Minggu, 15 Februari 2015
Hari Minggu Biasa VI
Sabda Tuhan itu bagaikan pohon hidup; semua cabangnya memberikan buah yang terberkati (St. Efrem dari Diatesaron)
Antifon Pembuka (Mzm 31:3-4-PS 658)
Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk
menyelamatkan aku. Sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Oleh
karena nama-Mu, Engkau akan menunutun dan membimbing aku.
Be my protector, O God, a mighty stronghold to save me. For you are my
rock, my stronghold! Lead me, guide me, for the sake of your name.
Esto mihi in Deum protectorem, et in locum refugii, ut salvum me facias:
quoniam firmamentum meum, et refugium meum es tu: et propter nomen tuum
dux mihi eris, et enutries me.
Doa Pagi
Allah Bapa kami, kami brsyukur karena melalui Putra-Mu, Yesus Kristus,
Engkau telah mengangkat martabat orang-orang yang kecil, lemah, miskin,
tersingkir dan menderita. Semoga teladan hidup-Nya menggerakkan kami
untuk melakukan hal yang sama sehingga karya penyelamatan-Mu sungguh
menjadi nyata dalam diri kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami,
yang bersama Dikau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang
segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Imamat (13:1-2.44-46)
"Orang yang sakit kusta harus tinggal terasing di luar perkemahan."
Tuhan Allah berfirman kepada Musa dan Harun, “Apabila pada kulit badan
seseorang ada bengkak atau bintil-bintil atau panau, yang mungkin
menjadi penyakit kusta pada kulitnya, ia harus dibawa kepada Imam Harun,
atau kepada salah seorang dari antara anak-anaknya, yang adalah imam.
Karena orang itu sakit kusta, maka ia najis, dan imam harus menyatakan
dia najis, karena penyakit yang di kepalanya itu. Orang yang sakit kusta
harus berpakaian cabik-cabik, dan rambutnya terurai. Ia harus menutupi
mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu,
ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar
perkemahanlah tempat kediamannya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 847
Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.
Ayat. (Mzm 32:1-2.5.11; Ul: 7)
1. Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni, dan dosa-dosanya
ditutupi. Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan
Tuhan, dan tidak berjiwa penipu!
2. Dosa-dosaku kuungkapkan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah
kusembunyikan; aku berkata, "Aku akan menghadap Tuhan, dan mengakui
segala pelanggaranku." Maka Engkau mengampuni kesalahanku.
3. Bersukacitalah dalam Tuhan! Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar; bersorak-gembiralah, hai orang-orang jujur!
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (1Kor 10:31-11:1)
"Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus."
Saudara-saudara, jika engkau makan atau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu demi kemuliaan
Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang
Yahudi atau orang Yunani maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga
berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk
kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka
beroleh selamat. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi
pengikut Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Lukas 7:16; 2/4)
Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita dan Allah telah melawat umat-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (1:40-45)
"Orang kusta lenyap penyakitnya dan menjadi tahir."
Sekali peristiwa seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus. Sambil
berlutut di hadapan Yesus ia memohon bantuan-Nya, katanya, “Kalau Engkau
mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati Yesus oleh
belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya menjamah orang itu, dan
berkata kepadanya, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga
lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Yesus
menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras, “Ingatlah, janganlah
engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah,
perlihatkanlah dirimu kepada imam, dan persembahkanlah untuk
pentahiranmu persembahan yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti
bagi mereka.” Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan
menyebarkannya ke mana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi
terang-terangan masuk ke dalam kota. Yesus tinggal di luar kota di
tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari
segala penjuru.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Penyakit kusta di zaman Musa menjadi sebab orang dianggap sampah.
Mereka dikucilkan, dihina, disingkirkan dan dijauhi. “Ia harus tinggal
terasing, di luar perkemahanlah tempat kediamannya” (Im 13:46). Si kusta
di cap najis karena menulari orang lain. “Ia harus menutupi mukanya
sambil berseru-seru: Najis! Najis! (Ay. 45). Fisik yang sakit ditambah
cap dari orang lain yang bersifat merendahkan, digabung dengan
pernyataan diri yang kotor membuat batin si kusta semakin hancur.
Mungkin ia hanya menyesali keadaan dirinya tanpa tahu kapan akan sembuh
atau hanya menunggu saat ajal menjemput. Tatapan jijik dari orang lain
membuatnya makin tenggelam dalam keputusasaan, membenci orangtua yang
sudah melahirkannya atau bahkan membenci kehidupan dan pemberi
kehidupan, yakni Tuhan.
Selain penyakit kusta, stigma bisa karena AIDS, kanker prostat, getah
bening, usus, payudara, hati; penyakit kelamin atau jenis penyakit lain
yang menggerogoti fisik dari dalam dan luar yang menghancurkan harapan
seseorang akan masa depan yang tiba-tiba hilang dalam kekalutan dan
kegelapan iman. Semua sakit-penyakit pasti ada sebabnya, bukan dari
Tuhan, tetapi dari kita sendiri. Semuanya sudah terlambat dan kini kita
hanya punya dua pilihan: makin beriman dekat dengan Tuhan atau hidup
dalam penyesalan yang memusuhi Tuhan.
Rasul Paulus mengingatkan kita, “Jika engkau makan atau minum, atau
jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu demi
kemuliaan Allah” (1Kor 10:31). Makan dan minum tanpa usaha pantang dan
puasa yang berimbang di saat muda memang berisiko menderita penyakit
apalagi jika ada warisan genetik seperti diabetes dan hipertensi. Tahu
batas dalam makan dan minum perlu dilakukan sejak dini agar kita
terhindar dari penyakit stroke, kolesterol, asam urat atau jantung dan
agar kita selagi muda, sehat dan kuat mau memberikan kesaksian iman
seperti Paulus, “Aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam
segala hal.... untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh
selamat.” (ay. 33). Selagi muda, kita hendaknya menjaga diri agar tidak
terjangkit penyakit menular atau di cap “najis” karena kecanduan narkoba
atau hamil di luar nikah.
Orang Katolik hendaknya belajar dari si kusta yang berlutut di hadapan
Yesus dan memohon, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku” (Mrk
1:40). Yesus tanpa rasa jijik mengulurkan tangan-Nya dan menjamah dia,
“Aku mau, jadilah engkau tahir” (ay. 41). Doa permohonan singkat si
kusta seketika dikabulkan oleh Yesus, Yesus tidak pernah meremehkan doa
kita yang sedang menanggung malu atau dicemoohkan. Hati Yesus selalu
penuh kasih dan terbuka terhadap keluhan kita yang sedang putus asa.
Dekatlah selalu pada Yesus Kristus agar kita tetap tahir, terhindar dari
kenajisan. (Gregorius Maria Jeffrey W ,O.Carm/RUAH)
Antifon Komuni (Mzm 78:29-30)
Mereka makan dan menjadi sangat kenyang. Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan, tetapi mereka belum merasa puas.
They ate and had their fill, and what they craved the Lord gave them; they were not disappointed in what they craved.
Manducaverunt, et saturati sunt nimis, et desiderium eorum attulit eis Dominus: non sunt fraudati a desiderio sio.