| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Jumat, 13 Februari 2015 Hari Biasa Pekan V

Jumat, 13 Februari 2015
Hari Biasa Pekan V

Ingatlah akan gambar Allah, sebab menurut itu kamu diciptakan. (St. Leo Agung)

Antifon Pembuka (Mzm 32:1)

Berbahagialah orang bila dosanya diampuni, dan kesalahannya dihapus oleh Tuhan.

Doa Pagi


Allah Bapa yang Maharahim, berkenanlah mengucapkan Sabda pengampunan-Mu, bila kami mengakui dan menyesali dosa kami. Jadikanlah kami orang yang penuh amal baik. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Kejadian (3:1-8)
  
 
"Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
  
Ular adalah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan Tuhan Allah. Ular itu berkata kepada wanita, “Tentulah Allah bersabda, ‘Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya’, bukan?” Wanita itu menjawab, “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan. Tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah taman, Allah bersabda: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Tetapi ular itu berkata kepada wanita itu, “Sekali-kali kamu tidak akan mati! Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya, matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Perempuan itu melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati, karena memberi pengertian. Maka ia mengambil buah itu, lalu dimakan, dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia; dan suaminya pun memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua, dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara, dan membuat cawat. Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang, yang pelanggarannya diampuni.
Ayat. (Mzm 32:1-2.5.6.7; R: 1a)
1. Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni dan dosa-dosanya ditutupi! Berbahagialah orang yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan, dan tidak berjiwa penipu!
2. Akhirnya dosa-dosaku kuungkapkan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata, “Aku akan menghadap Tuhan, dan mengakui segala pelanggaranku.” Maka Engkau sudah mengampuni kesalahanku.
3. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi ditimpa kesesakan; kendati banjir besar terjadi ia tidak akan terlanda.
4. Engkaulah persembunyian bagiku, ya Tuhan! Engkau menjagaku terhadap kesesakan Engkau melindungi aku, sehingga aku luput dan bersorak.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Kis 16:14b)
Ya Allah, bukalah hati kami, agar kami memperhatikan sabda Anak-Mu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:31-37)
  
"Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara."
  
Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Tirus, dan lewat Sidon pergi ke Danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang tuli dan gagap dan memohon supaya Yesus meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Maka Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian. Kemudian Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya, “Effata”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu, dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceritakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang, dan berkata, “Ia menjadikan segala-galanya baik! Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan

Kalau kita membaca Injil dan mengikuti jejak langkah Yesus, kita akan menemukan kesimpulan bahwa di mana pun berada, Dia pasti menjadikan segala-galanya baik. Hanya ada di satu tempat, di mana tidak tejadi demikian, yakni saat Ia pulang kampung dan orang-orang sekampung-Nya menolak Dia sehingga Ia tidak membuat banyak mukjizat. Di tempat-tempat lain, Ia menjadikan segala-galanya baik_ menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, meredakan angit ribut dan badai lautan, mengusir roh-roh jahat, dll. Oleh karena itu, marilah kita memperteguh iman dan memperkuat harapan kita bahwa bersama Yesus, segala sesuatunya pasti baik adanya. Di mana ada Yesus, pasti ada kebaikan. Kalau kita bersama Yesus, berarti kita juga melakukan hanya yang baik. Dalam Yesus, kita juga mampu memukan hal baik atau sisi positif dari setiap pengalaman kita yang tampaknya tidak baik (derita, penyakit, kematian, kegagalan, dll). 

Doa: Tuhan, semoga kami selalu membuka diri untuk melangkah ke mana pun bersama-Mu agar kami mampu untuk selalu menemukan dan melakukan hanya yang baik. Amin. -agawpr-
 
 
Doa Malam

Allah Bapa yang Mahabaik, Putra-Mu telah menyebarkan kebaikan ke mana-mana: orang tuli dibuat-Nya mendengar, orang bisu berbicara. Kami mohon, semoga kami mewartakan nama-Mu kepada siapa pun di sekitar kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

"Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."

Kamis, 12 Februari 2015
Hari Biasa Pekan V


Kej. 2:18-25; Mzm. 128:1-2,3,4-5; Mrk. 7:24-30. 

"Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."

Dengan kata-kata "anjing" yang keluar dari mulut Yesus, kita tahu bahwa Ia tidak sedang misuh atau marah. Meskipun dikatakan bahwa sebenarnya Ia ingin berada di rumah tanpa diketahui siapa pun. Itu berarti, kedatangan perenpuan Siro-Fenisia tersebut, bisa dikatakan mengganggu ketenangan-Nya. Bisa jadi Yesus tidak berkenan. Namun, kalau melihat apa yang terjadi selanjutnya, lebih-lebih perempuan tersebut mendapatkan dari Yesus apa yang ia mohon, dapat dipastikan bahwa ungkatan "anjing" tersebut tidak keluar dari kejengkelan atau kemarahan. Maka hal ini tidak bisa kita jadikan sebagai pembenaran kalau suatu saat kita marah atau jengkel lalu keluar kata-kata yang sama. Pesan yang hendak disampaikan dalam Injil ini adalah mengenai iman dan kerendahan hati. Iman kita kepada Tuhan, yang seringkali terwujud dalam permohonan dan pengharapan kepada-Nya, haruslah kita hayati dalam kerendahan hati. Oleh karena itu, permohonan kita kepada Tuhan, hendaknya juga bukan sekedar berisi daftar kebutuhan-kebutuhan kita tetapi lebih-lebih sebagai ungkapan iman. Dengan kata lain, saya memohon kepada Tuhan bukan pertama-tama karena saya butuh ini dan itu tetapi karena saya beriman kepada Tuhan. 

Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk menghayati iman kami dalam kerendahan hati. Amin. -agawpr-

Kamis, 12 Februari 2015 Hari Biasa Pekan V

Kamis, 12 Februari 2015
Hari Biasa Pekan V

“Dengan meneladan Kristus, orang menjadi sama seperti Kristus” (St. Agustinus)
  
Antifon Pembuka (Mzm 128:1)

Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya

Doa Pagi

Allah Bapa umat manusia, kami sudah diciptakan, agar berusaha menjadi sempurna dalam cinta kasih dan kebaikan. Semoga hati kami selalu terbuka dan dunia ini menjadi tempat kediaman yang membahagiakan bagi siapa saja. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Perempuan diciptakan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi laki-laki. Persatuan perkawinan dan sifat monogam adalah perintah Tuhan. Laki-laki dan perempuan adalah ciptaan Tuhan dan hidup sebagai anak-anak Allah yang dipanggil kepada tujuan adikodrati yang sama.

Bacaan dari Kitab Kejadian (2:18-25)
  
"Tuhan membawa Hawa kepada Adam, dan keduanya menjadi satu daging."
    
Tuhan Allah bersabda, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja! Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Maka, Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana manusia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan
Ayat. (Mzm 128:1-2.3.4-5; R: 1a)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu!
3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion; boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya.
Ayat. Terimalah dengan lemah lembut sabda Allah yang tertanam dalam hatimu, sebab sabda itu berkuasa menyelamatkan kamu.

Yesus pergi ke daerah Tirus dan Sidon, sebuah wilayah bangsa-bangsa lain. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus menjadi Penyelamat untuk bangsa-bangsa lain juga. Seorang wanita kafir ini memiliki iman yang dalam. Ia berkenan merendahkan diri di hadapan Yesus. Dan apa yang diharapkannya terjadi dalam hidupnya. Anaknya disembuhkan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:24-30)
  
"Anjing-anjing pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."
  
Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Galilea dan berangkat ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya. Tetapi, kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah di situ ada seorang ibu, yang anak perempuannya kerasukan roh jahat. Begitu mendengar tentang Yesus. Ibu itu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Ibu itu seorang Yunani berkebangsaan Siro-Fenisia. Ia mohon kepada Yesus supaya mengusir setan dari anaknya. Yesus lalu berkata kepadanya, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu! Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi ibu itu menjawab, “Benar, Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Lalu Yesus berkata kepada ibu itu, “Karena kata-katamu itu, pulanglah, sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Ibu itu pulang ke rumah dan mendapati anaknya terbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan
 
Ada seorang lelaki tua mengemis. Terus menerus meminta shingga membuat jengkel seorang ibu yang sedang kesal kepada suaminya. “O anjing kau, pergi!”, bentak ibu itu. Pengemis itu menggonggong menirukan anjing dengan wajah lucu dan tidak pergi. Ibu itu jadi tertawa lalu memberinya uang karena telah hilang rasa kesalnya. Injil hari ini pun berbicara tentang hinaan. Yesus menyebut ibu dari Siro-Fenesia itu anjing. Tetapi kata itu tidak membuatnya marah, malah ibu itu mempunyai jawaban iman mengharukan. Jawaban itu menjadikan Yesus mengabulkan kesembuhan anaknya yang sakit kerasukan setan.

Doa Malam

Allah Bapa sumber kerukunan, Engkau memanggil kami untuk bersatu dan menjadi sesama bagi siapa pun. Semoga Roh-Mu menjiwai kami dan menyempurnakan apa yang sudah Kaumulai pada hari ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

RUAH

Pesan Bapa Suci, Paus Fransiskus untuk Hari Orang Sakit Sedunia yang ke - 23 tahun 2015


Rabu, 11 Februari 2015
  
Kebijaksanaan Hati “Aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” (Ayub 29:15)

Saudara-saudara terkasih,
Pada Hari Orang Sakit Sedunia yang ke-23 ini, yang telah dimulai oleh St. Yohanes Paulus II, saya kembali kepada Anda semua yang menderita sakit dan yang dalam berbagai cara disatukan dengan penderitan tubuh Kristus, dan juga kepada Anda, para ahli dan relawan di bidang perawatan kesehatan.
Tema tahun ini mengundang kita untuk merenungkan satu ungkapan dari Kitab Ayub; “Aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” (Ayb 29:15). Saya ingin mengulas ungkapan ini dari sudut pandang “sapientia cordis”-kebijaksanaan hati.
  1. Kebijaksanaan bukanlah sesuatu yang teoritis, pengetahuan abstrak, atau hasil penalaran logis. Lebih dari itu, dalam suratnya St. Yakobus melukiskan kebijaksanaan sebagai “hikmat yang murni, selanjutnya pendamai, peramah lemah-lembut, penurut, penuh kasih, penuh belas-kasihan dan buah-buah baik, tidak ragu dan tidak munafik” (Yak 3:17). Inilah cara pandang yang dijiwai Roh Kudus di dalam pikiran dan perasaan mereka yang peka terhadap penderitaan saudari-saudarnya dan yang dapat memandang di dalam diri mereka gambar Allah. Untuk itu, marilah kita daraskan doa Pemazmur: “ Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm 90:12). “Kebijaksanaan hati” yang merupakan karunia Allah ini adalah rangkuman dari buah-buah hari Orang Sakit Sedunia.
  1. Kebijaksanaan hati berarti melayani saudari dan saudara kita. Kata-kata Ayub: “Aku menjadi mata bagi orang buta , dan kaki bagi orang lumpuh,” menunjukkan pelayanan orang saleh ini, yang menikmati kekuasaan tertentu dan memiliki posisi penting di antara orang-orang tua di kotanya, memberikan bantuan bagi mereka yang membutuhkan. Keagungan moralnya menemukan ungkapan tepat dalam pertolongan yang ia berikan kepada penderita yang berteriak minta tolong serta dalam kepeduliannya kepada anak yatim piatu dan janda-janda (Ayb 29:12-13)
Dewasa ini betapa banyak orang Kristiani yang menunjukkan, bukan dengan kata-kata tetapi dengan hidup yang berakar dalam iman sejati, bahwa mereka adalah “mata bagi orang buta, dan “kaki bagi orang lumpuh!” Mereka dekat dengan orang-orang sakit yang memerlukan perhatian dan bantuan terus menerus untuk membersihkan diri, memakaikan  pakaian dan menyuapkan makanan. Pelayanan seperti ini, khususnya bila berlarut-larut, bisa menjadi sesuatu yang melelahkan dan membebani. Relatif lebih mudah membantu orang selama beberapa hari saja, tetapi sulit merawat orang selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun., apalagi dalam beberapa kasus khusus, bila tidak ada ungkapan terima kasih. Namun, sebenarnya betapa agung jalan pengudusan ini.! Dalam saat-saat yang sulit itu secara khusus kita dapat mengandalkan kedekatan Tuhan, dan kita menjadi sarana istimewa bagi perutusan Gereja.
  1. Kebijaksanaan hati berarti berada bersama dengan saudari-saudara kita. Waktu yang dilalui bersama dengan orang sakit adalah waktu yang suci. Ini adalah cara memuji Tuhan yang menyelaraskan kita dengan gambar Putera-Nya yang “datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat 20:28). Yesus sendiri mengatakan: “Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan” (Luk 22:27).
Dengan iman yang hidup, marilah kita mohon kepada Roh Kudus supaya berkenan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita untuk  memahami kesiapsediaan diri yang seringkali tidak terkatakan untuk meluangkan waktu bersama saudari-saudara yang, dengan rasa terima kasih atas kedekatan dan kasih sayang kita, merasa lebih dicintai dan dikuatkan. Di sisi lain, tersembunyi suatu kebohongan besar di balik ungkapan tertentu yang menekankan pentingnya “kualitas hidup”, sehingga membuat orang-orang berpikir bahwa hidup yang dijangkit penyakit berat bukanlah hidup yang berharga!
  1. Kebijaksanaan hati berarti keluar dari diri sendiri menuju saudari-saudara kita. Adakalanya kita mengabaikan nilai istimewa dari waktu yang dilewatkan bersama dengan orang yang sakit di pembaringannya karena kita begitu terburu-buru; terjebak dalam kesibukan untuk melakukan sesuatu, untuk menghasilkan sesuatu, sehingga kita abai untuk memberikan diri sendiri secara bebas, untuk peduli kepada orang lain, dan bertanggung jawab terhadap orang lain. Di balik sikap seperti itu seringkali iman yang suam-suam kuku melupakan Firman Tuhan: “kamu telah melakukannya untuk aku” (Mat 25:40).
Oleh karena itu, saya akan menekankan kembali “prioritas mutlak “ keluar dari diri sendiri untuk masuk ke dalam kehidupan saudari-saudara kita’ sebagai satu dari dua perintah utama yang mendasari setiap norma moral dan sebagai tanda paling jelas untuk menilai pertumbuhan rohani dalam menanggapi anugerah yang diberikan Allah dengan cuma-cuma” (Evangelii Gaudium, 170). Sifat missioner Gereja menjadi sumber dari amal kasih yang berdaya guna dan bela-rasa yang memahami, membantu dan memajukan (ibid).
  1. Kebijaksanaan berarti menunjukkan solidaritas dengan saudari-saudara kita tanpa menghakimi mereka. Beramal kasih membutuhkan waktu. Waktu untuk merawat orang-orang sakit dan mengunjungi mereka. Waktu untuk berada di samping mereka seperti teman-teman Ayub : “Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorang pun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat bahwa sangat berat penderitaannya” (Ayb 2:13). Tetapi, teman-teman Ayub memendam penghakiman terhadapnya : bahwa kemalangan Ayub adalah hukuman Tuhan atas dosa-dosanya. Padahal, amal kasih yang benar adalah berbagi tanpa menghakimi, tanpa menuntut perubahan dari orang lain; bebas dari kepalsuan yang jauh di lubuk hati, dari mencari pujian dan kepuasaan diri akan segala kebaikan yang dilakukannya.
Pengalaman penderitaan Ayub menemukan tanggapan tulus hanya di dalam salib Yesus, tindakan kesetiakawanan Allah yang tertinggi kepada kita, sepenuhnya cuma-cuma, berlimpah belas-kasih. Tanggapan kasih terhadap drama penderitan manusia khususnya penderitaan orang-orang yang tidak bersalah, tetap membekaskan  kesan pada tubuh Kristus yang bangkit; luka mulia-Nya adalah skandal bagi iman, tetapi sekaligus juga bukti iman (bdk. Homili untuk kanonisasi Yohanes XXIII dan Yohanes pulus II, 27 April 2014).
Bahkan ketika penyakit, kesepian dan ketidakmampuan membuat kita sulit menjangkau orang-orang lain, pengalaman penderitaan dapat menjadi jalan istimewa untuk menyalurkan berkat dan menjadi sumber untuk memperoleh dan bertumbuh dalam kebijaksanaan hati. Kita menjadi mengerti bagaimana Ayub, di akhir pengalamannya dapat berkata kepada Tuhan : “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayb 42:5). Orang-orang yang tenggelam dalam rasa sakit dan penderitaan ketika menerima hal ini dalam iman, dimampukan menjadi saks-saksi hidup dari iman yang mampu merangkul penderitaan, bahkan meski tanpa mampu mengerti maknanya yang penuh.
  1. Saya mempercayakan Hari Orang Sakit Sedunia ini pada perlindungan keibaan Maria, yang mengandung dan melahirkan Sang Kebijaksanaan: Yesus Kristus, Tuhan Kita.
O Maria, Tahta Kebijaksanaan, jadilah perantara, sebagai Bunda kami bagi semua orang sakit dan mereka yang merawatnya! Anugerahkanlah itu, melalui pelayanan kami bagi sesama yang menderita, dan melalui pengalaman penderitaan itu sendiri, semoga kami menerima dan memupuk kebijaksanaan hati yang benar.
Dengan doa ini, untuk Anda semua, saya menyampaikan berkat Apostolik saya.

Dari Vatikan, 3 Desember 2014
Pada peringatan St. Fransiskus Xaverius

Paus Fransiskus

Disebarluaskan olehBN Karya Kepausan  Indonesia Jl. Cut Meutia 10, JAKARTA 10340

"Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang"

Rabu, 11 Februari 2015
Hari Biasa Pekan V

  
   Kej. 2:4b-9,15-17; Mzm. 104:1-2a,27-28,29bc; Mrk. 7:14-23. 

"Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang"

Ternyata ada banyak hal yang membuat kita menjadi najis, alias kotor dan tercemar. Bukan jenis makanan tertentu, karena menurut Yesus, semua makanan halal adanya. Yang membuat kita najis justru pikiran, perasaan, perkataan, sikap dan tindakan kita yang meliputi: pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan. Marilah kita berusaha untuk menghindari atau pantang melakukan hal-hal ini supaya kita tidak menjadi orang yang najis. Atau kalau karena kelemahan manusiawi kita, kita melakukannya, jangan lupa untuk segera menyesal dan membersihkan diri, misalnya dengan menerima sakramen tobat.

Doa: Ibu Maria ingkang punurba suci mulus tanpa ciri, mugi karsaa damel murnining badan kawula tuwin sucining sukma kawula. Amin. -agawpr-

Rabu, 11 Februari 2015 Hari Biasa Pekan V

Rabu, 11 Februari 2015
Hari Biasa Pekan V
  
“Orang yang dibaptis menjalankan perutusannya di dalam Gereja, persekutuan semua orang yang dibaptis” (Katekismus Gereja Katolik, 2030)

Antifon Pembuka (Mzm 104:1)

Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan Allahku, betapa agunglah Engkau !
 
Doa Pagi


Allah Bapa Mahaagung, kami Kaupanggil untuk hidup bebas. Semoga kami selalu terbuka terhadap segala kebaikan dan berhasil menyingkirkan kejahatan dari hati kami, sehingga sanggup mengabdi Engkau dengan tulus ikhlas. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Kejadian (2:4b-9.15-17)
  
    
"Tuhan Allah mengambil manusia dan menempatkannya di Taman Eden."
  
Ketika Tuhan Allah menjadikan bumi dan langit, belum ada semak apa pun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan ke bumi dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah. Tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu. Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuknya itu. Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; Ia menumbuhkan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya di Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia, “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Ayat. (Mzm 104:1-2a.27-28.29b-30)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sungguh besar! Engkau berpakaian keagungan dan semarak, berselimutkan terang ibarat mantol.
2. Semuanya menantikan Engkau, untuk mendapatkan makanan pada waktunya. Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang oleh kebaikan.
3. Apabila Engkau mengambil roh mereka maitilah mereka dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka pun tercipta kembali dan Engkau membaharui muka bumi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran. Alleluya

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:14-23)
   
"Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
  
Pada suatu hari, Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka, “Dengarkanlah Aku, dan camkanlah ini! Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya!” Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar! Sesudah itu Yesus masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak. Maka murid-murid bertanya kepada Yesus tentang arti perumpamaan itu. Yesus menjawab, “Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Camkanlah! Segala sesuatu yang dari luar masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskan dia, karena tidak masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya lalu dibuang di jamban.” Dengan demikian Yesus menyatakan semua makanan halal, Yesus berkata lagi, “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya! Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Keluarga Pak Mikhael menolak anaknya Toto, yang lahir cacat akibat bisu dan tuli. Mereka mengabaikan pendidikannya dan Toto pun bertumbuh dengan persaaan terluka, karena tidak mendapat perhatian sama seperti adik dan kakaknya yang normal. Ia sering berkelahi dan bersikap kurang baik dengan siapa saja. Pak Mikhael kurang sadar bahwa manusia itu, meskipun ia berasal dari ”debu, namun ia memiliki napas kehidupan Allah”. Allah tinggal di dalamnya, mengerjakan segala sesuatu baginya dan menyelesaikannya juga. Manusia itu amat berharga di mata Allah, maka diberi-Nya tempat yang nyaman untuk hidup dalam Firdaus, dengan harapan agar manusia menjadi makhluk yang suci, memiliki hati nurani yang baik sehingga berkenan kepada-Nya.

Karena itu, Yesus menekankan bahwa yang membuat manusia itu najis dan kotor bukanlah yang tampak pada penampilan lahiriah, bukan juga karena makanan dan minuman yang ditelannya, melainkan pada sikap batin yang salah, yakni berpikir jahat, ingin bercabul, mencuri, membunuh, berzina, serakah, licik, berhawa nafsu jahat, iri hati, hujat, sombong, bebal. Hal-hal ini membuat manusia kehilangan Firdaus, baik kenyamanan maupun kebahagiaannya. Karena itu, setiap manusia kristiani hendaknya menjaga diri dari segala kenajisan batinnya.

Tuhan, ajarilah aku untuk menjaga sikap batin yang baik. Amin!

Doa Malam

Allah Bapa Mahakudus, bersihkanlah kiranya hati kami dengan Sabda pengampunan-Mu dan siapkanlah bagiku kebaikan, kedamaian dan kerukunan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
  
Ziarah Batin 2015, Renungan dan Catatan Harian

"Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia"

Selasa, 10 Februari, 2015
Peringatan Wajib Sta. Skolastika, Perawan


Kej. 1:20-2:4a; Mzm. 8:4-5,6-7,8-9; Mrk. 7:1-13 

"Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia"

Ibadah kepada Tuhan yang tidak diimbangi dan dibarengi dengan cinta kasih yang konkret kepada Tuhan dan sesama, akan menjadi ibadah yang percuma. Cinta kasih itulah perintah Allah yang utama sehingga tidak boleh diabaikan dan juga tidak bisa diganti dengan seolah-olah tekun beribadah. Dalam hal ini, Gereja menegaskan bahwa antara ibadat dan cinta kasih tidak boleh dipisahkan tetapi harus senantiasa menjadi cara hidup kita. Olah karena itu, ibadah kepada Tuhan hendaknya semakin mendorong kita untuk menjadi sehati-sejiwa dalam kasih dan dan mengamalkan dalam hidup sehari-hari apa yang telah kita rayakan dan doakan (bdk. SC 10).

Doa: Tuhan, semoga ibadah kami tidak pernah sia-sia karena kami selalu menyertainya dengan cinta kasih yang konret, baik kepada-Mu maupun kepada sesama. Amin. -agawpr-

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy