Minggu, 14 September 2014
Pesta Pemuliaan Salib Suci
Kematian
di kayu salib adalah kurban yang satu kali untuk selamanya
dipersembahkan Kristus, “pengantara antara Allah dan manusia” (1 Tim
2:5). Tetapi karena dalam Pribadi ilahi-Nya yang menjadi manusia, “Ia
seakan-akan bersatu dengan tiap manusia” (GS 22,2) maka Ia memberikan
“kemungkinan kepada semua orang, untuk bergabung dengan misteri Paskah
ini, atas cara yang diketahui Allah” (GS 22,5). Yesus mengajak
murid-murid-Nya, untuk “memanggul salibnya” dan mengikuti Dia (Mat
16:24), karena “Kristus pun telah menderita untuk [kita] dan telah
meninggalkan teladan bagi [kita], supaya [kita] mengikuti jejak-Nya” (1
Ptr 2:21). Ia ingin mengikut-sertakan dalam kurban ini, pada tempat
pertama, orang-orang yang menjadi ahli waris-Nya (Bdk. Mrk 10:39; Yoh
21:18-19; Kol 1:24). Ini berlaku terutama untuk ibu-Nya, yang dalam
misteri kesengsaraan-Nya yang menebuskan itu, dibawa masuk lebih dalam
daripada setiap manusia yang lain (Bdk. Luk 2:35).
“Tidak ada satu tangga lain untuk naik ke surga, selain salib” (Rosa dari Lima, Vita). (Katekismus Gereja Katolik, 618)
Antifon Pembuka (Gal 6:14)
Kita
harus bangga akan salib Tuhan kita Yesus Kristus pohon keselamatan,
kehidupan dan kebangkitan kita, sumber penebusan dan pembebasan kita.
We should glory
in the Cross of our Lord Jesus Christ, in whom is our salvation, life
and resurrection, through whom we are saved and delivered.
Ref. Nos
autem gloriari oportet, in cruce Domini nostri Iesu Christi: in quo est
salus, vita, et resurrectio nostra: per quem salvati, et liberati
sumus.
Ayat.
1. Deus misereatur nostri, et benedicat nobis: illuminet vultum suum super nos, et misereatur nostri.
2. Ut cognoscamus in terra viam tuam: in omnibus gentibus salutare tuum.
3. Confiteantur tibi populi, Deus: confiteantur tibi populi omnes.
Tobat 3
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Putra Manusia yang harus ditinggikan
di salib, agar siapa saja yang percaya kepada-Mu tidak binasa, melainkan
memiliki hidup abadi. Tuhan, kasihanilah kami.
Engkaulah Putra Allah yang belajar menjadi taat dalam penderitaan
untuk menjadi pokok keselamatan kekal bagi mereka yang taat kepada-Mu. Kristus, kasihanilah kami.
Engkaulah Putra Allah yang tunggal, yang diserahkan oleh Allah
sebagai bukti cinta kasih-Nya kepada dunia, agar setiap orang yang
percaya kepada-Mu tidak binasa, melainkan memiliki hidup abadi. Tuhan, kasihanilah kami
Doa Pagi
Ya
Allah, Engkau menghendaki Putra Tunggal-Mu menanggung salib demi
keselamatan umat manusia. Perkenankanlah kami, yang menghormati misteri
salib Putra-Mu di dunia, kelak menerima anugerah penebusan di surga.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama
dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah,
sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Bilangan (21:4-9)
"Semua orang yang terpagut ular akan tetap hidup, bila memandang ular perunggu."
Ketika
umat Israel berangkat dari Gunung Hor, mereka berjalan ke arah Laut
Teberau untuk mengelilingi tanah Edom. Bangsa itu tidak dapat menahan
hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa,
“Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di
padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air! Kami
telah muak akan makanan hambar ini!” Lalu Tuhan menyuruh ular-ular
tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari
orang Israel itu mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa
dan berkata, “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan
dan engkau; berdoalah kepada Tuhan, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini
dari pada kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah
Tuhan kepada Musa, “Buatlah ular tedung dan taruhlah pada sebuah tiang;
maka setiap orang yang terpagut ular, jika ia memandangnya, akan tetap
hidup.” Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah
tiang. Maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang ular tembaga
itu, tetaplah ia hidup.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = a, 2/4, PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan
Ayat. (Mzm 78:1-2.34-35.36-37.38)
1. Dengarkanlah pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu
kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut untuk mengatakan Amsal,
aku mau menuturkan hikmat dari zaman purbakala.
2. Ketika Allah
membunuh mereka, maka mereka mencari Dia; mereka berbalik dan
mendambakan Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah Gunung Batu ,
bahwa Allah yang Mahatinggi adalah Penebus mereka.
3. Tetapi mulut
mereka tidak dapat dipercaya, dan dengan lidah mereka membohongi
Allah. Hati mereka tidak berpaut pada-Nya, dan mereka tidak setia pada
perjanjian-Nya.
4. Akan tetapi Allah itu penyayang! Ia mengampuni
kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan
amarah-Nya, dan tidak melampiaskan keberangan-Nya.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi (2:6-11)
"Yesus merendahkan diri, maka Allah sangat meninggikan Dia."
Saudara-saudara,
Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia
telah mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama
dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai wafat, bahkan sampai wafat di kayu
salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia, dan
menganugerahkan-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus
bertekuklututlah segala yang ada di langit, dan yang ada di atas serta
di bawah bumi, dan bagi kemuliaan Allah Bapa segala lidah mengakui,
“Yesus Kristus adalah Tuhan.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. Ya Kristus, kami menyembah dan memuji Dikau, sebab dengan salib-Mu, Engkau telah menebus dunia.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:13-17)
"Anak manusia harus ditinggikan."
Dalam
percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, “Tidak ada seorang pun
yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga,
yaitu Anak manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang
gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke
dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk
menyelamatkannya.”Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Pada Hari Minggu ini Gereja merayakan Pesta Pemuliaan Salib Suci.
Mulanya perayaan ini diperingati sebagai hari raya hanya dalam Ritus
Timur. Pada abad V, sehari setelah pesta penahbisan Gereja Makam Kudus
(13 September), kayu Salib Suci diperlihatkan kepada umat di Yerusalem.
Perayaan ini melahirkan Pesta Penemuan Salib Suci. Menurut Santo
Ambrosius, Uskup Milan (†397), kayu salib Yesus ditemukan kembali oleh
Ratu Helena, ibu Kaisar Konstantinus. Kemudian salib itu dibagi-bagi
menjadi potongan-potongan kecil untuk disimpan dalam batu altar
gedung-gedung gereja di seluruh dunia sebagai relikui. Pada abad VII
perayaan ini diterima dalam Ritus Latin dan sekarang disebut Pesta
Pemuliaan Salib Suci. Di dalam kitab Bilangan dikatakan “Maka
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu
pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya,
akan tetap hidup.” (Bil 21:8). Dalam hal ini, Tuhan mengatakan
kepada Musa untuk membuat ular tedung dari tembaga, sehingga orang
Israel yang berdosa – karena melawan perintah Allah – dapat memperoleh
kesembuhan. Peristiwa itu dilihat dalam Injil sebagai nubuat atas
peristiwa Putra Manusia yang akan ditinggikan dan semua orang yang
memandang-Nya dan percaya akan diselamatkan. Salib selalu menjadi simbol
sengsara penderitaan. Namun, bagi kita yang percaya, salib adalah
sekaligus menjadi lambang kemenangan. Salib bukanlah kata akhir dalam
perjalanan rohani kita. Kita harus melihatnya sebagai lambang harapan
dan keberanian. Salib mungkin merupakan aib dan pengalaman tragis bagi
seorang Putra Allah, namun itu juga menjadi kisah kekuatan dan
kesembuhan bagi kita semua. Injil Yohanes membandingkan ular
tembaga dengan Yesus Anak Allah yang turun ke dunia untuk mewartakan
hidup kekal. Dalam hidup-Nya, Yesus mewartakan dan menawarkan "hidup
kekal" itu melalui tanda-tanda yang tidak mudah dimengerti oleh orang
lain. Banyak kali kata-kata Yesus menjadi sumber pertikaian di kalangan
orang-orang Yahudi yang mendengar-Nya. Berulangkali Ia mengatakan bahwa
Ia berasal dari Bapa (Allah), Ia menyebut Allah sebagai Bapa-Nya dan
Diri-Nya sebagai Anak dan bahwa Ia datang membawa hidup kekal,
barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal. Santo
Yohanes menegaskan seperti orang Israel memandang ular tembaga lalu
hidup, barangsiapa memandang kepada Dia yang diutus Bapa, akan
memperoleh hidup kekal dengan melakukan kehendak Allah. Walaupun Yesus
sudah berulangkali mengajar dan membuat tanda-tanda heran namun banyak
orang masih tidak percaya. Karena itu Yesus berpesan kepada mereka,
apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa
Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku
sendiri..." Yesus menegaskan bahwa Dia berasal dari Bapa dan semua yang
Ia lakukan adalah berasal dari Bapa. Di dalam diri Yesus, kita dapat
menemukan hidup kekal. Maka barangsiapa mengangkat hati dan percaya
kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal. Para kudus yang
berada di Surga, mereka berkumpul di Surga bukan karena kekuatan dan
kesucian mereka, namun karena mereka tergabung bersama Kristus dalam
persatuan dengan tubuh mistik Kristus. Kemenangan para kudus dari dunia
ini dengan cara bertumbuh dalam kekudusan dan dengan kerendahan hati,
menyebabkan mereka dapat berkumpul bersama-sama dengan Kristus (lih. Why
3:21). Sikap kerendahan hati ini merupakan sikap yang meniru teladan
Kristus, yang terlebih dahulu merendahkan diri dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib (lih. Fil 2:8). Pada diri orang yang
rendah hati, apa yang dilihat, misalnya karya-karya Tuhan dan situasi
kehidupan sesama tidak akan berlalu begitu saja tetapi membangkitkan
tindakan, misalnya untuk bersyukur, berpartisipasi, bersolider, dll.
Lalu, apa yang didengar, misalnya sabda Tuhan, permohonan dan nasehat
sesama, juga akan meresap dalam hati serta menghasilkan buah dalam
tindakan. Berbeda dengan orang yang hatinya keras, apa yang dilihat dan
yang didengar akan segara berlalu, ia akan pura-pura tidak melihat dan
tidak mendengar atau mendengar tetapi masuk telinga kanan keluar telinga
kiri. Sementara penghayatan dalam hal keutamaan 'ketaatan' masa kini
sungguh memprihatinkan, entah dalam hidup beriman, beragama, membiara
atau imamat, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Gejala
yang nampak atau dapat diinderai setiap hari antara lain apa yang
terjadi di jalanan, dimana para pejalan kaki, pengendara sepeda motor
atau mobil kurang/tidak mentaati (tidak peduli) aturan berlalu lintas;
cukup banyak orang melanggar rambu-rambu lalu lintas seenaknya, demi
mempersingkat waktu tidak lagi peduli pada keselamatan dirinya maupun
orang lain sehingga menimbulkan kecelakaan dan korban manusia. Kita,
dalam bidang-bidang tertentu, mungkin lebih baik, lebih tahu, lebih
ahli, lebih intelek, dan lebih lebih yang lain, dibandingkan orang lain.
Namun, kalau kita tidak mempunyai kerendahan hati dan ketaatan, kita
tidak akan bisa membangun kerjasama dan memberikan pelayanan yang
membuahkan sukacita dan damai sejahtera. Dalam salah satu
pengajaran-Nya, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah jalan, kebenaran dan
kehidupan. Melalui Yesus itu manusia beriman melintasi perjalanannya di
dunia ini menuju keselamatan yang abadi. Yesus tidak hanya memberikan
pernyataan bahwa dirinya jalan, kebenaran dan kehidupan. Ia sendiri rela
mengorbankan hidupnya bagi manusia. Ia sendiri wafat di kayu salib
untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Ia mengajarkan kebenaran kepada
manusia. Kebenaran itu ialah bahwa Tuhan senantiasa mengasihi manusia.
Tuhan tidak pernah meninggalkan manusia berjuang sendiri di dunia ini.
Untuk itu, manusia mesti selalu mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Hanya
dengan cara demikian, manusia tidak akan mengalami salah jalan. Manusia
akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya, kalau tetap berpegang teguh
pada Tuhan.
"Hari
ini kita melihat pada Salib, kisah manusia dan kisah Allah. Kita
pandang Salib ini, di mana kalian dapat mencoba madu dari getah itu,
madu pahit itu, rasa pahit dari manisnya pengorbanan Yesus itu. Tapi
misteri ini begitu besar, dan kita tidak bisa oleh diri kita sendiri
melihat dengan baik pada misteri ini, tidak untuk memahami – ya, untuk
memahami – tapi untuk merasakan dengan mendalam keselamatan dari misteri
ini. Pertama-tama misteri Salib. Ini hanya dapat dimengerti, sedikit,
dengan berlutut, dalam doa, tetapi juga melalui air mata: air matalah
yang mendekatkan kita dengan misteri ini.“. (Paus Fransiskus, Homili Pesta Pemuliaan Salib Suci, 2013)
R-P@B-NVL-