| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.

Minggu, 01 Maret 2015
Hari Minggu Prapaskah II

 

Kej. 22:1-2,9a,10-13,15-18; Mzm. 116:10,15,16-17,18-19; Rm. 8:31b-34; Mrk. 9:2-10.
  
"Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
  

Kita memasuki Minggu Prapaskah II. Kita diajak untuk ikut serta besama Petrus, Yohanes dan Yakobus menyaksikan Yesus yang menampakkan kemuliaan-Nya. Ia dimuliakan oleh Bapa bersama Musa dan Elia di hadapan ketiga murid-Nya. Ketiga murid yang diajak bersama-Nya menerima pernyataan kehendak Bapa untuk secara khusus mendengarkan Putra-Nya yang terkasih itu. Dan pesan yang mereka terima ini tentunya juga merupakan pesan untuk kita semua. Artinya, kita semua juga diundang untuk mendengarkan Tuhan yang bersabda. Kita memang tidak bisa seperti para murid yang mendengarkan kata-kata Yesus secara langsung pada saat Ia mengajar dan mungkin juga bersenda gurau. Namun, sabda-Nya itu kini tertulis dalam Kitab Suci yang bagi kita bukan sekedar merupakan tulisan atau kata-kata yang mati tetapi sampai selama-lamanya merupakan sabda yang hidup, yang di satu sisi memberikan energi atau daya kehidupan bagi kita dan di sisi lain harus kita hidupi atau kita wujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. St. Agustinus menegaskan bahwa doa dan membaca Kitab Suci merupakan 2 hal mendasar dalam hidup beriman kita untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan Tuhan. "Oratio tua locutio est ad Deum: quando legis, Deus tibi loquitur; quando oras, Deo loqueris". Doamu adalah kata-kata yang ditujukan kepada Tuhan: ketika kamu membaca (Kitab Suci), Tuhan bersabda kepadamu dan ketika kamu berdoa, kamu berkata-kata kepada Tuhan. Dengan demikian, agar kita mampu berdialog atau berkomunikasi timbal balik dengan Tuhan (bukan monolog), kita tidak cukup hanya berdoa tetapi juga harus membaca Kitab Suci yang tidak lain adalah Sabda Tuhan sendiri.
  
Doa: Tuhan, bantulah kami rahmat-Mu untuk menjadi pembaca dan pendengar sabda-Mu yang baik. Amin. -agawpr-

Minggu, 01 Maret 2015 Hari Minggu Prapaskah II

Minggu, 01 Maret 2015
Hari Minggu Prapaskah II
 
Tak seorang pun boleh malu terhadap salib Kristus, yang digunakan-Nya untuk menebus dunia (St. Leo Agung)
   

Antifon Pembuka (Mzm 27:8-9)

Kepada-Mu, ya Tuhan, hatiku berkata, "Kucari wajah-Mu." Wajah-Mu kucari, ya Tuhan, janganlah memalingkan muka daripadaku.

Tibi dixit cor meum, quæsivi vultum tuum, vultum tuum Domine requiram: ne avertas faciem tuam a me.


(Antifon ini dapat diulangi sesudah tiap ayat dari Mazmur 84)

Doa Pagi


Allah Bapa yang Mahamulia, Engkau telah memaklumkan kepada kami bahwa Yesus Kristus adalah Putra-Mu terkasih. Ajarilah kami untuk selalu mendengarkan dan melaksanakan Sabda-Nya dan berilah kami pengertian akan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya demi keselamatan kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau, dalam persatuan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
  
Bacaan dari Kitab Kejadian (22:1-2.9a.10-13.15-18)
   
 
"Kurban Bapa Abraham, leluhur kita."
  
Setelah Abraham mendapat anak, Ishak, maka Allah mencobai Abraham. Allah berfirman kepada Abraham, “Abraham.” Abraham menyahut, “Ya Tuhan.” Sabda Tuhan, “Ambillah anak tunggal kesayanganmu, yaitu Ishak, pergilah ke tanah Moria, dan persembahkanlah dia di sana sebagai kurban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” Maka sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepada Abraham. Abraham lalu mengulurkan tangannya, dan mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit, “Abraham, Abraham!” Sahut Abraham, “Ya Tuhan.” Lalu Tuhan bersabda, “Jangan bunuh anak itu, dan jangan kauapa-apakan dia. Kini Aku tahu bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Lalu Abraham menoleh, dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Diambilnya domba itu, dan dipersembahkannya sebagai kurban bakaran pengganti anaknya. Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepada Abraham, katanya, “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah firman Tuhan – Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Melalui keturunanmulah segala bangsa di bumi akan mendapat berkat, sebab engkau mentaati sabda-Ku.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 3/4, PS 855
Ref. Bawalah kurbanmu bagi Tuhan sembahlah Dia dalam istana yang kudus.
Ayat. (Mzm 116:(5-6.)10.(12-14)15.16-17.18-19; Ul:9)
1. Berbelas kasihlah Tuhan dan adil Allah kami adalah rahim. Orang bersahaja dijaga-Nya, dan yang hina-dina diselamatkan-Nya.
2. Apa balas budiku kepada Tuhan atas anugerah-Nya bagiku? Piala keselamatan akan kuangkat, dan nama Tuhan akan kuserukan.
3. Nadarku bagi Tuhan hendak kubayar di hadapan seluruh umat-Nya. Kukurbankan pada-Mu kurban pujian, dan nama-Mu akan kuserukan.
4. Nadarku bagi Tuhan hendak kubayar di hadapan seluruh umat-Nya. Di dalam pelataran rumah Tuhan, di tengah-tengahmu, ya Yerusalem.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (8:31b-34)
  
"Allah tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri."
  
Saudara-saudara, jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Allah bahkan tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya demi kita semua. Bagaimana mungkin Ia tidak menganugerahkan segalanya bersama Anak-Nya itu kepada kita? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus yang telah wafat? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Markus 9:6)
Dari dalam awan terdengarlah suara Bapa, "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:2-10)
  
"Inilah Anak-Ku terkasih."
  
Pada suatu hari Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Lalu Petrus berkata kepada Yesus, “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini! Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Petrus berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara, “Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia!” Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling, mereka tidak lagi melihat seorang pun bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan supaya mereka jangan menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan “bangkit dari antara orang mati”.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan
 
Pengalaman beberapa waktu lalu, ada seorang bapak mengisahkan soal anaknya yang baru masuk kerja pada sebuah kantor di kota lain. Anaknya mengeluh dan merasa takut di tempat kerja itu yang namanya korupsi dan korupsi waktu itu sudha menjadi hal yang biasa. Cukup lama bertahan tidak terseret arus, ia mendapat julukan “sok suci”. Keadaan ini menyiksanya, ia diam dan berpegang pada pesan ayahnya sejak ia kecil bahwa hidup bukanlah soal keberhasilan dan sukses dengan menumpuk kekayaan lahiriah tetapi soal kebahagiaan atas apa yang diterima dan mencintainya dengan segenap hati. Pengalaman perjumpaan sejak kecil antara ayah dan akan pelan-pelan membuat anak tersebut memiliki kekuatan untuk setia.

Injil hari ini mengungkapkan perjumpaan yang membawa kekuatan. Perjumpaan Yesus dengan Musa dan Elia, yaitu perjumpaan kedua tokoh besar Perjanjian Lama. Perjumpaan dengan Bapa, Musa dan Elia dianugerahkan bagi para murid. Yesus yang berubah rupa menunjukkan ke-Allah-an-Nya. Petrus mengalami kehadiran Tuhan yang mulia. Sebuah pengalaman yang menggetarkan sekaligus mengagumkan (Tremendum et fascinosum). Daya tarik atau pesona yang bersinar dari wajah Yesus yang mulia membuat tiga murid merasakan sukacita dan kebahagiaan. Suatu anugerah yang sungguh dicari oleh banyak orang; melihat Tuhan dengan mata telanjang tanpa mengakibatkan manusia meninggal karena manusia berdosa. Mereka merasa bahagia, karena inilah hakikat yang dicari oleh manusia.

Yesus menganugerahkan rahmat kebahagiaan “melihat Tuhan” bukan tanpa tujuan atau peristiwa kebetulan. Yesus tahu bahwa Ia tidak akan selalu bersama para murid-Nya. Kesadaran ini muncul dari perikop sebelumnya, Dia berkata kepada para murid, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Kebahagiaan ketiga murid sebagai sebuah perjumpaan yang menumbuhkan kekuatan apabila nubuat penderitaan Yesus ini tergenapi.

Yesus memberi pemahaman bahwa kehidupan mulia hanya dapat dicapai lewat sengsara dan kematian. Oleh sebab itu, ketiga murid yang diberi kesempatan melihat kemuliaan Yesus di Gunung Tabor diajak turun lagi dari gunung itu ke bawah memasuki masyarakat mereka. Di sana masih banyak orang yang harus diberi pewartaan, diberi keyakinan, bahwa Yesus adalah benar-benar Mesias yang diutus oleh Allah. Karena itu meskipun Ia akan menderita dan mati di gunung Golgota, namun di gunung yang sama Ia akan bangkit kembali dan dimuliakan, seperti telah dilambangkan dalam peristiwa penampakan kemuliaan-Nya di Gunung Tabor.

Masa Prapaskah adalah masa puasa; masa untuk mengolah diri agar menjadi pribadi yang sadar akan arti kehidupan yang sesungguhnya dan bukan sekadar rutinitas tahunan. Masa ini diwarnai dengan banyak godaan untuk tetap tinggal “keadaan nyaman” di Gunung Tabor. Keinginan manusia cenderung untuk tetap merasakan yang “nyaman”, menguntungkan, memuaskan, dan menyenangkan serta menghindari kesukaran, risiko, pertentangan dan tantangan hidup. Demi “keamanan” jangan sampai kehilangan kenyamanan hidup yang sudah dimiliki. Ingin merasakan yang enak saja. Orang condong untuk tidak turun dari “gunung kenyamanan” dan turun untuk menjumpai orang-orang yang membutuhkan pertolongannya.

Atas dasar itulah, Tuhan mengajak beberapa murid-Nya naik Gunung Tabor untuk berdoa. Dengan berdoa manusia dapat lebih dekat dengan Allah. Ia lebih mampu memahami kehendak-Nya, yang harus dilakukannya dan mengalahkan dirinya sendiri. Di masa Prapaskah ini, mari kita gunakan untuk lebih banyak berdoa dan melepaskan diri dari “keadaan nyaman”! [Radik/RUAH]
 
 
Antifon Komuni (Mat 17:5) 
 
Inilah Putra-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan; dengarkanlah Dia.
 
Visionem quam vidistis, nemini dixeritis, donec a mortuis resurgat Filius hominis.
 
(Antifon ini dapat diulangi sesudah tiap ayat dari Mzm 45:2ab,3,4,5,6,7,8,18ab atau Mzm 97:1,2,3,4,5,6,11,12)

Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu

Sabtu, 28 Februari 2015
Hari Biasa Pekan I Prapaskah

 

Ul. 26:16-19; Mzm. 119:1-2,4-5,7-8; Mat. 5:43-48.

"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu"

Banyak di antara kita mungkin merasakan bahwa perintah mengasihi ini sungguh berat dan tidak mudah. Untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri, mungkin masih oke lah. Tapi untuk mengasihi musuh atau orang yang membenci kita dan telah mencelakai kita, sungguh bukan sesuatu yang mudah. Apalagi, di dunia ini kita tidak mudah mendapatkan contoh atau teladan. Kalau kita menunjuk pada Yesus yang memberikan teladan kepada kita, dengan mudah kita mengatakan: "Dia kan Tuhan, lhaaa kita ini kan manusia biasa, bukan Tuhan". Ya, manusiawi sekali kesulitan yang kita hadapi tersebut. Namun, kalau Tuhan menghendaki kita berbuat demikian, tentu bukan sesuatu yang mustahil. Selain Ia sendiri telah memberikan teladan, tentu Ia juga memberikan rahmat-Nya bagi kita yang mau berusaha dan mewujudkan kehendak-Nya. Memang kita harus sabar dan berproses terus-menerus dalam jatuh bangun.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu untuk tidak pernah lelah dan bosan dalam berusaha mengasihi sesama kami, lebih-lebih mereka yang membenci kami dan pernah menyebabkan kami menderita atau celaka. Amin. -agawpr-

Sabtu, 28 Februari 2015 Hari Biasa Pekan I Prapaskah

Sabtu, 28 Februari 2015
Hari Biasa Pekan I Prapaskah

“Bentuk cinta saudara yang tertinggi, yaitu cinta kepada musuh-musuh kita” (St. Aelredus)

Antifon Pembuka (Mzm 19:8)

Sempurnalah hukum Tuhan dan menyegarkan jiwa. Benarlah kesaksian Tuhan, hikmat bagi orang sederhana.

Doa Pagi

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, arahkanlah hati kami kepada-Mu, agar patuh setia berbakti kepada-Mu. Semoga kami selalu mencari Engkau dan mengamalkan karya cinta kasih. Dengan pengantaraan Kristus, Yesus Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Engkau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
  
Musa mengingatkan bangsa Israel untuk senantiasa taat pada hukum dan perintah yang ditetapkan Tuhan. Bila hal ini dilakukan dengan setia, umat Israel akan menjadi terpuji, terhormat dan ternama di hadapan Tuhan. Dia menjadi bangsa yang kudus sesuai dengan kehendak Allah sendiri.
  
Bacaan dari Kitab Ulangan (26:16-19)
     
"Engkau akan menjadi umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu."
      
Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berbicara kepada bangsanya, “Pada hari ini Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. Pada hari ini engkau telah menerima janji dari Tuhan: Ia akan menjadi Allahmu, dan engkau pun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya. Dan pada hari ini pula Tuhan telah menerima janji dari padamu bahwa engkau akan menjadi umat kesayangan-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu, dan bahwa engkau akan berpegang pada segala perintah-Nya. Ia pun akan mengangkat engkau di atas segala bangsa seperti telah dijanjikan-Nya, untuk menjadi terpuji, ternama dan terhormat. Maka engkau akan menjadi umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu, seperti yang dijanjikan-Nya.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
 
Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang hidup menurut Taurat Tuhan.
Ayat. (Mzm 119:1-2.4-5.7-8)
1. Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.
2. Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sunguh. Kiranya hidupku mantap untuk berpegang pada ketetapan-Mu!
3. Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil. Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (2Kor 6:2b)
Waktu ini adalah waktu perkenanan. Hari ini adalah hari penyelamatan.

Yesus menantang murid-murid-Nya untuk menjadi sempurna dalam cinta. Kesempurnaan cinta itu diungkapkan dengan tidak membeda-bedakan orang. Ia tidak pandang bulu dan tidak pilih kasih dalam menunjukkan cinta-Nya. Itulah hakikat hidup Tuhan. Itulah juga harus menjadi jati diri seorang Kristiani.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:43-48)
  
"Haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya."
  
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga. Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang-orang yang jahat dan bagi orang yang baik pula, hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan

    
Sempurna itu pasti milik Allah, tetapi bagi kita masih merupakan mimpi, belajar untuk itu dan berharap sampai mendekati itu. Salah satu tantangannya yang paling sulit dilaksanakan adalah mencintai musuh. Entah karena itu dimusuhi atau memusuhi. Namun kita telah mempunyai teladan kesempurnaan yaitu Yesus. Dan para orang kudus, paling tidak sudah mendekati sempurna. Bagaimana dengan kita? Perbuatan baik apa yang pernah kita lakukan sungguh-sungguh dengan tulus hati terhadap musuh?

Doa Malam

Ya Allah, Engkau berjanji akan mengangkat manusia, umat-Mu, untuk menjadi kudus dan segala berkat akan Kaulimpahkan atasnya. Janganlah tinggalkan kami agar segala usaha, sikap dan tingkah laku kami aman terjaga dan tidak menyimpang dari jalan-Mu. Dengan demikian kelak dapat mencapai kekudusan seperti yang Engkau janjikan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


RUAH

Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu.

Jumat, 27 Februari 2015
Hari Biasa Pekan I Prapaskah

  

Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26.
   
"Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu."
  
Memelihara kebencian, dendam dan permusuhan dengan orang lain itu sungguh sangat merugikan. Paling tidak, kita tidak akan bisa hidup dengan damai. Hati dan pikiran kita pernah bisa tenang karena setiap saat akan selalu terlintas godaan bagaimana bisa melampiaskan kebencian dan membalas dendam. Lalu, kalau suatu saat kita harus bertemu atau berdekatan dengan orang yang kebetulan sedang kita musuhi atau tidak kita sukai, kita pun makin tersiksa. Itu semua baru siksaan yang kita alami dalam level relasi kita dengan orang lain, belum dengan Tuhan. Dan dalam hal ini Tuhan menegaskan bahwa permusuhan, kebencian dan perseteruan dengan sesama yang kita ciptakan dan sengaja kita pelihara sangat mengganggu relasi kita dengan Tuhan. Kita tidak akan bisa berdoa dengan baik, tenang dan damai. Persembahan yang kita hunjukkan kepada-Nya pun tidak akan diterima-Nya sebagai persembahan yang suci dan murni. Oleh karena itu, Tuhan menekankan pentingnya kita berdamai dengan sesama kita. Kiranya hal ini bisa kita jadikan sebagai salah satu pertobatan konkret kita di masa prapaskah ini: berdamai dengan semua orang, mau memohon maaf dan juga mau memberi maaf.
   
Doa: Tuhan, anugerahilah kami hati dan sikap yang cinta damai dengan siapa pun. Amin. -agawpr-

Jumat, 27 Februari 2015 Hari Biasa Pekan I Prapaskah

Jumat, 27 Februari 2015
Hari Biasa Pekan I Prapaskah -- Hari Pantang
   
“Bentuk cinta yang tertinggi yaitu cinta kepada musuh-musuh kita” (St. Aelredus)
 

Antifon Pembuka (Mzm 25 (24):17-18)

Tuhan, lepaskanlah aku dari deritaku. Indahkanlah kehinaan dan kesusahanku dan hapuskanlah segala dosaku.
   
Set me free from my distress, O Lord. See my lowliness and suffering, and take away all my sins.


Doa Pagi


Allah Bapa Maharahim, dalam masa tobat ini kami mempersiapkan diri untuk merayakan Paskah. Berilah kami rahmat-Mu, agar usaha kami berguna bagi kemajuan rohani kami. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Engkau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Nubuat Yehezkiel (18:21-28)
   
 
"Adakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? Bukankah kepada pertobatannya Aku berkenan supaya ia hidup?"
        
Beginilah Tuhan Allah berfirman, "Jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya, dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi, ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya. Adakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? firman Tuhan Allah. Bukankah kepada pertobatannya Aku berkenan, supaya ia hidup? Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan orang fasik, apa ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukan tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berubah setia, dan karena dosa yang dilakukannya. Tetapi kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu, hai kaum Israel! Apakah tindakan-Ku yang tidak tepat, ataukah tindakanmu yang itdak tepat. Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya. Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya, dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. Ia insyaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, maka ia pasti hidup, ia tidak akan mati.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 814
Ref. Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah
atau Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan?
Ayat. (Mzm 130:1-2.3-4ab.4c-6.7-8; R:lh.7)
1. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian, kepada suara permohonanku.
2. Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, maka orang-orang bertakwa kepada-Mu.
3. Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.
4. Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yeh 18:31)
Buanglah daripada-Mu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku, sabda Tuhan, dan perbaharuilah hati serta rohmu.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:20-26)
   
"Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu."
      
Dalam khotbah di bukit berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
  
Renungan
   
Yesus menginginkan agar praktik keagamaan kita lebih baik dari kaum Farisi, yang bertindak berdasarkan pada hukum keadilan manusiawi saja seperti: saling membalas, gigi ganti gigi, membenci musuh dan mengasihi saudara.

Keagamaan kita diharapkan lebih baik dari kaum Farisi, yaitu lebih mendasarkan pada semangat kasih Tuhan sendiri. Salah satu wujudnya adalah kita tidak boleh marah pada saudara kita dan kalau sedang mempersembahkan kurban dan belum berdamai dengan saudara kita, kita diminta untuk berdamai lebih dulu. Tidak tepat mau menghadap Tuhan Sang Sumber Cinta dengan membawa semangat dendam dan benci.

Kadang terjadi bahwa kita mengikuti Ekaristi, wujud perjamuan cinta Tuhan Yesus, tetapi hati kita masih membawa kebencian pada sesama, misalnya masih akan membalas dendam, tidak mau bicara dengan saudara, mau cerai dengan suami/istri, dan tidak memperhatikan anak-anak. Bila demikian maka sebenarnya Ekaristi menjadi tidak bermakna karena kita merayakan cinta, tetapi dengan semangat kebencian.

Bagaimana dengan praktik keagamaan kita? Apakah kita sungguh sudah lebih mengembangkan semangat cinta? (PS/Inspirasi Batin 2015)
  
Sejak khotbah di bukit Yesus menekankan arti pertobatan hati. Sebelum kita membawa persembahan ke altar, kita harus berdamai dengan saudara kita Bdk. Mat 5:23-24.. Kita harus mencintai musuh dan berdoa untuk penghambat kita Bdk. Mat 5:44-45.. Kita harus berdoa kepada "Bapa yang ada di tempat tersembunyi" (Mat 6:6) dan jangan mengucapkan banyak kata Bdk. Mat 6:7., mengampuni dengan segenap hati di dalam doa Bdk. Mat 6:14-15., memiliki hati yang murni dan mencari Kerajaan Allah Bdk. Mat 6:21.25.33.. Pertobatan ini sepenuhnya diarahkan kepada Bapa. Pertobatan berarti seorang anak mendekati Bapa-Nya. (Katekismus Gereja Katolik, 2608)
   
Antifon Komuni (Bdk. Yeh 33:11)

Demi
Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan, Aku tidak menginginkan kematian orang berdosa, tetapi sebaliknya bahwa ia kembali dan hidup.

As I live, says the Lord, I do not desire the death of the sinner, but rather that he turn back and live.
 
Doa Malam

Allah Bapa Mahakudus, anugerah-Mu telah menyegarkan kami. Semoga kami Kausucikan dari noda hidup di masa lampau dan Kauberi bagian dalam misteri Paskah Putra-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.
  
Hari-hari Minggu dalam Masa Prapaskah harus diutamakan di atas semua Hari Raya Tuhan, dan semua Hari Raya yang jatuh pada salah satu dari Minggu-minggu ini, dipindah ke hari Sabtu sebelumnya. Hari-hari biasa Masa Tobat Prapaskah harus diutamakan di atas hari peringatan wajib. (Surat Edaran Perayaan Paskah dan Persiapannya No. 11, Kongregasi Ibadat Ilahi, 1988)

MAZMUR TANGGAPAN MINGGU PRAPASKAH V TAHUN B

Pada link di bawah ini kami bagikan teks koreksi Mazmur Tanggapan Minggu Prapaskah V Tahun B yang akan kita rayakan pada Sabtu sore 21 Maret 2015 dan Minggu 22 Maret 2015 mendatang. Teks ini telah disetujui oleh Komisi Liturgi KWI berdasarkan surat nomor 005/L. MT/II/15 tertanggal 27 Februari 2015, sehingga dapat digunakan pada perayaan tersebut.
 
Silakan share teks ini pada pihak2 terkait: pastor paroki, seksi liturgi paroki/stasi, dan khususnya pemazmur yang akan bertugas.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy