak Tuhan diperhitungkan Tuhan sebagai kebe-naran. Apakah hal ini bertentangan dengan Kej 15:6 yang menyatakan bahwa sikap percaya Abraham atas janji Tuhanlah yang diperhitungkan sebagai kebenaran? Keduanya tidak bertentangan. Terhadap janji Tuhan, sikap yang diminta dari kita adalah percaya. Sementara terhadap perintah Tuhan, yang diminta dari kita adalah sikap patuh melakukannya. Bila kita menuruti perintah Allah, berarti kita sungguh mengenal Allah (bdk. 1 Yoh 2:3). Melalui ibadah keluarga semua anggota keluarga belajar mendengarkan perintah Tuhan dan berusaha melakukannya (bdk. Mat 12:50). Dalam hal ini motivasi, penjelasan, dan teladan orangtua sangat menentukan.

PENGANTAR

Ibu-bapak saudara, pada saat merayakan sakramen perkawinan suami-istri berjanji akan mendidik anak-anak secara Katolik. Untuk itu keluarga perlu bersama-sama mendengarkan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci yang memuat perintah dan ketetapan Tuhan untuk dilaksanakan. Kadang kita bertanya, kenapa kita mesti melakukan semua perintah itu? Apakah supaya Tuhan tidak murka, supaya Tuhan mengabulkan permohonan kita, atau supaya apa?

Kita akan merenungkan Firman Tuhan dalam Ul. 6:20-26 yang berisi pengajaran Nabi Musa bila anak kita bertanya mengapa harus melakukan kehendak Tuhan. Pertama-tama diingatkan bagaimana Tuhan sudah menunjukkan karya keselamatan-Nya kepada bangsa Israel. Sebagai ungkapan syukur mereka harus mematuhi perintah dan ketetapan Tuhan. Melakukan perintah dan ketetapan Tuhan merupakan tindakan orang benar. Mari sekarang kita menyiapkan hati.

DOA PEMBUKA
 
Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus membang-kitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567). 

Allah Bapa yang Mahakasih, melalui Kitab Suci Engkau menyatakan kehendak-Mu yang menuntun langkah hidup kami. Dahulu Engkau telah mengasihi dan menyelamatkan bangsa Israel, kiranya kasih-Mu juga Kaunyatakan kepada keluarga kami masing-masing. Kami bersyukur atas segala kasih dan anugerah-Mu untuk keluarga kami masing-masing. Bantulah keluarga kami untuk semakin mengenal dan melakukan kehendak-Mu, demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin. 

LECTIO
  
1. Membaca (Ulangan 6:20-25)
Kutipan khotbah Musa ini bisa dibacakan oleh seseorang dengan lantang. Kemudian masing-masing menyimak teks kembali dengan membaca dalam hati.

2. Mendalami
Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacaka. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:

1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
 2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks.

Kitab Ulangan berisi kumpulan khotbah Musa baik di padang Moab (Ul. 1:5) sebelum dia meninggal dunia (Ul. 34). Penyataan “Anakmu bertanya” pada Ul. 6:20 mengingatkan kita akan frasa yang sama dalam ritual Paskah dalam keluarga (Kel. 12:26-27). Bila dalam Kel. 12 yang ditanyakan adalah makna perayaan liturgi Paskah, dalam Ul. 6 yang ditanyakan adalah alasan di balik segala peraturan dan ketetapan Tuhan untuk mencintai-Nya dengan segenap hati dan kekuatan (Ul. 6:4-5). Jawabannya perlu merujuk karya keselamatan Tuhan atas bangsa Israel. Dulu mereka telah diperbudak Firaun di Mesir lalu dibebaskan Tuhan dengan tangan yang kuat (ay. 21).
   
Tuhan sendiri memberikan tanda dan mukjizat untuk menghukum orang Mesir dengan pelbagai tulah (air menjadi darah, katak, nyamuk, lalat pikat, penyakit sampar pada ternak, barah, hujan es, belalang, gelap gulita, anak sulung Mesir mati, lih. Kel. 7:14- 12:30). Bagaimana kemudian Tuhan membimbing mereka menyeberangi Laut Teberau dengan kaki kering (Kel. 14:15-31) dan memberikan makanan (manna, burung puyuh) dan minuman selama dalam perjalanan (di Mara: air pahit dijadikan manis (Kel. 15:22-26), di Rafidim: air memancar dari gunung batu (Kel. 17:1-7). Selanjutnya Tuhan membimbing umat Israel menuju tanah terjanji, sebagaimana telah Dia janjikan kepada Abraham (Kej. 17:8) dan Yakub (Kej. 35:12). Sebagai ucapan syukur atas karya keselamatan Tuhan, umat Israel diminta untuk melakukan segala kehendak-Nya dan takut kepada Tuhan (ay. 24). Kesetiaan dalam mematuhi perintah Tuhan diperhitungkan sebagai kebenaran (ay. 25). Sama seperti Abraham dipandang sebagai orang benar karena percaya pada janji Tuhan (Kej. 12:6). Kedua pernyataan ini tidak saling bertentangan karena isi sabda Tuhan yang berbeda: yang satu perintah, yang lain janji. Janji Tuhan tentang masa depan perlu dipercaya dan diimani, sementara perintah dan ketetapan adalah hal yang mesti ditaati dan dilakukan saat ini. Mengapa mesti melakukannya? Kembali kita perlu mengingat bagaimana Tuhan telah menyatakan karya keselamatannya. Secara konkret perikop ini ditujukan kepada orangtua untuk memotivasi, mengajarkan, dan memberikan teladan kepada anak-anaknya dalam mematuhi perintah Tuhan.

MEDITATIO

Pemandu mengajak para peserta masuk dalam suasana hening dan dalam keheningan kembali mendengarkan pembacaan teks Ul 6:20-25. Lalu pemandu mengajak peserta untuk:
• Mengingat kembali karya Allah bagi Israel, perintah untuk mengasihi Allah, dan tugas orangtua untuk mengajarkan hal itu kepada anak-anak mereka.
• Merenungkan bagaimana hal yang sama dapat dikerjakan oleh keluarga Kristiani: bagaimana mempergunakan ibadah keluarga sebagai kesempatan untuk mengajarkan iman kepada anak-anak (kebenaran iman dan kehidupan sesuai dengan iman). Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil permenungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagikan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu memberikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.

ORATIO

Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”

DOA PENUTUP
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.

Ya Tuhan, kami bersyukur atas kasih-Mu yang Kaunyatakan kepada keluarga kami masing-masing. Kami bersyukur pula atas tugas yang Kaupercayakan untuk mendidik anak-anak kami dalam iman kristiani. Berilah kami rahmat-Mu agar setia mematuhi perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan pengan-tara kami. Amin.

Rabu, 03 September 2014 Peringatan Wajib St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja

Rabu, 03 September 2014
Peringatan Wajib St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja 
         
  “Kita harus percaya bahwa sebelum Pengadilan [Terakhir] masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa, kalau seorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, ‘di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak (Mat 12:32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, [sedangkan dosa] yang lain di dunia lain.” (St. Gregorius Agung, seperti dikutip KGK, 1031)
     
Antifon Pembuka (Mzm 33:20-21)
  
Orang ini dipilih Tuhan, diangkat-Nya menjadi imam agung. Harta dunia terbuka baginya, kurnia ilahi melimpahi hatinya.
        
Doa Pagi
     
Ya Allah, Engkau mengenal kami satu persatu dan memahami segala persoalan kami. Kami mohon, dampingilah dan teguhkanlah para penderita yang tak dapat sembuh agar mereka tidak merasa berjalan sendirian dan tetap tekun menjalani hidup mereka dengan penuh makna. Arahkanlah tindakan kami untuk mencintai Engkau dan sesama dalam hidup kami sehari-hari, sampai kami Kauperkenankan untuk menikmati kedamaian abadi bersama-Mu di surga. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepan-jang masa. Amin.
   
Bacaan-bacaan dan Mazmur Tanggapan dari Hari Biasa, atau dari Rumus Umum Gembala Umat (Paus) atau Pujangga Gereja, misalnya: 2Kor 4:1-2.5-7; Mzm 96:1-2a.2b-3.7-8a.10; R: 13; Luk 22:24-30.
             
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (1Kor 3:1-9)

Saudara-saudara, dahulu aku tidak dapat berbicara dengan kalian sebagai manusia rohani, tetapi hanya kepada manusia duniawi yang belum dewasa dalam Kristus. Pada waktu itu aku memberikan susu kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kalian belum dapat menerimanya. Sekarang pun sebenarnya kalian belum dapat menerimanya, karena kalian masih manusia duniawi. Sebab jika di antara kalian ada iri hati dan perselisihan, bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kalian masih manusia duniawi dan hidup secara manusiawi? Karena jika seorang berkata, "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata, "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan bahwa kalian manusia duniawi dan bukan rohani? Sebenarnya, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang membawa kalian kepada iman, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku yang menanam, Apolos yang menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama. Dan masing-masing akan menerima upah sesuai dengan pekerjaannya. Sebab kami ini hanyalah kawan sekerja Allah; sedangkan kalian adalah ladang Allah dan bangunan-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah bangsa yang dipilih Tuhan menjadi milik pusaka-Nya.
Ayat. (Mzm 33:12-13.14-15.20-21)
1. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi pusaka-Nya! Tuhan memandang dari surga, dan melihat semua anak manusia.
2. Dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dialah yang membentuk hati mereka, dan memperhatikan segala pekerjaan mereka.
3. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan, Dialah penolong dan perisai kita. Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956 (MT 401)
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Luk 4:18-19)
Tuhan mengutus aku memaklumkan Injil kepada orang hina dina dan mewartakan pembebasan kepada para tawanan.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (4:38-44)

Setelah meninggalkan rumah ibadat di Kapernaum, Yesus pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon sakit demam keras, dan mereka minta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Yesus berdiri di sisi wanita itu, lalu menghardik demamnya. Segera penyakit itu meninggalkan dia. Wanita itu segera bangun dan melayani mereka. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kerabatnya yang sakit kepada Yesus. Ia meletakkan tangan atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak, “Engkaulah Anak Allah.” Tetapi dengan keras Yesus melarang mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia Mesias. Ketika hari siang Yesus berangkat ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia. Ketika menemukan-Nya, mereka berusaha menahan Dia, supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dan Ia mewartakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


“Kita meraka miris dengan kejadian-kejadian dalam masyarakat akhir-akhir ini. Betapa tidak! Belum reda pemberitaan kasus pelecehan pada anak-anak usia dini di JIS, disusul berita dari Sukabumi, Jawa Barat, si Emon telah menyodomi kurang lebih 100 anak. Emon sungguh identik dengan Emang Momok Anak. Terus terbertik lagi dari Jakarta Timur berita memilukan gara-gara hanya kesenggol, anak SD kelas VI berinisial SY itu menghajar adik kelas bernama Renggo sampai meninggal. Tentu masih ada banyak cerita dan berita tragis lain lagi yang tidak sempat terungkap secara publik.

 Apa yang terjadi dengan masyarakat kita ini? Masyarakat kita sedang sakit! Anak-anak yang adalah masa depan kita bersama telah mengalami perusakan dan kerusakan akut akibat kekerasan yang bengis. Kita sulit untuk menalar dengan jernih. Tetapi, itulah yang terjadi. Karenanya perlu secepat mungkin kita mencari jalan keluar penyembuhannya. Mengobati penyakit mental, moral, sosial, kejiwaan masyarakat memang lebih sulit daripada mengobati penyakit fisik seseorang. Tetapi, itu bukan tidak mungkin.

 Dalam situasi apa pun orang beriman harus yakin bahwa di atas masalah berat dan ketidakmungkinan yang ada, Allah dalam diri Yesus tetap bisa menjadi andalan. Langkah ini tentu bukan pilihan murahan. Tetapi, justru orang mau mencari akar dan solusi tepat dari sebuah masalah yang kronis sekalipun.
   
 Manusia tidak akan menjadi manusia sejati bila dia tidak lagi menerima atau percaya akan Allah. Ketika Allah diakui dan diimani sungguh-sungguh, maka manusia bertumbuh dalam kesejatiannya. Dia menjadi manusia penyayang, lemah lembut, sabar dan berbelas kasih. Dengan hati nurani dan imannya dia berkomitmen untuk memelihara dan mengembangkan kebaikan, kebenaran dan keindahan hidup ini.

 Karena itu, sekarang yang dibutuhkan adalah tindakan iman. Di satu sisi terhadap diri sendiri orang berani bertobat dan datang pada Allah dalam diri Yesus, sang tabib agung. Pada sisi lain setelah orang mengalami kasih Allah yang menyembuhkan, dia harus berani bergerak untuk membawa sesamanya yang sakit pada Allah untuk disembuhkan.

 Injil yang diwartakan hari ini memberi kesaksian bahwa dalam Yesus selalu ada penyembuhan dari berbagai macam penyakit. (Andreas Yudhi Wiyadi, O.Carm/Cafe Rohani)

Setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya.

Selasa, 02 September 2014
Hari Biasa Pekan XXII

1Kor. 2:10b-16; Mzm. 145:8-9,10-11,12-13ab,13cd-14; Luk. 4:31-37.

Setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya.

   

Kagum saya pada setan ini. Semula, ia bersikap garang terhadap Yesus (Luk 4:33-34), namun akhirnya takut dan taat juga pada-Nya. Ia menuruti perintah-Yesus untuk meninggalkan orang yang dirasuki dan tanpa menyakitinya (Luk 4:35). Saya jagi malu sama ini setan karena kadang saya lebih jahat daripada setan. Mungkin anda juga demikian. Pertama, kadang kita tidak mau mendengarkan dan taat pada sabda dan kehendak Tuhan. Kita seringkali egois dan 'nggugu karepe dhewe', melakukan hanya yang kita inginkan dan kita senangi, tidak peduli kalau hal itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Yang kedua, kalau setan saja tidak menyakiti orang yang semula dirasukinya, kita justru sering berbuat sebaliknya. Dengan mudah kita menyakiti hati orang lain. Kalau orang itu tidak mau kita 'rasuki', artinya tidak mau mengikuti kemauan kita atau tidak mau menerima ide, gagasan dan jalan pikiran kita, dengan mudah kita memusuhi, memaki-maki dan menjelek-jelekkannya di hadapan orang lain. Bahkan, orang yang tidak bersalah apa-apa pada kita pun, kadang kita sakiti, entah dengan kata-kata langsung atau kalimat-kalimat sms/WA/bbm yang menyakiti hati. Hal ini terjadi hanya karena salah paham, bahkan karena maksud baik yang tidak dimengerti. Nah, sekarang marilah kira punya rasa malu terhadap setan 'yang baik' ini dengan semakin taat pada Tuhan dan mengikuti kehendak-Nya serta berusaha untuk tidak pernah menyakiti orang lain.
  
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami semakin bijaksana dalam berpikir, berkata, bersikap dan bertindak, supaya dengan mentaati-Mu, kami tidak melukai hati sesama kami. Amin. -agawpr-

Paus Fransiskus: Sangat menyedihkan menemukan orang-orang Kristen yang melemah

Injil, Ekaristi dan Doa adalah tiga karunia yang memungkinkan kita untuk berjalan di jalan Kristus, bukan jalan dunia. Ini adalah tema alamat Paus Fransiskus selama doa Malaikat Tuhan hari Minggu.

Bapa Suci merefleksikan Injil hari ini dari St Matius, dimana Yesus mengatakan murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem untuk menderita, mati dan bangkit dari kematian. Ketika Petrus menegur-Nya, Yesus pada gilirannya mencela dia berkata: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Saat kritis ini, Bapa Suci mencatat, berbicara kepada realitas Kristen saat ini yang menjalankan risiko menjadi duniawi, atau " menjadi lemah."

"Sangat menyedihkan menemukan orang-orang Kristen yang melemah, yang seperti anggur bercampur dengan air," kata beliau. "Anda tidak bisa mengatakan apakah mereka Kristiani atau duniawi."

"Sangat menyedihkan untuk menemukan orang-orang Kristen yang tidak lagi menjadi garam dunia. Dan kita tahu bahwa ketika garam telah tawar, tidak lagi berguna. Garam mereka telah kehilangan rasa nya karena mereka berkomitmen untuk roh dunia ini. Artinya, mereka telah menjadi duniawi. "

Paus menekankan perlunya orang-orang Kristen berada dalam suatu keadaan pembaharuan yang konstan. Untuk mencapai hal ini, beliau menyoroti tiga karunia, yang pertama, untuk membaca dan merenungkan Injil.

"Ingatlah, itu akan membantu Anda untuk membawa Injil dengan Anda, sebuah buku kecil Injil, di dalam saku baju atau tas Anda, dan membaca bagian kecil di siang hari. Tapi selalu Injil karena ini membawa Sabda Yesus dan mampu membacanya, " beliau mengingatkan umat beriman.

Menerima Ekaristi, terutama selama Misa hari Minggu, dan menghabiskan beberapa hari retret, ia menambahkan, "sangat penting bagi pembaruan spiritual."

"Injil, Ekaristi, Doa. Jangan lupa: Injil, Ekaristi dan Doa. Berkat karunia-karunia dari Tuhan, kita dapat menyesuaikan bukan dengan dunia, tetapi untuk Kristus, dan mengikuti-Nya pada jalan-Nya, jalan "kehilangan nyawanya sendiri" untuk memperolehnya, "kata beliau.

Menutup sambutannya, Paus Fransiskus mengatakan kepada umat beriman bahwa melalui tiga karunia ini, semua orang Kristen bisa mengikuti jalan Kristus, yang memberikan hidup-Nya, sehingga memurnikan kita dan membebaskan kita dari keegoisan.

"Perawan Maria selalu mendahului kita di jalan ini; mari kita dibimbing dan didampingi oleh-nya, " pungkasnya sebelum membacakan doa Malaikat Tuhan.

Sumber: http://www.zenit.org/en/articles/pope-francis-it-is-sad-to-see-watered-down-christians
Diterjemahkan oleh: Fans of Iman Katolik, signature ~Dv

Selasa, 02 September 2014 Hari Biasa Pekan XXII

Selasa, 02 September 2014
Hari Biasa Pekan XXII

“Selalu dan di mana-mana Gereja mempertahankan dan tetap berpandangan, bahwa keempat Injil berasal dari para rasul. Sebab apa yang atas perintah Kristus diwartakan oleh para rasul, kemudian dengan ilham Roh ilahi diteruskan secara tertulis kepada kita oleh mereka dan orang-orang kerasulan [apostolic men], sebagai dasar iman, yakni Injil dalam keempat bentuknya menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.” (Konsili Vatikan II, tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbum, 18).

      
Antifon Pembuka (Mzm 145:8-9)
   
Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang, penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.

Tobat 3 (Bds. Luk 4:31-37)


Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah nabi yang dijanjikan oleh Musa, tempat Allah meletakkan Sabda-Nya dan yang memaklumkan segala perintah-Nya. Tuhan, kasihanilah kami.

Engkaulah nabi yang mengajar dengan wibawa dan yang kudus dari Allah. Kristus, kasihanilah kami.

Engkaulah nabi yang penuh dengan wibawa, mengusir roh-roh jahat dan ditaati oleh mereka. Tuhan, kasihanilah kami.
 
Doa Pagi


Ya Allah, Engkau telah mengutus Yesus Kristus, Putra-Mu untuk mengajar kami. Semoga berkat pengajaran-Nya yang penuh kuasa, kami semakin terbuka dan memusatkan perhatian pada Sabda yang akan membawa pengudusan bagi hidup kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
   
Keterbukaan terhadap Roh Kudus memungkinkan manusia untuk semakin menyadari identitas aslinya beserta dengan hikmat dan kebijaksanaan Roh. Oleh karena itulah Paulus mengajak jemaatnya untuk senantiasa menyadari hikmat Roh Kudus ini supaya mereka semakin sadar pula akan identitas rohaninya.
    
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 2:10b-16)
  
"Manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah; manusia rohani menilai segala sesuatu."
    
Saudara-saudara, Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pula tiada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menjelaskan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berbicara tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang diajarkan kepada kami bukan oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu adalah suatu kebodohan. Ia tidak dapat pula memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. Sebab manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab, “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?” Tetapi kita memiliki pikiran Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
  
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 836
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah, berpekiklah untuk Allah raja semesta.
atau Tuhan itu adil dalam segala tindakan-Nya.
Ayat. (Mzm 145:8-9.10-11.12-13ab.13cd-14)
1. Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.
2. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
3. Untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan.
4. Tuhan setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.
   
Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 7:16; 2/4)
Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita, dan Allah mengunjungi umat-Nya.
    
Kehadiran Yesus bukan sekadar mewahyukan kebijaksanaan dan keunggulan dalam memahami dan mengolah persoalan kehidupan. Dia juga mewahyukan kuasa ilahi yang hadir dan mengalir dari dalam diri-Nya.
  
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (4:31-37)
  
"Aku tahu siapa Engkau: Engkau Yang Kudus dari Allah."
        
Sekali peristiwa Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea. Di situ Ia mengajar pada hari-hari Sabat. Orang-orang takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan. Ia berteriak dengan suara keras, “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Engkaulah Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardik dia, kata-Nya, “Diam, keluarlah dari padanya!” Maka setan menghempaskan orang itu ke tengah orang-orang banyak, lalu keluar dari padanya, dan sama sekali tidak menyakitinya. Semua orang takjub, dan berkata satu sama lain, “Alangkah hebatnya perkataan ini! Dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat, dan mereka pun keluar.” Maka tersiarlah berita tentang Yesus ke mana-mana di daerah itu.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
     
Renungan
     
Setan-setan takluk kepada Yesus yang penuh dengan wibawa dan kuasa. Mereka disuruh diam dan segera pergi setelah dihardik oleh Yesus. Tampaknya inilah satu-satunya cara jitu yang dibuat Yesus untuk mengusir setan itu. Kita pun mampu mengusir setan jika kita punya kuasa dan berani menghardiknya dengan penuh wibawa serta ketegasan. Namun sayang seringkali kita tak berkuasa mengusirnya. Kita tak mampu menolaknya karena kita tak tegas, tak berwibawa di hadapan si jahat itu. Karena itu bertindaklah dengan tegas sebelum si jahat menguasai.
  
Doa Malam
 
Tuhan Yesus yang berkuasa atas segalanya di bumi ini, setan pun takluk kepada-Mu. Semoga kenyataan ini semakin mendekatkanku kepada-Mu melalui kesaksianku dengan iman, harapan dan kasihku kepada-Mu dalam keseharianku. Berkatilah istirahatku sepanjang malam ini ya Tuhan. Amin.
 
 
RUAH


"Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan"

Senin, 01 September 2014
Hari Biasa Pekan XXI

 1Kor. 2:1-5; Mzm. 119:97,98,99,100,101,102; Luk. 4:16-30  
   
 "Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan"

 Setiap orang hampir pasti punya kerinduan untuk pulang kampung. Paling tidak, itu yang saya alami ketika berada jauh dari rumah. Ada rasa kangen, baik dengan orangtua, saudara, maupun suasana hidup sehari-hari yang telah sekian lama saya alami dan bagaimana pun telah membentuk saya. Ketika peristiwa "kembali" itu terlaksana, suasana yang (diharapkan) terjadi adalah perjumpaan yang hangat, banyak cerita dan canda tawa yang menggembirakan. Juga hidangan kas ndesa yang telah sekian lama tidak dijumpai. Yesus pun kiranya mengharapkan demikian. Ia kembali ke Nazaret, tempat Ia dibesarkan. Setelah dibaptis (Luk 3:21-22) dan berpuasa di padang gurun (Luk 4:1-13) dan sebelum meneruskan karya-Nya, Ia pulang kampung. Tentu bukan untuk pamer tetapi Ia ingin agar orang-orang Nazaret menerima pengajaran-Nya dan mengalani mukjizat-mukjizat-Nya sebelum orang-orang yang lain. Wajar kan, karena Nazaret telah berjasa dalam membesarkan-Nya. Ia berharap agar kedatangan-Nya mendapatkan sambutan hangat, bukan demi diri-Nya sendiri tetapi demi keselamatan mereka. Sayang, harapan-Nya itu tidak terwujud. Meski mereka sempat membenarkan dan mengagumi-Nya, namun sekaligus mereka meragukan dan meremehkan-Nya (Luk 4:22). Bahkan, mereka mengusir-Nya dan hendak melemparkan Dia dari tebing (Luk 4:29). Yesus membandingkan sikap orang-orang Nazaret yang secara definitif menolak-Nya ini dengan sikap janda di Sarfat (Luk 4:26) dan Naaman (Luk 4:27). Keduanya memang sempat ragu dan menolak nabi utusan Tuhan. Janda Sarfat, mula-mula menolak permintaan Elia namun akhirnya percaya dan memenuhi permintaannya sehingga mengalami mukjizat (1Raj 17:8-24). Demikian pula Naaman, semula menolak permintaan Elisa namun akhirnya percaya dan melaksanakan perkataannya sehingga sembuh dari penyakit kustanya (2Raj 5:1-19a). Demikianlah proses beriman itu. Untuk menerima dan percaya penuh kepada Tuhan, tidak selalu sekali jadi. Kadang diawali dengan keraguan, bahkan penolakan. Mungkin keraguan itu tidak muncul di awal kehidupan beriman kita tetapi di tengah. Baiklah, hal itu kita terima dan kita alami sebagai dinamika hidup beriman. Namun yang jelas, jangan sampai kita menolak-Nya secara definitif, apalagi sampai mengusir Tuhan dari kehidupan kita seperti yang dilakukan orang-orang Nazaret. Dalam dinamika iman kita tersebut, Tuhan selalu setia mendampingi. Setiap saat, Ia selalu datang dan kembali kepada kita, menunggu sampai kita benar-benar mantap dan tidak pernah ragu lagi untuk percaya dan menerima-Nya secara penuh, serta untuk mencintai-Nya dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita.
  
Doa: Tuhan, berilah kami iman yang mampu untuk tetap percaya dan mencintai-Mu, kendati tidak terluput dari keraguan dan berbagai macam goncangan. Amin. -agawpr-

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy