Hari Biasa Pekan XXIII
Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Jumat, 12 September 2014
Hari Biasa Pekan XXIII
Hari Biasa Pekan XXIII
1Kor. 9:16-19,22b-27; Mzm. 84:3,4,5-6,12; Luk. 6:39-42.
"Keluarkanlah
dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Melihat
kesalahan dan keburukan orang lain, memang lebih mudah daripada melihat
dan mengakui kesalahan serta kelemahan sendiri. Dalam hal ini orang
Jawa mempunyai istilah "ngilo githok" (bercermin pada tengkuk sendiri).
Jelas sulit kita lakukan. Lebih mudah "metani wong liya" (mencari kutu
di kepala orang lain). Ajakan "ngiloa githokmu dhewe" (bercerminlah pada
tengkukmu sendiri) merupakan ajakan untuk mawas diri. Kita
diajak untuk dengan jujur melihat dan mengenal diri kita, di mana
selain ada kebaikan ada juga kekurangan dan kelemahannya. Kita tidak
perlu menutup-nutupi kekurangan dan kelemahan kita, tetapi justru
menyadari dan mengakuinya sehingga kita bisa lebih rendah hati, tidak
merasa lebih baik dan lebih benar daripada orang lain, apalagi merasa
diri paling benar dan paling baik. Dengan kerendahan hati ini, kita
tidak hanya lebih mudah untuk memperbaiki diri kita sendiri tetapi juga
akan lebih mudah mendengarkan dan menerima masukan orang lain. Dan kalau
kita memberi masukan pada orang lain, kita pun melakukannya dalam cinta
kasih.
Doa: Tuhan, anugerahilah kami kerendahan hati agar
mampu mawas diri dengan baik serta dapat memperbaiki diri terus-menerus.
Amin. -agawpr-
Jumat, 12 September 2014 Hari Biasa Pekan XXIII
Jumat, 12 September 2014
Hari Biasa Pekan XXIII
Bagaimana Kitab Suci seharusnya dibaca? Kitab Suci harus dibaca dan ditafsirkan dengan bantuan Roh Kudus dan di bawah tuntunan Kuasa Mengajar Gereja menurut kriteria: 1) harus dibaca dengan memperhatikan isi dan kesatuan dari keseluruhan Kitab Suci, 2) harus dibaca dalam Tradisi yang hidup dalam Gereja, 3) harus dibaca dengan memperhatikan analogi iman, yaitu harmoni batin yang ada di antara kebenaran-kebenaran iman itu sendiri. (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, No. 19)
Tobat 3 (bds. Luk 6:39-42)
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah utusan Bapa, yang mengajar kami untuk melihat hal-hal positif dalam diri saudara kami. Tuhan, kasihanilah kami.
Engkaulah Sabda Allah, yang tidak hanya mengajarkan, namun juga membuatnya. Kristus, kasihanilah kami.
Engkaulah utusan Allah, yang benar-benar mengajarkan kerendahan hati seorang murid. Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pagi
Ya Allah, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah menaruh Sabda cinta kasih-Mu. Kami mohon, buatlah Sabda-Mu itu berkembang subur dalam diri kami agar kami semakin menyerupai Putra-Mu dalam cinta kasih yang tulus kepada sesama kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Paulus menunjukkan keteladanannya dalam mewartakan Injil tanpa memegahkan diri dan tidak menuntut upah. Tujuannya, Paulus menghindarkan dirinya dari kesombongan dan motivasi buruk pewartaannya. Dia berusaha untuk melatih diri supaya semakin matang dan tetap terjaga hidup rohaninya.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 9:16-19.22b-27)
Hari Biasa Pekan XXIII
Bagaimana Kitab Suci seharusnya dibaca? Kitab Suci harus dibaca dan ditafsirkan dengan bantuan Roh Kudus dan di bawah tuntunan Kuasa Mengajar Gereja menurut kriteria: 1) harus dibaca dengan memperhatikan isi dan kesatuan dari keseluruhan Kitab Suci, 2) harus dibaca dalam Tradisi yang hidup dalam Gereja, 3) harus dibaca dengan memperhatikan analogi iman, yaitu harmoni batin yang ada di antara kebenaran-kebenaran iman itu sendiri. (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, No. 19)
Tobat 3 (bds. Luk 6:39-42)
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah utusan Bapa, yang mengajar kami untuk melihat hal-hal positif dalam diri saudara kami. Tuhan, kasihanilah kami.
Engkaulah Sabda Allah, yang tidak hanya mengajarkan, namun juga membuatnya. Kristus, kasihanilah kami.
