| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 17 Maret 2015 Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

Selasa, 17 Maret 2015
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah
 
“Jangan ada orang yang takut kekayaannya akan berkurang karena memberi sumbangan, sebab kemurahan hati itu merupakan harta besar” (St. Leo Agung)

 
Antifon Pembuka (Yes 55:1)

Tuhan bersabda, “Kalian yang haus datanglah ke sumber air, dan kalian yang tak mampu membayar, mari datanglah dan minumlah dengan gembira.”
 
All who are thirsty, come to the waters, says the Lord. Though you have no money, come and drink with joy.

 
Doa Pagi


Allah Bapa yang Maharahim, kami menjalankan masa tobat ini dengan semangat suci. Semoga dengan demikian kami menyiapkan diri untuk mewartakan berita gembira tentang karya penyelamatan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Yehezkiel menggunakan gambaran air yang keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci. Air yang mengalir ke arah timur itu membawa kesegaran dan kehidupan. Air menjadi simbol kekuatan dan kehadiran Tuhan yang membawa keselamatan.

Bacaan dari Nubuat Yehezkiel (47:1-9.12)
    
 
"Aku melihat air mengalir dari dalam Bait Suci; ke mana saja air itu mengalir, semua yang ada di sana hidup."
   
Kata nabi: Seorang malaikat membawa aku ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci, dan mengalir menuju ke timur: sebab Bait Suci juga menghadap ke timur. Air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci, sebelah selatan mezbah. Lalu malaikat itu menuntun aku keluar melalui pintu gerbang utara, dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju gerbang yang menghadap ke timur. Sungguh, air itu membual dari sebelah selatan. Lalu malaikat itu pergi ke arah timur dan memegang tali pengukur di tangannya. Ia mengukur seribu hasta, dan menyuruh aku masuk ke dalam air itu; dalamnya sampai di pergelangan kaki. Ia mengukur seribu hasta lagi, dan menyuruh aku masuk sekali lagi ke dalam air itu; sekarang sudah sampai di lutut. Kemudian ia mengukur seribu hasta lagi, dan menyuruh aku ketiga kalinya masuk ke dalam air itu; sekarang sudah sampai di pinggang. Sekali lagi ia mengukur seribu hasta, dan sekarang air itu sudah menjadi sungai di mana aku tidak dapat berjalan lagi, sebab air itu sudah meninggi sehingga orang dapat berenang; suatu sungai yang tidak dapat diseberangi lagi. Lalu malaikat itu berkata kepadaku, “Sudahkah engkau lihat hai anak manusia?” Kemudian ia membawa aku kembali menyusur tepi sungai itu. Dalam perjalanan pulang, sungguh, sepanjang tepi sungai itu ada amat banyak pohon, di sebelah sini dan di sebelah sana. Malaikat itu berkata kepadaku, “Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, maka air laut yang mengandung banyak garam itu menjadi tawar. Ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk yang berkeriapan di dalamnya akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar, dan ke mana saja sungai itu mengalir, semua yang ada di sana hidup. Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis. Tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 847
Ref. Tuhan penjaga, dan benteng perkasa, dalam lindungan-Nya aman sentosa.
atau Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.
Ayat. (Mzm 46:2-3.5-6.8-9)
1. Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut.
2. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi.
3. Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub,.Pergilah, pandanglah pekerjaan Tuhan, yang mengadakan pemusnahan di bumi.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Mzm 51:12a.14a)
Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu.
 
Air dipakai untuk menjadi simbol kesembuhan. Malaikat mengatur dan mengontrol air tersebut. Semua yang masuk ke dalam air itu akan menjadi sehat dan kuat. Ada orang yang sudah begitu lama sakit. Ia tak berdaya, terbaring lemah di tepi kolam Betesda. Yesus sendirilah yang akhirnya menyembuhkan dia.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (5:1-16)
    
"Orang itu disembuhkan seketika."
  
Pada hari raya orang Yahudi, Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem, dekat pintu Gerbang Domba, ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; serambinya ada lima dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya. Ada di situ seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di sana, dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya, “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, apabila airnya mulai goncang; dan sementara aku sendiri menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu, lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu, “Hari ini hari Sabat, dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka, “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya, “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian, ketika bertemu dengan dia dalam Bait Allah, Yesus lalu berkata kepadanya, “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Orang itu keluar, lalu menceritakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan
 
Penderitaan Yesus sebenarnya tidak hanya dialami ketika Dia mulai memanggul salib. Tetapi sudah jauh sebelumnya. Perbuatan baik membuat aneka mukjizat membahagiakan banyak orang, tetapi sebagian malah memusuhi dan berusaha menganiaya. Tidak sedikit para pendosa yang seharusnya bertobat malah selalu memusuhi kebaikan sehingga makin berlipat dosa mereka. Lalu tidak sadarkah kita bahwa dosa itu melumpuhkan? Sebab Yesus mengingatkan orang yang baru disembuhkan, “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”

Antifon Komuni (Mzm 23(22):1-2; PS 646)

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
 
The Lord is my shepherd; there is nothing I shall want. Fresh and green are the pastures where he gives me repose, near restful waters he leads me.
 
Doa Malam

Allah Bapa sumber kesegaran hidup, orang-orang lemah dan sakit, berilah kami kesehatan dan kebebasan dari dosa, agar dapat hidup bebas sebagai putra dan putri-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
 
  
RUAH

Kehadiran Yesus adalah untuk melenyapkan kematian dan membawa atau menganugerahkan kehidupan

Senin, 16 Maret 2015
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

 

Yes. 65:17-21; Mzm. 30:2,4,5-6,11-12a,13b; Yoh. 4:43-54.

Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.

Setelah membuat mukjizat dengan mengubah air menjadi anggur dalam perjamuan nikah di Kana, Yesus membuat mukjizat kedua, yakni dengan membangkitkan anak seorang perwira dari kematiannya. Dari sini, semakin jelas bahwa kehadiran Yesus adalah untuk melenyapkan kematian dan membawa atau menganugerahkan kehidupan. Kematian-Nya di kayu salib pun dilakukan untuk mendatangkan kehidupan bagi kita semua yang percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, kita semakin percaya bahwa bersama Yesus dan di dalam Dia, selalu ada kehidupan. Bukan hanya hidup kekal yang kelak akan kita terima sebagai buah penebusan-Nya tetapi saat ini pun, kalau kita percaya pada-Nya dan selalu bersama-Nya maka kita akan selalu mendapatkan energi hidup dari-Nya sehingga selalu ada gairah, semangat dan harapan kendati berbagai macam tantangan dan kesulitan selalu kita hadapi. Dalam Tuhan, hidup kita akan senantiasa diperbarui sebagaimana Ia "menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru" (Yes 65,17).

Doa: Tuhan, semoga kami senantiasa bersama-Mu sehingga kami selalu hidup dari-Mu. Amin. -agawpr-

Senin, 16 Maret 2015 Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

Senin, 16 Maret 2015
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

Tiap orang yang menginginkan kehormatan tidak meremehkan uang. (Sta. Theresia dari Avila)

Antifon Pembuka (Mzm 31(30):7-8)

Aku berharap pada-Mu, ya Tuhan. Aku hendak bersorak dan bergirang atas kerahiman-Mu, sebab Engkau mengindahkan kehinaanku

As for me, I trust in the Lord. Let me be glad and rejoice in your mercy, for you have seen my affliction.


Doa Pagi

Ya Allah, dunia Kauperbarui dengan karya penebusan-Mu yang mengagunkam. Semoga umat-Mu Kaulimpahi bantuan-Mu untuk menghadapi tugas-tugasnya di dunia dan mempersiapkan diri akan kebahagiaan surgawi. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Yesaya (65:17-21)
  
 
"Tidak ada kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erang."
  
Beginilah firman Allah, "Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru! Hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi di dalam hati. Bergiranglah dan bersorak-sorai untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan. Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorai, dan penduduknya penuh kegirangan. Aku akan bersorak-sorai karena Yerusalem dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan, dan bunyi erang pun tidak. Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk. Sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena kutuk. Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 2/4, PS 838
Ref. Tuhan telah membebaskan dan menyelamatkan daku
atau: Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas.
Ayat. (Mzm 30:2.4.5-6.11-12a.13b; R: 2a)
1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersukacita atas diriku. Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihani oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan menjelang pagi ada sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan, dan kasihanilah aku! Tuhan, jadilah penolongku! Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari. Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Am 5:14)
Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian Allah akan menyertai kamu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (4:43-54)
 
"Lihat anakmu hidup."
 
Sekali peristiwa, Yesus berangkat dari Samaria dan pergi ke Galilea. Sebab Ia sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Setelah Yesus tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan Yesus di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu. Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, yang anaknya sedang sakit. Ketika pegawai itu mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya, lalu meminta supaya Yesus datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya, "Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya, "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya, "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka, "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, "Anakmu hidup." Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Sungguh nyaman dan tenteram memiliki Allah seperti Allah kita. Dia selalu ingin kita mengalami pembaruan, bukan sesuatu yang membawa kesedihan, tetapi sukacita. Kita sering merasa sedih dan mudah mengeluh karena banyak hal. Lebih mudah mengeluh daripada merasa bersyukur. Seandainya kita melihat banyak kemurahan Tuhan, maka kita akan lebih mudah bersyukur dan sukacita pun dianugerahkan dengan murah kepada kita. Kita harus tahu bahwa tawa, sorak sorai, adalah tanda bahwa kita dekat dengan Allah yang membawa sukcita itu.

Kesulitan kita dalam mengalami sukacita sering karena kita terlalu banyak berpikir dan merumuskan hal-hal sepele. Jika kita mudah menikmati suasana di sekitar kita, maka kita akan lebih mudah mengalami sukacita. Bukan hanya itu, tetapi juga mengalami kesembuhan dari sakit yang tidak perlu. Jika kita tergolong orang yang kurang percaya atau terlalu rasional, bersikaplah seperti pegawai istana yang percaya itu, supaya Tuhan memberikan lebih banyak sukacita kepada Anda.

Ya Allah, ajarilah aku berserah untuk apa saja yang terjadi dalam hidupku. Semoga aku bersedia bekerja sama denganmu dalam mencari sukacitaku, dan lebih banyak memberi-Mu tempat ketika situasi sulit melanda aku. Amin. (Ziarah Batin 2015, Renungan dan Catatan Harian)
 
Antifon Komuni (Yeh 36:27)

Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.

I will place my spirit within you and make you walk according to my laws;
and my judgments you shall keep and observe, says the Lord.
    
Percayalah! Orang yang sungguh-sungguh rendah hati akan diberi Tuhan hati yang damai dan pasrah, yang membuat mereka lebih bahagia dari orang yang diberi kenikmatan rohani. Sebab seringkali, Tuhan memperuntukkan kemanisan ini bagi jiwa-jiwa yang paling lemah. (Sta. Theresia dari Avila, Puri Batin, ruang ketiga I, 9)

Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum

Minggu, 15 Maret 2015
Hari Minggu Prapaskah IV


2Taw. 36:14-16,19-23; Mzm. 137:1-2,3,4-5,6; Ef. 2:4-10; Yoh. 3:14-21

 "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum" 
     
Setiap orang pasti tidak ingin dihukum. Bahkan, ketika jelas-jelas terbukti bahwa dirinya melakukan kesalahan, berbagai macam cara dilakukan untuk menghindari hukuman. Di hadapan Tuhan, kita pun rasanya tidak bisa dan tidak mungkin menghindari hukuman atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Namun, Yesus memberi kemungkinan agar kita terbebas dari hukuman itu. Bagaimana caranya? Dengan percaya kepada Kristus. "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum." Tentu, yang dimaksud percaya di sini tidak cukup hanya pengakuan di mulut. Kalau Yesus mengatakan bahwa hukum yang utama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akan budi dan kekuatan, maka percaya kepada-Nya juga berarti percaya dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Dengan hati dan jiwa yang terbuka, kita menerima Tuhan dengan segala misteri-Nya. Dengan akal budi kita berusaha untuk mengerti Tuhan yang kita percayai. Dengan kekuatan, kita melakukan apa yang Dia kehendaki.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu percaya kepada-Mu dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Amin. -agawpr- 

Minggu, 15 Maret 2015 Hari Minggu Prapaskah IV

Minggu, 15 Maret 2015
Hari Minggu Prapaskah IV

Sahabatku, jangan takut bersandar pada Kristus! Rindukanlah Kristus sebagai fondasi kehidupanmu! (Paus Benediktus XVI, teks kunjungan pastoral ke Polandia, 2006)


Antifon Pembuka (Yes 66:10-11)

Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan berhimpunlah, kamu semua yang mencintainya; bergembiralah dengan sukacita, hai kamu yang dulu berdukacita, agar kamu bersorak-sorai dan dipuaskan dengan kelimpahan penghiburanmu.

Lætare Ierusalem: et conventum facite omnes qui diligitis eam: gaudete cum lætitia, qui in tristitia fuistis: ut exsultetis, et satiemini ab uberibus consolationis vestræ.

Rejoice, Jerusalem, and all who love her. Be joyful, all who were in mourning; exult and be satisfied at her consoling breast.

Doa Pagi


Ya Allah, dengan pengantaraan Sabda-Mu Engkau telah memulihkan hubungan damai dengan umat manusia secara mengagumkan. Kami mohon, berilah agar umat kristiani, dengan cinta bakti yang penuh semangat dan iman yang hidup, bergegas menyongsong hari-hari raya yang akan datang. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
 

  
TAHUN A
    
Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (16:1b.6-7.10-13a)
  
"Daud diurapi menjadi raja Israel."
  
Setelah Raja Saul ditolak, berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Isilah tabung tandukmu dengan minyak, dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.” Ketika anak-anak Isai itu masuk, dan ketika melihat Eliab, Samuel berpikir, “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Janganlah berpancang pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai, “Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.” Lalu Samuel berkata kepada Isai, “Inikah semua anakmu?” Jawab Isai, “Masih tinggal yang bungsu, tetapi ia sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai, “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Kulitnya kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman, “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Samuel mengambil tabung tanduknya yang berisi minyak itu, dan mengurapi Daud di tengah saudara-saudaranya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6, Ul: lih. 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang dan senantiasa.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (5:8-14)
 
"Bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu."
  
Saudara-saudara, memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya, telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebut saja apa yang mereka buat di tempat-tempat yang tersembunyi sudah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan, “Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 8:12b)
Akulah cahaya dunia; siapa yang mengikuti Aku akan hidup dalam cahaya abadi.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (9:1-41) (Singkat: Yoh 9:1.6-9.13-17.34-38).
 
"Orang buta itu pergi, membasuh diri, dan dapat melihat."
   
Sekali peristiwa, ketika Yesus sedang berjalan lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahir. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus, “Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang. Akan datang malam, di mana tak seorang pun dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Sesudah mengatakan semua itu, Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam.” Siloam artinya “Yang Diutus”. Maka pergilah orang itu. Ia membasuh dirinya, lalu kembali dengan matanya sudah melek. Maka tetangga-tetangganya, dan mereka yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata, “Bukankah dia ini yang selalu mengemis?” Ada yang berkata, “Benar, dialah ini!” Ada pula yang berkata, “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata, “Benar, akulah dia.” Kata mereka kepadanya, “Bagaimana matamu menjadi melek?” Jawabnya, “Orang yang disebut Kristus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku, dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi, dan setelah membasuh diri, aku dapat melihat.” Lalu mereka berkata kepadanya, “Di manakah Dia?” Jawabnya, “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya, “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula berkata, “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mukjizat yang demikian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang yang tadinya buta itu, “Dan engkau, karena Ia telah memelekkan matamu, apakah katamu tentang Dia?” Jawabnya, “Ia seorang nabi!” Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru sekarang dapat melihat. Maka mereka memanggil orangtuanya dan bertanya kepada mereka, “Inikah anakmu yang kamu katakan lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu, “Yang kami tahu, dia ini anak kami, dan ia memang lahir buta. Tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu; dan siapa yang memelekkan matanya, kami juga tidak tahu. Tanyakanlah kepadanya sendiri,sebab ia sudah dewasa; ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengakui Yesus sebagai Mesias akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tua itu berkata, “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu, dan berkata kepadanya, “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah: Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.” Jawabnya, “Apakah Dia itu orang berdosa, aku tidak tahu! Tetapi satu hal yang aku tahu, yaitu: Aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya, “Apakah yang diperbuat-Nya kepadamu? Bagaimana Ia dapat memelekkan matamu?” Jawabnya, “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya. Mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?” Sambil mengejek, orang-orang Farisi berkata kepadanya, “Engkau saja murid orang itu, tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu, kami tidak tahu dari mana Ia datang.” Jawab orang itu kepada mereka, “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, padahal Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka, “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa, dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar. Yesus mendengar bahwa orang itu telah diusir oleh orang-orang Farisi. Maka ketika bertemu dengan dia, Yesus berkata, “Pecayakah engkau kepada Anak Manusia?” Jawabnya, “Siapakah Dia, Tuhan, supaya aku percaya kepada-Nya.” Kata Yesus kepadanya, “Engkau bukan saja melihat Dia! Dia yang sedang berbicara dengan engkau, Dialah itu!” Kata orang itu, “Aku percaya, Tuhan!” lalu ia sujud menyembah Yesus. Kata Yesus, “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa tidak melihat dapat melihat, dan supaya yang dapat melihat menjadi buta.” Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ, dan mereka berkata kepada Yesus, “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” jawab Yesus kepada mereka, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa. Tetapi karena kamu berkata, ‘Kami melihat’, maka tetaplah dosamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Akulah Terang Dunia

Yesus berkata “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh 8:12). Yesus adalah terang dunia, yang memberikan penerangan kepada dunia, kepada setiap orang. Karena kegelapan adalah ketidak-adaan terang, dan Yesus adalah Terang itu sendiri, maka di dalam Yesus tidak ada kegelapan. Setiap orang yang masuk di dalam hadirat-Nya, yang mau disentuh oleh Sang Terang, tidak akan mengalami kegelapan. Drama perjalanan dari gelap menuju terang, baik secara fisik maupun spiritual inilah yang ingin disampaikan dalam Yohanes 9:1-41. Pada saat seseorang mengatakan “Aku percaya, Tuhan! Dan aku sujud menyembah-Mu” (ay. 39), maka seseorang telah dipisahkan dari kegelapan dan berada dalam terang Tuhan.

Paus Benediktus XVI dalam surat gembala prapaskah kepausan mengajarkan bahwa perikop Yoh 9 mengajarkan tentang Kristus, Sang Cahaya Dunia, dengan menuliskan “Hari Minggu Keempat, melalui kisah “orang yang buta sejak lahir” itu, menampilkan Kristus, Sang Cahaya Dunia. Injil hari ini mengkonfrontasikan masing-masing kita dengan pertanyaan ini: “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?” “Ya, Tuhan, aku percaya” (Yoh. 9:35,39) seru orang yang buta sejak lahir itu dengan sukacita, dan dengan demikian ia menyuarakannya juga bagi semua orang beriman. Mukjijat penyembuhan ini menjadi tanda, bahwa Kristus berkehendak memberi kita, bukan saja kemampuan untuk melihat, tetapi juga membuka kemampuan kita melihat secara batin, sehingga iman kepercayaan kita juga semakin diperdalam dan kita mampu mengenali-Nya sebagai satu-satunya Juru Selamat kita. Ia menerangi apa saja yang merupakan kegelapan di dalam hidup dan membimbing semua orang laki-laki dan perempuan untuk hidup sebagai “anak-anak terang”

Perikop Yoh 9:1-41 adalah perikop yang begitu panjang dan begitu indah, yang mungkin memerlukan pembahasan yang begitu panjang lebar. Namun, pada tulisan ini, kita hanya akan membahas tentang proses perjalanan iman dari orang yang buta melihat Sang Terang. Secara prinsip perikop ini dapat dibagi menjadi:

1-3: Latar belakang tentang seorang yang buta.
4-5: Tujuan dari Yesus menyembuhkan orang buta itu.
6-7: Bagaimana Yesus menyembuhkan orang buta itu.
8-34: Kesaksian orang buta
8-12: Orang buta itu bersaksi kepada tetangga-tetangga.
13-16: Orang buta itu bersaksi di depan orang-orang Farisi.
17: Orang buta itu berkata bahwa Yesus adalah seorang nabi.
18-23: Orang tua dari si buta itu menyatakan bahwa anaknya dapat memberikan kesaksian sendiri.
24-34: Orang buta itu meneruskan kesaksiannya di depan orang-orang Farisi, sampai akhirnya dia dibuang dari jemaat.
35-37: Yesus memberitakan diri-Nya sebagai Anak Manusia.
38: Orang buta itu bersembah sujud di hadapan Tuhan.
39-41: Yesus memberikan pesan kepada dunia tentang keselamatan.

Buta sejak lahir, O happy fault…

Perikop ini dibuka dengan suatu pertemuan antara Yesus dan orang yang buta sejak lahir. Kemudian para murid mempertanyakan atas dosa siapakah sehingga dia menjadi buta, apakah dosanya sendiri atau orang tuanya. Bagi orang-orang Yahudi, kekayaan dihubungkan dengan berkat, sedangkan kemiskinan dan penderitaan dihubungkan dengan dosa dan kutuk, baik dosa sendiri (lih. Ul 24:16; Yer 31:30; Yeh 18:20; Ayub 4:7-8; 2 Mak 7:18) maupun dosa orang tua (Kel 20:5; Kel 34:6-7; Tob 3:3). Namun bagi orang Kristen, kemiskinan dan penderitaan tidak secara otomatis karena dosa, dan Yesus menegaskan “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” (Yoh 9:3)

Memang secara fisik, tidak banyak orang yang dilahirkan buta. Namun secara rohani, bukankah kita semua manusia terlahir buta, karena akal budi kita dikotori oleh dosa asal, yang diturunkan dari dosa manusia pertama, sehingga kita semua mempunyai kecenderungan berbuat dosa (concupiscence)? Namun, dosa dari Adam ini diperingati dalam setiap malam Paskah sebagai dosa yang membahagiakan, yang disenandungkan “O happy fault, O necessary sin of Adam, which gained for us so great a Redeemer!” Dan Sang Penebus, yaitu Yesus inilah yang dianugerahkan oleh Allah Bapa untuk membebaskan kita, orang-orang yang memang dilahirkan “buta” secara rohani oleh karena dosa asal. Oleh sebab itu, ini juga kisah masing-masing dari kita.
 
Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku

Sungguh suatu perkataan yang harus kita resapkan bersama-sama, karena Yesus mengatakan bahwa “kita” dan bukan hanya Yesus yang harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Yesus (ay. 4). Yesus mengatakan “kita”, ketika Dia menjawab pertanyaan para murid. Kita, yang menjadi murid Kristus juga termasuk dalam golongan “kita”. Dan kita, juga harus mengerjakan pekerjaan Dia atau Bapa. Pekerjaan apakah? Karena Bapa berkata “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mt 17:5), maka kita harus mendengarkan dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh Kristus.

Kalau doa adalah suatu ungkapan yang terdalam dari hati, maka kita harus benar-benar menaruh perhatian yang lebih pada perkataan Yesus pada saat Dia berdoa. Dan apa yang diperintahkan-Nya terungkap pada kata-kata seperti yang didoakan-Nya:

“17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. 18 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; 19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran. 20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:17-21).

Dari doa ini, kita tahu, bahwa Yesus menginginkan kita untuk menjadi kudus, karena hanya dengan kekudusan, maka seseorang dapat diterima di dalam Kerajaan Sorga. Karena kekudusan adalah kasih terhadap Tuhan dan kasih terhadap sesama demi kasih kepada Tuhan, dan Yesus berdoa untuk menguduskan para murid dalam kebenaran (Yoh 17:17), maka kita harus memegang teguh bahwa kasih harus berdasarkan kebenaran. Tindakan yang seolah-olah adalah tindakan kasih namun tidak berdasarkan kebenaran bukanlah perbuatan kasih. Dan sama seperti Bapa telah mengutus Yesus untuk mengabarkan kasih dan kebenaran (Yoh 17:18), maka Yesus juga mengutus kita semua untuk mewartakan kasih dan kebenaran. Yesus telah menguduskan diri kita semua dengan Roh Kebenaran, yaitu Roh Kudus, yang kita terima pada saat kita dibaptis.

Maka kita semua yang telah dibaptis harus bersatu padu membangun Gereja. Tanpa persatuan, maka dunia tidak dapat percaya bahwa Allah telah mengutus Yesus Sang Putera Allah. Oleh karena itu, Yesus sendiri telah mendirikan Gereja Katolik sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik, di mana persatuan umat beriman dinyatakan dalam kesatuan liturgi dan doktrin, di bawah Paus yang menjadi wakil Kristus dan Gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja.[1]

Sampai kapankah kita harus mengerjakan pekerjaan ini? “4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. 5 Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.“ (Yoh 9:4-5). Ini bukan berarti bahwa pekerjaan itu hanya dilaksanakan selama Yesus ada di dunia ini, namun sampai pada akhir jaman, dimana Yesus sendiri yang akan memisahkan terang dan gelap, yaitu pada saat penghakiman terakhir. Sebelum maut memisahkan kita dan atau akhir dunia, di mana setiap orang akan mengalami pengadilan Tuhan, maka kita semua masih mempunyai kesempatan untuk berlomba-lomba dalam kekudusan. Namun pada saat pengadilan terakhir dinyatakan, dan sebagian dinyatakan untuk masuk dalam kegelapan abadi, maka tidak ada lagi yang dapat bekerja (ay. 4), karena semuanya telah selesai dan lengkap. Oleh karena itu, kita semua yang telah menerima Sakramen Baptis, yang menerima Roh Kristus, harus bersatu padu di dalam Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik, untuk senantiasa bekerja mewartakan kasih dan kebenaran Kristus sampai pada saat kedatangan Kristus yang ke-dua.
 
Pergilah basuhlah dirimu dalam kolam Siloam

Kristus dalam perikop ini menunjukkan satu perbuatan nyata yang menguak pentingnya seseorang menerima baptisan untuk diselamatkan. Bagaimana Yesus membuat orang buta itu melihat? Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi 7 dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya: “Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.” (Yoh 9:6-7).

St. Agustinus mengatakan bahwa “mengaduk ludah dengan tanah” mengacu kepada “Firman telah menjadi manusia”[2], yaitu Yesus sendiri. Dan ini juga sejalan dengan arti dari Siloam, yaitu yang diutus, yang mengacu kepada Yesus sendiri yang diutus oleh Bapa. Oleh karena itu, bagaimana orang buta ini dapat melihat? Karena inisiatif dari Allah. Kita mengenal Kristus dan dibebaskan dari kebutaan mata hati kita untuk menjadi terang melalui Sang Terang, karena rahmat Ilahi. Tanpa rahmat ilahi, kita tidak mungkin dapat mengenal Sang Terang. Sama seperti Kristus yang menyembuhkan orang buta tersebut dengan suatu proses (meludah, mengaduk, mengoleskan), maka kita yang sebelumnya buta dijamah oleh Kristus sendiri. Kita menanggapi kasih Kristus ini dengan keinginan dan keputusan untuk mengikuti Dia dalam proses katekese.[3]. Namun Allah tidak ingin kita hanya sekedar mengenal-Nya, karena Ia ingin bertahta dalam hidup kita. Allah ingin kita menjadi “yang terkasih” (the beloved), karena Allah sendiri ingin mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada kita dan menjadikan kita anak-anak angkat-Nya. Oleh karena itu, Allah, melalui Gereja-Nya, membaptis kita, sama seperti Yesus mengutus orang buta tersebut ke kolam Siloam.[4] Orang buta tersebut dapat melihat setelah membasuh diri di kolam Siloam, sama seperti kita yang melihat terang karena rahmat Sakramen Baptis. Melalui Pembaptisan kita dipersatukan dengan Yesus “Yang Diutus oleh Allah Bapa”, dan kemudian kitapun kemudian diutus oleh Allah untuk hidup seturut dengan panggilan kita sebagai anak-anak angkat Allah di dalam Kristus.
 
Bersaksilah tentang Aku yang telah memberikan terang…

Ayat 8-34 adalah suatu perjalanan iman yang harus dilalui oleh setiap orang yang dibaptis, sebagai suatu akibat dari melihat terang. Seseorang yang telah melihat terang dan hidup dalam terang tidak dapat membiarkan dirinya dan orang lain untuk tetap hidup dalam kegelapan. Orang yang hidup dalam terang akan mengorbankan segalanya untuk tetap hidup dalam terang.

Pertama, orang buta tersebut harus bersaksi kepada orang-orang terdekatnya, yaitu anggota keluarga, tetangga-tetangga, komunitas setempat. Mungkin mereka akan berkata “bukankan dia ini yang selalu mengemis?” (ay. 8), sama seperti seseorang mengatakan bukankah dia ini yang dulunya hidup bergelimang dosa? Atau, yang dulu hidupnya tidak jujur? Dan orang akan senantiasa mempertanyakan alasan mengapa orang buta itu, ataupun juga kita, berubah.

Menarik sekali bahwa orang buta ini begitu bersukacita akan perubahan yang dialaminya, sehingga ketika tetangganya bertanya bahwa bukankah dia yang dulu mengemis dan buta, dia dengan bersukacita menjawab, “Ya, benar” (ay. 9-10). Kita juga dapat mengatakan hal yang sama, bahwa kita yang memang telah lama buta dan tinggal dalam kegelapan telah dijamah oleh Kristus dan memperoleh terang. Namun, kesaksian ini akan menjadi lebih efektif kalau kita dapat membuktikan bahwa kita memang dapat melihat, yang berarti tidak tersandung dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Atau dengan kata lain, kesaksian ini akan lebih berarti kalau kita juga berjuang untuk hidup kudus, hidup sebagai anak-anak terang. Dengan demikian, kita juga dapat berkata seperti yang dikatakan oleh orang buta yang telah disembuhkan itu, “Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat” (ay. 11).

Namun selanjutnya, sungguh sayang, orang buta itu menjawab “tidak tahu” ketika para tetangga bertanya “Dimanakah Dia?” (ay. 12). Apakah kita juga menjawab tidak tahu ketika orang bertanya tentang Yesus? Orang buta tersebut tidak mendapatkan proses katekese, namun kita yang telah melalui proses katekese dan pelajaran agama sebelum dibaptis maupun pendalaman iman setelah dibaptis, tidak mempunyai alasan untuk mengatakan bahwa kita tidak tahu tentang Yesus. Orang buta tersebut tahu tentang Yesus, namun dia tidak tahu di mana Yesus. Kita yang telah mendapatkan kepenuhan Yesus di dalam Gereja Katolik harus menunjukkan kepada orang yang bertanya kepada kita, untuk juga menemukan Yesus di dalam Gereja Katolik.

Kesaksian kedua yang diberikan oleh orang yang tadinya buta adalah kepada orang-orang Farisi, yang mungkin dalam kehidupan kita dapat mewakili orang-orang yang berkuasa yang lebih besar dari kita, misalnya orang-orang yang bertanggung jawab di dalam perusahaan tempat kita bekerja, di dalam masyarakat yang majemuk, dll. Kita, yang telah menerima terang dari Kristus juga akan menghadapi tantangan yang sama, ketika banyak orang dari agama yang berbeda, mungkin mengatakan bahwa tidak ada Tuhan, Yesus bukanlah Allah, dll. Mungkin juga kita akan menghadapi tantangan yang berkata bahwa Gereja Katolik bukanlah Gereja yang didirikan oleh Kristus, atau Gereja Katolik hanyalah salah satu denominasi Kristen.

Di sinilah kita belajar bahwa para santa-santo adalah suatu bukti dari kebenaran dalam Gereja Katolik. Sama seperti orang buta yang telah disembuhkan, maka santa-santo adalah bukti bagaimana orang yang telah dijamah oleh Kristus dan bertumbuh dalam sakramen, dapat mempunyai kerendahan hati dan ketaatan, yang menghasilkan buah berlimpah. Orang yang tidak percaya akan Kristus maupun Gereja Katolik akan bertanya “Mengapa yang terberkati Bunda Teresa mau dan mempunyai kekuatan untuk melayani orang-orang yang paling miskin di Kalkuta? Mengapa ada orang yang mau hidup selibat dan mengabdikan diri bagi sesama dan menjadi pastor dan suster? Mengapa semua orang korupsi, sedangkan umat yang beragama Katolik jujur? ” Inilah “argument of the heart“, yang mungkin sulit untuk dibantah, karena fakta memang di depan mata, sama seperti orang-orang Farisi tidak dapat menyangkal kesembuhan dari orang yang buta sejak lahir itu.

Dan pada saat orang-orang bertanya tentang perubahan dalam diri kita, maka kita dapat menunjuk kepada Sang Terang yang memberikan kekuatan kepada kita. Siapakah yang merubah kehidupanmu? (ay. 17). Kita harus menunjuk kepada Sang Sumber Terang, yaitu Kristus. Orang buta yang telah disembuhkan pada saat itu belum mendapatkan kepenuhan wahyu, sehingga dia menjawab, “Ia adalah seorang nabi” (ay. 17). Walaupun jawaban ini tidak salah, namun belum lengkap. Seorang nabi adalah orang yang mewartakan kebenaran, yaitu kebenaran Allah. Namun Kebenaran itu mempunyai nama, sebab Kebenaran telah menjelma menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus.

Pada saat kita hanya menerima semua dogma dan doktrin Gereja Katolik dalam batas pengetahuan saja, namun tidak melaksanakannya dalam kehidupan nyata, maka sebenarnya sama saja kita mengatakan bahwa Yesus hanyalah sebatas “Nabi“. Sebatas nabi yang mungkin tidak perlu disembah dan tidak perlu menjadi fokus yang paling penting dalam kehidupan kita. Sedangkan, untuk sampai pada tahap penghayatan akan kebenaran yang bukan hanya terbatas pada pikiran, maka semua pengajaran Kristus, yang dinyatakan lewat Gereja harus diendapkan dalam hati, sehingga dengan seluruh keberadaan kita mengasihi kebenaran. Iman kita bukan hanya tergantung dari perkataan orang tertentu, bukan hanya tergantung dari website tertentu, bukan hanya tergantung dari guru kita ataupun orang tua kita. Karena pada akhirnya iman kita adalah merupakan “personal faith” (iman pribadi). Dan tepat sekali apa yang dikatakan oleh orang tua dari orang buta ini, “Ia telah dewasa, tanyakanlah padanya sendiri” (ay. 23). Iman pribadi inilah yang dituntut oleh Kristus kepada setiap orang yang telah menerima Kristus, sama seperti ketika Kristus bertanya kepada Petrus “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (Mt 16:15). Pengakuan iman yang pribadi seperti ini merupakan iman yang dewasa, yang akan senantiasa dimurnikan secara terus-menerus.

Dalam perikop ini, terlihat bahwa orang buta yang telah disembuhkan harus menghadapi lagi pertanyaan-pertanyaan dan tuduhan-tuduhan dari orang-orang Farisi. Demikian juga dengan kita: pertanyaan-pertanyaan dan ujian-ujian iman ini akan terus berlangsung selama hidup kita. Kita harus mempertanggungjawabkan iman yang kita bukan hanya dengan perkataan, namun juga dengan perbuatan, dan juga dengan segala resikonya. Orang buta yang disembuhkan tahu dan mengalami kesembuhan dari Yesus. Dan keyakinan ini begitu dalam terpatri di dalam hatinya, sehingga tidak ada kekuatan di dunia ini yang dapat mengubah keyakinannya, termasuk interograsi dari orang-orang Farisi.

Akhirnya, interograsi dari orang-orang Farisi tersebut menyebabkan orang buta yang telah melihat itu diusir keluar (ay. 34). Ayat 34 yang mengatakan “… Lalu mereka mengusir dia ke luar“, bukanlah hanya sekedar diusir dari ruangan, namun diusir dari komunitas, atau dengan kata lain di-ekskomunikasi. Orang yang di-ekskomunikasi, yang di keluarkan dari komunitas Yahudi, dianggap sebagai orang asing, tidak boleh masuk ke dalam sinagoga. Dengan kata lain, orang buta tersebut dikucilkan.[5] Dalam percakapan dengan orang-orang Farisi, orang buta yang telah disembuhkan mengetahui resiko pengusiran ini, namun dia tidak takut akan resiko yang harus ditanggungnya. Bandingkan dengan sikap orang tuanya yang takut dikucilkan, sehingga tidak berani untuk memberitakan kebenaran (ay. 22). Kita sebagai orang-orang yang telah mengalami jamahan Kristus, dan hidup dalam terang Kristus selayaknya rela berkorban untuk terus hidup dalam kebenaran.
 
Perjuangan membawa sang buta kepada Sang Kebenaran.

Mungkin peristiwa kesembuhan dan pengusiran orang buta itu dari komunitas Yahudi diketahui oleh banyak orang, termasuk oleh Yesus (ay. 35). Inilah sebabnya pada waktu Yesus bertemu dengan orang itu, Yesus berkata “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?“. Anak Manusia adalah gelar dari Sang Mesias (lih. Dan 7:13). Tidak ada keraguan dalam diri orang buta tersebut bahwa Anak Manusia adalah merujuk kepada Sang Mesias, sehingga dia berkata “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya” (ay. 36). Yesus yang tahu bahwa orang buta itu diusir dari komunitas Yahudi melalui tahta Musa menawarkan kepada orang buta tersebut suatu komunitas yang lebih baik, yaitu komunitas yang diperintah sendiri oleh Diri-Nya.

Bagi Yesus, kesembuhan fisik dari orang buta tersebut tidaklah cukup. Inilah sebabnya, Yesus bukan bertanya apa yang akan dilakukan oleh orang buta itu setelah di-ekskomunikasi dari komunitas Yahudi, melainkan Yesus bertanya “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?” Kalau pada pertemuan pertama Yesus memberikan terang bagi kebutaan mata orang itu, maka pada pertemuan ke dua, Yesus memberikan terang spiritual, sehingga orang buta itu dapat memperoleh terang keselamatan. Dan dengan penuh kasih Yesus memberikan jati diri-Nya kepada orang buta tersebut “Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!” (Yoh 9:37). Mendengar perkataan Yesus, orang buta itu bersembah sujud dan berkata “Aku percaya, Tuhan!” (ay. 38). Di sinilah orang buta tersebut melihat terang Sorgawi, terang yang membawanya kepada keselamatan kekal.
  
Kerendahan hati adalah sikap yang diperlukan untuk mencapai Kebenaran.

Untuk memperoleh iman seperti orang buta tersebut, diperlukan suatu kondisi, yaitu seseorang harus menyadari bahwa dia adalah seorang yang buta. Hal ini berarti, iman yang benar seperti ini hanya dapat dicapai ketika seseorang menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa dirinya adalah seorang yang berdosa. Dan Yesus menegaskan hal ini dengan berkata “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat” (ay. 39). Kerendahan hati membuat rahmat Tuhan mengalir secara bebas dalam kehidupan seseorang, sehingga pada akhirnya rahmat Tuhan ini menuntun orang tersebut kepada keselamatan. Bahkan dapat disimpulkan bahwa tanpa kerendahan hati, seseorang tidak akan mungkin memperoleh keselamatan, seperti yang ditegaskan oleh Yesus “…supaya barangsiapa melihat menjadi buta.” Orang yang buta namun tidak menyadari kebutaannya – seperti yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi (ay. 40) – adalah sungguh tragis dan ini merupakan pernyataan kesombongan mereka. Kesombongan inilah yang menjadi penghalang bagi rahmat Tuhan untuk mengubah kehidupan mereka. Oleh karena itu, hidup mereka akan terus berada di dalam kegelapan.
  
Siapa yang dipercaya banyak, dituntut lebih banyak.

Orang yang tidak buta seharusnya tidak tersandung dan tidak menjadi batu sandungan, serta dia tetap berjalan dalam terang. Maka, orang percaya yang telah melihat, namun tetap hidup dalam kegelapan, lebih besar dosanya daripada orang yang buta. Yesus berkata, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu” (ay. 41). Orang-orang Farisi yang mempunyai pengetahuan yang begitu luas, terpelajar, dan tahu tentang tanda-tanda dari Sang Mesias, tetapi mereka tidak mau percaya akan segala kenyataan yang terbentang di depan mata, bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. Padahal sesungguhnya, mereka tidak mempunyai alasan untuk tidak percaya. Maka, ketidak percayaan mereka ini disebabkan oleh kekerasan hati mereka. Yesus menegaskan hal ini dengan berkata “Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut. (Lk 12:48).

Dalam konsep keselamatan, orang buta adalah orang-orang yang memiliki “invincible ignorance“, yaitu “orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus, yang dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih, dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.”[6] Meskipun dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah dalam kategori ini untuk dapat memperoleh keselamatan, namun dalam belas kasihan-Nya, Tuhan dapat memakai parameter yang berbeda dalam mengadili mereka.

Namun bagi orang-orang yang melihat, atau orang-orang yang telah mengenal Kristus akan dituntut lebih banyak. Inilah sebabnya Gereja Katolik mengatakan “Andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.”[7] Hal ini disebabkan karena orang yang benar-benar tahu bahwa Kristus mendirikan Gereja Katolik namun tidak masuk di dalamnya berarti dia mendahulukan kepentingan pribadi di atas pencarian kebenaran.

Dan terlebih lagi bagi orang-orang Katolik sendiri yang mendapatkan kepenuhan kebenaran dan begitu banyak rahmat yang mengalir dalam sakramen-sakramen, dituntut lebih banyak. Lumen Gentium mengatakan “Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya”.[8] Ini berarti bahwa orang Katolik yang mempunyai “kepenuhan kebenaran” harus benar-benar dapat menerapkan ajaran kasih. Bagi kita umat Katolik, tidak ada alasan untuk tidak mengasihi Tuhan dan sesama, karena kita telah diberi berkat yang berlimpah dari sakramen-sakramen, terutama dari Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat, yang memampukan kita untuk hidup kudus setelah menerima Sakramen Baptis.
  
Yesus adalah terang dunia.

Dari perikop ini, maka kita melihat perjalanan iman dari orang buta, yang sebenarnya merupakan refleksi dari perjalanan iman kita. Kita yang telah disembuhkan dari kegelapan – karena dosa asal – lewat Sakramen Baptis, dituntut untuk terus hidup dalam terang. Dan kita semua juga diundang oleh Kristus untuk menjadi duta atau utusan Kristus (lih. 2 Kor 5:20) untuk mewartakan kabar gembira sampai pada kedatangan Kristus yang kedua. Kita dituntut untuk menyebarkan terang Kristus kepada semua orang, sehingga semua orang juga dapat sampai kepada sumber Terang, yaitu Kristus. Di manapun tingkat spiritualitas kita, kita sekali lagi diingatkan bahwa kita harus senantiasa kembali kepada sikap kerendahan hati, seperti yang diingatkan oleh St. Teresa dari Avila dalam bukunya puri batin (interior castle). Kerendahan hati inilah yang memungkin seseorang yang berada dalam kegelapan dapat melihat terang, dan orang yang berada dalam terang tidak terjatuh dalam kegelapan serta semakin memancarkan terang Kristus. Mari kita semua memegang teguh apa yang Yesus katakan “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh 8:12).


Catatan: Artikel ini ditulis tanggal 3 Agustus 2009, direvisi dan dipakai untuk pendalaman Alkitab di paroki Regina Caeli – Pantai Indah Kapuk pada tanggal 30 Maret 2011.
 
Sumber: http://katolisitas.org/2334/orang-buta-yang-menjadi-pewarta

CATATAN KAKI:

1. Lumen Gentium, 22 [↩]
2. St. Augustine, Tractate XLIV, Ch. IX, 2 [↩]
3. Ibid [↩]
4. Secara harafiah, Siloam merupakan suatu tempat penampungan air untuk orang-orangyang tinggal di Yerusalem, yang dibangun oleh raja Hizkia (lih. 2Raj 20:20; 2Taw 32:30) pada abad ke-7 SM. Lebih lanjut dikatakan bahwa para nabi air dari kolam Siloam merupakan tanda dari berkat Allah (lih. Yes 8:6; Yes 22:11). [↩]
5. Pengucilan atau ekskomunikasi ini dapat berlangsung sementara, seperti 30 hari dan dapat diperpanjang sampai 60 hari atau 90 hari. Kalau setelah masa ekskomunikasi ini berakhir dan orang tersebut tidak bertobat, maka dia akan dijatuhi hukuman yang lebih serius. Di depan pengadilan, mereka akan dijatuhi kutuk (malediction). Dan tahap ketiga adalah mengucilkan orang tersebut untuk selamanya. [↩]
6. Lumen Gentium 16 [↩]
7. Lumen Gentium, 14 [↩]
8. Ibid [↩]

Antifon Komuni (Bdk. Yoh 9:11)

Tuhan mengolesi mataku, lalu aku pergi dan aku membasuh muka, dan aku melihat, dan aku percaya kepada Allah.

The Lord anointed my eyes: I went, I washed, I saw and I believed in God.

Lutum fecit ex sputo Dominus, et linivit oculos meos: et abii, et lavi, et vidi, et credidi Deo. (Yoh 9:6,11,38)
 
 
TAHUN B

Antifon Pembuka dan Doa Pagi (lih. Tahun A)
 
Bacaan dari Kitab Kedua Tawarikh (2Taw 3:14-16.19-23)

"Murka Allah dinyatakan lewat pembuangan, kerahiman-Nya dinyatakan lewat pembebasan."
  
Ketika Israel diperintah oleh Raja Zedekia, semua pemimpin di antara imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan Tuhan di Yerusalem mereka najiskan. Namun Tuhan, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Tuhan sayang kepada umat-Nya dan kepada tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok para utusan Allah itu, menghina segala firman Allah, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka Tuhan bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi ada pemulihan. Maka Tuhan menggerakkan raja orang-orang Kasdim. Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu, sehingga musnahlah segala perabotan yang indah-indah. Mereka yang masih tinggal dan terluput dari pedang diangkutnya ke Babel, mereka dijadikan budak raja dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa. Dengan demikian genaplah firman Tuhan yang diucapkan Yeremia, sampai tanah ini pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabat, karena tanah itu menjadi tandus selama tahun sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun. Pada tahun pertama pemerintahan Koresh, raja negeri Persia, Tuhan menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu, untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia. Maka dimaklumkanlah di seluruh kerajaan Koresh, secara lisan dan tulisan maklumat ini: Beginilah perintah Koresh, raja Persia, “Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, kiranya Tuhan Allah menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 842
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 137:1-2.3.4-5.6; Ul: 6a)
1. Di tepi Sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita gantungkan kecapi kita.
2. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita, "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
3. Bagaimanakah mungkin kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
4. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak menjadikan Yerusalem puncak sukacitaku!

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (2:4-10)

"Kamu mati karena kesalahan, tetapi diselamatkan berkat kasih karunia."
 
Saudara-saudara, terdorong oleh kasih karunia-Nya yang besar, yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, Allah yang kaya dengan rahmat telah menghidupkan kita bersama dengan Kristus. Sekalipun kita telah mati karena kesalahan kita. Jadi kamu diselamatkan berkat kasih karunia. Di dalam Kristus Yesus itu Allah telah membangkitkan kita juga dan memberi tempat di surga bersama dengan Dia. Dengan itu Allah bermaksud di masa yang akan datang menyatakan kepada kita kasih karunia-Nya yang berlimpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab berkat kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. Keselamatan itu bukanlah hasil usahamu, melainkan pemberian Allah. Jadi keselamatan itu bukanlah hasil pekerjaanmu. Maka jangan sampai ada orang yang memegahkan diri. Sebab sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:14-21)
 
"Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia untuk menyelamatkannya."
 
Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada Nikodemus yang datang kepada-Nya pada waktu malam, “Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab  ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat, sebab barangsiapa berbuat jahat, ia membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.    
  
Renungan
 
 
  Pada saat kita berada di malam yang gelap, begitu ada terang maka kegelapan itu sudah hilang. Kita pun dapat melihat sekitarnya dengan jelas. Begitulah perbedaan orang yang percaya dan tidak percaya kepada Yesus. Bagi orang yang percaya ia berada dalam terang dan orang yang tidak percaya berada dalam kegelapan. Dua hal yang bertentangan dengan konsekuensi yang bertentangan juga. Namun, yang terang diperlukan bagi yang gelap, dan terang itu akan mengalahkan kegelapan. 

 Terang dan gelap menjadi simbol bagi orang yang percaya dan tidak percaya akan Allah. Terang itu kebahagiaan dan gelap itu penderitaan karena dosa. Sesungguhnya, kasih Allah begitu besar kepada semua manusia ciptaan-Nya, “... karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya” (2Taw 36:15b). Melalui Injil hari ini, kita semakin diyakinkan bahwa bagi mereka yang tidak percaya sudah berada di dalam hukuman. Mereka yang tidak percaya itu, bila mengalami penghukuman bukan berarti semata-mata Allah yang memberi hukuman kepadanya. Sebab hukuman itu dialami karena mereka telah menjatuhkan pilihan untuk tidak percaya kepada-Nya.

 Berbeda dengan orang yang percaya, bila kemudian menjadi seorang yang berdosa. Mereka diberi kesempatan untuk bertobat maka kedatangan-Nya bukanlah untuk menghakimi, melainkan mengasihi mereka dengan anugerah kasih dan pengampunan-Nya. Hal ini ditegaskan oleh Rasul Paulus dalam Ef 2:4-10, bacaan II hari ini. Dengan demikian, kita seharusnya bersyukur dan berterima kasih kepada Dia yang telah rela menderita sengsara, wafat di kayu salib dan bangkit mulia bagi kita orang berdosa ini.

 Untuk bersyukur dan terima kasih dapat kita ungkapkan dengan kesetiaan kita untuk membangun relasi yang baik dan intens dengan Allah sendiri. Berdoa dan bermeditasi, membaca Sabda dan merenungkannya, ibadat dan Ekaristi, pendalaman iman dengan membaca buku rohani serta ikut aktif di lingkungan, stasi atau paroki, itu semua dapat menjadi sarana membangun relasi dengan Allah, sekaligus dengan sesama saudara. Akan tetapi, perlu juga kita meminta bimbingan rohani dari para imam, biarawan dan biarawati juga kepada mereka yang telah studi teologi. Semakin banyak kegiatan rohani yang kita lakukan, maka pengalaman akan kasih Allah semakin hidup dan bertumbuh. Kita pun menjadi semakin kuat menghadapi tantangan dan cobaan yang berat sekali pun.

 Lalu bagaimana dengan orang yang tidak percaya? Bagi mereka, kita mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pewartaan dan katekese. Kita perkenalkan kepada mereka, Allah yang penuh belaskasih. Seperti dalam perumpamaan Yesus tentang pelita (lih. Mat 5:15). Maka, kita yang percaya kepada-Nya diharapkan dapat menunjukkan kesaksian dengan keteladanan dan kesetiaan. Hanya saja, sebagai seorang misioner, baiklah kalau kita juga memberikan kesaksian dalam bentuk pengungkapan kreatif dan inovatif tentang sejarah iman, baik yang dalam Kitab Suci maupun dalam hidup pribadi kita sendiri.

 Media eletronik dan internet dapat menjadi sarana yang baik dalam sebuah pewartaan iman. Anda dapat melakukannya agar semakin banyak orang percaya kepada Yesus, Tuhan. (Kris/RUAH).

Antifon Komuni (Bdk. Mzm 122:3-4)

Yerusalem dibangun sebagai kota yang rapat tersusun. Ke sana berziarah suku-suku, yakini suku-suku Tuhan, untuk memuji nama-Mu, ya Tuhan.
   
Ierusalem, quæ ædificatur ut civitas, cuius participatio eius in idipsum: illuc enim ascenderunt tribus, tribus Domini, ad confitendum nomini tuo, Domine.
 
Jerusalem is built as a city bonded as one together.It is there that the tribes go up, the tribes of the Lord,to praise the name of the Lord.

Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Sabtu, 14 Maret 2015
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
 

Hos. 6:1-6; Mzm. 51:3-4,18-19,20-21ab; Luk. 18:9-14. 

"Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Menganggap diri benar itu amat erat kaitannya dengan menilai negatif orang lain. Itulah yang dilakukan orang Farisi. Mungkin, memang apa yang dilakukan dan dihaturkan kepada Tuhan itu benar, namun dengan menyebut pemungut cukai, menbedakan diri dengannya dan menilainya negatif, ia jatuh dalam pembenaran diri dan kesombongan. Pembenaran diri inilah yang menjadikannya tidak dibenarkan di hadapan Tuhan. Sebaliknya, si pemungut cukai, dengan kerendahan hatinya, ia justru dibenarkan di hadapan Tuhan. Dengan demikian, hendaknya kita sadar, bahwa semua pekerjaan baik dan benar yang kita lakukan, kalau disertai dengan kesombongan dan sikap merandahkan atau menilai orang lain, akan menjadi tidak berarti di hadapan Tuhan. 

Kidung Maria: Aku mengagungkan Tuhan, hatiku bersukaria karena Allah, penyelamatku. Sebab Ia memperhatikan daku, hamba-Nya yang hina ini. Mulai sekarang aku disebut yang bahagia, oleh sekalian bangsa. Sebab perbuatan besar dikerjakan bagiku oleh Yang Mahakuasa, kuduslah nama-Nya. Kasih sayang-Nya turun-temurun kepada orang yang takwa. Perkasalah perbuatan tangan-Nya, dicerai-beraikan-Nya orang yang angkuh hatinya. Orang yang berkuasa diturunkan-Nya dari takhta, yang hina dina diangkat-Nya. Orang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan, orang kaya diusir-Nya pergi dengan tangan kosong. Menurut janji-Nya kepada leluhur kita, Allah telah menolong Israel, hamba-Nya. Demi kasih sayang-Nya kepada Abraham serta keturunannya untuk selama-lamanya. Kemuliaan kepada Bapa ....

Kobus 15 Maret 2015


terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy