Minggu, 21 September 2014
Hari Minggu Biasa XXV
Iri hati adalah satu dosa pokok. Ia berarti bahwa orang
kecewa karena yang lain mendapat untung, dan menghendaki secara tidak
terbatas, untuk memiliki sendiri hartanya atas cara yang tidak adil.
Siapa yang menginginkan yang jahat bagi sesamanya, melakukan dosa
berat.Santo Agustinus melihat di dalam iri hati "dosa setani" (catech.
4:8). "Dari iri hati muncullah kedengkiah, fitnah, hujah, kegirangan
akan kesengsaraan sesama, dan menyesalkan keberuntungannya" (Gregorius
Agung., mor. 31,45). (Katekismus Gereja Katolik, 2539)
Antifon Pembuka (lih. Mzm 37:39,40,28)
Akulah keselamatan umat, Sabda Tuhan. Aku akan mendengarkan seruannya
dalam segala kesulitan. Aku akan tetap menjadi Tuhan mereka sepanjang
masa.
I am the salvation of the people, says the Lord. Should they cry to me
in any distress, I will hear them, and I will be their Lord for ever.
Salus populi ego sum, dicit Dominus: de quacumque tribulatione
clamaverint ad me, exaudiam eos: et ero illorum Dominus in perpetuum.
Tobat 3
Tuhan Yesus Kristus, Engkau selalu memperhatikan orang-orang yang membutuhkan bantuan-Mu. Tuhan, kasihanilah kami.
Engkau adalah Putra Allah yang datang ke dunia membawa keadilan. Kristus, kaishanilah kami.
Engkau memperhatikan kami semua secara sama, tanpa membeda-bedakan derajat, pangkat, maupun kedudukan. Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pagi
Ya Allah, segala ketetapan hukum-Mu yang kudus Engkau rangkum dalam
hukum kasih kepada-Mu dan kepada sesama. Semoga dengan menaati
perintah-perintah-Mu, kami dapat sampai ke hidup yang kekal. Dengan
pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau
dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala
masa.
Bacaan dari Kitab Yesaya (55:6-9)
"Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu."
Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama
Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat
meninggalkan rancangannya. Baiklah ia kembali kepada Tuhan, maka Tuhan
akan mengasihaninya; baiklah ia kembali kepada Allah kita, sebab Ia
memberi pengampunan dengan limpah. “Sebab rancangan-Ku bukanlah
rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku,” demikian firman Tuhan.
Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah jalan-Ku menjulang di
atas jalanmu, dan rancangan-Ku di atas rancanganmu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 816
Ref. Tuhan mendengarkan doa orang beriman.
Ayat. (Mzm 145:2-3.8-9.17-18; Ul: lh.18a)
1. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, ya Allah, dan memuliakan
nama-Mu untuk selama-lamanya. Besarlah Tuhan dan sangat terpuji;
kebesaran-Nya tidak terselami.
2. Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih
setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang, penuh rahmat terhadap
segala yang dijadikan-Nya.
3. Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam
segala perbuatan-Nya. Tuhan itu dekat pada setiap orang yang berseru
kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi (1:20c-24.27a)
"Bagiku hidup adalah Kristus."
Saudara-saudara, dengan nyata Kristus dimuliakan di dalam tubuhku, baik
oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus,
dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini,
itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih,
aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: Aku ingin pergi dan diam
bersama-sama dengan Kristus ini memang jauh lebih baik; tetapi demi kamu
lebih berguna aku tinggal di dunia ini. Maka hendaklah hidupmu
berpadanan dengan Injil Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Kis 16:14b)
Bukalah hati kami, ya Tuhan, sehingga kami memperhatikan Sabda Putra-Mu
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (20:1-16a)
"Iri hatikah engkau karena Aku murah hati?"
Sekali peristiwa Yesus mengemukakan perumpamaan berikut kepada
murid-murid-Nya, “Hal Kerajaan Surga itu sama seperti seorang tuan rumah
yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja untuk kebun anggurnya.
Setelah sepakat dengan para pekerja mengenai upah sedinar sehari, ia
menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia
keluar pula, dan dilihatnya ada orang-orang lain menganggur di pasar.
Katanya kepada mereka, ‘Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku, dan aku
akan memberimu apa yang pantas.’ Dan mereka pun pergi. Kira-kira pukul
dua belas dan pukul tiga sore ia keluar pula, dan berbuat seperti tadi.
Kira-kira pukul lima sore ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain
pula; lalu katanya kepada mereka, ‘Mengapa kamu menganggur saja di sini
sepanjang hari?’ jawab mereka, ‘Tidak ada orang yang mengupah kami’.
Kata orang itu, ‘Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku’. Ketika hari
sudah malam, berkatalah tuan itu kepada mandornya, ‘Panggillah sekalian
pekerja itu dan bayarlah upahnya, mulai dari yang masuk terakhir sampai
kepada yang masuk terdahulu’. Maka datanglah mereka, mulai yang bekerja
kira-kira pukul lima sore, dan mereka masing-masing menerima satu dinar.
Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu. Mereka mengira akan
mendapat lebih besar. Tetapi mereka pun menerima masing-masing satu
dinar juga. Ketika menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu,
katanya, ‘Mereka yang masuk paling akhir ini hanya bekerja satu jam,
dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja
berat dan menanggung panas terik matahari’. Tetapi tuan itu menjawab
salah seorang dari mereka, ‘Saudara, aku tidak berlaku tidak adil
terhadapmu. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah
bagianmu dan pergilah! Aku mau memberikan kepada orang yang masuk
terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan
milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau karena aku
murah hati?’ Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu
dan yang terdahulu menjadi yang terakhir.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Tujuan kita hidup dalam iman kepada Yesus adalah untuk masuk Kerajaan
Surga. Oleh sebab itu, segala bentuk hidup, sikap, perbuatan dan hati
semestinya berorientasi ke arah tujuan tersebut. Inilah unsur hakiki
dari hidup beriman.
Sehubungan dengan Kerajaan Surga itu, Kitab Suci tidak menjelaskannya
dengan rinci, bahkan Yesus sendiri juga tidak pernah menjelaskannya
dengan cara demikian. Ia hanya membuka sebagian kecil dari Kerajaan
Surga itu yang sering diungkapkan dengan perumpamaan. Akan tetapi,
perumpamaan itu kelihatannya tidak memberikan penjelasan, malah
membingungkan seperti Injil pada hari ini.
Saya mengatakan perumpamaan ini “membingungkan”, karena tidak mungkin
membayar upah yang sama dengan mereka yang bekerja sejak subuh dengan
mereka yang bekerja dan masuk pada jam 5 sore yang semuanya berakhir
bekerja pada jam yang sama, katakanlah pada jam 6 sore. Apakah perbuatan
ini adil? Jelas hal ini adalah ketidakadilan. Jika demikian halnya,
berarti secara sepintas bisa dikatakan bahwa dalam Kerajaan Allah itu
terdapat ketidakadilan!
Inilah kecenderungan manusia yang menilai banyak hal bahkan juga
Kerajaan Surga dengan untung dan rugi yang dikaitkan dengan uang.
Akibatnya, segala aktivitas dan bahkan hidup dinilai dengan materi.
Sebenarnya ada aspek penilaian lain dari hidup, yang bahkan memiliki
peran lebih penting dari penilaian sebelumnya. Aspek itu dikenal dengan
kualitas hidup yang tidak bisa diukur dengan materi, apalagi dengan
uang.
Kualitas hidup itu bisa diibaratkan dengan persahabatan yang tidak
pernah diukur dengan materi dan uang. Persahabatan yang mengandalkan
materi akan berlangsung seumur jagung. Akan tetapi, persahabatan yang
murni dan tulus akan berlangsung selama-lamanya. Inilah kualitas
persahabatan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa hidup juga membutuhkan
materi dan uang. Akan tetapi, kualitas hidup akan jauh lebih berharga
dari segalanya.
Rasul Paulus dalam bacaan kedua menunjukkan kulitas hidup yang sempurna
di dunia ini. Ia seakan dihadapkan pada dua pilihan: Hidup atau mati!
Kelihatannya ia lebih cenderung menyenangi kematian. Apakah ada orang
lebih suka mati daripada hidup? Selagi masih belum stres, kecenderungan
orang adalah hidup lebih lama. Rasul Paulus bukanlah orang yang putus
asa untuk menghadapi para jemaat, terlebih jemaat Filipi, sehingga ia
lebih disenangkan dengan kematian. Akan tetapi, kualitas hidupnya
memiliki kesempurnaan, sehingga baik hidup maupun mati seakan tidak ada
perbedaan, walau kematian itu kelihatannya memiliki keunggulan lebih.
Alasannya, karena dengan kematian ia dipersatukan secara penuh dengan
Kristus yang diimaninya di Kerajaan Surga.
Hidup atau mati! Jawaban kita bukan “atau” dan bukan juga “mati””.
Paling tidak itulah situasi kita saat ini, dengan berbagai macam alasan,
baik itu dari aspek keluarga, tanggung jawab dan kewajiban. Salah satu
alasan yang hendaknya tidak kita lupakan, bahwa kita belum siap untuk
mati, karena kita masih sedang membenahi hidup yang berkualitas sampai
akhir hayat. (Edison Tinambunan/RUAH)