Engkaulah utusan Allah, yang benar-benar mengajarkan kerendahan hati seorang murid. Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pagi
Ya Allah, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah menaruh Sabda cinta kasih-Mu. Kami mohon, buatlah Sabda-Mu itu berkembang subur dalam diri kami agar kami semakin menyerupai Putra-Mu dalam cinta kasih yang tulus kepada sesama kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Paulus menunjukkan keteladanannya dalam mewartakan Injil tanpa memegahkan diri dan tidak menuntut upah. Tujuannya, Paulus menghindarkan dirinya dari kesombongan dan motivasi buruk pewartaannya. Dia berusaha untuk melatih diri supaya semakin matang dan tetap terjaga hidup rohaninya.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 9:16-19.22b-27)
"Bagi semua orang aku menjadi segala-galanya, untuk menyelamatkan mereka semua."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Betapa menyenangkan tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!
Ayat. (Mzm. 84:3.4-5-6.8.12)
1. Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
2. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
3. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!
4. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.
5. Sebab Tuhan Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.
Latihan rohani bagi diri sendiri sangatlah penting sebelum kita bergerak untuk membimbing orang lain. Dengan latihan pribadi, seseorang bisa semakin menyadari siapa dirinya di hadapan Allah dan bagaimana latihan rohani dikerjakan untuk sampai pada persatuan dengan Allah.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:39-42)
"Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta?"
Pada suatu ketika Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, "Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang? Seorang murid tidak melebihi gurunya, tetapi orang yang sudah tamat pelajarannya, akan menjadi sama dengan gurunya. Mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui? Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, 'Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu', padahal balok dalam matamu tidak kaulihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Penyesat itu bagaikan orang buta yang tak sadar akan kebutaannya. Ia merasa mampu mengeluarkan selumbar dari mata orang tetapi lupa bahwa matanya sendiri penuh dengan balok-balok besar. Sebab itu, seorang penyesat sama dengan seorang munafik. Inilah yang diwartakan oleh Yesus lewat Injil hari ini. Di sekitar kita banyak orang yang merasa tak sesat. Begitulah, orang yang sesat justru menganggap orang lain yang sesat. Apakah kita juga demikian?
Doa untuk Gereja yang dianiaya (bdk. PS 178)
Allah, Bapa di surga, kami bersyukur kepada-Mu, karena Yesus telah menghimpun umat baru bagi-Mu, yakni Gereja. Sungguh berat perjuangan-Nya untuk mewujudkan umat baru itu; la harus menderita, bahkan harus wafat di salib. Tetapi la sendiri telah meyakinkan kami bahwa la mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang, dan alam maut tidak akan menguasainya.
Bapa, keyakinan ini pulalah yang telah memberikan kekuatan besar kepada para murid-Nya yang harus menderita karena nama-Nya. Kami ingat akan para rasul yang dikejar-kejar, ditangkap, dan dipenjarakan karena nama Yesus. Kami ingat akan Stefanus yang demi kesetiaannya kepada Yesus harus menanggung penganiayaan yang kejam, dibunuh dengan dilempari batu. Tetapi dengan perkasa dia sendiri mendoakan orang-orang yang menganiayanya dan memohonkan pengampunan dari-Mu. Juga kami ingat akan Rasul Paulus, yang selalu membawa salib Kristus ke mana pun pergi.
Semoga teladan hidup mereka menyadarkan kami semua, terutama saudara-saudara kami yang sedang dianiaya di Timur Tengah. Betapa besar kekuatan yang Kau berikan kepada mereka yang dianiaya demi nama Yesus. Semoga kesadaran itu membangkitkan pula kekuatan dan ketabahan dalam diri mereka. Semoga mereka tetap setia, bahkan merasa bangga karena boleh ikut memanggul salib Kristus, dan memberikan kesaksian tentang salib yang sungguh memberikan kekuatan. Demi Kristus, Tuhan kami. (Amin.)
RUAH
"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
Kamis, 11 September 2014
Hari Biasa Pekan XXIII
1Kor. 8:1b-7,11-13; Mzm. 139:1-3,13-14ab,23-24; Luk. 6:27-38.
"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
Kita
semua pasti dan selalu mengalami kemurahan hati Allah. Mari hening
sejenak, menyadari kemurahan hati Allah pada kita. Kita diberi hidup,
tempat tinggal, keluarga, matahari, udara, hujan, dll, dll. Tidak kalah
pentingnya pula, kita diberi pengampunan serta jaminan keselamatan.
Maka, kita pun diharapkan untuk menjadi murah hati seperti Allah. Atau
lebih tepatnya, kita diharapkan menghadirkan dan menyalurkan kemurahan
hati Allah kepada siapa pun. Tidak hanya kepada sesama, tetapi juga
kepada mereka yang membenci, memusuhi dan pernah menyakiti kita. Kita
diajak untuk mengasihi mereka dan tetap berbuat baik pada mereka, tidak menaruh benci dan dendam tetapi justru mendoakan
dan memohonkan berkat. Pasti, semua ini tidak mudah kita lakukan.
Sebab, ketika kita dimusuhi dan disakiti, kita mengalami luka. Dan untuk
menyembuhkan luka, selalu butuh waktu untuk berproses. Dalam proses
tersebut, mau tidak mau harus ada pengampunan. Bagi saya, pengampunan
merupakan pemberian (forGIVEness) dan kemurahan hati yang paling
berharga dibanding pemberian-pemberian yang lain. Dengan mengampuni,
kita memberikan rasa damai, baik dalam hati kita sendiri maupun orang
lain yang kita ampuni. Dengan pengampunan, kita tetap dapat mengasihi,
berbuat baik dan mendoakan secara tulus. Dan dengan dengan mengampuni
pula, kita pun diampuni (Luk 6:37).
Doa:
Tuhan, anugerahilah kami Roh-Mu agar kami memiliki cinta yang
mengalahkan kebencian, ampun yang menaklukkan balas dendam dan kasih
yang mengenyahkan perselisihan. Amin. -agawpr-
Kamis, 11 September 2014 Hari Biasa Pekan XXIII
Kamis, 11 September 2014
Hari Biasa Pekan XXIII
“Para kudus selalu menjadi sumber dan akar pembaruan dalam masa-masa paling sulit di dalam sejarah Gereja.” (St. Yohanes Paulus II)
Antifon Pembuka (1Kor 8:6)
Bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus. Segala sesuatu diciptakan dengan pengantaraan-Nya dan kita hidup karena Dia.
Tobat 3 (bds. Luk 6:27-38)
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah utusan Bapa di dunia yang mewartakan hukum cinta kasih bagi umat manusia. Tuhan, kasihanilah kami.
Hari Biasa Pekan XXIII
“Para kudus selalu menjadi sumber dan akar pembaruan dalam masa-masa paling sulit di dalam sejarah Gereja.” (St. Yohanes Paulus II)
Antifon Pembuka (1Kor 8:6)
Bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus. Segala sesuatu diciptakan dengan pengantaraan-Nya dan kita hidup karena Dia.
Tobat 3 (bds. Luk 6:27-38)
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah utusan Bapa di dunia yang mewartakan hukum cinta kasih bagi umat manusia. Tuhan, kasihanilah kami.
Engkaulah Putra Bapa yang menghambakan diri demi cinta kasih dan menyelamatkan umat manusia. Kristus, kasihanilah kami.
Engkaulah utusan Bapa di dunia yang menampakkan bukti nyata cinta kasih Allah kepada manusia. Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pagi
Ya Allah yang penuh kasih, Engkau menghendaki agar kami saling mengasihi, sebagaimana Engkau sendiri telah mengasihi kami melalui Yesus Kristus, Putra-Mu yang rela mengorbankan Diri-Nya demi keselamatan kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Menguasai berbagai pengetahuan tentang Allah juga belumlah sampai kepada Allah, perlu diwujudkan pula dalam tindakan mencintai Allah. Pengetahuan memang penting, namun akan menjadi lebih berdayaguna ketika disertai dengan tindakan kasih yang nyata.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 8:1b-7.11-13)
"Bila engkau melukai hati mereka yang lemah, engkau berdosa terhadap Kristus."
Saudara-saudara, pengetahuan menjadikan orang sombong, tetapi kasih itu membangun. Orang yang menyangka diri mempunyai pengetahuan sebenarnya belum mencapai pengetahuan yang harus dicapainya. Tetapi orang yang mengasihi Allah, dikenal oleh Allah. Tentang makan daging persembahan berhala kita tahu bahwa tidak ada berhala di dunia ini, dan tidak ada Allah lain, selain Allah yang esa. Sebab sungguhpun ada apa yang disebut allah, baik di surga maupun di bumi dan memang benar ada banyak allah dan banyak tuhan yang demikian, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, asal segala sesuatu. Bagi Dialah kita hidup. Dan bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus; segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan kita hidup karena Dia. Tetapi tidak semua orang mempunyai pengetahuan ini. Ada orang yang karena masih terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Karena hati nurani mereka lemah, maka hati nuraninya ternoda. Dengan demikian, “pengetahuan” menyebabkan kebinasaan saudaramu yang masih lemah. Padahal Kristus juga wafat untuk dia. Maka engkau berdosa terhadap saudara-saudaramu, karena engkau melukai suara hati mereka yang masih lemah. Dan dengan demikian engkau sebenarnya berdosa terhadap Kristus sendiri. Oleh karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, untuk selama-lamanya aku takkan mau makan daging lagi, jangan sampai aku menjadi batu sandungan bagi saudaraku.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuntunlah aku di jalan yang kekal.
Ayat. (Mzm 139:1-3.13-14ab.23-24)
1. Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.
2. Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena misteri kejadianku; ajaiblah apa yang Kaubuat.
3. Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Jika kita saling menaruh cinta kasih, Allah tinggal dalam kita; dan cinta kasih Allah dalam kita menjadi sempurna.
Tindakan kasih yang luhur bukan sekadar membalas tindakan kasih sebanding dengan yang telah diterima. Kasih itu tidak membalas kejahatan dan tidak diukur dari sama tidaknya dengan kasih yang telah diterima. Kasih itu mengandaikan ketulusan, kemurahan hati dan kemauan dalam pengungkapannya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:27-38)
"Hendaklah kalian murah hati sebagaimana Bapamu murah hati adanya."
Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Dengarkanlah perkataan-Ku ini: Kasihilah musuhmu. Berbuatlah baik kepada orang yang membenci kalian. Mintalah berkat bagi mereka yang mengutuk kalian. Berdoalah bagi orang yang mencaci kalian. Bila orang menampar pipimu yang satu, berikanlah pipimu yang lain. Bila orang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu, dan janganlah meminta kembali dari orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kalian kehendaki orang berbuat kepada kalian, demikian pula hendaknya kalian berbuat kepada mereka. Kalau kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. [Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.] Lagipula kalau kalian memberikan pinjaman kepada orang dengan harapan akan memperoleh sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyaknya. Tetapi kalian, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan berilah pinjaman tanpa mengharapkan balasan, maka ganjaranmu akan besar dan kalian akan menjadi anak Allah yang maha tinggi. Sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan orang-orang jahat. Hendaklah kalian murah hati sebagaimana Bapamu murah hati adanya. Janganlah menghakimi orang, maka kalian pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah menghukum orang, maka kalian pun tidak akan dihukum. Ampunilah, maka kalian pun akan diampuni. Berilah, dan kalian akan diberi. Suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar akan dicurahkan ke pangkuanmu. Sebab ukuran yang kalian pakai, akan diukurkan pula kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Kasih sejati kepada mereka yang membenci kita adalah pengampunan. Kasih yang demikian ini telah ditunjukkan Tuhan sendiri. Di salib Tuhan mengampuni orang-orang yang telah menyiksa dan membunuh-Nya. Kita semua tentu bangga disebut murid-murid Tuhan, tetapi apakah kita mampu mengasihi dan mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita?
Doa Malam
Terima kasih ya Yesus, atas sabda-Mu hari ini. Engkau mengajak aku untuk terus menerus membarui diri. Engkau juga mengajar aku untuk bersikap rendah hati kepada sesama. Berkatilah usahaku untuk bersikap penuh kasih, terutama kepada mereka yang menyakiti hatiku. Amin.
RUAH
"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah."
Rabu, 10 September 2014
Hari Biasa Pekan XXIII
1Kor. 7:25-31; Mzm. 45:11-12,14-15,16-17; Luk. 6:20-26.
"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah."
"Apakah
untuk menjadi empunya Kerajaan Allah, kita harus menjadi miskin?"
Jawaban saya: "Iya". Logikanya sederhana. Orang miskin itu kan orang
yang tidak punya apa-apa atau punya tetapi sangat minim bahkan
berkekurangan. Maka memang benar: untuk menjadi empunya Kerajaan Allah,
kita harus menempatkan diri sebagai orang yang tidak punya apa-apa.
Semua yang ada pada kita, bukanlah milik kita tetapi anugerah atau
titipan dari Tuhan. Ingat perumpamaan tentang talenta. Kalaupun pada
kita ada banyak harta, namun semua itu hanya selagi kita masih hidup.
Padahal, hidup kita adalah milik Tuhan. Kalau sewaktu-waktu Dia
mengambilnya, kita harus menyerahkannya. Dan, pada waktu kita
mengembalikan hidup kita kepada Tuhan, otomatis semua yang ada pada kita
di dunia ini, harus kita tinggalkan. Karena memang bukan milik kita.
Berapa pun dan sebesar apa pun rumah kita, toh akhirnya kita hanya butuh
ukuran 2x1 m, bahkan kurang. Berapa pun dan sebagus apa pun mobil kita,
mobil yang terakhir kita tumpangi adalah ambulance. Setinggi apa pun
gelar kita, toh akhirnya juga menjadi Alm. Namun, kita tidak perlu
kuatir dengan kemiskinan kita karena Tuhan maha kaya. Kalau selama
hidup, banyak hal kita bagikan kepada sesama dan ketika mati semuanya
kita tinggalkan, Tuhan telah menyediakan hidup baru dan tempat tinggal
baru, yakni dalam Kerajaan-Nya.
Doa:
Tuhan, semoga kami menyadari bahwa semua yang ada pada kami adalah
milik-Mu sehingga kami menggunakannya tidak hanya demi kepentingan kami
sendiri tetapi lebih-lebih demi kemuliaan nama-Mu dan kesejehteraan
sesama. Amin. -agawpr
Kitab kumpulan Kitab (Bagian 1)
Mari perhatikan Alkitab lebih rinci. Jika berkenan, mari sekarang ambillah Alkitabmu dan amat-amatilah sejenak. Apa terlihat? Ya, kertas yang dijilid dengan tulisan cetak. Apa lagi? Aneka macam kitab. Ada Perjanjian Lama (PL) di bagian depan, Perjanjian Baru (PB) di belakang. Juga ada Deuterokanonika (DK) di bagian tengah (khusus Alkitab terbitan LAI-LBI). Ternyata ada banyak kitab di dalam tiap-tiap bagian tersebut.
Betul, Alkitab adalah “kitab kumpulan kitab”. Maksudnya, ada banyak kitab yang “dijadikan satu” di dalam Alkitab. Secara sekilas, Alkitab adalah SATU BUKU. Namun, sesungguhnya Alkitab adalah BANYAK BUKU yang disatukan. Karena itu, Alkitab dapatlah disebut “perpustakaan kecil”. PB saja memuat 27 kitab (buku). Apa saja nama buku dalam PB? Silakan cermati dalam Alkitabmu. Selanjutnya, lihatlah PL yang memuat 39 buku. Lalu, bukalah DK yang mengandung 7 buku.
(Catatan: DK adalah kelompok kitab yang termasuk PL. Jadi, DK bukan kumpulan kitab tersendiri. DK adalah kumpulan kitab yang dulu “dibuang” oleh Martin Luther, seorang imam Katolik yang membelot lalu mendirikan umat sempalan yang sekarang dikenal dengan nama Protestan. Maka, orang Protestan tidak punya DK. Kapan-kapan saya jelaskan mengapa DK ada dalam Alkitab Katolik tapi tidak ada di Alkitab Protestan.)
Kisah Jadi Kitab
Sudah jelas bukan, Alkitab memuat banyak kitab. Banyak kitab, maka banyak pula penulisnya. Bahkan, satu kitab saja bisa ditulis oleh lebih dari satu orang. Contohnya berikut ini. Dulu kala, banyak orang menganggap bahwa Pentateukh (penta ‘lima’ + teukh ‘gulungan’; artinya lima gulungan, yaitu: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan) ditulis oleh Musa. Oh ya, Pentateukh itu nama lain untuk Taurat yang sering disebut Kelima Kitab Musa. Ada kejanggalan jika kelima-limanya ditulis oleh Musa. Lihatlah Ulangan 34:5-12. Tertulis di sana kisah tentang KEMATIAN MUSA. Nah! Mana mungkin Musa menulis cerita tentang kematiannya sendiri dan beberapa hal setelah kematiannya? Pastilah bagian itu ditulis orang lain, bukan Musa.
Makin hari makin banyak pakar Alkitab tahu bahwa hampir seluruh Pentateukh tidak ditulis oleh Musa. Ada orang lain, ratusan tahun sesudah zaman Musa, yang menuliskan kisah-kisah yang tercantum dalam Taurat itu. Bagaimana ceritanya kok bisa begitu? Nah, berikut ini penjelasan singkat untuk memahami bagaimana PL dan Alkitab pada umumnya terbentuk hingga seperti sekarang.
Dulu kala, ribuan tahun sebelum Tuhan Yesus, sudah ada orang yang beriman kepada Tuhan Allah, yaitu leluhur orang Yahudi. Mereka mengalami hubungan dengan Allah. Orang-orang beriman itu tidak punya kitab satu pun. Mengapa? Sulit sekali menulis zaman itu, mahal pula. Bagaimana iman mereka dipelihara dari generasi ke generasi? Melalui kisah. Jadi, kisah-kisah tentang Allah dan hubungan-Nya dengan manusia beriman itu diceritakan turun-temurun secara lisan. Inilah yang disebut “tradisi lisan”. Kisah-kisah itu diceritakan berabad-abad lamanya dalam pertemuan bersama, dalam ibadat, dalam kumpul keluarga.
Ada contoh dalam Alkitab mengenai cara kisah diturun-temurunkan. Lihatlah Keluaran 12:26-27. Di sana tersurat: kalau ada anak bertanya, orangtua wajib bercerita. Tidak ditanya pun, orangtua akan bercerita tentang kisah-kisah nenek moyang yang telah beriman kepada Tuhan. -- bersambung -- ....
R.D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Imam Gereja Katolik Ritus Latin
untuk Keuskupan Bandung
Rabu, 10 September 2014 Hari Biasa Pekan XXIII
Rabu, 10 September 2014
Hari Biasa Pekan XXIII
“Tanpa Ekaristi Kudus tidak ada kebahagiaan di dunia ini; tidak ada yang menopang hidup. Ketika kita menerima Komuni Kudus, kita menerima kegembiraan dan kebahagiaan kita. Allah yang baik, berkenan memberikan diri-Nya sendiri bagi kita dalam Sakramen Cinta kasih-Nya. Ia memberikan kepada kita kerinduan yang hebat dan besar dan hanya Dia sendiri dapat memuaskannya. Di hadapan Sakramen yang indah ini, kita laksana seorang yang hampir mati kehausan dan tiba di tepi sungai – dia hanya perlu menundukkan kepalanya saja; seperti seorang yang tetap miskin dekat dengan harta karun yang besar – dia hanya perlu mengulurkan tangannya saja. Dia yang menerima Komuni kehilangan dirinya di dalam Allah, seperti setitik air di dalam lautan. Mereka tidak dapat dipisahkan lagi.” — St. Yohanes Maria Vianney
Antifon Pembuka (Luk 6:20)
Berbahagialah orang yang miskin karena merekalah yang empunya Kerajaan Allah.
Tobat 3 (Bds. Luk 6:20-26)
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah nabi agung yang mewartakan dan melaksanakan penyelamatan umat manusia. Tuhan, kasihanilah kami.
Engkaulah nabi agung yang demi cinta kasih mengorbankan hidup, namun bangkit jaya mengalahkan maut dan dosa. Kristus, kasihanilah kami.
Engkaulah nabi agung yang membawa pandangan hidup baru yang membahagiakan. Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pagi
Ya Allah, kami bersyukur karena melalui Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah menyampaikan Sabda Bahagia kepada kami yang miskin dan lemah ini. Semoga, Sabda Putra-Mu itu menjadikan kami kaya akan belas kasih dan perhatian kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan menderita. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Engkau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (7:25-31)
Saudara-saudara, mengenai para gadis aku tidak mendapat suatu perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercaya berkat rahmat yang telah kuterima dari Tuhan. Aku berpendapat bahwa mengingat zaman darurat sekarang ini baiklah orang tetap dalam keadaannya. Adakah engkau terikat pada seorang wanita? Janganlah mengusahakan perceraian. Adakah engkau tidak terikat pada seorang wanita? Janganlah mencari seorang. Tetapi kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi, orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani, dan aku mau menghindarkan kalian dari kesusahan itu. Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan: Waktunya singkat! Sebab itu dalam waktu yang masih sisa ini: mereka yang beristeri hendaknya berlaku seolah-olah tidak beristeri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli. Pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia yang kita kenal sekarang ini akan berlalu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Dengarlah, hai puteri, lihatlah dan sendengkanlah telingamu.
Ayat. (Mzm 45:11-12.14-15.16-17)
1. Dengarlah, hai puteri, lihatlah dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi bergairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!
2. Keindahan belaka puteri raja itu, pakaiannya bersulamkan emas. Dengan pakaian bersulam berwarna-warni ia dibawa kepada raja; anak-anak dara mengikutinya, yakni teman-temannya, yang didatangkan untuk dia.
3. Dengan sukacita dan sorak sorai mereka dibawa, mereka masuk ke dalam istana raja. Para leluhurmu akan diganti oleh anak-anakmu nanti; mereka akan kauangkat menjadi pembesar di seluruh bumi.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena besarlah upahmu di surga.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:20-26)
Pada waktu itu Yesus memandang murid-murid-Nya, lalu berkata, “Berbahagialah, hai kalian yang miskin, karena kalianlah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kalian yang kini kelaparan, karena kalian akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kalian yang kini menangis, karena kalian akan tertawa. Berbahagialah, bila demi Anak Manusia kalian dibenci, dikucilkan, dan dicela serta ditolak. Bersukacitalah dan bergembiralah pada waktu itu karena secara itu pula nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kalian, orang kaya, karena dalam kekayaanmu kalian telah memperoleh hiburan. Celakalah kalian, yang kini kenyang, karena kalian akan lapar. Celakalah kalian, yang kini tertawa, karena kalian akan berdukacita dan menangis. Celakalah kalian, jika semua orang memuji kalian; karena secara itu pula nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Siapa yang tidak ingin berbahagia dalam hidup ini? Setiap orang ingin memiliki kebahagiaan. Ada orang yang mengejar kebahagiaan dengan menumpuk harta, yang lain dengan mengejar kenikmatan dunia, yang lain lagi inginkan kedudukan dan kuasa. Yesus memiliki kriteria tersendiri mengenai siapa yang berbahagia dan siapa yang celaka. Bacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan pada misa hari ini hendak berbicara kepada orang yang miskin, yakni orang yang kekurangan material, orang yang tak bisa mencukupi kebutuhan hidup, paling-paling pas-pasan saja. Tetapi Injil juga berbicara kepada orang berkepunyaan, orang yang berkelebihan, orang yang tak merasakan kekurangan. Kepada yang miskin dikatakan bahwa mereka tak dilupakan Kerajaan Allah, mereka itu malah boleh merasa empunya Kerajaan Allah. Kepada orang kaya tidak dikatakan kalian tak memiliki Kerajaan Allah. Namun kehidupan mereka itu kiranya tak ada artinya ("celakalah....") bila mereka sudah puas dan merasa aman dengan kelimpahan mereka.
Ukuran yang dipakai Yesus berbeda dengan ukuran kebahagiaan yang dikejar kebanyakan orang. Kalau Yesus berkata “Berbahagialah yang miskin” itu tidak berarti murid-murid-Nya harus jadi gelandangan, pengemis, dan menjual semua hartanya. Tetapi berarti bahwa Yesus berpihak kepada orang miskin. Sebagai orang yang berkecukupan, berkedudukan tinggi, kita diharapkan untuk mau berbagi dan solider dengan mereka yang miskin, lemah dan berdosa, sertaan mau berbagi untuk mereka yang membutuhkan uluran tangan kasih dari kita. Rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Jemaat di Korintus menasehati jemaat di Korintus untuk lebih fokus kepada kedatangan Tuhan, sekaligus juga mengingatkan kita semua bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini sungguh bersifat sementara, maka ia mengingatkan “orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu”.
Dalam hidup ini banyak orang tergiur oleh penghasilan yang besar tanpa memikirkan akibat-akibatnya. Kisah tadi merupakan salah satu contoh bahwa orang yang rakus sering ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ia tidak peduli akan begitu banyak kekayaan yang sudah dimilikinya. Ia ingin mengumpulkan lagi dan lagi. Akibatnya, ia kehilangan apa yang dimilikinya. Banyak orang tidak puas akan apa yang sudah dimilikinya. Sebagai orang beriman kita mesti selalu sadar bahwa pengembaraan di dunia ini akan berakhir. Hidup di dunia ini tidak ada yang abadi. Harta kekayaan akan lenyap, karena tidak bersifat kekal. Harta kekayaan tidak menjamin keselamatan jiwa-jiwa. Harta kekayaan hanyalah sarana bagi manusia untuk hidup lebih baik di bumi ini. Dengan demikian, manusia memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal baik bagi sesama. Marilah kita sadari bahwa kita hanyalah pengembara di dunia ini. Dengan demikian, kita mampu mengorbankan hidup bagi sesama yang membutuhkan.
Hari Biasa Pekan XXIII
“Tanpa Ekaristi Kudus tidak ada kebahagiaan di dunia ini; tidak ada yang menopang hidup. Ketika kita menerima Komuni Kudus, kita menerima kegembiraan dan kebahagiaan kita. Allah yang baik, berkenan memberikan diri-Nya sendiri bagi kita dalam Sakramen Cinta kasih-Nya. Ia memberikan kepada kita kerinduan yang hebat dan besar dan hanya Dia sendiri dapat memuaskannya. Di hadapan Sakramen yang indah ini, kita laksana seorang yang hampir mati kehausan dan tiba di tepi sungai – dia hanya perlu menundukkan kepalanya saja; seperti seorang yang tetap miskin dekat dengan harta karun yang besar – dia hanya perlu mengulurkan tangannya saja. Dia yang menerima Komuni kehilangan dirinya di dalam Allah, seperti setitik air di dalam lautan. Mereka tidak dapat dipisahkan lagi.” — St. Yohanes Maria Vianney
Antifon Pembuka (Luk 6:20)
Berbahagialah orang yang miskin karena merekalah yang empunya Kerajaan Allah.
Tobat 3 (Bds. Luk 6:20-26)
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah nabi agung yang mewartakan dan melaksanakan penyelamatan umat manusia. Tuhan, kasihanilah kami.
Engkaulah nabi agung yang demi cinta kasih mengorbankan hidup, namun bangkit jaya mengalahkan maut dan dosa. Kristus, kasihanilah kami.
Engkaulah nabi agung yang membawa pandangan hidup baru yang membahagiakan. Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pagi
Ya Allah, kami bersyukur karena melalui Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah menyampaikan Sabda Bahagia kepada kami yang miskin dan lemah ini. Semoga, Sabda Putra-Mu itu menjadikan kami kaya akan belas kasih dan perhatian kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan menderita. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Engkau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (7:25-31)
Saudara-saudara, mengenai para gadis aku tidak mendapat suatu perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercaya berkat rahmat yang telah kuterima dari Tuhan. Aku berpendapat bahwa mengingat zaman darurat sekarang ini baiklah orang tetap dalam keadaannya. Adakah engkau terikat pada seorang wanita? Janganlah mengusahakan perceraian. Adakah engkau tidak terikat pada seorang wanita? Janganlah mencari seorang. Tetapi kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi, orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani, dan aku mau menghindarkan kalian dari kesusahan itu. Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan: Waktunya singkat! Sebab itu dalam waktu yang masih sisa ini: mereka yang beristeri hendaknya berlaku seolah-olah tidak beristeri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli. Pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia yang kita kenal sekarang ini akan berlalu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Dengarlah, hai puteri, lihatlah dan sendengkanlah telingamu.
Ayat. (Mzm 45:11-12.14-15.16-17)
1. Dengarlah, hai puteri, lihatlah dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi bergairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!
2. Keindahan belaka puteri raja itu, pakaiannya bersulamkan emas. Dengan pakaian bersulam berwarna-warni ia dibawa kepada raja; anak-anak dara mengikutinya, yakni teman-temannya, yang didatangkan untuk dia.
3. Dengan sukacita dan sorak sorai mereka dibawa, mereka masuk ke dalam istana raja. Para leluhurmu akan diganti oleh anak-anakmu nanti; mereka akan kauangkat menjadi pembesar di seluruh bumi.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena besarlah upahmu di surga.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:20-26)
Pada waktu itu Yesus memandang murid-murid-Nya, lalu berkata, “Berbahagialah, hai kalian yang miskin, karena kalianlah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kalian yang kini kelaparan, karena kalian akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kalian yang kini menangis, karena kalian akan tertawa. Berbahagialah, bila demi Anak Manusia kalian dibenci, dikucilkan, dan dicela serta ditolak. Bersukacitalah dan bergembiralah pada waktu itu karena secara itu pula nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kalian, orang kaya, karena dalam kekayaanmu kalian telah memperoleh hiburan. Celakalah kalian, yang kini kenyang, karena kalian akan lapar. Celakalah kalian, yang kini tertawa, karena kalian akan berdukacita dan menangis. Celakalah kalian, jika semua orang memuji kalian; karena secara itu pula nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Siapa yang tidak ingin berbahagia dalam hidup ini? Setiap orang ingin memiliki kebahagiaan. Ada orang yang mengejar kebahagiaan dengan menumpuk harta, yang lain dengan mengejar kenikmatan dunia, yang lain lagi inginkan kedudukan dan kuasa. Yesus memiliki kriteria tersendiri mengenai siapa yang berbahagia dan siapa yang celaka. Bacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan pada misa hari ini hendak berbicara kepada orang yang miskin, yakni orang yang kekurangan material, orang yang tak bisa mencukupi kebutuhan hidup, paling-paling pas-pasan saja. Tetapi Injil juga berbicara kepada orang berkepunyaan, orang yang berkelebihan, orang yang tak merasakan kekurangan. Kepada yang miskin dikatakan bahwa mereka tak dilupakan Kerajaan Allah, mereka itu malah boleh merasa empunya Kerajaan Allah. Kepada orang kaya tidak dikatakan kalian tak memiliki Kerajaan Allah. Namun kehidupan mereka itu kiranya tak ada artinya ("celakalah....") bila mereka sudah puas dan merasa aman dengan kelimpahan mereka.
Ukuran yang dipakai Yesus berbeda dengan ukuran kebahagiaan yang dikejar kebanyakan orang. Kalau Yesus berkata “Berbahagialah yang miskin” itu tidak berarti murid-murid-Nya harus jadi gelandangan, pengemis, dan menjual semua hartanya. Tetapi berarti bahwa Yesus berpihak kepada orang miskin. Sebagai orang yang berkecukupan, berkedudukan tinggi, kita diharapkan untuk mau berbagi dan solider dengan mereka yang miskin, lemah dan berdosa, sertaan mau berbagi untuk mereka yang membutuhkan uluran tangan kasih dari kita. Rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Jemaat di Korintus menasehati jemaat di Korintus untuk lebih fokus kepada kedatangan Tuhan, sekaligus juga mengingatkan kita semua bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini sungguh bersifat sementara, maka ia mengingatkan “orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu”.
Dalam hidup ini banyak orang tergiur oleh penghasilan yang besar tanpa memikirkan akibat-akibatnya. Kisah tadi merupakan salah satu contoh bahwa orang yang rakus sering ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ia tidak peduli akan begitu banyak kekayaan yang sudah dimilikinya. Ia ingin mengumpulkan lagi dan lagi. Akibatnya, ia kehilangan apa yang dimilikinya. Banyak orang tidak puas akan apa yang sudah dimilikinya. Sebagai orang beriman kita mesti selalu sadar bahwa pengembaraan di dunia ini akan berakhir. Hidup di dunia ini tidak ada yang abadi. Harta kekayaan akan lenyap, karena tidak bersifat kekal. Harta kekayaan tidak menjamin keselamatan jiwa-jiwa. Harta kekayaan hanyalah sarana bagi manusia untuk hidup lebih baik di bumi ini. Dengan demikian, manusia memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal baik bagi sesama. Marilah kita sadari bahwa kita hanyalah pengembara di dunia ini. Dengan demikian, kita mampu mengorbankan hidup bagi sesama yang membutuhkan.
-NVL-
Langganan:
Postingan (Atom)
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati