Selasa, 14 Oktober 2014
Hari Biasa Pekan XXVIII
“Semua norma yang berhubungan dengan hal-hal liturgi, yang sesuai dengan
hukum telah ditetapkan oleh sebuah Konferensi Uskup untuk wilayahnya,
harus dihadapkan kepada Kongregasi Ibadat dan Tata-tertib Sakramen untuk
diberi recognitio. Tanpa recognitio itu, semua norma itu
tidak mempunyai kekuatan hukum.” (Redemptionis Sacramentum, Instruksi VI
tentang sejumlah hal yang perlu dilaksanakan atau dihindari berkaitan
dengan Ekaristi Mahakudus, No. 28)
Antifon Pembuka (Mzm 119:41)
Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku, ya Tuhan, keselamatan karya-Mu itu sesuai dengan janji-Mu.
Doa Pagi
Ya Allah, dalam diri Putra-Mu kami selalu mengalami betapa besar
cinta-Mu kepada kami. Kami mohon, jiwailah kami dengan roh cinta
kasih-Mu agar kami dapat mencintai Engkau dan sesama secara nyata, baik
dalam pikiran, perkataan, maupun tindakan kami. Dengan pengantaraan
Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam
persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia (4:31b-5:6)
"Sunat tidak berarti sama sekali; yang berarti hanyalah iman yang bekerja melalui cinta kasih."
Saudara-saudara, kita bukanlah anak dari wanita hamba, melainkan dari
wanita yang merdeka. Sebab Kristus telah memerdekakan kita, supaya kita
benar-benar merdeka. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau tunduk
lagi di bawah kuk perhambaan. Sesungguhnya aku, Paulus, berkata
kepadamu, ‘Jika kalian menyunatkan diri, Kristus sama sekali tidak akan
berguna bagimu. Sekali lagi kukatakan kepada setiap orang yang
menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
Kalian lepas dari Kristus, jika kalian mengharapkan kebenaran oleh hukum
Taurat; kalian hidup di luar kasih karunia! Sebab oleh Roh dan karena
iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Sebab bagi orang
yang ada dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat sama
sekali tidak mempunyai arti. Yang berarti hanyalah iman yang bekerja
oleh kasih.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Semoga kasih setia-Mu mendatangi aku, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 119:41.43-45.47.48)
1. Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku, ya Tuhan, keselamatan dari pada-Mu itu sesuai dengan janji-Mu.
2. Janganlah sekali-kali mencabut firman kebenaran dari mulutku, sebab aku berharap kepada hukum-hukum-Mu.
3. Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya.
4. Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah-titah-Mu.
5. Aku hendak bergembira dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai itu.
6. Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Sabda Allah itu hidup dan penuh daya, menguji segala pikiran dan maksud hati.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:37-41)
"Berikanlah sedekah dan semuanya menjadi bersih."
Pada suatu ketika, selesai mengajar, Yesus diundang seorang Farisi untuk
makan di rumahnya. Maka masuklah Yesus ke rumah itu, lalu duduk makan.
Tetapi orang Farisi itu heran melihat Yesus tidak mencuci tangan sebelum
makan. Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Hai orang-orang Farisi, kalian
membersihkan cawan dan pinggan bagian luar, tetapi bagian dalam dirimu
penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Yang
menjadikan bagian luar, Dialah juga yang menjadikan bagian dalam? Maka
berikanlah isinya sebagai sedekah, dan semuanya akan menjadi bersih
bagimu.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Ada seorang peneliti gejala sosial yang menyimpulkan bahwa karakter
utama bangsa kita adalah “hipokrit”. Artinya, suka menyembunyikan suatu
kebenaran dengan memakai kata indah dan atau kalimat terselubung,
sehingga berbeda jauh dengan kenyataannya. Misalnya, “Satu rupiah korupsi, gantung A di tiang Monas.” Atau, “Aku tidak tahu proyek Hambalang.”
Sikap kejiwaan tersebut membawa kita menjadi manusia munafik.
Ciri-cirinya, apabila berkata-kata ia berdusta, bila berjanji ia
mengingkari, “plin-plan” dan bila mendapat amanah atau kepercayaan ia mengkhianatinya. Di samping itu, ia suka “cari muka”,
serta sibuk menilai orang lain dan lupa akan kualitas dirinya. Seorang
dapat jatuh dalam dosa kemunafikan bila, mulutnya keluar kata-kata
pedas, nalurinya iri hati, pikirannya negatif melulu.
Dalam Injil Luk 11:37-41, Yesus mengecam segala bentuk kemunafikan (Luk
11:37-45). Intinya, Ia mengkritik praktik beragama kaum Farisi dan
ahli-ahli Taurat yang sering justru menjauhkan mereka dari Allah Yahweh.
Kritik Yesus berisi enam kecaman yang ditujukan kepada kaum Farisi pada
umumnya (ay. 42.43.44) dan tiga “celaka” mengarah khusus kepada para
ahli Taurat yang merupakan kelompok orang Farisi (ay. 46.47.52).
peringatan Yesus berbunyi, “Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat...” (Luk 20:45-47), atau “Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat.... (Mrk 12:38-40).
Yesus diundang oleh seorang Farisi untuk perjamuan makan di rumahnya
(ay. 39-41). Tanpa cuci tangan terlebih dahulu, Yesus makan. Tindakan
Yesus ini membuat orang Farisi heran (ay. 38). Aturan mencuci tangan ini
tidak ada dalam hukum Taurat, tetapi ditambahkan sebagai tradisi nenek
moyang. Walaupun tuan rumah diam tanpa berkomentar, tetapi Yesus
berkomentar, “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar
dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan
kejahatan” (ay. 39). Artinya, bagian luar dan dalam harus sama bersihnya; lahiriah dan batiniah harus sama bersihnya, alias tidak munafik.
Alangkah indahnya dalam berbangsa dan bernegara bila tidak terselip
kemunafikan; apabila dalam keluarga tidak ada dusta di antara mereka.
CAFE ROHANI